Anda di halaman 1dari 130

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kompetensi lulusan D-IV teknik sipil khususnya program studi
bangunan gedung yaitu mempunyai kemampuan merancang secara detail
bangunan gedung. Untuk mewujudkan hal tersebut maka mahasiswa diwajibkan
menyusun tugas akhir yang merupakan tolak ukur kemampuan mahasiswa secara
komprehensip. Sehubungan hal tersebut maka dalam penyusunan tugas akhir ini,
penulis mengambil judul:“Perhitungan Rangka Portal Baja Atas Gedung
Perbelanjaan Multi Mart 3 Paal 2”.

Fungsi utama dari gedung Multi Mart 3 adalah sebagai salah satu pusat
perbelanjaan di daerah paal 2 manado. Struktur bangunan ini direncanakan
menggunakan beton bertulang, yang merupakan bahan konstruksi yang umum
digunakan sebab memiliki sifat yang kuat, tahan lama, tahan api dan dapat
dibentuk.
Perancangan struktur atas gedung ini memperhatikan segi-segi yang
diakibatkan oleh beban akibat gempa, mengingat di Indonesia merupakan daerah
yang dilintasi oleh gunung berapi, oleh karena itu maka sering terjadi gempa-
gempa vulkanik disamping gempa tektonik, hal itu menjadi suatu bahan analisa
dalam setiap perhitungan struktur. Pada daerah-daerah yang rawan terjadi gempa
atau daerah yang memiliki intensitas gempa yang sangat tinggi, maka faktor-
faktor gempa yang mempengaruhi prilaku struktur menjadi sangatlah penting
pada tahap-tahap perencanaannya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah :
2

1. Merupakan suatu alat untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam


menyerap semua ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.
2. Merupakan suatu alat untuk mengukur kualitas mahasiswa yang akan
diluluskan.

Tujuan dari penyusunan tugas akhir

1. Untuk mengaplikasikan semua ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh


mahasiswa setelah menempuh masa kuliah.
2. Untuk menambah pengalaman bagi mahasiswa dalam mempersiapkan
diri menghadapi pekerjaan yang sesungguhnya.

1.3 Pembatasan Masalah


Karena permasalahan perhitungan struktur portal begitu luas, maka untuk
penulisan tugas akhir ini hanya dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Menghitung faktor kekakuan, ditribusi momen dan momen primer.


2. Menghitung reaksi perletakkan struktur portal rangka baja.

1.4 Metodologi Penelitian

Pada penyusunan tugas akhir ini menggunakan 3 macam metode penulisan


yaitu :

1. Studi lapangan : dengan cara mengumpulkan data-data pada lokasi


proyek.
2. Studi literatur : dengan cara mengumpulkan data dari buku-buku
literaturyang berhubungan dengan pembahasan.
3. Konsultasi langsung dengan dosen pembimbing serta pihak-pihak
terkait dengan penyusunan tugas akhir.
3

1.5 Sistimatika Penulisan

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan tinjauan


langsung dilapangan serta ditunjang oleh buku-buku literatur yang berhubungan
dengan pelaksanaan kerja dilapangan dimana sistematika penulisan menggunakan
sistim bab demi bab yang antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pengantar secara garis besar yang


mengemukakan tentang latar belakang , maksud dan tujuan,
pembatasan masalah , metodologi penelitian serta sistimatika
penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini memuat semua teori yang berkaitan dengan perhitungan


portal baja rangka atap dengan metode cross.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang data dan perhitungan rangka baja.

BAB IV PENUTUP

Selanjutnya pada bab yang terakhir ini berisikan tentang


kesimpulan dan saran yang merangkumkan pokok dari seluruh
penyusunan tugas akhir ini.
4

BAB II

DASAR TEORI

2. 1 Uraian Umum
Metode distribusi momen pasa mulanya ditemukan oleh Prof. Hardy Cross
pada tahun 1930-an, kemudian metode ini disebut dengan metode cross, dapat
digunakan untuk menganalisa semua jenis balok atau kerangka kaku statis tak
tentu.

Pada hakekatnya metode ini merupakan suatu cara untuk menyelesaikan


persamaan-persamaan serempak di dalam metode defleksi kemiringan dengan
pendekatan berturut-turut. Di dalam pendisainan dan penganalisaan awal suatu
struktur kecil atau bagian-bagian dari suatu struktur besar. Metode distribusi
momen tetap unggul, karena kesederhanaannya.

Dalam bab ini akan diuraikan dasar-dasar teori mengenai perencanaan


perhitungan struktur portal rangka atas dengan metode cross pada bangunan
gedung perbelanjaan Multi Mart 3.

Tujuan utama dari struktur adalah memberikan kekuatan pada suatu


bangunan. Struktur bangunan dipengaruhi oleh beban mati (dead load) berupa
berat sendiri, beban hidup (live load) berupa beban akibat penggunaan ruangan
dan beban khusus.
Suatu beban yang bertambah dan berkurang menurut waktu secara berkala
disebut beban bergoyang, beban ini sangat berbahaya apabila periode
penggoyangannya berimpit dengan periode struktur dan apabila beban ini
diterapkan pada struktur selama kurun waktu yang cukup lama, dapat
menimbulkan lendutan. Lendutan yang melampaui batas yang direncanakan dapat
merusak struktur bangunan tersebut.
2. 2 Perhitungan Metode Cross
5

Beberapa pengertian yang digunakan dalam metode distribusi momen,


yaitu momen primer, momen induksi, dan distribusi momen. Berikut ini akan
diuraikan satu persatu.

Pendefinisian Metode
Distribusi

Menghitung
momen primer

Menghitung
faktor
kekakuan

Menghitung
faktor distribusi
momen

Tabel distribusi
momen (cross)

Gambar. Bagan Proses Perhitungan Menggunakan Metode Cross


2. 2. 1 Momen Primer
6

Momen primer adalah momen yang terjadi pada ujung batang sebagai
akibat dari beban-beban yang bekerja di sepanjang batang. Besarnya momen
primer sama dengan momen jepit (momen reaksi) dengan tanda atau arah yang
berlawanan. Dengan kata lain, momen jepit atau momen reaksi merupakan
kebalikan dari momen primer.
Momen primer biasanya digambarkan melengkung ke luar pada bagian
dalam ujung batang dengan arah tertentu sesuai dengan pembebanan. Arah
momen primer ditentukan berdasarkan kecenderungan melenturnya batang,
seolah-olah batang akan patah akibat momen yang bekerja di ujung batang. Dilain
pihak, momen jepitan atau momen reaksi merupakan kebalikan dari momen
primer, disebut juga sebagai momen perlawanan (Gambar1).

Gambar 2.2.1 Momen Primer dan momen Reaksi


Sumber; khairul maulana rachmayani ( 09.01.1335 )
Rumus:
MAB = 1/12 x qbs1 x L2

2. 2. 2 Faktor Distribusi Momen


Apabila struktur portal bekerja momen primer sebesar M' disimpul A
(Gambar2), maka di masing-masing ujung batang simpul A akan terjadi distribusi
momen sebesar MAB, MAC, dan MAD dengan arah berlawanan dengan momen
primer M'. Hal ini terjadi karena simpul A kaku sempurna, sehingga batang-
batang berputar menurut garis elastisnya guna mendapatkan keseimbangan.
Berapa besar faktor distribusi momen dan momen distribusi yang terjadi di
7

ujung A untuk masing-masing batang? Untuk menyelidiki hal ini batang struktur
dapat diselidiki berdasarkan gambar portal berikut ini.

Gambar 2.2.2 Distribusi Momen


Sumber; khairul maulana rachmayani ( 09.01.1335 )

Jika diamati Gambar 2.2, pada batang AB terjadi rotasi (perputaran sudut)
sebesar θA akibat pengaruh MAB, pada batang AB terjadi rotasi (perputaran
sudut) sebesar θA akibat pengaruh MAC, dan pada batang AD terjadi rotasi
(perputaran sudut) sebesar θA akibat pengaruh MAD. Jadi, keseimbangan simpul
A, yaitu:
M' = MAB + MAC + MAD
Apabila kAB, kAC, dan kAD merupakan faktor kekakuan masing-masing
batang AB, AC, dan AD, maka:
MAB = kAB θA
MAC = kAC θA
MAD = kAD θA
Jadi: M' = (kAB + kAC + kAD) θA
M = ∑kA . θA
θA = M' / ∑kA
KAB
Dengan demikian, diperoleh: MAB = . M'
∑ KA
KAC
MAC = . M'
∑ KA
KAD
MAD = . M'
∑ KA
8

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:


a) Faktor distribusi (FD) adalah perbandingan kekakuan batang (k) dengan
kekakuan batang total di titik simpul (∑k).
Jadi, faktor distribusi FD = k / ∑k

b) Momen distribusi (MD) adalah hasil perkalian faktor distribusi dengan


momen primer (M').
Jadi, momen primer MD = M' . FD
2. 2. 3 Faktor kekakuan batang dan momen induksi
Untuk mengetahui faktor kekakuan batang dan momen induksi pada portal
(Gambar 3), dapat diuraikan berdasarkan rumus slope deflection (sudut
kemiringan lendutan) pada masing-masing jenis batang.

Rumus:

K = 4EI/L ( jepit-jepit ), dan K = 3EI/L ( jepit sendi/rol)

Ket:

K: kekakuan batang

E: modulus elastisitas

I: inersia momen

Batang AC:

Gambar 2.2.3 Batang AC


9

Sumber; khairul maulana rachmayani ( 09.01.1335 )


Batang prismatis AC dengan tumpuan jepit-jepit, bekerja momen
distribusi sebesar MAC di ujung A (simpul) dengan sudut kemiringan lendutan
sebesar θA. Sedangkan, ujung B (tumpuan jepit) berhak menerima momen
induksi sebesar MCA dengan arah yang sama. Dengan demikian, diperoleh
persamaan:
θA1 - θA1 = θA dan θC2 - θC1 = 0
Akibat pengaruh momen distribusi MAC saja akan menimbulkan sudut
kemiringan lendutan pada kedua ujung batang sebesar:
MAC . LAC MAC . LAC
ӨA 1= danӨC 1=
3 EI 6 EI
Selanjutnya, pengaruh momen induksi MCA saja akan menimbulkan
rotasi dengan sudut kemiringan lendutan pada kedua ujung batang sebesar:
MAC . LAC MAC . LAC
ӨA 2= dan ӨC 2=
6 EI 3 EI
Dengan demikian: θC2 - θC1 = 0
MAC . LAC MAC . LAC
− =0
3 EI 6 EI
1
MCA= MAC
2
ӨA 1−ӨA 2=ӨA
MAC . LAC MAC . LAC
− =0 A
3 EI 6 EI

4 EI
MAC= . ӨA
LAC

4 EI
Apabila ӨA = 1 radian, maka: MAC=
LAC

Persamaan ini menujukkan bahwa ujung A memberi induksi pada ujung C


sebesar setengah momen distribusi (1/2 M) dengan arah yang sama. Selanjutnya ,
nilai momen Mac telah menyebabkan terjadinya rotasi hingga membentuk sudut
kemiringan lendutan di ujung A sebesar ӨA . Nilai momen ini disebut sebagai
10

kekakuan batang AC yang diberi nitasi KAC. Dengan demikian, kekakuan batang
AC (tumpuan jepit-jepit) dapat diketahui dengan rumus: KAC = 4EI/LAC

Batang AD:

Gambar 2.2.4 Batang AD


Sumber; khairul maulana rachmayani ( 09.01.1335 )
Batang prismatis AD dengan tumpuan jepit-sendi, bekerja momen
distribusi sebesar MAD di ujung A (simpul) dengan sudut kemiringan lendutan
sebesar θA. Sedangkan, ujung D tidak berhak menerima momen induksi
karenajenis tumpuan sendi (momen induksi sama dengan nol). Dengan demikian,
diperoleh persamaan; θA1 - θA1 = θA
Akibat pengaruh memen distribusi MAD akan menimbulkan rotasi dengan
sudut kemiringan lendutan pada ujung batang A sebesar:
MAC . LAC 3 EI
ӨA = ; dimana θA = 1 radian, maka: MAD=
3 EI LAD
Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai momen MAD merupakan nilai yang
dibutuhkan hmgga menyebabkan terjadinya rotasi di ujung A (ujung D sendi),
sehingga membentuk sudut kemiringan lendutan di ujung A sebesar θA. Nilai
momen ini disebut sebagai kekakuan batang AD yang diberi notasi kAD. Dengan
demikian, kekakuan batang AD (tumpuan jepit-sendi) dapat diketahui dengan
rumus: kAD = 3EI/LAD.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1) Kekakuan batang dengan tumpuan jepit-jepit : k = 4EI/L
2) Kekakuan batang dengan tumpuan jepit-sendi: k = 3EI/L

2. 3 Baja
11

2. 3. 1 Pengertian Baja

Pengertian baja adalah suatu bahan yang homogeny yang terdiri dari
campuran ferrum (Fe) dan carbon (C). Besarnya unsur carbon adalah 0,004 –
1,6%.

Baja adalah paduan besi karbon yang dituang dari massa cair yang
memiliki komposisi sedemikian hingga padat pada suhu tertentu, dapat ditempa
dan memiliki kandungan karbon (kadar zat arang dibawah dari 2%). Baja
memiliki kekuatan yang sangat besar baik terhadap Tarik maupun tekan.

Dengan baja yang dimaksud suatu bahan dengan keserba-samaan yang


besar, terutama terdiri atas ferrum (Fe) dalam bentuk hablur dan 1,7% karbon (C),
zat arang itu didapat dengan jalan membersihkan bahan pada temperature yang
sangat tinggi. Bahan dasar untuk pembuatan baja ialah “ besi mentah atau disebut
juga besi kasar”, yang dihasilkan dari dapur tinggi. Baja struktur adalah suatu
jenis baja yang berdasarkan pertimbagan ekonomi,kekuatan, dan sifatnya cocok
sebagai pemikul beban dengan beberapa keuntungan :

- Memiliki sifat elastis (dapat kembali ke posisi awal jika beban ditaidakan);
- Dapat dibongkar pasang(dipakai berulang-ulang);
- Memiliki kekuatan yang cukup tinggi dan merata ( walau massa jenisnya
besar tetapi baja memiliki berat sendiri yang rendah karena penampangnya
yang kecil);
- Dapat disambung dengan las yang tidak memiliki perlemahan penampang;
- Tahan lama jika dipelihara.

Disamping itu kerugian baja adalah :

- Memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang teratur;


- Kekuatan dipengaruhi temperature;
- Karena batang- batang baja kebanyakan langsing, maka bahaya tekuk
mudah terjadi.
12

Pemakaian baja dalam teknik sipil diantaranya sebagai struktur utama,


misalnya :

1. Baja digunakan dalam beton prategang;


2. Baja digunakan dalam beton bertulang;
3. Baja digunakan dalam konstruksi baja.

2. 3. 2 Sifat-sifat Baja

Sifat-sifat baja yang paling utama untuk diketahui adalah : sifat


kekuatan/keteguhan, elastisitas, dan kekerasan.

1. Sifat kekuatan; artinya mempunyai sifat kekuatan tinggi untuk menahan


Tarik,tekan,lenturan dan geser
2. Sifat elastis; artinya sampai batas tertentu bahan baja mengalami
perubahan bentuk, tetapi setelah pembebanan dihentikan maka bahan baja
akan kembali pada bentuk semula.
3. Sifat kekerasan; artinya tidak mudah mengalami cacat kalau kena
benturan. Jadi bahan baja ini cukup keras tetapi elastis.

2. 4 Portal

Portal adalah sesuatu system yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan yang berfungsi menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang
berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma horizontal atau sistem-
sistem lantai. Pada dasarnya sistem struktur banguna terdiri dari portal tebuka dan
portal tertutup.

2. 4. 1 Portal terbuka

Portal terbuka yaitu dimana seluruh momen-momen dan gaya yang


bekerja pada konstruksi ditahan sepenuhnya oleh pondasi, sedangkan sloof hanya
13

berfungsi untuk menahan dinding saja. Pasa portal terbuka kekuatan dari elemen
strukturnya.

2. 4. 1 Portal tertutup

Portal tertutup yaitu dimana momen-momen dan gaya yang bekerja pada
konstruksi ditahan terlebih dahulu oleh sloof / beam kemudian diratakan, baru
sebagian kecil beban dilimpahkan ke pondasi. Sloof / beam berfungsi sebagai
pengikat kolom yang satu dengan yang lain untuk mencegah terjadinya
Differential Settlement.

2. 5 Beban-beban pada portal

Dalam menentukan bentuk dan ukuran-ukuran bagian-bagian suatu


konstruksi baja, kita harus menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia
dan ketentuan-ketentuan yang memberi perintah, antara lain mengenai pengerjaan
bahan, beban-beban yang diambil dan tegangan-tegangan yang diijinkan.
Beban suatu konstruksi bangunan dapat dibedakan dalam:
2. 5. 1 Beban Mati/Tetap
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat banguna atau
unsur bangunan termasuk segala unsur tambahan yang merupakan satu kesatuan
dengannya. Beban mati yang diperhitungkan anatar lain:
- Berat kuda-kuda sendiri
- Berat gording
- Berat trackstang
- Berat bracing/ikatan angina
- Berat atap
- Berat penyambung seperti plat sambungan, baut, mur, dan lain-lain.
2. 5. 2 Beban Hidup/Tidak Tetap
Beban hidup adalah semua muatan tidak tetap, kecuali muatan angin,
gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang misalnya selisih suhu, susut dan lain-
14

lain.
2. 6 Balok, Kolom dan Plat Dasar Kolom ( column Base Plate )

2. 6. 1 Balok

Balok sebagai batang yang memikul beban gravitasi transversal, termasuk


momen ujung, balok adalah gabungan dari elemen tarik dan elemen tekan, elemen
tekan (sayap/ flange tekan ) yang ditopang (branced ) secara integral dalam arah
tegak lurus bidangnya oleh bagian badan/ web (yang menghubungkannya ke
sayap tarik yang stabil ) juga dianggap memiliki sokongan samping ( lateral )
dalam arah tegak lurus bidang badan, jadi tekuk keseluruhan sayap tekan sebagai
kolom tidak dapat terjadi sebelum kapasitas momen batas penampang tercapai.

Walaupun kebanyakan balok dalam praktek memiliki sokongan samping


yang memadai sehingga stabilitas lateral tidak perlu ditinjau, presentasi keadaan
yang stabil mungkin tidak sebesar yang diperkirakan.

2. 6. 2 Kolom

Batang-batang lurus yang mengalami tekanan akibat bekerjanya gaya-gaya


batang aksial dikenal dengan sebutan kolom, tiang atau batang desak, dimana
kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan konstruksi
atap yang keseluruhan beban-bebannya tersebut disalurkan melalui kolom lalu ke
plat tapak kaki

Batang ini pada hakekatnya jarang sekali mengalami tekanan aksial saja,
namun bila pembebanan ditata sedemikian rupa hingga pengekangan (restrant)
rotasi ujung dapat diabaikan atau beban dari batang-batang yang bertemu diujung
olom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat kecil dibandingkan tekanan
langsung, maka batang tekan dapat direncanakan dengan aman sebagai kolom
yang dibebani secara konsentris.

Beban yang mengakibatkan terjadinya lenturan lateral pada kolom disebut


beban kritis dan merupakan beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh
15

kolom dengan aman, didalam merencanakan struktur baja kita harus


memperhatikan keruntuhan akan batang tekan. Keruntuhan batang tekan dapat
dikategorikan menjadi 2, yaitu :

1. keruntuhan yang diakibatkan tegangan lelehnya dilampaui. Hal semacam


ini terjadi padabatang tekan. Keruntuhan batang tekan yang pendek
(stocky column).
2. keruntuhan yang diakibatkan oleh terjadinya tekuk. Hal semacam ini
terjadi pada batang tekan yang langsing (slender column).

2. 6. 3 Plat Dasar Kolom (column base plate)

Sebelum beban kolom diteruskan ke pondasi, kolom diterima dulu oleh


plat kaki yang yang berfungsi meratakan tekanan kolom pada pondasi. Antara
kolom dengan plat tapak kaki biasanya dihubungkan dengan dilas.

2. 6. 4 Gording

Gording membagi bentangan atap dalam jarak-jarak yang lebih kecil pada
proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk,
orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording
berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording
menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan
panjang usuk yang tersedia.
Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-
kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia. Bahan- bahan
untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording
dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod atau
trekstan untuk memperkuat dan mencegah dari terjadinya pergerakan.
Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen
maksimal yang terjadi pada gording Gording kayu biasanya memiliki dimensi;
panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 10 cm. Jarak antar gording kayu
sekitar 1,5 sampai 2,5 m. Gording dari baja profil canal (Iight lip channel)
16

umumnya akan mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter,
tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki
panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5
cm.

2. 7 Alat sambung
2. 7. 1 Alat sambung mutu tinggi
Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan
berikut:
1) Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
2) Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau
penggantinya, harus lebih besar dari nilai nominal yang
ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku. Ukuran lainnya boleh
berbeda;
3) Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan Butir 18.2.5 dan Butir 18.4 selama persyaratan gaya
tarik minimum alat sambung pada Tabel 18.2-1 dipenuhi dan prosedur
penarikannya dapat diperiksa.

2. 7. 2 Las
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. 7. 3 Penghubung geser jenis paku yang dilas
Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. 7. 4 Baut angker
Baut angker harus memenuhi ketentuan Butir 5.3.1 atau dibuat dari
batang yang memenuhi ketentuan yang tercakup dalam Butir 3
selama ulirnya memenuhi ketentuan yang berlaku.
Tabel 5.3 Sifat mekanis baja struktural
17

Jenis Baja Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan


minimum, fu minimum, f y minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13

(Sumber, SNI 03-1729-2002)

2. 8 PERSYARATAN UMUM PERENCANAAN


2. 8. 1 Ketentuan umum
Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur
yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya
seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila ia
tidak mudah terguling, miring atau tergeser, selama umur bangunan yang
direncanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu menahan bila
kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan kehilangan kemampuan tahan
selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat
diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima
keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang
direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.

2. 8. 2 Keadaan kekuatan batas


Komponen struktur beserta sambungannya harus direncanakan untuk
keadaan kekuatan batas sebagai berikut:
1) beban-beban dan aksi-aksi harus ditentukan sesuai pembebann sesuai
perencanan dan aksi-aksinya yang dapat mempengaruhi kestabilan, kekuatan, dan
kemampuan-layan struktur serta beban-beban keadaan kekuatan batas harus
ditentukan sesuai dengan kombinasi pembebanan.

2. 8. 3 Keadaan kemampuan-layan batas


18

Sistem struktur dan komponen struktur harus direncanakan untuk


mempunyai kemampuan-layan batas dengan mengendalikan atau membatasi
lendutan dan getaran. Di samping itu untuk bangunan baja diperlukan
perlindungan terhadap korosi secukupnya.
2. 8. 4 Metode Dalam Analisa Struktur
Beberapa metode dalam penentuan gaya-dalam Untuk memenuhi syarat-
syarat stabilitas, kekuatan, dan kekakuanyang ditetapkan dalam Persyaratan
Umum Perencanan, pengaruh-pengaruh gaya-dalam padasuatu struktur dan
terhadap komponen-komponennya serta sambungannya yang diakibatkan oleh
beban-beban yang bekerja harus ditentukan melalui analisis struktur dengan
menggunakan anggapan-anggapan yang ditetapkan pada:
1. Bentuk-bentuk struktur pada analisis struktur
Pendistribusian pengaruh gaya-dalam kepada komponen-komponen
struktur dan sambungan-sambungan pada suatu struktur ditetapkan dengan
menganggap salah satu atau kombinasi bentuk-bentuk struktur berikut ini:
a) Kaku,
b) Semi-kaku,
c) Sederhana (bebas momen).
2. Analisis plastis
Pengaruh gaya-dalam di sebagian atau seluruh struktur dapat ditetapkan
menggunakan analisis plastis pada batasan harus dipenuhi. Distribusi gaya-gaya-
dalam harus memenuhi syarat keseimbangan dan syarat batas. Batasan yang
dimaksud adalah mengenai persyaratan yang harus dipenuhi, dalam hal ini Kuat
lentur komponen struktur komposit harus ditentukan berdasarkan distribusi
tegangan plastis.
a. Anggapan analisis
Gaya-gaya-dalam ditetapkan menggunakan analisis plastis kaku. Dalam
analisis plastis harus dapat dianggap bahwa sambungan- sambungan dapat
memobilisasikan kekuatan penuhnya atau sebagian dari kekuatan penuhnya,
selama kekuatan sambungan-sambungan tersebut direncanakan untuk tujuan
19

ini, dan selama:


- untuk sambungan dengan kekuatan penuh, yang kapasitas momen
sambungannya tidak kurang dari kapasitas momen penampang komponen-
komponen struktur yang disambung, perilaku sambungan harus
sedemikian rupa sehingga kapasitas rotasi sambungan pada setiap sendi
plastis tidak terlampaui pada saat terjadinya mekanisme;
- untuk sambungan dengan sebagian dari kekuatan penuhnya, yang
kapasitas momen sambungannya dapat lebih kecil daripada kapasitas
momen komponen-komponen struktur yang disambung, perilaku
sambungan harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya
semua sendi plastis yang diperlukan untuk terjadinya mekanisme,
sedemikian rupa sehingga kapasitas rotasi sambungan pada setiap sendi
plastis tidak terlampaui
b. sambungan
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul,
pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).

2. 8.5 Spesifikasi bahan


Untuk bangunan yang melebihi satu tingkat, bahan baja yang digunakan
pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Sistem Rangka Pemikul
Momen Terbatas (SRPMT), Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB),
Sistem Rangka Batang Pemikul Momen Khusus (SRBPMK), Sistem Rangka
Bresing Konsentrik Khusus (SRBKK), Sistem Rangka Bresing Konsentrik Biasa
(SRBKB), Sistem Rangka Bresing Eksentris (SRBE), harus memenuhi
persyaratan berikut ini:
a) Perbandingan tegangan leleh terhadap tegangan putus tariknya adalah
kurang dari 0,85,
b) Hubungan tegangan-regangan harus memperlihatkan daerah plateau yang
cukup panjang,
c) Pengujian uniaksial tarik pada spesimen baja memperlihatkan
20

perpanjangan maksimum tidak kurang daripada 20% untuk daerah


pengukuran sepanjang 50 mm,
d) Mempunyai sifat relatif mudah dilas.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Data Perhitungan Portal Arah X

°
( = 10 ) S

O P Q R T U V W

E F G H I J K L M N

706,88cm

500cm

A B C D
21

1010cm 2400cm 850cm

260 250 250 250 250 250 200 150

Gambar 3.1. Portal arah X

3.1.1 Data profil baja

a) Profil baja IWF 300 x 150 x 6,5 x 9


Material untuk gelagardan balok rangka baja terbuat dari profil IWF 300 x
150 x 6,5 x 9 dengan data-data profil sebagai berikut :
Berat atap kliplok efektif = 10kg/m2, mutu baja Bj 37
A = Luas Penampang = 46,78cm2
q = Berat Profil = 36,70kg/m
Ix = Momen inersia penampang sumbu x = 7.210cm4
Iy = Momen inersia penampang sumbu y = 508cm4
Wx = Momen tahanan sumbu x = 481cm3
Wy = momen tahanan sumbu y = 67,70cm3
b) Profil baja HWF 150 x 150 x 7 x 10
Material untuk kolom rangka baja terbuat dari HWF 150 x 150 x 7 x 10
dengan data-data profil sebagai berikut :
A = Luas Penampang = 40,14 cm2
q = Berat Profil = 31,5 kg/m
Ix = Momen inersia penampang sumbu x = 1.640 cm4
Iy = Momen inersia penampang sumbu y = 563 cm4
Wx = Momen tahanan sumbu x = 219 cm3
Wy = momen tahanan sumbu y = 75,1 cm3

c) Profil baja C 200 x 75 x 20 x 3,2


Material untuk gording terbuat dari profil baja C 200 x 75 x 20 x 3,2
dengan data-data sebagai berikut :
A = Luas Penampang = 11,81 cm2
q = Berat Profil = 9,27 kg/m
22

Ix = Momen inersia penampang sumbu x = 716 cm4


Iy = Momen inersia penampang sumbu y = 84 cm4
Wx = Momen tahanan sumbu x = 71,6 cm3
Wy = momen tahanan sumbu y = 15,8 cm3

3.1.2 Pembebanan pada kap portal baja

a) Beban Mati untuk kap atap


Berat atap kliplok = 6m x 38,5m x 10kg/m2 = 2310 kg
Berat sendiri gelagar = 1 x 19,25m x 36,70 kg/m = 706,475 kg
Berat gording = 34 x 8m x 9,27kg/m2 = 1334,88 kg
Berat trekstangØ 10mm = 32 x 15kg/m = 480 kg
Berat ikatan angin Ø 16mm= 12 x 16kg/m2 = 192 kg +
5023,35 kg
Diperhitungkan berat penyambung = 25% = 0,25 x 5023,35 kg = 1255,84
kg
total keseluruhan berat gelagar adalah = 5023,35 kg + 1255,84 kg
= 6279,19kg

maka beban merata pada gelagar adalah (qbs1) = Berat total keseluruhan
Bentang gelagar
= 6279,19 kg = 163,09 kg/m
38,5 m
Beban merata tegak lurus bidang atap = 163,09 kg/m2 cos 10o = 160,61
kg/m2
b) Beban Hidup:
Beban hidup d’ambil 100 kg menurut PPIUG-1983 pasal 3.1
c) Beban Angin :

3.2 Perhitungan Metode Cross

3.2.1 Menghitung Faktor Kekakuan


23

K = 4EI/L ( jepit-jepit ), K = 3EI/L ( jepit sendi/rol), K = 2EI/L (sendi-


sendi)

E = 2,1 x 106 kg/cm2

I = 1640 cm4(diambil dari momen inersia profil HWF 150 x 150 x 7 x 10)

I = 7210 cm4(diambil dari momen inersia profil IWF 300 x 150 x 6,5 x 9)

Ditinjau pada simpul yang memiliki jumlah batang lebih dari 1

Simpul A

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


AE = KAE= = = 27552000 kg.cm
L 500 cm

Simpul B

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm 2 ×1640 cm 4


BI = KBI = = = 20664000 kg.cm
L 500 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


BR = KBR = = = 19488456,32 kg.cm
L 706,88 cm

Simpul C

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


CT = KCT = = = 19488456,32 kg.cm
L 706,88 cm

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm 2 ×1640 cm 4


CJ = KCJ = = = 20664000 kg.cm
L 500 cm

Simpul D
24

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 1640 cm4


DN = KDN = = = 27552000 kg.cm
L 500 cm

Simpul E

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


EA = KEA = = = 27552000 kg.cm
L 500 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


EF = KEF = = = 232938461,5 kg.cm
L 260 cm

Simpul F

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


FE = KFE = = = 232938461,5 kg.cm
L 260 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


FI = KFI = = = 80752000 kg.cm
L 750 cm

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm 2 ×1640 cm4


FO = KFO= = = 145214335,9 kg.cm
L 71,15 cm

Simpul G

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


GP = KGP = = =119552199,9 kg.cm
L 115,23 cm

Simpul H

6 kg
4 EI 4 × 2,1× 10 2
×1640 cm4
HQ = KHQ = = cm = 86472914,44 kg.cm
L
159,31 cm

Simpul I

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm 2 ×1640 cm 4


IB = KIB = = = 20664000 kg.cm
L 500 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


IF = KIF = = =80752000 kg.cm
L 750 cm
25

Simpul J

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm 2 ×1640 cm4


JG = KJC = = = 20664000 kg.cm
L 500 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


JM = KJM = = = 86520000 kg.cm
L 700 cm

Simpul K

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


KU = KKU = = = 86472914,44
L 159,31cm
kg.cm

Simpul R

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


LV= KLV = = =119552199,9 kg.cm
L 115,23 cm

Simpul S

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


MJ = KMJ = = = 86520000 kg.cm
L 700 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


MN = KMN= = = 403760000 kg.cm
L 150 cm

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm2 ×1640 cm 4


MW = KMW = = = 129214607,3
L 79,96 cm
kg.cm

Simpul N

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 1640 cm4


ND = KND = = = 27552000 kg.cm
L 500 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


NW = KNW= = = 403760000 kg.cm
L 150 cm
26

Simpul O

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


OP = KOP = = = 181692000 kg.cm
L 250 cm

3 EI 3× 2,1× 106 kg /cm 2 ×1640 cm4


OF = KOF = = = 145214335,9 kg.cm
L 71,15 cm

Simpul P

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


PG = KPG= = = 119552199,9 kg.cm
L 115,23 cm

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


OP = KOP = = = 181692000 kg.cm
L 250 cm

2 EI 2× 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


PQ = KPQ = = = 121128000 kg.cm
L 250 cm

Simpul Q

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


QH = KQH= = = 86472914,44 kg.cm
L 159,31cm

2 EI 2× 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


QP = KQP = = = 121128000 kg.cm
L 250 cm

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


QR = KQR = = = 181692000 kg.cm
L 250 cm

Simpul R

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


RB= KRB = = = 19488456,32 kg.cm
L 706,88 cm

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


QR = KQR = = = 181692000 kg.cm
L 250 cm
27

6 kg
4 EI 4 × 2,1× 10 2
×7210 cm4
RS = KRS = = cm = 50470000 kg.cm
L
1200 cm

Simpul S

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


SR = KSR = = = 50470000 kg.cm
L 1200 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


ST = KST = = = 50470000 kg.cm
L 1200 cm

Simpul T

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


TS = KTS = = = 50470000 kg.cm
L 1200 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 1640 cm4


TC = KTC = = = 19488456,32 kg.cm
L 115,23 cm

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


TU = KTU = = = 181692000
L 250 cm
kg.cm

Simpul U

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 7210 cm4


UT = KUT = = = 181692000 kg.cm
L 250 cm

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


UK = KUK = = = 86472914,44
L 115,23 cm
kg.cm
28

2 EI 2× 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


UV = KUV = = = 121128000 kg.cm
L 250 cm

Simpul V

4 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm 2 × 1640 cm4


VL = KVL = = = 119552199,9 kg.cm
L 115,23 cm

2 EI 2× 2,1× 106 kg/cm2 × 7210 cm4


VU = KVU = = = 121128000 kg.cm
L 250 cm

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 1640 cm4


VW = KVW = = = 227115000 kg.cm
L 79,96 cm

Simpul W

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 1640 cm4


WV = KWV = = = 227115000 kg.cm
L 79,96 cm

3 EI 4 × 2,1× 106 kg/cm2 × 1640 cm4


WM = KWM= = =129214607,3 kg.cm
L 79,96 cm

3.2.2 Menghitung Koefisien Distribusi

Ditinjau pada setiap simpul

Simpul dengan jumlah batang 1, jepit = 0, sendi/rol = 1, bebas = 0

Simpul dengan jumlah batang >1, dihitung = k/∑k

Simpul A

UAE = 0,000

Simpul B

KBI
BI =
KBI + KBR
29

20664000 kg . cm
=
20664000 kg . cm+19488456,32 kg . cm

20664000 kg . cm
=
40152456,32 kg . cm

UBI = 0,515

KBR
BR =
KBI + KBR

19488456,32 kg . cm
=
20664000 kg . cm+19488456,32 kg . cm

19488456,32 kg . cm
=
40152456,32 kg . cm

UBR = 0,485

Kontrol titik simpul : UBI + UBR = 1

0,515 + 0,485 = 1…………………….………………..(ok)

SIMPUL C

KCT
CT =
KCT + KCJ

19488456,32 kg . cm
=
19488456,32kg . cm+20664000 kg . cm

19488456,32 kg . cm
=
40152456,32 kg . cm

UCT = 0,485

KCJ
CJ =
KCT + KCJ

19488456,32 kg . cm
=
19488456,32kg . cm+20664000 kg . cm
30

20664000 kg . cm
=
40152456,32 kg . cm

UCJ = 0,515

Kontrol titik simpul : UCT + UCJ = 1

0,485 + 0,515 = 1……………….……………..(ok)

Simpul D

UDN = 0,000

Simpul E

KEA
EA =
KEA+ KEF

27552000 kg . cm
=
27552000 kg . cm+232938461,5 kg . cm

27552000 kg . cm
=
260490461,5 kg . cm

UEA = 0,106

KEF
EF =
KEA+ KEF

232938461,5 kg . cm
=
27552000 kg . cm+232938461,5 kg . cm

232938461,5 kg . cm
=
260490461,5 kg . cm

UEF = 0,894

Kontrol titik simpul : UEA + UEF = 1

0,106 + 0,894 = 1................................………..(ok)


31

Simpul F

KFO
FO =
KFO+ KFE+ KFI

145214335,9 kg . cm
=
145214335,9kg .cm+232938461,5 kg . cm+80752000 kg . cm

145214335,9 kg . cm
=
458904797,4 kg . cm

UFO = 0,316

KFE
FE =
KFO+ KFE+ KFI

232938461,5 kg . cm
=
145214335,9kg .cm+232938461,5 kg . cm+80752000 kg . cm

232938461,5 kg . cm
=
458904797,4 kg . cm

UFE = 0,508

KFI
FI =
KFO+ KFE+ KFI

80752000 kg . cm
=
145214335,9kg .cm+232938461,5 kg . cm+80752000 kg . cm

80752000 kg . cm
=
458904797,4 kg . cm

UFI = 0,176

Kontrol titik simpul : UFO + UFE + UFI =1

0,316 + 0,508 + 0,176 = 1………………...……..(ok)

Simpul G
32

UGP = 0,000

Simpul H

UHQ = 0,000

SIMPUL I

KIB
IB =
KIB+ KIF

20664000 kg . cm
=
20664000 kg . cm+ 80752000kg .cm

20664000 kg . cm
=
101416000 kg . cm

UIB = 0,204

KIF
IF =
KIB+ KIF

80752000 kg . cm
=
20664000 kg . cm+ 80752000kg .cm

80752000 kg . cm
=
101416000 kg . cm

UIF = 0,796

Kontrol titik simpul : UIB + UIF = 1

0,204 + 0,796 = 1……………...…..…………..(ok)

Simpul J

KJC
JC =
KJC + KJM

20664000 kg . cm
=
20664000 kg . cm+ 86520000kg .cm
33

20664000 kg . cm
=
107184000 kg . cm

UJC = 0,193

KJM
JM =
KJC + KJN + KJM

86520000 kg . , cm
=
20664000 kg . cm+ 86520000kg .cm

86520000 kg . cm
=
178435764,7 kg . cm

UJM = 0,807

Kontrol titik simpul : UJC + UJM = 1

0,193 + 0,807 = 1………....……….…………..(ok)

Simpul K

UKU = 0,000

Simpul L

ULV = 0,000

Simpul M

KMJ
MJ =
KMJ + KMN + KMW

86520000 kg . cm
=
86520000 kg . cm+ 407360000 kg . cm+ 129214607,3 kg . cm

86520000 kg . cm
=
619494607,3 Kg . cm
34

UMJ = 0,14

KMN
MN =
KMJ + KMN + KMW

407360000 kg . cm
=
86520000 kg . cm+ 407360000 kg . cm+ 129214607,3 kg . cm

403760000 kg . cm
=
619494607,3 Kg . cm

UMN = 0,652

KMW
MW =
KMJ + KMN + KMW

129214607,3 kg . cm
=
86520000 kg . cm+ 407360000 kg . cm+ 129214607,3 kg . cm

129214607,3 kg . cm
=
619494607,3 Kg . cm

UMW = 0,208

Kontrol titik simpul : UMJ + UMN + UMW = 1

0,140 + 0,652 + 0,208 = 1…………….....……..(ok

Simpul N

KND
ND =
KND+ KNM

27552000 kg . cm
=
27552000 kg . cm+ 403760000 kg . cm

27552000 kg . cm
=
431312000 kg . cm

UND = 0,064
35

KNM
NM =
KND+ KNM

403760000 kg .cm
=
27552000 kg . cm+ 403760000 kg . cm

403760000 kg . cm
=
502563764,7 kg . cm

UNM = 0,936

Kontrol titik simpul : UND+ UNM = 1

0,064 + 0,936 = 1…………………....………..(ok)

Simpul O

KOP
OP =
KOP+ KOF

181692000 kg . cm
=
181692000 kg . cm+145214335,9 kg . cm

181692000 kg . cm
=
326906335,9kg . cm

UOP = 0,556

KOF
OF =
KOP+ KOF

145214335,9 kg . cm
=
181692000 kg . cm+145214335,9 kg . cm

145214335,9kg .cm
=
326906335,9kg . cm

UOF = 0,444
36

Kontrol titik simpul : UOP + UOF = 1

0,556 + 0,444 = 1…………...………..………..(ok)

Simpul P

KPG
PG =
KPG+ KPO+ KPQ

119552199,9 kg . cm
=
119552199,9 kg . cm+ 181692000 kg . cm+121128000 kg . cm

119552199,9 kg .cm
=
422372199,9 kg . cm

UPG = 0,283

KPO
PO =
KPG+ KPO+ KPQ

119552199,9 kg . cm
=
119552199,9 kg . cm+ 181692000 kg . cm+121128000 kg . cm

121128000 kg .cm
=
422372199,9 kg . cm

UPO = 0,430

KPQ
PQ =
KPG+ KPO+ KPQ

121128000 kg . cm
=
119552199,9 kg . cm+ 181692000 kg . cm+121128000 kg . cm

121128000 kg .cm
=
422372199,9 kg . cm

UTQ = 0,287

Kontrol titik simpul : UPG + UPO + PQ = 1


37

0,283 + 0,430 + 0,287 = 1……………..……....(ok)

Simpul Q

KQH
QH =
KQH + KQP+ KQR

86472914,44 kg .cm
=
86472914,44 kg . cm+121128000 kg . cm+181692000 kg . cm

86472914,44 kg . cm
=
389292914,4 kg . cm

UQH = 0,222

KQP
QP =
KQH + KQP+ KQR

121128000 kg . cm
=
86472914,44 kg . cm+121128000 kg . cm+181692000 kg . cm

121128000 kg .cm
=
389292914,4 kg . cm

UQP = 0,311

KQR
QR =
KQH + KQP+ KQR

121128000 kg . cm
=
86472914,44 kg . cm+121128000 kg . cm+181692000 kg . cm

181692000 kg . cm
=
389292914,4 kg . cm

UQR = 0,467

Kontrol titik simpul : UQH + UQP + UQR = 1

0,222 + 0,311 + 0,467 = 1…….…………….....(ok)


38

Simpul R

KRB
RB =
KRB+ KRQ+ KRS

19488456,32 kg . cm
=
19488456,32kg . cm+181692000 kg . cm+50470000 kg . cm

19488456,32kg .cm
=
251650456,3 kg . cm

URB = 0,077

KRQ
RQ =
KRB+ KRQ+ KRS

181692000 kg . cm
=
119488456,32 kg . cm+181692000 kg . cm+50470000 kg . cm

181692000 kg . cm
=
251650456,3 kg . cm

URQ = 0,722

KRS
RS =
KRB+ KRQ+ KRS

50470000 kg . cm
=
19488456,32kg . cm+181692000 kg . cm+50470000 kg . cm

50470000 kg . cm
=
251650456,3 kg . cm

URS = 0,201

Kontrol titik simpul : URB + URQ + URS = 1

0,077 + 0,722 + 0,201 = 1……….……………..(ok)

Simpul S
39

KSR
SR =
KSR+ KSR

50470000 kg . cm
=
50470000 kg . cm+50470000 kg . cm

50470000 kg . cm
=
100940000 kg . cm

USR = 0,5

KST
ST =
KSR+ KSR

50470000 kgcm
=
50470000 kgcm+50470000 kgcm

50470000 kgcm
=
100940000 kgcm

UST = 0,5

Kontrol titik simpul : USR + UST = 1

0,5 + 0,5 = 1……….…………………………..(ok)

Simpul T

KTS
TS =
KTS+ KTC+ KTU

50470000 kg . cm
=
50470000 kg . cm+19488456,32 kg . cm+181692000 kg . cm

50470000 kg . cm
=
251650456,3 kg . cm

UTS = 0,201

KTC
TC =
KTS+ KTC+ KTU
40

19488456,32 kg . cm
=
50470000 kg . cm+19488456,32 kg . cm+181692000 kg . cm

19488456,32kg .cm
=
251650456,3 kg . cm

UTC = 0,077

KTU
TU =
KTS+ KTC+ KTU

181692000 kg . cm
=
50470000 kg . cm+19488456,32 kg . cm+181692000 kg . cm

181692000 kg . cm
=
251650456,3 kg . cm

UTU = 0,722

Kontrol titik simpul : UTS + UTC + UTU = 1

0,201 + 0,077 + 0,722 = 1………….…...………..(ok)

Simpul U

KUT
UT =
KUT + KUK + KUV

181692000 kg . cm
=
181692000 kg . cm+86472914,44 kg . cm+121128000 kg . cm

181692000 kg . cm
=
389292914,4 kg . cm

UUT = 0,467

KUK
UK =
KUT + KUK + KUV

86472914,44 kg .cm
=
181692000 kg . cm+86472914,44 kg . cm+121128000 kg . cm
41

86472914,44 kg . cm
=
389292914,4 kg . cm

UUK = 0,222

KUV
UV =
KUT + KUK + KUV

121128000 kg . cm
=
181692000 kg . cm+86472914,44 kg . cm+121128000 kg . cm

121128000 kg .cm
=
389292914,4 kg . cm

UUV = 0,311

Kontrol titik simpul : UUT + UUK + UUV = 1

0,467 + 0,222 + 0,311 = 1…….…………….....(ok)

Simpul V

KVL
VL =
KVL+ KVU + KVW

119552199,9 kg . cm
=
119552199,9 kg . cm+ 121128000 kg . cm+ 227115000 kg . cm

119552199,9 kg .cm
=
467795199,9 kg . cm

UVL = 0,255

KVU
VU =
KVL+ KVU + KVW

121128000 kg . cm
=
119552199,9 kg . cm+ 121128000 kg . cm+ 227115000 kg . cm

121128000 kg .cm
=
467795199,9 kg . cm
42

UVU = 0,259

KVW
VW =
KVL+ KVU + KVW

227115000 kg . cm
=
119552199,9 kg . cm+ 121128000 kg . cm+ 227115000 kg . cm

227115000 kg . cm
=
467795199,9 kg . cm

UVW = 0,486

Kontrol titik simpul : UVL + UVU + UVW = 1

0,255 + 0,259 + 0,486 = 1…..………..…………..(ok)

Simpul W

KWV
WV =
KWV + KWM

227115000 kg . cm
=
227115000 kg . cm+129214607,3 kg . cm

227115000 kg . cm
=
356329607,3 kg . cm

UWV = 0,637

KWM
WM =
KWV + KWM

129214607,3 kg . cm
=
227115000 kg . cm+129214607,3 kg . cm

129214607,3 kg . cm
=
356329607,3 kg . cm

UWM = 0,363
43

Kontrol titik simpul : UWV + UWM = 1

0,673 + 0,363 = 1…………..………..………..(ok)

3.2.3 Menentukan Momen Primer ( FEM)

3.2.3.1 Momen Primer Akibat Beban Mati

MEF = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,6)2 = 90,48 kg.m

MFE = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,6)2 = -90,48 kg.m

MFI = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (7,5)2 = 752,86 kg.m

MIF = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (7,5)2 = -752,86 kg.m

MJM = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (7)2 = -655,82 kg.m

MMJ = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (7)2 = 655,82 kg.m

MMN = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (1,5)2 = -30,11 kg.m

MNM = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (1,5)2 = 30,11 kg.m


44

MOP = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = 83,65 kg.m

MPO = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = -83,65 kg.m

MPQ = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = 83,65 kg.m

MQP = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = -83,65 kg.m

MQR = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = 83,65 kg.m

MRQ = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = -83,65 kg.m

MRS = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12x 160,61 kg/m2 x (12)2 = 1927,32 kg.m

MSR = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12x 160,61 kg/m2 x (12)2 = -1927,32 kg.m

MST = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12x 160,61 kg/m2 x (12)2 = -1927,32 kg.m

MTS = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12x 160,61 kg/m2 x (12)2 = 1927,32 kg.m


45

MTU = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = -83,65 kg.m

MUT = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = 83,65 kg.m

MUV = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = -83,65 kg.m

MVU = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2,5)2 = 83,65 kg.m

MVW = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2)2 = -53,54 kg.m

MWV = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 160,61 kg/m2 x (2)2 = 53,54 kg.m

3.2.3.2 Momen Primer Akibat Beban Hidup

MEF = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,6)2 = 56,33 kg.m

MFE = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,6)2 = -56,33 kg.m

MFI = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (7,5)2 = 468,75 kg.m

MIF = 1/12 x qbsi x L2


46

= 1/12 x 100 kg/m2 x (7,5)2 = -468,75 kg.m

MJM = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (7)2 = -408,33 kg.m

MMJ = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (7)2 = 408,33 kg.m

MMN = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (1,5)2 = -18,75 kg.m

MNM = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (1,5)2 = 18,75 kg.m

MOP = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = 52,08 kg.m

MPO = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = - 52,08 kg.m

MPQ = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = 52,08 kg.m

MQP = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = - 52,08 kg.m

MQR = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = 52,08 kg.m

MRQ = 1/12 x qbsi x L2


47

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = -52,08 kg.m

MRS = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (12)2 = 1200 kg.m

MSR = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (12)2 = -1200 kg.m

MST = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (12)2 = -1200 kg.m

MTS = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (12)2 = 1200 kg.m

MTU = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = -52,08 kg.m

MUT = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = 52,08 kg.m

MUV = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = -52,08 kg.m

MVU = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2,5)2 = 52,08 kg.m

MVW = 1/12 x qbsi x L2

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2)2 = -33,33 kg.m

MWV = 1/12 x qbsi x L2


48

= 1/12 x 100 kg/m2 x (2)2 = 33,33 kg.m

3.3 Perhitungan tabel cross perataan momen akibat beban mati dan hidup

3.3.1 Akibat beban mati

Simpul A

Simpul A terdiri dari 1 batang :

Batang AE

Koefisien distribusi = 0,00

Momen primer (FEM) = 0,00

Momen balance1 = distribusi momen x FEM batang AE

= 0,00 x 0,00

= 0,00

Momen induksi 1 = 0,5 x momen balance 1 batang EA

= 0,5 x 9,59 kg.m

= 4,8 kg.m

Momen balance 2 = distribusi momen x momen induksi 1 batang AE

= 0,00 x 4,8 kg.m

= 0,00

Momen induksi 2 = 0,5 x momen balance 2 batang EA

= 0,5 x 17,83 kg.m


49

= 8,92 kg.m

Momen balance 3 = distribusi momen x momen induksi 2 batang AE

= 0,00 x 8,92 kg.m

= 0,00

Momen induksi 3 = 0,5 x momen balance 3 batang EA

= 0,5 x -6,48 kg.m

= -3,24 kg.m

Momen balance 4 = distribusi momen x momen induksi 3 batang AE

= 0,00 x -3,24 kg.m

= 0,00

Momen induksi 4 = 0,5 x momen balance 4 batang EA

= 0,5 x 3,27 kg.m

= 1,64 kg.m

Momen balance 5 = distribusi momen x momen induksi 4 batang AE

= 0,00 x 1,64 kg.m

= 0,00

Momen induksi 5 = 0,5 x momen balance 5 batang EA

= 0,5 x -1.18 kg.m

= -0,59 kg.m

Momen balance 6 = distribusi momen x momen induksi 5 batang AE


50

= 0,00 x -0,59 kg.m

= 0,00

Momen induksi 6 = 0,5 x momen balance 6 batang EA

= 0,5 x 0,69 kg.m

= 0,34 kg.m

Momen balance 7 = distribusi momen x momen induksi 6 batang AE

= 0,00 x 0,69 kg.m

= 0,00

Momen induksi 7 = 0,5 x momen balance 7 batang EA

= 0,5 x -0,28 kg.m

= -0,14 kg.m

Momen balance 8 = distribusi momen x momen induksi 7 batangAE

= 0,00 x -0,14 kg.m

= 0,00

Momen induksi 8 = 0,5 x momen balance 8 batang EA

= 0,5 x 0,15 kg.m

= 0,08 kg.m

Momen balance 9 = distribusi momen x momen induksi 8 batang AE

= 0,00 x 0,08 kg.m

= 0,00
51

Momen induksi 9 = 0,5 x momen balance 9 batang EA

= 0,5 x -0,07 kg.m

= -0,03 kg.m

Momen balance 10 = distribusi momen x momen induksi 9 batangAE

= 0,00 x -0,03 kg.m

= 0,00

Momen induksi 10 = 0,5 x momen balance 10 batang EA

= 0,5 x 0,03 kg.m

= 0,02 kg.m

Momen Total = FEM batang AE x (M. Balance + M. Induksi)

= 11,79 kg.m

Ket:

Diambil 1 perhitungan yg mewakili perhitungan lainnya sebagai contoh,


karena terlalu banyaknya perhitungan untuk perataan momen yg akan di
perlihatkan. Selanjutnya hasil lain dari perhitungan tersebut langsung di
dimasukkan kedalam tabel excel.

3.3.2 Akibat beban hidup

Simpul A

Simpul A terdiri dari 1 batang :

Batang AE

Koefisien distribusi = 0,00


52

Momen primer (FEM) = 0,00

Momen balance1 = distribusi momen x FEM batang AE

= 0,00 x 0,00

= 0,00

Momen induksi 1 = 0,5 x momen balance 1 batang EA

= 0,5 x 5,97 kg.m

= 2,99 kg.m

Momen balance 2 = distribusi momen x momen induksi 1 batang AE

= 0,00 x 2,99 kg.m

= 0,00

Momen induksi 2 = 0,5 x momen balance 2 batang EA

= 0,5 x 11,1 kg.m

= 5,55 kg.m

Momen balance 3 = distribusi momen x momen induksi 2 batang AE

= 0,00 x 5,55 kg.m

= 0,00

Momen induksi 3 = 0,5 x momen balance 3 batang EA

= 0,5 x -4,03 kg.m

= -2,02 kg.m

Momen balance 4 = distribusi momen x momen induksi 3 batang AE


53

= 0,00 x -2,02 kg.m

= 0,00

Momen induksi 4 = 0,5 x momen balance 4 batang EA

= 0,5 x 2,04 kg.m

= 1,02 kg.m

Momen balance 5 = distribusi momen x momen induksi 4 batang AE

= 0,00 x 1,02 kg.m

= 0,00

Momen induksi 5 = 0,5 x momen balance 5 batang EA

= 0,5 x -0,73 kg.m

= -0,37 kg.m

Momen balance 6 = distribusi momen x momen induksi 5 batang AE

= 0,00 x -0,37 kg.m

= 0,00

Momen induksi 6 = 0,5 x momen balance 6 batang EA

= 0,5 x 0,43 kg.m

= 0,21 kg.m

Momen balance 7 = distribusi momen x momen induksi 6 batang AE

= 0,00 x 0,21 kg.m

= 0,00
54

Momen induksi 7 = 0,5 x momen balance 7 batang EA

= 0,5 x -0,17 kg.m

= -0,09 kg.m

Momen balance 8 = distribusi momen x momen induksi 7 batangAE

= 0,00 x -0,09 kg.m

= 0,00

Momen induksi 8 = 0,5 x momen balance 8 batang EA

= 0,5 x 0,09 kg.m

= 0,05 kg.m

Momen balance 9 = distribusi momen x momen induksi 8 batang AE

= 0,00 x 0,05 kg.m

= 0,00

Momen induksi 9 = 0,5 x momen balance 9 batang EA

= 0,5 x -0,04 kg.m

= -0,02 kg.m

Momen balance 10 = distribusi momen x momen induksi 9 batangAE

= 0,00 x -0,02 kg.m

= 0,00

Momen induksi 10 = 0,5 x momen balance 10 batang EA

= 0,5 x 0,02 kg.m


55

= 0,01 kg.m

Momen Total = FEM batang AE x (M. Balance + M. Induksi)

= 7,34 kg.m

Ket:

Diambil 1 perhitungan yg mewakili perhitungan lainnya sebagai contoh,


karena terlalu banyaknya perhitungan untuk perataan momen yg akan di
perlihatkan. Selanjutnya hasil lain dari perhitungan tersebut langsung di
dimasukkan kedalam tabel excel.
56
57
58
59

3.4 Kombinasi Beban Mati dan Beban Hidup Portal Arah X


Kombinasi pembebanan (1,2 beban mati + 1,6 beban hidup)
60

3.4.1 Momen Ujung Bawah ( Kolom )


Batang AE
Batang AE x beban mati + Batang AE x beban hidup
= (1,2 x 11,79 kg.m) + (1,6 x 7,34 kg.m)
= (14,148 kg.m) + ( 11,744 kg.m)
= 25,892 kg.m2
Batang BI
Batang BI x beban mati + Batang BI x beban hidup
= (1,2 x -90,57 kg.m) + (1,6 x -56,39 kg.m)
= (-108,684 kg.m) + (-90,224 kg.m)
= -198,908 kg.m2
Batang BR
Batang BR x beban mati + Batang BR x beban hidup
= (1,2 x 22,42 kg.m) + (1,6 x 13,96 kg.m)
= (26,904 kg.m) + (22,336 kg.m)
= 49,242 kg.m2
Batang CT
Batang CT x beban mati + Batang CT x beban hidup
= (1,2 x 22,08 kg.m) + (1,6 x 17,46 kg.m)
= (26,496 kg.m) + (27,936 kg.m)
= 54,432 kg.m2
Batang CJ
Batang CJ x beban mati + Batang CJ x beban hidup
= (1,2 x -70,09 kg.m) + (1,6 x -44,14 kg.m)
= (-84,108 kg.m) + (-70,624 kg.m)
= -154,732 kg.m2
Batang DN
Batang DN x beban mati + Batang DN x beban hidup
= (1,2 x 6,04 kg.m) + (1,6 x 3,76 kg.m)
= (7,248 kg.m) + (6,016 kg.m)
61

= 13,264 kg.m2
Batang FO
Batang FO x beban mati + Batang FO x beban hidup
= (1,2 x 206,07 kg.m) + (1,6 x 128,30 kg.m)
= (247,284 kg.m) + (205,28 kg.m)
= 452,564 kg.m2
Batang GP
Batang GP x beban mati + Batang GP x beban hidup
= (1,2 x 15,83 kg.m) + (1,6 x 9,86 kg.m)
= (18,996 kg.m) + (15,776 kg.m)
= 34,772 kg.m2
Batang HQ
Batang HQ x beban mati + Batang HQ x beban hidup
= (1,2 x 42,35 kg.m) + (1,6 x 26,37 kg.m)
= (50,82 kg.m) + (42,192 kg.m)
= 90,012 kg.m2
Batang KU
Batang KU x beban mati + Batang KU x beban hidup
= (1,2 x 42,66 kg.m) + (1,6 x 26,56 kg.m)
= (51,192 kg.m) + (42,49 kg.m)
= 93,688 kg.m2
Batang LV
Batang LV x beban mati + Batang LV x beban hidup
= (1,2 x 17,32 kg.m) + (1,6 x 10,78 kg.m)
= (20,784 kg.m) + (17,248 kg.m)
= 38,032 kg.m2
Batang MW
Batang MW x beban mati + Batang MW x beban hidup
= (1,2 x 125,91 kg.m) + (1,6 x 78,40 kg.m)
= (151,092 kg.m) + (125,44 kg.m)
62

= 76,532 kg.m2

3.4.2 Momen Ujung Atas (Kolom)


Batang EA
Batang EAx beban mati + Batang EA x beban hidup
= (1,2 x 23,57 kg.m) + (1,6 x 14,68 kg.m)
= (28,284 kg.m) + (23,488 kg.m)
= 51,772 kg.m2
Batang IB
Batang IB x beban mati + Batang IB x beban hidup
= (1,2 x -154,43 kg.m) + (1,6 x -96,40 kg.m)
= (-185,316 kg.m) + (-154,24 kg.m)
= -339,556 kg.m2
Batang RB
Batang RB x beban mati + Batang RB x beban hidup
= (1,2 x 69,63 kg.m) + (1,6 x 43,35 kg.m)
= (83,556 kg.m) + (69,36 kg.m)
= 152,916 kg.m2
Batang TC
Batang TC x beban mati + Batang TC x beban hidup
= (1,2 x 72,64 kg.m) + (1,6 x 45,23 kg.m)
= (87,168 kg.m) + (72,368 kg.m)
= 159,536 kg.m2
Batang JC
Batang JC x beban mati + Batang JC x beban hidup
= (1,2 x -126,20 kg.m) + (1,6 x -78,58 kg.m)
= (-151,44 kg.m) + (-125,728 kg.m)
= -277,168 kg.m2
Batang ND
Batang ND x beban mati + Batang ND x beban hidup
63

= (1,2 x 12,07 kg.m) + (1,6 x 7,52 kg.m)


= (14,484 kg.m) + (12,032 kg.m)
= 26,516 kg.m2

Batang OF
Batang OF x beban mati + Batang OF x beban hidup
= (1,2 x 166,26 kg.m) + (1,6 x 103,52 kg.m)
= (199,512 kg.m) + (165,632 kg.m)
= 365,144 kg.m2
Batang PG
Batang PG x beban mati + Batang PG x beban hidup
= (1,2 x 31,67 kg.m) + (1,6 x 19,72 kg.m)
= (38,004 kg.m) + ( 31,552 kg.m)
= 69,556 kg.m2
Batang QH
Batang QH x beban mati + Batang QH x beban hidup
= (1,2 x 84,70 kg.m) + (1,6 x 52,74 kg.m)
= (101,64 kg.m) + (85,384 kg.m)
= 186,024 kg.m2
Batang UK
Batang UK x beban mati + Batang UK x beban hidup
= (1,2 x 85,31 kg.m) + (1,6 x 53,12 kg.m)
= (102,372 kg.m) + (84,992 kg.m)
= 187,364 kg.m2
Batang VL
Batang VL x beban mati + Batang VL x beban hidup
= (1,2 x 34,63 kg.m) + (1,6 x 21,56 kg.m)
= (41,556 kg.m) + (34,496 kg.m)
= 76,052 kg.m2
Batang WM
64

Batang WM x beban mati + Batang WM x beban hidup


= (1,2 x 100,33 kg.m) + (1,6 x 62,46 kg.m)
= (120,396 kg.m) + (99,936 kg.m)
= 220,332 kg.m2

3.4.3 Momen Ujung Kiri ( Gelagar dan Balok)


Batang EF
Batang EF x beban mati + Batang EF x beban hidup
= (1,2 x 421,04 kg.m) + (1,6 x 262,14 kg.m)
= (505,248 kg.m) + (419,424 kg.m)
= 924,672 kg.m2
Batang FI
Batang FI x beban mati + Batang FI x beban hidup
= (1,2 x559,21 kg.m) + (1,6 x 348,18 kg.m)
= (671,052 kg.m) + (557,088 kg.m)
= 1228,14 kg.m2
Batang JM
Batang IJ x beban mati + Batang IJ x beban hidup
= (1,2 x -1127,80 kg.m) + (1,6 x -702,20 kg.m)
= (-1353,36 kg.m) + (-1123,52 kg.m)
= -2476,88 kg.m2
Batang MN
Batang MN x beban mati + Batang MN x beban hidup
= (1,2 x 374,76 kg.m) + (1,6 x 233,33 kg.m)
= (449,712 kg.m) + (373,328 kg.m)
= 823,04 kg.m2

Batang OP
Batang OP x beban mati + Batang OP x beban hidup
65

= (1,2 x 213,28 kg.m) + (1,6 x 132,79 kg.m)


= (255,936 kg.m) + (212,464 kg.m)
= 468,4 kg.m2
Batang PQ
Batang PQ x beban mati + Batang PQ x beban hidup
= (1,2 x 175,10 kg.m) + (1,6 x 109,02 kg.m)
= (210,12 kg.m) + (174,432 kg.m)
= 384,552 kg.m2
Batang QR
Batang QR x beban mati + Batang QR x beban hidup
= (1,2 x 627,01 kg.m) + (1,6 x 390,39 kg.m)
= (752,412 kg.m) + (624,624 kg.m)
= 1377,036 kg.m2
Batang RS
Batang RS x beban mati + Batang RS x beban hidup
= (1,2 x 1217,94 kg.m) + (1,6 x 758,32 kg.m)
= (1461,528 kg.m) + (1213,312 kg.m)
= 2674,84 kg.m2
Batang ST
Batang ST x beban mati + Batang ST x beban hidup
= (1,2 x -3650,74 kg.m) + (1,6 x -2273,05 kg.m)
= (-4380,888 kg.m) + (-3636,88 kg.m)
= -8017,768 kg.m2
Batang TU
Batang TU x beban mati + Batang TU x beban hidup
= (1,2 x 738,90 kg.m) + (1,6 x 460,06 kg.m)
= (886,68 kg.m) + (736,096 kg.m)
= 1622,776 kg.m2
Batang UV
Batang UV x beban mati + Batang UV x beban hidup
66

= (1,2 x 53,45 kg.m) + (1,6 x 33,28 kg.m)


= (64,14 kg.m) + (53,248 kg.m)
= 177,388 kg.m2
Batang VW
Batang PQ x beban mati + Batang QP x beban hidup
= (1,2 x 58,65 kg.m) + (1,6 x 36,52 kg.m)
= (70,38 kg.m) + (58,432 kg.m)
= 128,812 kg.m2

3.4.4 Momen Ujung Kanan(Gelagar dan Balok)


Batang FE
Batang FE x beban mati + Batang FE x beban hidup
= (1,2 x 272,44 kg.m) + (1,6 x 169,63 kg.m)
= (362,928 kg.m) + (271,408 kg.m)
= 634,336 kg.m2
Batang IF
Batang IFx beban mati + Batang IF x beban hidup
= (1,2 x -1277,10 kg.m) + (1,6 x -795,16 kg.m)
= (-1532,52 kg.m) + (-1272,256 kg.m)
= -2804,776 kg.m2
Batang MJ
Batang MJ x beban mati + Batang MJ x beban hidup
= (1,2 x 470,81 kg.m) + (1,6 x 293,14 kg.m)
= (564,972 kg.m) + (469,024 kg.m)
= 1033,996 kg.m2
Batang NM
Batang NM x beban mati + Batang NM x beban hidup
= (1,2 x 364,96 kg.m) + (1,6 x 227,24 kg.m)
= (437,952 kg.m) + (363,584 kg.m)
= 801,536 kg.m2
67

Batang PO
Batang PO x beban mati + Batang PO x beban hidup
= (1,2 x 17,26 kg.m) + (1,6 x 10,75 kg.m)
= (20,712 kg.m) + (17,2 kg.m)
= 37,912 kg.m2
Batang QP
Batang QP x beban mati + Batang QP x beban hidup
= (1,2 x 51,07 kg.m) + (1,6 x 31,80 kg.m)
= (61,284 kg.m) + (50,88 kg.m)
= 112,164 kg.m2
Batang RQ
Batang RQ x beban mati + Batang RQ x beban hidup
= (1,2 x 735,81 kg.m) + (1,6 x 458,14 kg.m)
= (882,972 kg.m) + (733,024 kg.m)
= 1615,996 kg.m2
Batang SR
Batang SR x beban mati + Batang SR x beban hidup
= (1,2 x -3651,08 kg.m) + (1,6 x -2273,26 kg.m)
= (-4381,296 kg.m) + (-3637,216 kg.m)
= -8018,512 kg.m2
Batang TS
Batang TS x beban mati + Batang TS x beban hidup
= (1,2 x 1218,62 kg.m) + (1,6 x 758,74 kg.m)
= (1462,344 kg.m) + (1213,983 kg.m)
= 2676,327 kg.m2
Batang UT
Batang UT x beban mati + Batang UT x beban hidup
= (1,2 x 629,52 kg.m) + (1,6 x 391,96 kg.m)
= (755,424 kg.m) + (627,136 kg.m)
= 1382,56 kg.m2
68

Batang VU
Batang VU x beban mati + Batang VU x beban hidup
= (1,2 x 178,58 kg.m) + (1,6 x 111,19 kg.m)
= (214,296 kg.m) + (177,904 kg.m)
= 392,2 kg.m2
Batang WV
Batang QP x beban mati + Batang QP x beban hidup
= (1,2 x 178,92 kg.m) + (1,6 x 111,39 kg.m)
= (214,704 kg.m) + (178,224 kg.m)
= 392,928 kg.m2

Tabel 3.4 Perhitungan Kombinasi Pembebanan

Kombinasi
Batan Momen Beban Pembebanan
Jenis g Momen beban Mati Hidup (1,2MDL+1,6MLL)
Ujung Ujung Ujung Ujung Ujung Ujung
    Bwh Atas Bwh Atas Bwh Atas
AE 11.79 23.57 7.34 14.68 25.89 51.77
BI -90.57 -154.43 -56.39 -96.40 -198.91 -339.56
BR 22.42 69.63 13.96 43.35 49.24 152.92
CT 22.08 72.64 17.46 45.23 54.43 159.54
CJ -70.09 -126.20 -44.14 -78.58 -154.73 -277.17
kolo DN 6.04 12.07 3.76 7.52 13.26 26.52
m FO 206.07 166.26 128.30 103.52 452.56 365.14
GP 15.83 31.67 9.86 19.72 34.77 69.56
HQ 42.35 84.70 26.37 52.74 93.01 186.02
KU 42.66 85.31 26.56 53.12 93.69 187.36
LV 17.32 34.63 10.78 21.56 38.03 76.05
MW 125.91 100.33 78.40 62.46 276.53 220.33
               
Kombinasi
Batan Tumpuan Tumpuan Tumpuan Tumpuan Pembebanan
Jenis g Kiri Kanan Kiri Kanan (1,2MDL+1,6MLL)
balok EF 421.04 272.44 262.14 169.63 924.672 598.34
69

FI 559.21 -1277.10 348.18 -795.16 1228.14 -2804.78


JM -1127.80 470.81 -702.20 293.14 -2476.88 1033.996
MN 374.76 364.96 233.33 227.24 823.04 801.54
OP 213.28 17.26 132.79 10.75 468.40 37.91
PQ 175.10 51.07 109.02 31.80 384.55 112.16
QR 627.01 735.81 390.39 458.14 1377.04 1615.996
RS 1217.94 -3651.08 758.32 -2273.26 2674.84 -8018.51
ST -3650.74 1218.62 -2273.05 758.74 -8017.77 2676.33
TU 738.90 629.52 460.06 391.96 1622.78 1382.56
UV 53.45 178.58 33.28 111.19 117.39 392.20
VW 58.65 178.92 36.52 111.39 128.81 392.93

3.5 Perhitungan Reaksi Perletakan dan Momen

Gambar 3.5reaksi perletakan momen pada portal arah X titik B dan titik C

I 1 16,4 M 4
K1= = = 2,32 M3
h 7,06 M

5,08 M 4
K2= I2= = 0,64 M3
8M

K2 0,64 M 3
K= =
K1 2,32 M 3
70

= 0,28

β = (( kh + f )2 + 4k )) ( h2 + hf + f2 )

β = ((0,28 × 7,06 m)+ 2,09 m)2 + 4 × 0,28 (7,062m + (7,06m × 2.09m) +


2,092m)

β = (1,98+ 2,09 m )2 + 1,12 (49,84 m + 14,75 + 4,372m)

β = 16,57 + 1,12 (49,84 m + 14,75 + 4,37m)

β = 16,57+ 1,12 ( 68,96 )

β = 16,57+ ( 1,12 × 68,96 )

β = 16,57+ 77,24 = 93,81 m

Gambar 3.5.1 reaksi perletakan dan momen

WL 3(4 K +1)
VC = ×
32 3 K +1

160,61kg /m× 24 m 3(4 ×0,28+1)


= ×
32 3× 0,28+1

3(4 ×0,28+1)
= 120,46 ×
0,21+1
71

6,36
= 120,46 ×
1,08

= 120,46 × 5,89

= 709,51 kg/m

WL
VB = - VD
2

106,61kg /m× 24 m
= – 709,51 kg
2

= 1927,32 kg−709,51kg

= 1217,81 kg

W L2 K ( 4 h+5+ f ) + f
H= ×
16 β

160,61kg / m× 242 m 0,28 ( 4 × 7,06+5 ×2 , 09 )+ 2,09


= ×
16 93,81

0,28 ( 28,24+10,45 ) +2,09


= 5781,96 kg ×
93,81

0,28 ( 38,69+ 2,09 )


= 5781,96 kg ×
19,79

0,28 ×40,78
= 5781,96 kg ×
93,81

= 5781,96 kg × 0,12

= 693,84 kg

W L2 kh ( 8 h+15 f )+ f (6 h−f ) 3
MB = ( - )
96 β 2(3 k +1)
72

160,61kg /m× 242 m 0,28 ×7,06 ( 8 ×7,06+15 ×2,09 )+ 2,09(6 ×7,06−2,09)


= (
96 93,81

3
– 2(3 ×0,28+1) )

1,98 ( 56,48+31,35 )+ 2,09(42,36−2,09) 3


= 963,66 kg ( – )
93,81 2(1,84)

1,98 ( 87,83 )+ 2,09(40,27) 3


= 963,66 kg ( – )
93,81 2(1,84)

258,07
= 963,66 kg × – 0,82
93,81

= 963,66 kg × 2,75 – 0,82

= 963,66 kg × 1,93

= 1859,86 kg

W L2 kh ( 8 h+15 f )+ f (6 h−f ) 3
MC = ( + )
96 β 2(3 k +1)

160,61kg /m× 242 m 0,28 ×7,06 ( 8 ×7,06+15 ×2,09 )+ 2,09(6 ×7,06−2,09)


= (
96 93,81

3
+ 2(3 ×0,28+1) )

1,98 ( 56,48+31,35 )+ 2,09(42,36−2,09) 3


= 963,66 kg ( + )
93,81 2(1,84)

1,98 ( 87,83 )+ 2,09(40,27) 3


= 963,66 kg ( + )
93,81 2(1,84)

258,07
= 963,66 kg × +0,82
93,81
73

= 963,66 kg × 2,75 + 0,82

= 963,66 kg × 3,57

= 3440,26 kg

Gambar 3.5.2 reaksi perletakan dan momen

WF 12k ( h+ f ) +5 f
V= ×( )
8L 3 k +1

160,61kg / m× 2,09 12× 0,28 (7,06+ 2,09 ) +5× 2,09


V= ×( )
8× 24 m 3 ×0,28+ 1

335,67 kg/m 3,36 ( 9,15 ) +10,45


= ×( )
192 m 1,84

3,36× 19,6
= 1,75 kg × ( )
1,84

= 1,75 kg × 35,79

= 62,63 kg
74

WF 5 fk ( 2 h+ f ) +2 k h2 ( k +4 ) +f 2
H= ×
4 β

160,61×2,09
= ×
4

5× 2,09× 0,28 ( 2× 7,06+2,09 ) +2 ×0,28 ×7,06 2 ( 0,28+ 4 ) +2,09 2


93,81

2,93 ( 16,21 ) +27,91 ( 4,28 ) + 4,37


= 83,91 ×
93,81

02,93× 44,12 ×8.65


= 83,91 ×
93,12

1118.1
= 83,91 ×
93,81

= 83,91 × 11,92

= 1000,21

WF 12h ( 3 h+2 ) +3 f
MB = ׿+
24 6 k +2

160,61×2,09
= ׿
24

12×7,06 ( 3 × 0,28+2 ) +3 ×2,09


+
6 × 0,28+2

84,72 ( 2,84 ) +6,27


=13,99 ׿+
3,68

84,72× 17,81
= 13,99 × ¿ +
3,68

2,09(93,16+ 91,57) 1508,86


= 13,99 × ( )+
93,81 3,68
75

2,09× 184,73
= 13,99 × ( )+ 410,02
93,81

386,09
= 13,99 × ( )+ 410,02
93,81

= 13,99 × (4,12 + 410,02)

= 13,99 × 414,14

= 5793,82 kg

WF 12h ( 3 h+2 ) +3 f
MC = × ¿
24 6 k +2

160,61×2,09
= ׿
24

12×7,06 ( 3 × 0,28+2 ) +3 ×2,09


 6 × 0,28+2

84,72 ( 2,84 ) +6,27


=13,99× ¿
3,68

84,72× 17,81
= 13,99 × ¿ 3,68

2,09(93,16+ 91,57) 1508,86


= 13,99 × ( )
93,81 3,68

2,09× 184,73
= 13,99 × ( )410,02
93,81

386,09
= 13,99 × ( )410,02
93,81

= 13,99 × (4,12 410,02)


76

= 13,99 × -405,9

= -5678,54 kg

Gambar 3.5.3 reaksi perletakan dan momen

W h2 k
V= ×
8L 3 k +1

160,61kg /m× 7,062 0,28


V= ×
2 ×24 m 3× 0,28+1

8005,38 kg/m 0,28


= ×( )
48 m 1,84

= 166,78 kg × 0,15

= 25,02 kg

W h2
H= × k ¿¿
4

160,61×7,06 2
= × 0,28 ¿ ¿
4
77

0,28(7,06 × ( 3,28 )+ 4,18)


= 2001,34 ×
93,81

0,28 ×(23,16 +4,18)


= 2001,34 ×
93,12

0,28 ×27,34
= 2001,34 ×
93,81

281,05
= 2001,34 ×
93,81

= 2001,34 × 2,996

= 5996,01 kg

W h2 12k + 6
MB = ׿+ )
24 6 k +2

160,61×7,06 2 12× 0,28+6


= × ¿+ )
24 6 ×0,28+2

12 ×6,28
= 333,56 × ¿+ )
6 ×0,28+2

12 ×6,28
= 333,56 × ¿ + )
6 ×0,28+2

12× 6,28
= 333,56 × ¿ + )
3,68

75,36
= 333,56 × ¿ + )
3,68

= 333,56 × (2,08 + 20,48)

= 333,56 × 22,56

= 7525,11 kg
78

W h2 12k + 6
MC = × ¿ )
24 6 k +2

160,61×7,06 2 12× 0,28+6


= ¿ )
24 6 ×0,28+2

12 ×6,28
= 333,56 × ¿ 6 ×0,28+2 )

12 ×6,28
= 333,56 × ¿ 6 ×0,28+2 )

12× 6,28
= 333,56 × ¿ 3,68 )

75,36
= 333,56 × ¿ 3,68 )

= 333,56 × (2,08  20,48)

= 333,56 × -18,4

= -6137,5 kg

Gambar 3.5.4 reaksi perletakan dan momen


79

1
V= P
2

1
= × 160,61
2

= 0,5 x 160,61 kg/m

= 80,305 kg/m

1 k ( 3 h+4 f ) + f
H= PL.
4 β

1 0,28 ((3 ×7,06 m)+( 4 ×2,09 m) ) +2,09 m


= (160,61 kg/m ×24 m)
4 93,81

1 0,28 ( 21,18 m+8,36 m ) +2,09 m


= (3854,64kg/m2)
4 93,81

1 0,28(29,54 m2 +2,09 m)
= (3854,64kg/m )
2
4 93,81

0,28 ×31,63 m 3
= 963,66 kg/m×
93,81

8,86 m 3
= 963,66 kg/m×
93,81

= 963,66 kg/m×0,95 m

= 915,48 kg/m

1 k h2 +hf ( 2 k +1 )
M = PL.
4 β

1 0,28 ×7,062 +7,06 ×2,09 (( 2× 0,28)+1 )


= (160,61 kg/m ×24 m)
4 93,81

1 13,96+14,75 ( 0,56+1 )
= (3854,64)
4 93,81
80

28,71 (1,56 )
= 963,66×
93,81

44,79
= 963,66×
93,81

= 963,66× 0,48

= 462,56 kg

Gambar 3.5.5 reaksi perletakan dan momen

3 k + x (3−2 x)
VC = Px.
β

3× 0,28+0,25 m(3−( 2 x 0,25 m ) )


= 160,61 kg/m × 0,25m
93,81

0,84+ 0,25(3−0,5)
= 40,15 ×
93,81

1,09 ×2,5
= 40,15 ×
93,81

2,73
= 40,15 ×
93,81

= 40,15 × 0,03
81

= 1,21

VB = P −¿VC

= 160,61 –1,21

= 558,79

3 k ( h+ f ) −4 x 2 f ( k +1 )−3 x ( kh−f )
H =PxL .
β

1
=160,61× ×24
4

3 ×0,28 ( 7,06+2,09 )−( 4 ×62 ) 2 , 09 ( 0,28+ 1 )−3 ×6 ((0,28 × 2,09)−2,09)


×
93,81

0,84 × 9,15−144 × 2 , 09 ( 1,28 ) −18(0,59−2,09)


= 963,66×
93,81

7,69−300,96 ( 1,28 ) −18(−1,5)


= 963,66 ×
93,81

7,69−385,23−(−27)
= 963,66×
93,81

−350,54
= 963,66×
93,81

= 963,66× -3,74

= -3604,09

PxL
MB = [
2

2 k h2 ( 1−x ) +3 hf ( 2 x + k )−f 2 ( 1−4 x )−4 hf x 2 ( k + 2 )−4 x2 f 2 ( 1−x ) (1−2 x )


− ¿
β 3 k +1
82

160,61× 0,25× 24 2× 0,28 ×7,062 ( 1−0,25 ) +3 ×7,06 × 2,06 ( 2× 0,25+0,28 )−2,09 2 ( 1−4 × 0,25 )−4
×[
2 93,81

963,66 27,91 ( 0,75 ) + 44,27 ( 0,5+0,28 )−4,37−3,69 ( 2 , 28 )−4 × 0,0625× 49,84 ( 0,75 ) ( 0,5 )
×[ − ]
2 93,81 3 × 0,28+ 1

963,66 20,93+ 44,27 ( 0,14 )−4,37−8,41−12,46 ( 1−0,25 ) ( 1−2× 0,25 )


= ×[ − ]
2 93,81 3 ×0,28+1

963,66 20,93+ 6,2−4,37−8,41−12,46 ( 0,75 )( 0,5 )


= ×[ − ]
2 93,81 1,84

963,66 1,89 0,38


= ×[ − ]
2 93,81 1,84

=481,83 ×[0,02−0,21]

=481,83 ×-0,19

=−91,55

PxL
MC = [
2

2 k h2 ( 1−x ) +3 hf ( 2 x + k )−f 2 ( 1−4 x )−4 hf x 2 ( k + 2 )−4 x2 f 2 (1−x )( 1−2 x )


+ ¿
β 3 k +1

160,61× 0,25× 24 2× 0,28 ×7,062 ( 1−0,25 ) +3 ×7,06 × 2,06 ( 2× 0,25+0,28 )−2,09 2 ( 1−4 × 0,25 )−4
×[
2 93,81
83

963,66 27,91 ( 0,75 ) + 44,27 ( 0,5+0,28 )−4,37−3,69 ( 2 , 28 )−4 × 0,0625× 49,84 ( 0,75 )( 0,5 )
×[ + ]
2 93,81 3 ×0,28+1

963,66 20,93+ 44,27 ( 0,14 )−4,37−8,41−12,46 ( 1−0,25 )( 1−2× 0,25 )


= ×[ + ]
2 93,81 3× 0,28+1

963,66 20,93+ 6,2−4,37−8,41−12,46 ( 0,75 ) ( 0,5 )


= ×[ + ]
2 93,81 1,84

963,66 1,89 0,38


= ×[ + ]
2 93,81 1,84

=481,83 ×[0,02+0,21]

=481,83 ×0,23

= 110.82

Gambar 3.5.16 reaksi perletakan dan momen

3 ph k
V= ×
2.1 3 k +1
84

3× 160,61 kg/m× 7,06 m 0,28


= ×
2.1 3× 0,28+1

3401,72kg 0,28
= ×
2 1,84

= 1700,86 kg ×0,15

= 255,13 kg

1 k [h ( k + 4 ) +3 f ]
H = Ph.
2 β

1 0,28 [7,06 ( 0,28+ 4 ) +3 ×2,09 ]


= 160,61×7,06 ×
2 93,81

1 0,28 [7,06 × 4,28+6,27]


= 1133,91 ×
2 93,81

1 0,28 [30,22+6,27]
= 1133,91 ×
2 93,81

10,22
= 566,96 ×
93,81

= 566,96× 0,11

= 62,37

1 3 k +2
MB = Ph. ¿ + ¿
2 6 k +2

1 3 ×0,28+2
= 160,61×7,06 ׿ + ¿
2 6 ×0,28+2

1 1,68
= 1133,91 ׿ + ¿
2 3,36

1 1,68
= 1133,91 ׿ + ¿
2 3,36
85

1,68
= 566,96׿ + ¿
3,36

1,68
= 566,96׿ + ¿
3,36

= 566,96× [0,07 + 0,5]

= 566,96× 0,57

= 323,17

1 f (hk + f ( 2 k+ 1 )) 3 k +2
MC = Ph. [ ]
2 β 6 k +2

1 2,09(7,06 × 0,28+2,09 ( 2× 0,28+1 ) ) 3 × 0,28+2


= 160,61×7,06 ×[ ]
2 93,81 6 × 0,28+2

1 2,09(7,06 × 0,28+2,09 ×0,56) 1,68


= 1133,91 ×[ ]
2 93,81 3,36

1 2,09(1,98+ 1,17) 1,68


= 1133,91 ×[ ]
2 93,81 3,36

2,09 ×3,15 1,68


= 566,96×[ ]
93,81 3,36

6,58 1,68
= 566,96×[ ]
93,81 3,36

= 566,96× [0,07 0,5]

= 566,96× -0,43

= -243,79
86

3.6 Perhitungan Dimensi Penampang

Diketahui baja Bj 37 dengan tegangan ijin (σ) 1600


Material untuk gelagardan balok rangka baja terbuat dari profil IWF 300 x
150 x 6,5 x 9 dengan data-data profil sebagai berikut :

t2 = 9 mm
t1= 6,5mm A = 300 mm

B = 150 mm
Gambar 3.6a potongan baja

Keterangan :
A = depth of section
B = flange width
t1 = web
t2 = flange

Berat atap kliplok efektif = 10kg/m2, mutu baja Bj 37


A = Luas Penampang = 46,78cm2
q = Berat Profil = 36,70kg/m
Ix = Momen inersia penampang sumbu x = 7.210cm4
Iy = Momen inersia penampang sumbu y = 508cm4
Wx = Momen tahanan sumbu x = 481cm3
Wy = momen tahanan sumbu y = 67,70cm3

Material untuk kolom rangka baja terbuat dari HWF 150 x 150 x 7 x 10
dengan data-data profil sebagai berikut :
87

t2 = 10 mm
t1= 7 mm A = 150 mm

B = 150 mm
Gambar 3.6b potongan baja

A = Luas Penampang = 40,14 cm2


q = Berat Profil = 31,5 kg/m
Ix = Momen inersia penampang sumbu x = 1.640 cm4
Iy = Momen inersia penampang sumbu y = 563 cm4
Wx = Momen tahanan sumbu x = 219 cm3
Wy = momen tahanan sumbu y = 75,1 cm3

3.6.1 Perhitungan dimensi untuk KOLOM ( beban kombinasi )


Diketahui balok statis tak tentu seperti pada gambar 1

Gambar 1

o Rencanakan dimensi balok


o Periksa kekuatan balok
88

o Periksa kekakuan balok


o Periksa kestabilan balok

2,67 t/m ×12 m


VA =
2

= 16,02 ton

= 16020 kg

2,67 t/m ×12 m


VB =
2

= 16,02 ton

= 16020 kg
2
q l 2 2,67 t/ m ( 12m )
MA = =
12 12

= 32,04 t.m

= 3204000 kg.cm
2
q l 2 2,67 t/ m ( 12m )
Mmax = =
12 24

= 16,02 t.m

= 1602000 kg.cm

Ma
τ max = ≤τ
Wx

3204000 kg . cm
= 2
≤τ
2400 kg / m

= 1335 cm3

1) Pilih profil syarat Wx (awal) ≤ Wx (tabel)

Diambil profil Wf 350 × 350 ×14 × 22

Wx = 2670 cm3≥ (Wx awal) = 1335 cm3

Ix = 47600 cm4
89

q = 159 kg/m = 0,159 t/m

2) Cek kekuatan balok


a) Terhadap tegangan lentur

Mtot
τ tot = ≤τ
Wx

1 2
Mtot = Ma + ql
8

1
= 32,04 t.m + 0,159 t/m x (12)2
8

= 32,04 t.m + 2,862

= 34,902 t.m

= 3490200 kg.cm

3490200 kg . cm
τ tot =
2670 c m 3

= 1307,19 kg/cm2≤ 2400 kg/cm3...............OK

b) Terhadap gaya geser

Dtot . Sx
τ tot =
tb . Ix
90

ql
Dtot = Va +
2

2,67 t/mx 12 m
= 16,02 ton +
2

= 16,02 ton + 16,02 ton

= 32,04 ton

Sx = (32,04 × 2,2 × 16,7 ) + ( 15,6 × 1,4 × 7,8 )

= 1177,15 + 170,35

= 1347,499 cm3

Dtot . Sx
τ tot =
tb . Ix

32,04 ton x 1347,499 c m3


=
1,4 cm x 47600 c m 4

43173,87 t . c m3
=
66640 c m 5

= 0,648 t/cm2≤0,58 τ

= 648 kg/cm2≤1392 kg/cm.................OK

c) Terhadap kombinasi M + D

τ idil = √ τ tot2 + 3 τ max

= √ (1307,19 kg/cm2)2+ 3 (648 kg/cm2)2

= √ 1708745,69+ 1259712 kg/cm4

= 1722,92 kg/cm2≤ 2400 kg/cm2...............OK

3) Analisa terhadap kekakuan


91

qtot = ( 2,67 t/m + 0,39 t/m ) 12 m

= 3,06 t/m x 12 m

= 36,72 ton

= 36720 kg

q l3
δ tot = 1/384
EIx
3
1
=
1/384
36720 kg
2 (
.12m )
2,1 X 10 kg /c m2 x 47600 c m 4
6

7931520 x 106 kg . c m 3
=
38384640 X 106 kg .c m 4

= 0,2066 cm ≤ 4,8 cm...........OK

Cek kestabilan

h
≤ 75
tb

356
≤ 75
14

25,43 ≤ 75.............OK

l b
≥ 1,25
n ts
92

648 352
≥ 1,25 .
356 22

1,82 ≥ 20.........Tidak OK

(Penampang dapat berubah bentuk)

Sehingga besar tegangan (τ idil)

τ idil = ωiy . τ tot

1 1
Iiy = ( 2,2 X 35,63) + ( 5,81 X 2,23)
12 12

= 8271,6 + 5,155

= 8276,7 cm4

A = (35,6 x 2,2 ) + ( 22 x 5,81 )

= 78,32 + 12,782

= 91,102 cm2

Iiy
Iy =√
A

8276,7 c m4
=√
91,102 c m2

= √ 90,8509 c m2

= 9,53 cm

l 648 cm
ʎy = == = 67,995
iy 9,53 cm

ʎy = 1,429 + 0,66 ( 1,445 – 1,429 )

= 1,439

τ idil = ωiy . τ tot

= 1,439 x 1307,19 kg/cm2≤ 2400 kg/cm2

= 1881,05 kg/cm2 ≤ 2400 kg/cm.............OK


93

Profil dapat dipakai

Diketahui profil tidak bergoyang

Mutu baja = Fc 360 ( τ 2400 kg/cm2 )

lf = 1,7

ditanya = 1) rencanakan kolom tersebut dengan standar AISC !

Rumus pendekatan untuk menentukan ukuran profil !

ρy = ifρ + 2 lf n

2 ( 1,7 ) (2)
= 1,7 ( 3,651 ) +
h

6,8
= 6,2067 +
0,3651

= 6,2067 + 18,625

= 24,8317 cm2≤ 202 cm2 profil dapat dipakai

Cek terhadap rumus

P m
= + ≤1
Py 1,18 mp

Dimana py = 202 cm2 ( 2400)

= 484800 kg
94

= 484,8 ton

ρ = 6,2067 ton ( 1,7 x 3,651 )

m = 3,4 ton ( 1,7 x 2 ton )

mp = zp . τ y

=1,12 ( 2670 cm3 ) ( 2400 kg/cm2 )

= 7176960 kg

= 7176,96 ton

P m
= + ≤1
Py 1,18 mp

6,2067 ton 3,4 ton


= + ≤1
484,8 ton 1,18(7176,96 ton)

= 0,0128 + 0,0004 ≤ 1

= 0,0132 ≤ 1...................OK

Cek statis berdasarkan AISC

Kolom menekuk terhadap sumbu lemah y-y

Iy = 8,9 cm lihat tabel

Karena dalam ara tegak lurus sumbuh lemah tidak ada bracing maka :

Lky = l = 706,88 cm

lky
xy =
iy

706,88 cm
=
8,90 cm

= 79,43

kl
Untuk tekuk arah x (arah sumbu kuat ) ʎx =
jx
95

ʎy = 84 w = 1,685

ʎy = 85 w = 1,703

ʎy = 79,43

79,43−84
w = 1,685 + ( 1,703 – 1,685)
85−84

w = 1,685 + (-4,57) x 0,018

w = 1,685 + (-0,0823)

w = 1,603

untuk Fc 360

τ = 1600 kg/cm2

Jadi tegangan jika tekan ( jika pada kolom hanya bekerja tekan saja )

1600 kg/c m 2
Fe = = 998,13 kg/cm2
1,603

= 1,7 fe . A

= 1,7 ( 998,13 ) ( 202 )

= 342757,842 kg

= 342,76 ton

mm = 1,07 – ¿ ¿ mp

= 1,07 – ¿ ¿ mp

= 1,05 mp

= 1,05 (7176,96 ton) = 7535,81 ton

Cek untuk kolom yang tidak dipasang Bracing tegak lurus sumbu lemah y-y maka
rumus Mu diatas dipakai. Sekarang kita coba terhadap rumus :

p m lkr
+ ( )≤1
pkr Mu 1− p/ pv

Dimana Pkr = 1,7 fe . A


96

= 342,76 ton

K ditentukan sebagai berikut :

Misalkan profil balok = profil kolom

jumlah kekak uan kolom yang bertemu dititik A


GA =
jumlah kekakuan kolom yang bertemudititik B

1/4
= = 1,5
1/6

Tinjau untuk portal tak bergoyang diperoleh

K = 0,87 lb = panjang kolom = 71,15 cm

Menentukan cm = 0,6 – 0,4 x q dimana q = 0

= 0,6

π 2.E
2
Fe = klb
1,92 ( )
lb

π 2.2,1 x 106
= 71,15 2
1,92(0,87 . )
37

20705160
= = 3852839,598
5,374

Pv = 1,92 x A x fe

= 1,92 x 364 x 3852839,598

= 2692672538

6,2067 68 0,6
= + ( )
342,76 7535,81 1−6,2067 /2692672538

= 0,018 + 0,009 (0,6 / 0,99)

= 0,018 + 0,0054

= 0,0234 < 1 9,405


97

3,14 6 x 2,1 x 106


Jadi f’c = 71,15
(
1,92 0,87 .
37 )
20705160
=
3,212

= 6446189,29 kg/cm2

Pe = 1,92 ( 364 ) (6446189,29)

= 4505112771 kg

= 4505112,77 ton

Cek lokal buckling

Untuk mutu baja fe 360 ( alas a,b standar AISC )

b
Flens = < 8,15
2ts

300
= < 8,15 8,33 ≠ 8,15 ( flens mengalami tekuk )
2,18

P 6,207
Badan = = = 0,013
Pu 484,8

h 257
maka <
lb √ fy
900 257
<
34 √ 34,28
26,47 < 43,93 badan aman tak mengalami tekuk

Karena flens mengalami tekuk kita bisa pertebal flens dengan tambah plat
tambahan

Standar PPBBI

n nu mu
Syarat = +β x ≤ 1
√ mer nu−1 mp
98

nu n
≤ 1,10 ( 1- )
mp A τI

A τI
Mu ≤ mp dimana Nkn =
Wmax

W max dipilih tapi diantara wx dan wy

Profil yang dipakai adalah wf 900 x 300 x 18 x 34

Ix = 37 cm

Iy = 6,56 cm

A = 364 cm2

Menentukan wx

K= 0,87

0,87( 400)
λx = 9,40 dari tabel untuk fe 360 dapat Wx = 1
37

Menentukan Wy

364(2400) 646823,6 kg
Wmax = 1,3506 Mkn = =
1,3 506 646,823 ton

Menentukan luas

Mu 1
β = 0,6 + 0,4 dimana ( Mu1) ≤ ( Mu2)
Mu 2

Menentukan Mu

π 2 . E . Ix
Nu = dimana Ix = 498 cm
N . lkn 2

E = 2,1x106

N = 153000 kg

Kn = 0,87. (400) = 348 kn

π 2 .2,1 x 106 .498000


= 2
153000(348)
99

1,032 x 1013
=
1,853 x 1016

= 556,93

Mp = 2p.τ y = 1,12 (10900) 2400

= 29299200 kg.cm

= 292,99 ton.cm

- Cek syarat PPBBI

N Nu Me
1. Nkn + β −1 × Mp ≤1
Nu

153 556,93 68
=
646,823
+ 0,6 −1
×
292,99
≤1
556,93
= 0,236 + (0,601  0,332) ≤ 1
= 0,375 ≤ 1……………….. (ok)
Mu
2. Mp ≤ 1,18 ¿ )

68
= ≤ 1,18 ¿)
292,99
=0,232 ≤ 1,179…………....(ok)
3. Mu ≤ Mp

68 ≤ 292,99 …………………………..(ok)

Kesimpulan profil tersebut dapat dipakai, tapi kalau kita lihat dari hasil
profil 1,2,3 menunjukan bahwa profil tersebut boros, tapi harus perhatikan lagi
syarat-syarat local buckring, sbb.

h
Flens = ≤ 20
fs

300
= ≤ 20
34

= 278,82 ≤ 20 …………………... (flens aman)

N 153000
Badan =
Np
= 364(2400)
= 0,17
100

Berdasarkan syarat PPBBI persamaan fy=

h N 900
≤ 45 −¿ 13
A .σ 1
= ≤ 45−¿ 13 ×0,17
fs 18

= 50 ≤ 45 –2,21

= 50 ≤42,24 → badan tdk aman terhadap local bucking.

Jadi pilih profil 900 x 300 x 18 x 34 tidak aman, profil dapat diperkecil.

3.7 Perhitungan Portal Momen Bidang dan Gaya Lintang untuk Arah X

O P Q R T U V W

E F G H I J K L M N

706,88cm

500cm

A B C D

1010cm 2400cm 850cm

250 250 250 250 250 200 150


260

Gambar 3.7 portal arah X

3.7.1 Titik E ke titik F


101

w= 160,61 kg/m

ME MF

A B

RE L= 2,6m RF

Gambar 3.7.1 Reaksi perletakan portal

a. Momen bidang

RE = RF= (wL) = 160,61 kg/m x 2,6 m = 208,793 kg/m

2 2

Momen = M = - wL2 ( 1/6 - x / L + x2 / L2 )

M = - 160,61 kg/m x 2,62 m( 1/6 – 0,87m/2,6m + 0,872m/2,62m)

M = -1085,724 kg/m (1/6 – 0,33 + 0,76/6,76)

M = -1085,724 kg/m (1/6 – 0,33 + 0,11)

M = -1085,724 kg/m x -0,273

M = 296,403 kg/m

M+maks = (wL2) / 24

M+maks = (160,61 kg/m x 2,62 m) /24

M+maks = (1865,031 kg/m) / 24

M+maks = 77,71 kg/m


102

ME = MF = -(wL2) / 12

= -(1085,724kg/m) / 12

= -542,862 kg/m

208,79 kg/m 208,79 kg/m

77,71 kg/m

-542,862 kg/m -542,862kg/m

Gambar 3.7.1a Bidang Momen (M)

b. Gaya lintang

Gaya lintang (Q) = wL - wx

Q = 160,61 kg/m x 2,6 m - 160,61 kg/m x 0,87 m

Q = 208,79 kg/m – 139,73 kg/m

Q = 69,06 kg/m
103

69,06 kg/m

1/2 wL +

- 1/2 wL

-69,06 kg/m

Gambar 3.6.1b Gaya lintang

3.7.2 Titik F ke titik I

w= 160,61 kg/m

MF MI

A B

RF L= 7,5m RI

Gambar 3.7.2 Reaksi perletakan

a. Momen bidang

RE = RF = (wL) = 160,61 kg/m x 7,5 m = 602,29 kg/m

2 2

Momen = M = - wL2 ( 1/6 - x / L + x2 / L2 )

M = - 160,61 kg/m x 7,52 m( 1/6 – 2,5m/7,5m + 2,52m/7,52m)


104

M = - 9034,313kg/m (1/6 – 0,33 + 6,25m/56,25m)

M = - 9034,313 kg/m (1/6 – 0,33 + 0,11)

M = - 9034,313 kg/m x -0,273

M = 2466,367 kg/m

M+maks = (wL2) / 24

M+maks = (160,61 kg/m x 7,52m) /24

M+maks = (9034,31 kg/m) / 24

M+maks = 376,43 kg/m

MF = MI = (wL2) / 12

= (9034,313 kg/m) / 12

= 752,86 kg/m

602,29 kg/m 602,29 kg/m

376,43 kg/m

752,86 kg/m 752,86 kg/m

Gambar 3.7.2a Bidang Momen (M)

b. Gaya lintang

Gaya lintang (Q) = wL - wx

Q = 160,61 kg/m x 7,5 m - 160,61 kg/m x 2,5 m


105

Q = 602,29 kg/m – 401,53 kg/m

Q = 200,76 kg/m

200,76 kg/m

1/2 wL +

- 1/2 wL

-200,76 kg/m

Gambar 3.7.2b Gaya lintang

3.7.3 Titik J ke titik M

w= 160,61 kg/m

MJ MM

J M

RJ L= 7 m RM

Gambar 3.7.3 Reaksi perletakan


106

a. Momen bidang

RE = RF = (wL) = 160,61 kg/m x 7 m = 562,14 kg/m

2 2

Momen = M = - wL2 ( 1/6 - x / L + x2 / L2 )

M = - 160,61 x 72m ( 1/6 – 2,33m/7m + 2,332m/72m)

M = - 7869,89 kg/m (1/6 – 0,33 + 5,43m/49m)

M = - 7869,89 kg/m (1/6 – 0,33 + 0,11)

M = - 7869,89 kg/m x -0,273

M = 586,535kg/m

M+maks = (wL2) / 24

M+maks = (160,61 kg/m x 72m) /24

M+maks = (7869,89 kg/m) / 24

M+maks = 327,91 kg/m

MJ = MM = (wL2) / 12

= (7869,89 kg/m) / 12

= 655,82 kg/m

562,14kg/m 562,14kg/m

327,91 kg/m

655,82kg/m 655,82kg/m
107

Gambar 3.7.3a Bidang Momen (M)

b. Gaya lintang

Gaya lintang (Q) = wL - wx

Q = 160,61 kg/m x 7 m - 160,61 kg/m x 2,33 m

Q = 562,135 kg/m – 374,22 kg/m

Q = 187,92 kg/m

187,92 kg/m

1/2 wL +

- 1/2 wL

-187,92 kg/m

Gambar 3.7.3b Gaya lintang

3.7.4 Titik M ke titik N

w= 160,61 kg/m

MM MN

M N

RM L= 2 m RN
108

Gambar 3.7.4 Reaksi perletakan portaltitik M ke titik N

a. Bidang momen

RE = RF = (wL) = 160,61 kg/m x 2 m = 160,61 kg/m

2 2

Momen = M = - wL2 ( 1/6 - x / L + x2 / L2 )

M = - 160,61 x 72m ( 1/6 – 0,66m/2m + 0,662m/22m)

M = -160,61 kg/m (1/6 – 0,33 + 0,44m/4m)

M = -160,61 kg/m (1/6 – 0,33 + 0,11)

M = -160,61 kg/m x -0,273

M = 43,85 kg/m

M+maks = (wL2) / 24

M+maks = (160,61 kg/m x 22) /24

M+maks = (642,44 kg/m) / 24

M+maks = 26,77 kg/m

MM = MN = (wL2) / 12

= (642,44 kg/m) / 12

= 53,54 kg/m

562,14 kg/m 562,14 kg/m

26,77kg/m

53,54 kg/m 53,54 kg/m


109

Gambar 3.7.4a Bidang Momen (M)

b. Gaya lintang

Gaya lintang (Q) = wL - wx

Q = 160,61 kg/m x 7 m - 160,61 kg/m x 2,33 m

Q = 562,14 kg – 374,22 kg

Q = 187,92 kg

187,92 kg/m

1/2 wL +

- 1/2 wL

-187,92 kg/m

Gambar 3.7.4b Gaya lintang

3.7.5 Titik O ke titik P

Diketahui Qbs1 = 160,61 kg/m


w= 160,61 kg/m
MO MP

OP
x
110

RO L= 2,5 m RP

Gambar 3.7.5 Perletakan Jepit-sendi dengan bebanterbagi rata

a. Momen bidang
wL 160,61kg /m× 2,5 m
RO= =
10 10
401,53 kg
=
10
= 40,15 kg
2 2
RP = ( 5 ) wL = ( 5 ) 160,61 kg/m x 2,5 m
= 0,4 x 401,525
= 160,61
3
wL2
M= (3 xL −5 x 3 ) X = L/√ 5 = 2,5/√ 5 = 1,12
30 L

160,61kg / m× 2,52 m 1,12 1,123


= x (3 −5 )
30 2,5 2,53
1003,81kg
= 30 x (1,34−0,45)

= 33,46 kg x 0,89
= 29,78 kg

+ wL2 160,61kg / m× 2,52 m


M maks = =
15 √5 15 √5
1003,81kg
= = 29,93 kg
15 √ 5
- −wL 2
M maks = MB =
15

160,61kg /m× 2,52 m −1003,81 kg


= =
15 15

= -66,92 kg
111

x = 1.12 - 66,92 kg

29,93 kg
Gambar 3.7.5a momen bidang
b. Gaya lintang
2
wL
Q=
2
( 15 − x 2 )
L
160,61kg /m× 2,5 m 1 1,122
=
2
(5− 2 )
2,5
1003,81kg
= x0
2
= 501,91 kg

Qmaks = ¿) wL

= ¿) x160,61 kg/m x 2,5 m

= ¿) x 401,53 kg = -0,4 x 401,53 kg


= 160,61 kg

-160,61 kg

501,91kg +

Gambar 3.7.5b gaya lintang

3.7.6 Titik P ke titik Q

Diketahui Qbs1 = 160,61 kg/m


w= 160,61 kg/m
MP MQ
112

P Q
x
RP L= 2,5 m RQ

Gambar 3.6.6 Perletakan Jepit-sendi dengan bebanterbagi rata


a. Momen bidang
wL 160,61kg /m× 2,5 m
RP= =
6 6
401,53 kg
=
6
= 66,92 kg

wL 160,61kg /m× 2,5 m


RQ = =
3 3
401,53 kg
=
3
= 133,84 kg
2
wL
M=
6
x (1 −x2 ) X = 1/√ 3 = 0,5774 x L
L
= 0,5774 x 2,5 = 1,44
160,61kg /m× 2,5 m −1,442
= 6 x (1 2,52 )
401,53 kg
= 6 x (1−0,33 )

= 133,84 kg x 0,67
= 89,67 kg

+ wL2
M maks =
9 √5
160,61kg /m× 2,52 m
=
9 √5
1003,81kg
= = 89,67 kg
9 √5
113

x = 1,44
+ 89,67

Gambar 3.7.6amomen bidang


c. Gaya lintang
wL 1 x2
Q=
2
(3− 2)
L
160,61kg /m× 2,5 m 1 1,44 2
=
2
(3− 2 )
2,5
1003,81kg
= x 0,333 0,332
2
= 501,91 kg x 0,001
= 0,502 kg
−wL
Qmaks =
3
−160,61 kg/m× 2,5 m
=
3
−1003,81 kg/m
=
3
= -334,603 kg/m

x = 1,44 - 334,603
89,67 +
Gambar 3.7.6b gaya lintang

3.7.7 Titik Q ke titik R

Diketahui Qbs1 = 160,61 kg/m


w= 160,61 kg/m
MQ MR

QR
114

x
RQ L= 2,5 m RR

Gambar 3.6.7 Perletakan Jepit-sendi dengan bebanterbagi rata


a. Momen bidang
wL 160,61kg /m× 2,5 m
RQ= =
10 10
401,53 kg
=
10
= 40,15 kg

2 2
RR = ( 5 ) wL = ( 5 ) 160,61 kg/m x 2,5 m
= 0,4 x 401,525
= 160,61
3
wL2
M= (3 xL −5 x 3 ) X = L/√ 5 = 2,5/√ 5 = 1,12
30 L

160,61kg / m× 2,52 m 1,12 1,123


= x (3 −5 )
30 2,5 2,53
1003,81kg
= 30 x (1,34−0,45)

= 33,46 kg x 0,89
= 29,78 kg

+ wL2 160,61kg / m× 2,52 m


M maks = =
15 √5 15 √5
1003,81kg
= = 29,93 kg
15 √ 5
- −wL 2
M maks = MB =
15

160,61kg /m× 2,52 m


=
15
115

−1003,81 kg
=
15

= -66,92 kg

x = 1.12 - 66,92 kg

29,93 kg
Gambar 3.7.7a momen bidang titik Q ke titik R

b. Gaya lintang
wL 1 x2
Q=
2
(5− 2)
L
160,61kg /m× 2,5 m 1 1,122
=
2
(5− 2 )
2,5
1003,81kg
= x0
2
= 501,91 kg

Qmaks = ¿) wL

= ¿) x160,61 kg/m x 2,5 m

= ¿) x 401,53 kg = -0,4 x 401,53 kg


= 160,61 kg

- 160,61 kg

501,91kg +

Gambar 3.7.7b gaya lintang titik Q ke titik R


116

3.7.8 Titik R ke titik S

Diketahui Qbs1 = 111,26 kg/m


w= 111,26 kg/m
MR MS

R S
x
RR L= 12 m RS

Gambar 3.7.8 Perletakan Jepit-jepit dengan beban terbagi rata

a. Momen bidang

RR =¿) wL = ¿) 160,61 kg/m x 12 m


= 0,15 x 1927,32 kg

= 289,1 kg

RS =¿) wL = ¿) 160,61 kg/m x 12 m


= 0,35 x 1927,32 kg

= 674,56 kg

wL2
M+maks =
46,6

= 0,0215 wL2 = 0,0215 x (160,61 kg/m x 12 m 2)

= 497,25

x = 0,548 (L)
117

x = 0,548 x 12 = 6,58 m

3
−wL 2 2−9 x + 10 x
M= ( )
60 L L3
3
−160,61 kg/m× 2,5 m2 2−9 6,58 +10 6,58
= ( )
60 12 123

= −385,46 kg x (2−(4,94 +1,65))

= −385,46 kg x (2−6,59)

= −385,46 kgx−4,59

= 1769,26 kg
−wL 2 −160,61 kg/m× 12m 2
MR = = = -770,93 kg
30 30

−wL 2 −160,61 kg/m× 12m 2


MS = = = -1156,39 kg
20 20

−w( x−a)3
Mx = RRx + MR
6b
−160,61 kg/m(6,58−6)3
=289,1 kg x 6,58 + -770,93 kg
6x6
−160,61 kg/m(6,58−6)3
= 1902,28 kg + -770,93 kg
6x6

−160,61 kg/m x 0,193


= 1902,28 kg + -770,93 kg
36
Mx = 1902,28 kg + -770,93 kg  0,85
Mx = 1902,28 kg + -771,78
Mx = 1130,5 kg

Mmaks, bila :
118

b2 √ 3. L+2 a
x=a+
L 10.l
62 √ 3 x 12+2 x 6
x=6+
12 10 x 12

x=6+3
√36+ 12
120

x=6+3
√ 432
120
x = 6 + 3 √ 3,6
x = 9 √ 3,6
x = 9 x 1,9
x = 17,1

6,58 m
-770,93 kg -1156,39 kg

497,25 kg

Gambar 3.7.8a Bidang Momen

b . Bidang Lintang
3
wL 3 x
Q=
2
( 10 + 2)
L
2
160,61kg /m x 12m 3 6,58
Q=
2
( 10 − 2 )
12
Q = 1927,32 kg x ( 0,3 – 0,301 )
Q = 1927,32 kg x -0,001
Q = -1,927 kg

1,927 kg

+ -1,927 kg
119

Gambar 3.7.8b Gaya Lintang

3.7.9 Titik T ke titik S

Diketahui Qbs1 = 111,26 kg/m


w= 111,26 kg/m
MR MS

T S
x
RR L= 12 m RS

Gambar 3.7.9 Perletakan Jepit-jepit dengan beban


terbagi rata

a. Momen bidang

RT =¿) wL = ¿) 160,61 kg/m x 12 m


= 0,15 x 1927,32 kg

= 289,1 kg

RS =¿) wL = ¿) 160,61 kg/m x 12 m


= 0,35 x 1927,32 kg

= 674,56 kg

wL2
M+maks =
46,6

= 0,0215 wL2 = 0,0215 x (160,61 kg/m x 12 m 2)

= 497,25
120

x = 0,548 (L)

x = 0,548 x 12 = 6,58 m

3
−wL 2 2−9 x + 10 x
M= ( )
60 L L3
3
−160,61 kg/m× 2,5 m2 2−9 6,58 +10 6,58
= ( )
60 12 123

= −385,46 kg x (2−(4,94 +1,65))

= −385,46 kg x(2−6,59)

= −385,46 kgx−4,59

= 1769,26 kg
−wL 2 −160,61 kg/m× 12m 2
MT = = = -770,93 kg
30 30

−wL 2 −160,61 kg/m× 12m 2


MS = = = -1156,39 kg
20 20
−w( x−a)3
Mx = RRx + MR
6b
−160,61 kg/m(6,58−6)3
= 289,1 kg x 6,58 + -770,93 kg
6x6
−160,61 kg/m(6,58−6)3
= 1902,28 kg + -770,93 kg
6x6

−160,61 kg/m x 0,193


= 1902,28 kg + -770,93 kg
36
Mx = 1902,28 kg + -770,93 kg 0,85
Mx = 1902,28 kg + -771,78
Mx = 1130,5 kg
Mmaks, bila :
121

b2 √ 3. L+2 a
x=a+
L 10.l
62 √ 3 x 12+2 x 6
x=6+
12 10 x 12

x=6+3
√36+ 12
120

x=6+3
√ 432
120
x = 6 + 3 √ 3,6
x = 9 √ 3,6
x = 9 x 1,9
x = 17,1

6,58 m
-770,93 kg -1156,39 kg

497,25 kg
Gambar 3.7.9a Bidang Momen

b . Bidang Lintang
wL 3 x3
Q= 2 ( 10 + L2 )
160,61kg /m x 12m 3 6,58 2
Q= 2 ( 10 − 122 )
Q = 1927,32 kg x ( 0,3 – 0,301 )
Q = 1927,32 kg x -0,001
Q = -1,927 kg

1,927 kg
122

+ -1,927 kg

Gambar 3.7.9b Gaya Lintang

3.6.10 Titik U ke titik T

Diketahui Qbs1 = 160,61 kg/m


w= 160,61 kg/m
MQ MR

UT
x
RQ L= 2,5 m RR

Gambar 3.6.10 Perletakan Jepit-sendi dengan bebanterbagi rata


a. Momen bidang
wL 160,61kg /m× 2,5 m
RU = =
10 10
401,53 kg
=
10
= 40,15 kg

2 2
RT = ( 5 ) wL = ( 5 ) 160,61 kg/m x 2,5 m
= 0,4 x 401,525
= 160,61
3
wL2
M= (3 xL −5 x 3 ) X = L/√ 5 = 2,5/√ 5 = 1,12
30 L

160,61kg / m× 2,52 m 1,12 1,123


= x (3 −5 )
30 2,5 2,53
123

1003,81kg
= 30 x (1,34−0,45)

= 33,46 kg x 0,89
= 29,78 kg

+ wL2 160,61kg / m× 2,52 m


M maks = =
15 √5 15 √5
1003,81kg
= = 29,93 kg
15 √ 5
- −wL 2
M maks = MB =
15

160,61kg /m× 2,52 m


=
15

−1003,81 kg
=
15

= - 66,92 kg

x = 1.12 - 66,92 kg

29,93 kg
Gambar 3.7.10a momen bidang

b. Gaya lintang
2
wL
Q=
2
( 15 − x 2 )
L
160,61kg /m× 2,5 m 1 1,122
=
2
(5− 2 )
2,5
1003,81kg
= x0
2
= 501,91 kg
124

Qmaks = ¿) wL

= ¿) x160,61 kg/m x 2,5 m

= ¿) x 401,53 kg = -0,4 x 401,53 kg


= 160,61 kg

- 160,61 kg

501,91 kg +

Gambar 3.7.10b gaya lintang

3.7.11 Titik V ke titik U

Diketahui Qbs1 = 160,61 kg/m


w= 160,61 kg/m
MU MU

VU
x
RV L= 2,5 m RU

Gambar 3.7.11 Perletakan Jepit-sendi dengan bebanterbagi rata


125

a. Momen bidang
wL 160,61kg /m× 2,5 m
RV = =
6 6
401,53 kg
=
6
= 66,92 kg

wL 160,61kg /m× 2,5 m


RU = =
3 3
401,53 kg
=
3
= 133,84 kg
wL −x 2
M=
6
x (1 2 ) X = 1/√ 3 = 0,5774 x L
L
= 0,5774 x 2,5 = 1,44
160,61kg /m× 2,5 m −1,442
= 6 x (1 2,52 )
401,53 kg
= 6 x (1−0,33 )

= 133,84 kg x 0,67
= 89,67 kg

wL2
M+maks =
9 √5
160,61kg /m× 2,52 m
=
9 √5
1003,81kg
= = 89,67 kg
9 √5
x = 1,44
+ 89,67

Gambar 3.7.11a momen bidang


126

b. Gaya lintang
2
wL
Q=
2
( 13 − x 2 )
L
160,61kg /m× 2,5 m 1 1,44 2
=
2
(3− 2 )
2,5
1003,81kg
= x 0,333 0,332
2
= 501,91 kg x 0,001
= 0,502 kg

−wL
Qmaks =
3
−160,61 kg/m× 2,5 m
=
3
−1003,81 kg/m
=
3
= -334,603 kg/m

x = 1,44 - 334,603
89,67 +

Gambar 3.7.11b gaya lintang

3.7.12Titik W ke titik V

Diketahui Qbs1 = 160,61 kg/m


w= 160,61 kg/m
MW MV

WV
x
127

RW L= 2 m RV

Gambar 3.7.12 Perletakan Jepit-sendi dengan beban terbagi rata

a. Momen bidang
wL 160,61kg /m× 2m
RW = =
10 10
321,22kg
=
10
= 32,12 kg

2 2
RV = ( 5 ) wL = ( 5 ) 160,61 kg/m x 2 m
= 0,4 x 321,22 kg
= 128,49 kg
3
wL2
M= (3 xL −5 x 3 ) X = L/√ 5 = 2/√ 5 = 0,89
30 L

160,61kg /m× 2m 2 0,89 0,893


= x (3 −5 3 )
30 2 2
642,44 kg
= 30 x (1,34−0,44 )

= 21,42 kg x 0,9
= 19,28 kg

+ wL2 160,61kg /m× 2m 2


M maks = =
15 √5 15 √5
642,44 kg
= = 19,15 kg
15 √5
- −wL 2
M maks = MB =
15

−160,61 kg/m× 2 m2
=
15
128

−642,44 kg
=
15

= - 42,83 kg

x = 0,89 - 42,83 kg

19,15 kg

Gambar 3.7.12a momen bidang

b. Gaya lintang
wL 1 x2
Q=
2
(5− 2)
L
2
160,61kg /m× 2m
=
2
( 15 − 0,892 )
2
321,22kg
= x 0,002
2
= 160,61 kg x 0,002
= 0,32

Qmaks = ¿) wL

= ¿) x160,61 kg/m x 2 m

= ¿) x 321,22 kg = 0,4 x 321,22 kg


= 128,49 kg

- 128,49 kg

32,12 kg +

Gambar 3.7.12b gaya lintang


129

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh mulai dari


pelaksanaan praktek kerja lapangan sampai pada Perhitungan Portal Rangka Atap
Dengan Metode Cross, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, yaitu
rangka baja yang digunakan sebagai struktur atap adalah Bj 37 dengan tegangan
leleh Fy 240 mpa dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Untuk dimensi gelagar digunakan profil WF 300 x 150 x 6,5 x 9
2. Untuk dimensi tiang kolom digunakan profil baja HWF 150 x 150 x 7 x 10
3. Untuk gording digunakan profil CNP 200 x 75 x 20 x 3,2
4. Untuk trekstang menggunakan besi ulir Ø 10mm
5.
4.2 Saran
Dalam Perhitungan Portal Rangka Atap Dengan Metode Cross pada
pekerjaan struktur atap Proyek Pembangunan Gedung Perbelanjaan Multi Mart 3
130

Paal 2 Manado, terdapat berbagai hambatan yang ditemui dalam proses


perhitungan. Untuk itu pada kesempatan ini, kiranyan penulis dapat memberikan
saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan
seperti:

o Sebelum mengadakan perencanaan struktur atap, tertama dalam hal


menganalisa kemampuan struktur atap terhadap beban yang diterima,
hendaknya didahului dengan menguasai metode yang berkaitan dengan
perhitungan.
o Dalam setiap metode prhitungan struktur rangka baja haruslah
berpedoman pada peraturan-peraturan yang telah memenuhi standar yang
telah disetjui serta telah di uji, sehingga dapat menjamin akan hasil yang
diperoleh dalam setiap perencanaan struktur baja.

Anda mungkin juga menyukai