Modul Cetak Praktik Kerja Lapangan Apotek Prodi S1 Farmasi
Modul Cetak Praktik Kerja Lapangan Apotek Prodi S1 Farmasi
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Tim Penyusun:
1. apt. Novycha Auliafendri, S.Farm., M.Si
2. Dina Maya Syari, S.Farm., M.Si., apt
3. Alex Handani Sinaga, S.Farm., M.Farm
VISI
Menjadi perguruan tinggi yang Unggul dan mampu bersaing di tingkat Nasional tahun 2024.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang efektif melalui sistem
pembelajaran yang sesuai dengan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) dan
KKNI, terintegrasi dengan hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat terkini
untuk menghasilkan lulusan sesuai profil yang diharapkan.
2. Melaksanakan penelitian ilmiah dan dipublikasikan secara nasional dan internasional.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terstruktur dan mengacu pada hasil
penelitian.
4. Melaksanakan kerjasama produktif dengan berbagai Instansi baik dibidang pendidikan,
pelayanan, dunia usaha, dunia industri ditingkat Nasional maupun Internasional dalam
mendukung tridhrama perguruan tinggi.
i
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S-I FARMASI
A. VISI
Menjadi program studi yang unggul dalam menghasilkan sarjana farmasi yang profesional
dan berbudaya mutu di bidang farmasi klinis berbasis pelayanan sehingga mampu
bersaing di tingkat Sumatera Utara pada tahun 2024.
B. MISI
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak instansi kesehatan dan pendidikan baik
pemerintah maupun swasta di dalam dan di luar negeri dalam rangka memberhasilkan
pelaksanaan berbagai kegiatan praktik, penelitian, pengabdian masyarakat,
pengembangan kurikulum dan berbagai aktifitas lainnya
ii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
KATA PENGANTAR
Puji Syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dan tim dapat menyelesaikan penyusunan
Modul Cetak Praktik Kerja Lapangan Apotek dengan baik. Modul ini disusun sebagai
salah satu bahan pedoman praktikum yang diperuntukkan kepada mahasiswa program studi S-
I Farmasi UIM khususnya pada semester VII. Dengan adanya modul ini, diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktek Asuhan Kefarmasian di apotek sesuai
PMK no 73. Tahun 2016.
Modul Cetak ini disusun oleh kepala departement mata kuliah farmasi Universitas
Imelda Medan (UIM) berdasarkan pada Kurikulum S-I Farmasi, dengan memperhatikan
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) program studi dan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
(CPMK). Melalui pembelajaran pada modul ini diharapkan mahasiswa dapat mencapai
CPMK yang telah ditentukan. Materi di dalam buku ini berisi penjelasan dan petunjuk
Manajemen Pengelolaan dan Farmasi Klinis di Apotek yang dibutuhkan sesuai CPMK dan
kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa sebagai salah satu referensi Farmasi klinik di
Apotek.
Penulis telah berusaha dalam menyusun modul ini sesuai dengan kurikulum dan
kebutuhan mahasiswa dengan sebaik mungkin. Namun, penulis dan tim menyadari bahwa
modul ini mungkin masih memiliki kekurangan. Sehingga penulis dan tim mengharapkan
adanya saran atau masukan positif agar menjadi bahan pertimbangan untuk menyempurnakan
modul bahan ajar ini. Akhirnya, penulis dan tim berharap modul ini dapat digunakan oleh
mahasiswa dengan baik dan aktif sehingga dapat meningkatkan skill mahasiswa dalam
melaksanakan Asuhan Kefarmasian di apotek sesuai pada PMK No. 73 Tahun 2016.
iii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
PERATURAN/TATA TERTIB PRAKTIK KLINIK PKL APOTEK
PRODI S-I FARMASI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
iv
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
JENIS DAN KRITERIA LAHAN PRAKTIK APOTEK
v
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
PERSIAPAN UMUM
2. Izin PKL
Perizinan PKL merupakan langkah awal dalam pelaksanaan PKL, dilakukan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan hari PKL. Institusi pendidikan melalui
mahasiswa mengirimkan surat ke lahan praktik untuk permohonan izin praktik. Apabila
proses perizinan tersebut terlambat maka akan berakibat pada pelaksanaan PKL tidak sesuai
dengan yang direncanakan dan akan mengalami kemunduran dari rencana yang terdapat
dalam kalender akademik. Dan bila proses perizinan di tolak karena sesuatu hal maka
mahasiswa melaporkan hal tersebut ke S1-Farmasi untuk dicarikan lahan praktik baru. Izin
penyelenggaraan PKL dikeluarkan oleh sarana pelayanan kesehatan lahan praktik.
vi
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
4) Memahami dan menjalankan tugas, peran dan peran fungsinya sebagai
pembimbing akademik.
vii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
KETENTUAN PKL
Pelaksanaan PKL, Anda akan menerapkan kegiatan pelayanan kefarmasian selama 4 minggu
di Apotek. Adapun ketentuan dalam PKL terdiri dari:
a) Target Pencapaian Kompetensi yang harus Anda capai diakhir praktik,
b) Beban SKS yang akan ditempuh,
c) Alokasi waktu pelaksanaan praktik,
d) Peserta PKL,
e) Pembimbing dan jadwal bimbingan disertai metode bimbingan yang akan dilaksanakan,
f) Tata tertib selama praktik di lahan praktik/rumah sakit,
g) Metode evaluasi,
h) Jadwal pelaksanaan evaluasi.
Lampiran berupa daftar target pencapaian kompetensi yang berisi target kompetensi yang
harus dicapai disertai kolom tanda tangan yang harus diisi oleh Pembimbing praktik klinik
(Clinical Instructure). Jumlah tanda tangan tergantung target yang harus dicapai. Bila
disyaratkan target sejumlah 3 buah maka harus dilengkapi tanda tangan 3 buah juga dengan
dicantumkan tanggal penandatanganan. Tanda tangan itu sebagai bukti bahwa Anda sudah
melaksanakan kompetensi yang dimaksud dengan bukti berupa tanda tangan Pembimbing
praktik klinik (Clinical Instructure). Daftar target pencapaian kompetensi juga mencantumkan
tempat dimana Anda melaksanakan kegiatan tersebut. Harus juga dilampiri beberapa format
penilaian yang akan direkapitulasi oleh dosen koordinator PKL sesuai dengan prosentasi
evaluasi yang juga dijelaskan dalam bab ini. Dipersilahkan untuk memahami dulu ketentuan
ini sebelum melaksanakan praktik di lahan praktik/rumah sakit, agar tidak bingung ketika
melaksanakan praktik, bila ada yang tidak dipahami silahkan berkonsultasi dengan dosen
koordinator PKL.
viii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Mahasiswa yang melanggar tata tertib akan dikenakan sanksi sesuai berat ringan pelanggaran
yang akan dipertimbangkan oleh tim pembimbing. Sanksi yang dapat dikenakan meliputi :
1. Tidak mengikuti praktik diharuskan mengganti pada hari lain sesuai persetujuan
pembimbing
2. Penambahan tugas akademik tertentu yang berkaitan dengan penambahan pengetahuan
dan keterampilan dalam praktek klinik apotek
3. Tidak diakui nilai yang didapat dan harus mengulang program praktek dari awal
4. Pengurangan nilai sebesar 10% dari nilai laporan kasus atas keterlambatan pengumpulan
laporan tersebut untuk setiap harinya
ix
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
PETUNJUK PENGGUNAAN
MODUL CETAK PRAKTIK KERJA LAPANGAN APOTEK
1. Dosen memberitahukan informasi umum terkait Persiapan mahasiswa pada praktik klinik
Apotek, meliputi: pelaksanaan asuhan kefarmasian, pembuatan Laporan Pendahuluan,
pembuatan Laporan Kasus, log book (berisi pencapaian daftar keterampilan kinik,
kegiatan harian, kegiatan bed side teaching)
2. Dosen mempersilahkan setiap mahasiswa untuk mempelajari isi modul pada konsep
asuhan kefarmasian dan tindakan yang akan dipraktikkan dan membawanya saat berdinas
3. Dosen mempersilahkan setiap mahasiswa yang praktik/dinas untuk melakukan tindakan
asuhan kefarmasian pada pasien kelolaannya
4. Dosen mendampingi dan mengobservasi mahasiswa dalam melakukan kegiatan praktik
klinik yang dilakukan pada klien apakah sesuai dengan prosedur yang telah dijabarkan
dalam modul ini
5. Dosen memberikan umpan balik terhadap aktivitas (kegiatan praktik klinik) yang
dilakukan mahasiswa
6. Dosen menilai laporan kegiatan praktik klinik yang telah dilakukan mahasiswa
7. Setiap mahasiswa wajib mengikuti praktik klinik (100% kehadiran) sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan
8. Setiap mahasiswa wajib mengikuti tata tertib praktik klinik.
x
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
1. Mampu melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai di apotek (A3, P3)
2. Mampu melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan di apotek (A3, P3)
3. Mampu mengaplikasikan pengetahuan sumber daya kefarmasian di apotek ((A3, P5)
xi
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
PETUNJUK PELAKSANAAN
PRAKTIK KLINIK PKL APOTEK
PRODI S-I FARMASI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
A. Alokasi Waktu
Alokasi waktu pelaksanaan PKL asuhan kefarmasian terdiri dari 4 minggu praktik dengan
perhitungan sebagai berikut;
1. Perhitungan jumlah jam adalah 6 SKS x 170 menit x 4 Minggu = 5440 menit.
2. Penjabaran dalam jam adalah 5440 menit : 60 menit = 90,6 jam. Pembulatan 91 jam.
3. Penjabaran jumlah hari adalah 91 jam : 6 jam/hari = 15 hari.
4. Pelaksanaan praktik kerja lapangan dibulatkan selama 18 hari efektif (3 minggu).
B. Pembimbing dan Jadwal Bimbingan
Pembimbing
a. Pembimbing praktik klinik adalah apoteker penanggung jawab apotek minimal
berpendidikan S1 Farmasi Apoteker yang ditugaskan sebagai Clinical Instructure untuk
memberikan bimbingan kepada mahasiswa/praktikan dibuktikan dengan surat tugas.
b. Pembimbing praktik akademik/supervisor adalah dosen/instruktur/pembimbing yang
berasal dari institusi pendidikan yang diberikan tugas khusus untuk melakukan supervisi
Praktik Kerja Lapangan di apotek/lahan praktik.
Nama-nama pembimbing yang dapat dihubungi akan diberi oleh dosen koordinator PKL,
pada kegiatan pembekalan di kampus, yang akan dilaksanakan sebelum kegiatan praktik.
Jadwal Bimbingan
a. Bimbingan dilaksanakan oleh Pembimbing praktik klinik (Clinical Instructure) dan atau
Pembimbing praktik akademik/supervisor dengan metode bimbingan yang telah
ditetapkan.
b. Praktikan berhak mendapatkan bimbingan setiap hari oleh Pembimbing praktik klinik
dan bimbingan oleh pembimbing praktik akademik/supervisor minimal seminggu sekali.
1. Metode Bimbingan
a. Pra Klinik (Pembekalan)
Pra Klinik (pembekalan) merupakan suatu metode bimbingan yang dilakukan untuk
memberikan pembekalan mahasiswa terkait pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal
dalam melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan di
kampus dan dilaksanakan oleh dosen yang tergabung dalam tim pembimbing praktik
akademik/supervisor. Kegiatan pra klinik PKL meliputi;
1) Menjelaskan ruang lingkup PKL, termasuk tujuan praktik.
xii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2) Menjelaskan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PKL, terdiri dari Target
Pencapaian Kompetensi PKL, Beban SKS, Alokasi waktu, Peserta, Pembimbing dan
Jadwal Bimbingan, Metode Bimbingan, Tata Tertib, Metode Evaluasi dan Jadwal
Evaluasi.
3) Menjelaskan target pencapaian kompetensi tentang manajerial dan farmasi klinis apotek.
SDM, statistik di apotek
4) Menjelaskan sistematika penulisan laporan PKL dengan benar.
2. Pendampingan
Pendampingan merupakan metode dimana praktikan akan dibimbing untuk melakukan
pengelolaan rekam medis secara langsung di rumah sakit/lahan praktik, berupa kegiatan;
a. Pre conference, diskusi awal untuk mengetahui kesiapan praktikan dan menjelaskan
kembali tujuan belajar yang hendak dicapai. Pre Conference dilaksanakan oleh
Pembimbing praktik klinik (Clinical Instructure) dengan praktikan. Pembimbing praktik
akademik/supervisor dapat membantu ketika ada di tempat.
b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman praktik. Pembimbing praktik klinik
(Clinical Instructure) dan atau Pembimbing praktik akademik/supervisor memantau dan
membimbing jalannya kegiatan praktik kaitannya dengan penyusunan laporan praktik.
c. Post conference, diskusi akhir untuk membahas kendala yang ditemui selama kegiatan
praktik, pemecahannya serta menilai pencapaian tujuan belajar. Post conference diikuti
oleh Pembimbing praktik klinik (Clinical Instructure) dengan praktikan. Pembimbing
praktik akademik/supervisor dapat membantu ketika ada di tempat.
3. Konsultasi Individual (Mentoring) Dan Kelompok
a. Konsultasi individu ataupun kelompok diberikan untuk menambah pemahaman terhadap
pengelolaan rekam medis dan juga permasalahan individu (praktikan) yang mungkin
timbul selama praktik.
b. Konsultasi dapat dilakukan secara langsung ketika praktik atau melalui alat komunikasi
baik berupa telepon, sms, wa, email atau media lainnya yang dilaksanakan dengan
memperhatikan etika berkomunikasi.
c. Konsultasi individual (mentoring) dan kelompok dilakukan terutama kepada
Pembimbing praktik akademik/supervisor, sedangkan kepada Pembimbing praktik klinik
(Clinical Instructure) dapat dilakukan setelah ada kesepakatan terlebih dahulu antara
praktikan dengan Pembimbing praktik klinik (Clinical Instructure).
4. Metode Evaluasi
Metode evaluasi Praktik Kerja Lapangan dengan bobot nilai berikut ini:
a. Pre conference : 10%
xiii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
b. Post conference : 10%
c. Penilaian Sikap & Performa (Kinerja) selama praktik : 20%
d. Laporan PKL & Presentasi Laporan : 20%
e. Pencapaian Target Kompetensi : 20%
f. Uji Komprehensif : 20%
Penjelasan setiap metode evaluasi adalah sebagai berikut, yaitu:
1) Pre conference
Pre-conference dilaksanakan sebelum praktik di lahan praktik/rumah sakit. Minimal
dilaksanakan seminggu sekali.
2) Post conference
Post conference dilaksanakan setelah praktik
3) Penilaian Sikap & Performa (Kinerja) selama praktik
Penilaian sikap & Performa (Kinerja) meliputi:
a) Kedisiplinan selama praktik
b) Tanggung jawab yang ditunjukkan praktikan
c) Inisiatif melakukan kegiatan
d) Menunjukkan perilaku etis dan professional
e) Kemampuan melakukan komunikasi dengan pembimbing, teman sejawat, maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya.
f) Ketelitian dalam melaksanakan kegiatan
g) Kemampuan bekerjasama
h) Kerajinan selama praktik
4) Laporan PKL & Presentasi Laporan
Laporan adalah laporan yang disusun oleh mahasiswa selama mahasiswa
melaksanakan praktik dengan topik yang sudah ditentukan. Hasil laporan
dipresentasikan di hadapan pembimbing praktik akademik/supervisor. Penilaian
diberikan oleh Pembimbing praktik akademik/supervisor. Sistimatika Laporan dapat
anda baca.
5) Pencapaian Target Kompetensi
Pencapaian target kompetensi adalah kompetensi yang telah dilakukan oleh
mahasiswa/praktikan selama praktik berlangsung.
6) Uji Komprehensif
Uji komprehensif adalah ujian yang ditempuh mahasiswa dalam mengerjakan
kompetensi praktik tertentu. Ujian dilaksanakan berupa ujian praktik yang
dilaksanakan di lahan praktik. Penilaian diberikan oleh Pembimbing praktik
xiv
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
akademik/supervisor. Penilaian pre conference, post conference, penilaian sikap &
performa (kinerja), serta pencapaian target kompetensi dilaksanakan oleh pembimbing
praktik klinik (Clinical Instructure).
xv
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
VISI DAN MISI UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM) ........................................... ii
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S-I FARMASI ....................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iiiv
PERSIAPAN UMUM ...................................................................................................... xvi
GLOSARIUM .................................................................................................................... vi
KETENTUAN PKL .......................................................................................................... vii
SANKSI PRAKTEK KLINIK ......................................................................................... viii
KEMAMPUAN AKHIR ..................................................................................................... x
PELAKSANAAN PRAKTEK KLINIK .......................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xxvi
GLOSARIUM ............................................................................................................... xxvii
xvi
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
BAB II PRAKTEK PELAYANAN FARMASI KLINIK ................................................. 91
Praktek Klinik 9
Pelajsanaan Pengkajian Dan Penyerahan Resep .............................................................. 91
Praktek Klinik 10
Pelaksanaan Dispensing Obat .......................................................................................... 103
Praktek Klinik 11
Pelaksanaan PIO .............................................................................................................. 112
Praktek Klinik 12
Pelaksanaan pelayanan swamedikasi ke pasien di Apotek.............................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 126
xvii
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
GLOSARIUM
xx
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
BAB I
PRAKTEK KLINIK PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
I. TEORI
A. PERENCANAAN SEDIAAN FARMASI
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
merupakan tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan.
1. Tujuan perencanaan
a. mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP yang mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP secara
rasional.
c. menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
d. menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP tidak berlebih.
e. efisiensi biaya.
f. memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan, penyimpanan dan biaya
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
2. Proses Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun rencana kebutuhan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BMHP:
1) Perlu dipastikan kembali komoditas yang akan disusun perencanaannya.
1
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2) Perlu disusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang akan direncanakan, termasuk di dalamnya kombinasi antara obat generik dan
bermerk.
3) Perencanaan perlu memperhatikan waktu yang dibutuhkan, mengestimasi periode
pengadaan, mengestimasi safety stock dan memperhitungkan leadtime.
b. Pengumpulan data.
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP pasien periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok dan data
morbiditas.
c. Penetapan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang
direncanakan menggunakan metode perhitungan kebutuhan.
d. Evaluasi Perencanaan.
e. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan).
f. Apotek yang bekerjasama dengan BPJS diwajibkan untuk mengirimkan RKO yang
sudah disetujui oleh pimpinan Apotek melalui aplikasi E-Monev.
A = Rencana Pengadaan
B = Pemakaian rata-rata per bulan
C = Buffer stock (tergantung dengan kelompok Pareto)
D = Lead time stock
E = Sisa stok
Contoh perhitungan dengan metode konsumsi:
Selama tahun 2018 (Januari–Desember) pemakaian Parasetamol tablet sebanyak
300.000 tablet. Sisa stok per 31 Desember 2018 adalah 10.000 (E) tablet.
3
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
1) Pemakaian rata-rata (B) Paracetamol tablet perbulan selama tahun 2018 adalah
300.000 : 12 = 25.000 tablet perbulan. Pemakaian perminggu 6.250 tablet.
2) Misalkan berdasarkan evaluasi data buffer stock (C), ditetapkan buffer 20% = 20% x
25.000 tablet = 5.000 tablet.
3) Misalkan lead time stock (D) diperkirakan 1 minggu = 1 x 6.250 tablet = 6.250 tablet.
4) Sehingga kebutuhan Paracetamol bulan Januari tahun 2019 (A) adalah = B + C + D,
yaitu: 25.000 tablet + 5.000 tablet + 6.250 tablet= 36.250 tablet.
5) Jika sisa stock (E) adalah 10.000 tablet, maka rencana pengadaan Paracetamol untuk
bulan Januari tahun 2019 adalah: A = (B + C + D) - E = 36.250 tablet – 10.000 tablet
= 26.250 tablet. Untuk bulan berikutnya perhitungan menyesuaikan dengan sisa stok
bulan sebelumnya.
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
Metode morbiditas memperkirakan keperluan obat s/d obat tertentu berdasarkan dari
jumlah, kejadian penyakit dan mempertimbangkan pola standar pengobatan untuk
penyakit tertentu. Pada prakteknya, penggunaan metode morbiditas untuk penyusunan
rencana kebutuhan obat di Apotek jarang diterapkan karena keterbatasan data terkait
pola penyakit.
Faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit dan lead time .
Langkah-langkah dalam metode morbiditas:
1) Mengumpulkan data yang diperlukan.
Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan metode morbiditas:
(a) Perkiraan jumlah populasi.
Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan berdasarkan jenis
kelamin untuk umur antara:
i. 0 s.d. 4 tahun
ii. 4 s.d. 14 tahun
iii. 15 s.d. 44 tahun
iv. >45 tahun
v. atau ditetapkan berdasarkan kelompok dewasa (> 12 tahun) dan anak (1 s/d 12
tahun)
(b) Pola morbiditas penyakit
i. jenis penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
4
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
ii. frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi
pada kelompok umur yang ada.
2) Menghitung kebutuhan jumlah sediaan farmasi, dengan cara jumlah kasus dikali
jumlah obat sesuai pedoman pengobatan dasar. Jumlah kebutuhan obat yang akan
datang dihitung dengan mempertimbangkan faktor antara lain pola penyakit, lead
time dan buffer stock.
Contoh perhitungan dengan metode morbiditas:
Penggunaan oralit pada penyakit diare akut
Anak-anak
Satu siklus pengobatan diare diperlukan 15 bungkus oralit @ 200 ml.
Jumlah kasus 180.
Jumlah oralit yang diperlukan = 180 kasus x 15 bungkus = 1.620
bungkus @ 200ml
Dewasa
Satu siklus pengobatan diare diperlukan 6 bungkus oralit @ 1 liter.
Jumlah kasus 108 kasus.
Jumlah oralit yang diperlukan = 108 kasus x 6 bungkus = 648 bungkus.
5
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
B. Analisis Rencana Kebutuhuhan Sediaan Farmasi
Untuk menjamin ketersediaan obat dan efisiensi anggaran perlu dilakukan analisa
saat perencanaan. Evaluasi perencanaan dilakukan dengan cara berikut:
a. Analisis ABC
ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukkan
peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak. Analisis
ABC mengelompokkan item sediaan farmasi berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:
1) Kelompok A:
Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B:
Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C:
Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
b. Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan farmasi yang
terbatas dengan mengelompokkan sediaan farmasi berdasarkan manfaat tiap jenis
sediaan farmasi terhadap kesehatan.
Semua jenis sediaan farmasi yang tercantum dalam daftar sediaan farmasi
dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut:
1) Kelompok V (Vital)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang mampu menyelamatkan jiwa (life saving ).
Contoh: obat shock anafilaksis
2) Kelompok E (Esensial)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan
paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan.
Contoh:
a) Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: anti diabetes,
analgesik, antikonvulsi)
b) Sediaan farmasi untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
3) Kelompok N (Non Esensial)
Merupakan sediaan farmasi penunjang yaitu sediaan farmasi yang kerjanya ringan
dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi
keluhan ringan. Contoh: suplemen.
7
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk:
1) Penyesuaian rencana kebutuhan sediaan farmasi dengan alokasi dana yang
tersedia. Sediaan farmasi yang perlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkan
atas pengelompokan sediaan farmasi menurut VEN.
2) Penyusunan rencana kebutuhan sediaan farmasi yang masuk kelompok V agar
selalu tersedia.
3) Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan
VEN yang sebaiknya disusun oleh suatu tim. Dalam menentukan kriteria perlu
dipertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing-masing wilayah. Kriteria yang
disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain aspek klinis, konsumsi, target
kondisi dan biaya.
c. Analisis Kombinasi
Jenis sediaan farmasi yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-
benar jenis sediaan farmasi yang diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak.
Dengan kata lain, statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis sediaan
farmasi dengan status N harusnya masuk kategori C.
Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan sediaan farmasi dimana
anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan.
Tabel 1. Metode Kombinasi
A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
8
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2) Pendekatannya sama dengan pada saat pengurangan sediaan farmasi pada kriteria
NA, NB, NC dimulai dengan pengurangan sediaan farmasi kategori EA, EB dan
EC.
9
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
PENANGGUNG Apoteker Pengelola Apotek
JAWAB
LANGKAH 1. Melakukan review terhadap : pola penyakit, kemampuan
PROSEDUR daya beli masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat.
2. Melakukan kompilasi penggunaan obat setiap bulan
3. Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah
sediaan yang akan diadakan
4. Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi dan alat
kesehatan untuk menjamin keabsahan distributor dan
menjamin bahwa sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
diadakan memenuhi persyaratan mutu.
5. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan
farmasi dan alat kesehatan dan prakiraan pembelian ke
masing-masing distributor serta frekuensi pengadaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. RINGKASAN
Dalam membuat perencanaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat
dan juga berdasarkan catatan kartu stok.
10
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
V. PROSEDUR PRAKTIK KLINIK
Lakukanlah pengkajian, kemudian analisa data, penentuan pemilihan obat, penentuan
intervensi, implementasi, dan evaluasi kefarmasian. Di dalam pengkajian juga sudah
mencakup keterampilan klinik yang harus dicapai yaitu membuat perencanaan berdasarkan
catatan kartu stok, pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
Masing-masing tindakan dilakukan minimal 2x secara mandiri, setelah melakukan 1x
observasi yang dilakukan oleh pembimbing klinik (preceptor) dan melakukan 1x tindakan
dengan didampingi oleh preceptor. Semakin banyak anda lakukan tindakan, maka anda akan
semakin mahir dan terampil dalam melakukan tindakan kefarmasian pemilihan sediaan
farmasi di apotek.
12
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
kefarmasian yang anda lakukan mencapai 75 atau lebih anda dinyatakan lulus, bila nilai di
bawah 75 maka harus mengulang.
13
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Persiapan alat
1 Modul Klinik PKL
2 Buku ADL
3 Alat untuk mencatat (alat tulis)
4 Komputer/Laptop
5 Meja, kursi
6 Buku referensi
Tahap Afektif
1 Disiplin dan tanggung jawab
2 Komitmen dan Integritas
3 Menghargai dan Menghormati
4 Kreativitas
5 Kerja Sama dengan Team
6 Penampilan dan Keterampilan Busana
Tahap Psikomotorik
1 Mampu mengelola sediaan farmasi, Alat kesehatan, Dan Bahan medis habis
pakai Habis Pakai
Tahap Kerja
1 Perencanaan:
1. Melakukan review terhadap: pola penyakit, kemampuan daya beli
masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat.
2. Melakukan kompilasi penggunaan obat setiap bulan
3. Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan
4. Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi dan alat kesehatan
untuk menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memenuhi persyaratan mutu.
5. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Hasil Pengamatan
1 Mempelajari tentang kartu stok yang ada di apotek dan cara mengisinya
2 Mempelajari Daftar OWA di apotek
Tahap Terminasi
1 Simpulkan hasil kegiatan
14
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan,..........................................
(...................................................)
15
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot ) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot ) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot ) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot ) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumen-tasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot ) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
16
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
17
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. DEFENISI PENGADAAN SEDIAAN FARMASI
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan
kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP harus melalui
jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di apotek dilaksanakan
dengan pembelian. Pembelian merupakan suatu metode penting untuk mencapai
keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga. Apabila ada dua atau lebih pemasok,
apoteker harus mendasarkan pada kriteria berikut: mutu produk (kualitas produk
terjamin ada NIE/Nomor Izin Edar), reputasi produsen (distributor berijin dengan
penanggungjawab Apoteker dan mampu memenuhi jumlah pesanan), harga, berbagai
syarat, ketepatan waktu pengiriman (lead time cepat), mutu pelayanan pemasok, dapat
dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan, dan pengemasan.
Pengadaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sediaan farmasi diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memiliki izin.
2. Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat Kesehatan (PAK) yang
memiliki izin.
3. Terjaminnya keaslian, legalitas dan kualitas setiap sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP yang dibeli.
4. sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang dipesan datang tepat waktu.
5. Dokumen terkait sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP mudah ditelusuri
6. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP lengkap sesuai dengan perencanaan
Pengadaan adalah Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan
farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik
dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan
diadakan, baik jumlah maupun sumbernya.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan adalah:
Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar atau nomor
registrasi.
Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan dapat
dipertanggung jawabkan.
Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.
Dilengkapi dengan persyaratan administrasi
20
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
perbekalan farmasi untuk obat obat yang kosong berdasarkan data dari buku defekta.
Pengertian faktur dan contohnya apakah itu faktur. Faktur nota pembelian adalah bukti
pembelian yang telah dilakukan oleh apotek zahra kepada pbf. Bila rusak maka obat
dikembalikan dan minta diganti. Pemesanan dilakukan dengan cara membuat surat
pesanan sp dan dikirimkan ke masing masing distributorpbf yang sesuai dengan jenis
barang yang dipesan. Faktur apotik faktur pbf obat keras stempel apotik tinjauan hak
dokter atas penyimpanan obat undang undang republik indonesia nomor 29. Faktur ini
terdiri dari beberapa lembar. Mencocokkan faktur dengan obat yang dating melliputi jenis
dan jumlah serta no batch sediaan c. Apotek dilarang membeli atau menerima bahan baku
obat selain dari PBF penyalur bahan baku obat PT. Memberi harga pada resep yang baru
masuk. Faktur adalah suatu perhitungan penjualan kredit yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli atau konsumen. Kimia farma dan PBF. Memeriksa kondisi fisik obat
meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal kadaluarsa.
21
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
4. Masukkan barang dalam ruangan khusus (RUANG KARANGTINA) yang terpisah
dengan barang-barang yang telah ada sebelumnya. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut :
nama obat, kadar, bentuk sediaan dll.
5. Catat ke dalam kartu stok obat Pindahkan barang ke dalam kamar penyimpanan dan
dikelompokkan sesuai spesifikasi masing-masing
22
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
4.Langkah- 1. Memeriksa Sediaan Farmasi- Alat Kesehatan yang sudah habis atau
langkah hampir habis (diketahui melalui pengamatan visual atau dari kartu
stok pada setiap obat), dicatat di buku daftar obat habis
(defecta).
2. Pemesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang habis pada PBF
dilakukan perminggu atau sesuai dengan kebiasaan datangnya PBF
3. Menentukan pesanan Sediaan Farmasi-Alat Kesehatan yang
meliputi jenis (termasuk di dalamnya bentuk sediaan dan kekuatan),
jumlah, dan PBF yang dipilih.
4. Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :
- Surat Pesanan Obat dan Alat Kesehatan
a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip
apotek)
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama dan alamat PBF, jenis
dan jumlah obat yang dipesan.
- Surat Pesanan Narkotika
a. Ditujukanpada PBF Kimia Farma, dibuat rangkap empat (tiga
untuk PBF Kimia Farma dan satu arsip apotek)
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA
sebagai pemesan, jenis dan jumlah yang dipesan serta tujuan
penggunaan.
c. Satu lembar SP hanya dapat digunakan untuk memesan satu
jenis Narkotika.
- Surat Pesanan Psikotropika
a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip
apotek)
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA
sebagai pemesan, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat
yang dipesan.
c. Satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu
jenis Psiktropika. SP ditandatangani oleh APA dan diberi
stempel apotek.
23
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
IV. Ringkasan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP harus melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
24
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
3. Format penilaian untuk ujian praktik klinik terlampir.
25
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Hasil Pengamatan
1 Menentukan kriteria-kriteria pemilihan Distributor
2 Menentukan jenis surat pesanan berdasarkan penggolongan obatnya
3 Menganalisa 10 faktur pesanan terhadap pengadaan sediaan obat di
apotek
Tahap Terminasi
1 Simpulkan hasil kegiatan
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
27
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Medan,...........................
(....................................)
28
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot ) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot ) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot ) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot ) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumen-tasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot ) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
29
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
30
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. Penerimaan Sediaan di Apotek
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik. Penerimaan obat sebaiknya dilakukan dengan teliti hal ini disebabkan karena
pengantaran obat dapat mengakibatkan kerusakan pada sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan. Standar Operasional Prosedur penerimaan obat adalah:
a. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat Pedagang Besar Farmasi (PBF)
serta tanda tangan penanggung jawab dan stempel PBF.
b. Mencocokkan faktur dengan obat yang datang meliputi jenis dan jumlah serta
nomor batch sediaan.
c. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal
kadaluwarsa. Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti.
d. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta distempel.
Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedang salinan faktur disimpan oleh apotek
sebagai apotek
Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang
diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau
Surat Pengiriman Barang yang sah.
Penerimaan sediaan farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker. Bila Apoteker
berhalangan hadir, penerimaan sediaan farmasi dapat didelegasikan kepada Tenaga
Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Pemegang SIA. Pendelegasian dilengkapi
dengan Surat Pendelegasian Penerimaan sediaan farmasi menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5.
Pemeriksaan sediaan farmasi yang dilakukan meliputi:
1. Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik.
2. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara arsip surat
pesanan dengan obat yang diterima.
3. Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur pembelian dan/atau Surat
31
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
Pengertian
adalah proses penerimaan dari distributor yang sudah ditentukan.
1. Untuk menjamin kesesuaian barang yang diterima dengan surat pesanan
(SP).
Tujuan 2. Untuk menjamin barang yang diterima dengan mutu yang baik.
3. Agar petugas farmasi memahami tata cara penerimaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
32
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
1. Dicocokkan antara SP dengan faktur meliputi
a. Nama PBF
b. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan
c. Kekuatan sediaan farmasi-alat kesehatan dan bentuk sediaan yang
dipesan
d. Jumlah yang dipesan
e. Harga
Bila tidak sesuai dikonfirmasi dengan PBF.
2. Dicocokkan antara isi faktur dan sediaan farmasi-alat kesehatan yang
datang meliputi:
a. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan
b. Jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan
c. Nomor batch
Bila jenis dan jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan tidak sama,
Prosedur
dikembalikan dan ditukar dengan yang tertera pada faktur dan SP. Bila
nomor batch tidak sesuai dengan yang tertera maka pada
faktur dituliskan nomor batch barang yang diterima dan harus
dimintakan tanda tangan pengirim sebagai bukti bahwa batch yang
dikirim tidak sesuai dan sudah disesuaikan dengan sepengetahuan si
pengirim.
3. Sediaan farmasi-alat kesehatan diperiksa kondisi fisiknya antara lain:
a. Wadahnya harus baik dan tertutup rapat
b. Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau)
c. Tanggal kedaluarsa masih jauh
Bila rusak atau tanggal kedaluwarsa sudah dekat, diretur kepada PBF.
Setelah pemeriksaan dan pencocokan selesai, faktur ditandatangani
pihak apotek dan diberi stempel apotek. Faktur asli diberikan kepada
PBF dan salinannya disimpan sebagai arsip apotek.
IV. Ringkasan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan
dengan baik.
33
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
34
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
IX. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Bagaimana hasil ujian praktik klinik yang anda lakukan? Bagaimana feedback dari
pembimbing? Bila nilai anda mencapai 75 atau lebih maka anda dinyatakan lulus. Bila
kurang dari 75 maka harus mengulang (format penilaian terlampir).
35
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Medan,................................
(.............................................)
37
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot ) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot ) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot ) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot ) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumen-tasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot ) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
38
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
39
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi. Tujuan
penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan
yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.
Setelah barang diterima di Apotek perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
Aspek umum yang perlu diperhatikan:
1. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan farmasi, alat kesehatan
dan BMHP.
2. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit minimal 50
cm.
3. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor.
4. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
5. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan dibawah 25ºC.
6. Lokasi bebas banjir.
7. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu.
8. Tersedia alat pemantau suhu ruangan dan lemari pendingin.
9. Pengeluaran obat menggunakan Sistem First In First Out (FIFO), First Expired First
Out (FEFO).
10. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
sediaan farmasi serta disusun secara alfabetis.
11. Kerapihan dan kebersihan ruang penyimpanan
12. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
40
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama sediaan farmasi, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
Sediaan farmasi yang mendekati kedaluarsa (3-6 bulan) sebelum tanggal kadaluarsa
disimpan terpisah dan diberikan penandaan khusus.
13. Sediaan farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas bahan aktif
hingga digunakan oleh pasien. Informasi terkait dengan suhu penyimpanan obat dapat
dilihat pada kemasan sediaan farmasi.
14. Untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan kendali suhu
tertentu dan hanya diperuntukkan khusus menyimpan vaksin saja.
15. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan
pengamanan terhadap sediaan farmasi dengan memindahkan sediaan farmasi tersebut
ke tempat yang memenuhi persyaratan. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan
sediaan farmasi termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan.
16. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan sediaan farmasi.
17. Tempat penyimpanan obat (ruangan dan lemari pendingin) harus selalu dipantau
suhunya menggunakan termometer yang terkalibrasi. Termometer yang digunakan
untuk mengukur suhu lemari penyimpanan dapat berupa termometer eksternal dan
internal, sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Lemari pendingin dengan termometer eksternal (kiri) dan lemari pendingin
dengan termometer internal (kanan)
Penyimpanan sediaan farmasi, BMHP dan Alkes harus dilakukan pencatatan dengan
kartu stok. Pencatatan di kartu stok meliputi nama, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan
farmasi, jumlah persediaan, tanggal, nomor dokumen dan sumber penerimaan, jumlah yang
diterima, tanggal, nomor dokumen dan tujuan penyerahan, jumlah yang diserahkan, nomor
bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau penyerahan, dan paraf atau identitas petugas
yang ditunjuk.
Pencatatan stok dilakukan secara manual ataupun dapat secara elektronik dengan sistem
yang tervalidasi, mampu telusur dan dapat dicetak. Stock opname sediaan farmasi, BMHP
41
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
dan alkes dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Khusus untuk Narkotika dan Psikotropika stock opname dilakukan secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
42
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi label khusus
sehingga petugas dapat lebih mewasapadai adanya obat LASA/NORUM. Dibawah ini
beberapa contoh obat LASA berdasarkan bentuk sediaan, kekuatan dan kandungan zat
aktif:
A B C D
Keterangan :
A. Contoh obat LASA dengan kekuatan bentuk sediaan berbeda
B. Contoh obat LASA dengan bentuk sediaan berbeda
C. Contoh obat LASA dengan kandungan zat aktif berbeda
D. Contoh label LASA
43
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
II. TINDAKAN PENGKAJIAN
SOP Penyimpanan Produk Sediaan farmasi di Apotek sebagai berikut:
Langkah-langkah:
a. Tahap pra :
Identifikasi kebutuhan
Siapkan alat dan bahan : Kartu stok, Penggolongan obat
b. Tahap orientasi:
Pahami Kebutuhan penggolongan Obat
c. Tahap kerja
Pengertian Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak mutu sediaan farmasi
Tujuan 1.Untuk menjaga mutu sediaan farmasi
2.Untuk memudahkan dalam pelayanan
Prosedur 1. Setelah obat sesuai dengan pesanan, obat dilakukan penyimpanan
sesuai dengan spesifikasi obat tersebut (suhu dan kelembabannya)
untuk menjamin stabilitas obat
2. Obat disimpan dengan susunan sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengambilan
3. Penataan obat dapat dilakukan dengan penggolongan antara lain:
a. Berdasarkan kelas terapi
b. Bentuk sediaan
c. Alfa betis
d. Gabungan antara ketiganya
4. Penyimpanan khusus (di lemari pendingin) Ada beberapa sediaan
yang tidak stabil/rusak jika disimpan pada suhu kamar, antara lain:
suppositoria, ovula, tablet amoxicillin dengan asam klavulanat,
sediaan dengan bakteri lacto bacillus, tablet salut gula dan selaput,
sirup, beberapa sediaan injeksi, albumin, serum, insulin dan
lain-lain.
5. Metode FIFO dan FEFO
Metode First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang lebih dulu
dikeluarkan lebih dulu, hal ini untuk menghindari obat kedaluarsa.
Penataan juga berdasarkan metode First Expired First Out
(FEFO) yaitu obat yang mempunyai kadaluarsa lebih awal
dikeluarkan lebih dulu.
Unit terkait Gudang
Apotek
44
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2. Buku ADL
3. Alat untuk mencatat (alat tulis)
4. Komputer/Laptop
5. Meja, kursi
6. Buku referensi apotek
IV. Ringkasan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan farmasi. Tujuan penyimpanan adalah
untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
45
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
VII. Pelaporan Hasil Praktik Klinik
Bagaimana hasil pelaksanaan prosedur persiapan pemeriksaan penerimaan di gudang
farmasi di Apotek? Laporan tindakan pengkajian diisi dalam log book (terlampir) dan juga di
dalam LK kelompok dan individu.
46
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Medan, ..........................
(.......................................)
48
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot ) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot ) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot ) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot ) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumen-tasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot ) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
49
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
50
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. Pemusnahan
Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Lampiran 8 sebagaimana terlampir dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
51
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
dicabut oleh Menteri.
B. Pemusnahan Obat
Pemusnahan Obat adalah suatu tindakan perusakan dan pelenyapan terhadap Obat,
kemasan, dan/atau label yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat, mutu, dan label sehingga tidak dapat digunakan lagi. Tata cara Penarikan Obat
dari instalasi farmasi milik pemerintah, instalasi farmasi rumah sakit milik pemerintah,
dan pusat kesehatan masyarakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelaksanaan Penarikan Obat sebagaimana dimaksud dalam wajib dilaporkan kepada
Kepala Badan meliputi:
a) laporan awal pelaksanaan Penarikan Obat;
b) laporan berkala pelaksanaan Penarikan Obat; dan
52
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
c) laporan akhir hasil Penarikan Obat. Laporan awal sebagaimana dimaksud paling
sedikit memuat informasi serta kelengkapan data dan/atau dokumen sebagai
berikut:
1) jumlah Obat yang diproduksi untuk Bets yang ditarik;
2) sisa stok Obat yang belum diedarkan;
3) jumlah Obat yang diedarkan pada setiap fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan
kefarmasian, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk Bets yang ditarik;
4) salinan instruksi penarikan dari Pemilik Izin Edar kepada fasilitas distribusi,
fasilitas pelayanan kefarmasian, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan; dan
5) implementasi publikasi.
C. Obat kadaluarsa
Obat kadaluarsa adalah obat jadi yang berasal dari produksi pabrik obat yang telah
habis masa berlaku (batas waktu pemakaiannya) atau dikenal dengan sudah ED
(expired date). Pencantuman tanda kadaluarsa bisa dicetak dengan tulisan susah untuk
dihapus. Obat kadaluarsa kadang-kadang kalau dilihat dari luar secara organoleptik
tampak masih kondisi baik kemasannya maupun obatnya sendiri. Namun bila
diperiksa secara laboratoris kemungkinan besar sudah di bawah persyaratan kadar
Farmakope, dan hasil peruraian obat (degradan) akan bertambah. Karena kadar zat
aktif sangat menurun maka kemungkinan untuk sembuhnya penyakit menjadi lebih
lama lagi.
a) Prosedur tentang Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa
b) Mengidentifikasikan obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
c) Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan di simpan pada terpisah dari
penyimpanan obat lainnya.
d) Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa.
e) Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke Instalasi Farmasi.
f) Mendokumentasikan pencatatan tersebut.
D. Pemusnahan Resep
Resep yang telah disimpan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Psiktropika dan Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
53
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat
jadi hanya dapat dilakukan oleh:
a. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah;
b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan;
c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri
Farmasi, untuk penyaluran Narkotika;
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara
Nasional Indonesia atau Kepolisian
Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik
Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan
Puskesmas. Selain kepada PBF lainnya, Apotek, Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan, PBF dapat menyalurkan Prekursor
Farmasi golongan obat bebas terbatas kepada Toko Obat.
Pemusnahan Resep :
1. Menyiapkan administrasi (berupa
laporan dan Berita Acara
Pemusnahan Sediaan Farmasi -
Alat Kesehatan).
2. Menetapkan jadwal, metoda dan
tempat pemusnahan
3. Menyiapkan tempat pemusnahan
4. Tata cara pemusnahan :
- Resep narkotika dihitung
jumlahnya
- Resep lain ditimbang
- Resep dihancurkan, lalu dikubur
atau dibakar.
5. Membuat laporan pemusnahan
resep yang sekurang-kurangnya
memuat :
- Waktu dan tempat pelaksanaan
pemusnahan resep
- Jumlah resep narkotika dan berat
resep yang dimusnahkan
- Nama Apoteker pelaksana
pemusnahan resep
- Nama saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan resep
6. Membuat Berita Acara Pemusnahan
yang ditandatangani oleh Apoteker
dan saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan resep
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. Ringkasan
Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
58
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
VIII. Ujian Praktik Klinik
1. Saat praktik klinik di Apotek, anda akan melaksanakan ujian praktik klinik. Ujian
praktik klinik akan dinilai oleh pembimbing klinik dan institusi.
2. Ujian praktik klinik menilai prosedur tindakan yang anda lakukan apakah sesuai dengan
SOP tindakan Persiapan Perencanaan sediaan yang telah disediakan (terlampir).
3. Format penilaian untuk ujian praktik klinik terlampir.
59
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Pemusnahan Resep :
1. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara
Pemusnahan Sediaan Farmasi -
Alat Kesehatan).
2. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan
3. Menyiapkan tempat pemusnahan
4. Tata cara pemusnahan :
- Resep narkotika dihitung jumlahnya
- Resep lain ditimbang
- Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
5. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya
memuat :
- Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
- Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan
- Nama Apoteker pelaksana pemusnahan resep
- Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
6. Membuat Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh
Apoteker
dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
Hasil Pengamatan
1 Membuat SPO pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak
2 Membuat SPO pemusnahan resep
Tahap Terminasi
1 Simpulkan hasil kegiatan
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
61
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan,...............................
(........................................)
62
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
63
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
64
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual
atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan sediaan farmasi di
apotek. Pengendalian persediaan obat terdiri dari:
1. Pengendalian ketersediaan
Kekosongan atau kekurangan sediaan farmasi di apotek dapat terjadi karena
beberapa hal:
a. Perencanaan yang kurang tepat;
b. Perubahan kebijakan pemerintah (misalnya perubahan e-katalog, sehingga
sediaan farmasi yang sudah direncanakan tahun sebelumnya tidak masuk
dalam katalog sediaan farmasi yang baru); dan
c. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh apoteker untuk
mencegah/mengatasi kekurangan atau kekosongan sediaan farmasi:
1) Melakukan analisa perencanaan sebelum pemesanan/pembelian sediaan farmasi.
2) Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
3) Lakukan stock opname sediaan farmasi, BMHP dan alkes secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan. Khusus untuk Narkotika dan
Psikotropika stock opname dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya sekali
dalam 1 (satu) bulan.
65
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan sediaan farmasi dilakukan untuk mengetahui jumlah
penerimaan dan pemakaian sediaan farmasi sehingga dapat memastikan jumlah
kebutuhan sediaan farmasi dalam satu periode. Kegiatan pengendalian mencakup:
a. memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah stok ini
disebut stok kerja.
b. menentukan:
1) Stok optimum adalah stok sediaan farmasi yang disediakan agar tidak mengalami
kekurangan/kekosongan.
2) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan
pengiriman.
3) Menentukan waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai sediaan farmasi diterima.
c. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor keluar dan
masuknya (mutasi) sediaan farmasi di apotek. Pencatatan dapat dilakukan dalam
bentuk digital atau manual. Pencatatan dalam bentuk manual biasanya menggunakan
kartu stok. Fungsi kartu stok sediaan farmasi:
1) mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi termasuk kondisi
fisik, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa sediaan farmasi
2) satu kartu stok hanya digunakan untuk mencatat mutasi satu jenis sediaan
farmasi; dan
3) data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan dan rencana kebutuhan
sediaan farmasi periode berikutnya.
Hal yang harus diperhatikan:
1) Kartu stok obat harus diletakkan berdekatan dengan sediaan farmasi yang
bersangkutan. pencatatan harus dilakukan setiap kali ada mutasi (keluar masuk
sediaan farmasi atau jika ada sediaan farmasi hilang, rusak/kedaluwarsa).
2) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan setiap akhir periode.
66
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
3. Penanganan ketika terjadi kerusakan, recall dan kedaluwarsa.
a. pemusnahan dan penarikan obat yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b. untuk pemusnahan narkotika, psikotropika dan prekursor dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan dibuat
berita acara pemusnahan;
c. penarikan obat yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan
oleh bpom (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada kepala bpom. penarikan bmhp dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri; dan
d. pemusnahan dilakukan untuk obat bila:
1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu/rusak.
2) Telah kedaluwarsa.
3) Dicabut izin edarnya.
67
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Langkah Prosedur 1. Obat-obat yang ED nya kurang dari 4 bulan dipisahkan beserta
fakturnya.
2. Menghubungi distributornya untuk mengambil obat tersebut
3. Salesman akan menukar obat-obat tersebut dengan obat baru
dengan ED yg lebih lama atau diganti dengan uang.
4. Untuk obat-obatyang tidak bisa diretur maka obat-obat ED
dikumpulkan tersendiri dan pemusnahan dilakukan tiap tahun
dan juga obat-obat yang rusak.
5. Pembuatan berita acara pemusnahan sediaan farmasi-alat
kesehatan
6. Berita acara dibuat rangkap dua dan dikirim kepada :
1. Ka. Dinkes Kabupaten
2. Ka. Dinkes Provinsi
IV. Ringkasan
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran.
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/ menyerahkan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Apotek harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan
dan pengendalian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di unit pelayanan.
68
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
banyak anda lakukan tindakan, maka anda akan semakin mahir dan terampil dalam
melakukan tindakan penyimpanan.
69
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Medan,...............................
(........................................)
71
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
72
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
73
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. PENCATATAN
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor transaksi
perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di apotek. Adanya pencatatan akan
memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu sediaan
farmasi yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk
melakukan pencatatan adalah Kartu Stok.
Fungsi kartu stok:
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa).
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis
perbekalan farmasi.
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan, pengadaan,
distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam
tempat penyimpanannya.
74
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
c. Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/
kedaluwarsa) langsung dicatat didalam kartu stok
d. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan.
Petunjuk pengisian:
a. kartu stok memuat nama perbekalan farmasi, satuan, asal (sumber) dan diletakkan
bersama perbekalan farmasi pada lokasi penyimpanan.
b. bagian judul pada kartu stok diisi dengan:
1) Nama perbekalan farmasi.
2) Kemasan.
3) Isi kemasan.
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
76
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. RINGKASAN
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
.
V. PROSEDUR PRAKTIK KLINIK
Lakukanlah pengkajian, kemudian analisa data, pelaksanaan pengelolaan obat khusus,
penentuan intervensi, implementasi, dan evaluasi kefarmasian. Di dalam pengkajian juga
sudah mencakup keterampilan klinik yang harus dicapai yaitu pencatatan sediaan farmasi di
apotek. Masing-masing tindakan dilakukan minimal 2x secara mandiri, setelah melakukan 1x
observasi yang dilakukan oleh pembimbing klinik (preceptor) dan melakukan 1x tindakan
dengan didampingi oleh preceptor. Semakin banyak anda lakukan tindakan, maka anda akan
semakin mahir dan terampil dalam melakukan tindakan kefarmasian pemilihan sediaan
farmasi di apotek tersebut.
78
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Medan,...............................
(........................................)
80
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
81
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
82
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. PELAPORAN
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan
farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan.
Tabel. Laporan yang dibuat Apotek
No Jenis Laporan Kegunaan
1 Narkotik Untuk audit POM dan keperluan perancanaan
2 Psikotropik Untuk audit POM dan keperluan perancanaan
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
84
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. RINGKASAN
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan farmasi,
tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
.
V. PROSEDUR PRAKTIK KLINIK
Lakukanlah pengkajian, kemudian analisa data, pelaksanaan pengelolaan obat khusus,
penentuan intervensi, implementasi, dan evaluasi kefarmasian. Di dalam pengkajian juga
sudah mencakup keterampilan klinik yang harus dicapai yaitu pencatatan sediaan farmasi di
apotek. Masing-masing tindakan dilakukan minimal 2x secara mandiri, setelah melakukan 1x
observasi yang dilakukan oleh pembimbing klinik (preceptor) dan melakukan 1x tindakan
dengan didampingi oleh preceptor. Semakin banyak anda lakukan tindakan, maka anda akan
semakin mahir dan terampil dalam melakukan tindakan asuhan kefarmasian pemilihan
sediaan farmasi apotek.
86
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
87
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
1 Simpulkan hasil kegiatan
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan,...............................
(........................................)
88
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
89
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
90
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
BAB II
PRAKTEK KLINIK PELAYANAN FARMASI KLINIK SESUAI POLA PENYAKIT
DAN KEBUTUHAN PELAYANAN KESEHATAN DI APOTEK
I. TEORI
A. Pengkajian Resep di Apotek
Resep adalah permintaan tertulis dan elekronik dari seorang dokter kepada
apoteker pengelola apotek untuk menyiapkan dan/atau membuat, meracik, serta
menyerahkan obat kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap.
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian
Resep, penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan termasuk peracikan Obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur
pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat
(medication error). Proses pengobatan menggambarkan suatu proses normal atau
"fisiologik" dari pengobatan, di mana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus
berbagai pertimbangan profesional dalam setiap tahap sebelum membuat suatu
keputusan. Kenyataannya dalam praktek, sering dijumpai kebiasaan pengobatan
(peresepan, prescribing habit) yang tidak berdasarkan proses dan tahap ilmiah tersebut.
Hal ini sering menimbulkan suatu keadaan "patologik" atau tidak normal dalam
peresepan dengan berbagai dampaknya yang merugikan. Secara umum patologi
peresepan ini lebih dikenal sebagai peresepan yang tidak rasional (irrational
prescribing) atau peresepan yang tidak benar (in appropriate prescribing).
Kegiatan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Tenaga farmasi harus
melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik,
dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
91
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter.
2) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.
3) Tanggal Resep dan Ruangan/unit asal Resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1) Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan.
2) Dosis dan Jumlah Obat.
3) Stabilitas dan.
4) Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
4. Kontraindikasi.
5. Interaksi Obat.
1. Persyaratan Administrasi
Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter,
tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep,
nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keteranganlain
yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.
Tinjauan kelengkapan obat meliputi :
a. Pemeriksaan dosis
b. Frekuensi pemberian
c. Adanya polifarmasi
d. Interaksi obat yaitu reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia (obat
lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang dapat
mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi peningkatan/pengurangan kerja
obat atau bahkan obat sama sekali tidak menimbulkan efek
e. Karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien
menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
93
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2. Persyaratan Farmasetik
Kesesuaian farmasetik meliputi, bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, aturan pakai, cara dan lama pemberian. Pengkajian resep
berdasarkan kesesuaian farmasetik sebagai berikut :
a. Resep dapat menunjukkan bentuk sediaan obat yang jelas seperti tablet, injeksi,
sirup, suppositoria dan lain-lain.
b. Dosis yang ada pada resep harus jelas untuk pemberian kepada pasien.
c. Stabilitas dan potensi pada resep bahwa obat yang ditulis mempunyai
ketersediaan dan stabilitas.
d. Inkompatibilitas merupakan bahan-bahan obat yang tidak dapat dicampurkan.
e. Aturan pakai, cara dan lama pemberian harus jelas agar tidak salah dalam
pemberian obat.
3. Persyaratan Klinis
Persyaratan klinis meliputi, ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
duplikasi pengobatan, alergi, interaksi, dan efek samping obat, kontra indikasi
serta efek adiktif. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis dengan memberikan pertimbangan dan alternatif bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
a. Ketepatan indikasi, obat yang ditulis pada resep harus sesuai dengan indikasi
penyakit yang diderita pasien.
b. Dosis dan waktu penggunaan obat, pada resep harus tepat agar terapi yang
diberikan mencapai hasil yang maksimal.
c. Duplikasi pengobatan, obat yang ada pada resep terdiri dari beberapa obat yang
mempunyai indikasi yang sama.
d. Efek samping, merupakan efek yang tidak diinginkan yang timbul pada dosis
terapi.
Alergi, obat yang ada pada resep harus diketahui mempunyai potensi reaksi alergi
pada pasien, apalagi untuk pasien yang memiliki riwayat alergi tertentu. Kontra
indikasi, merupakan obat yang ditulis berlawanan dengan indikasi penyakit pasien
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
95
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
2. PenataLaksanaaan Penyerahan Resep
Langkah Langkah sebagai berikut;
a. Tahap pra :
Identifikasi kebutuhan
Siapkan alat dan bahan : resep obat
b. Tahap orientasi:
Pahami cara penyerahan Resep Obat di Apotek
c. Tahap kerja
DEFINISI Penyerahan obat kepada pasien sesuai dengan ketentuan resep.
TUJUAN Sebagai acuan agar resep diterima dengan baik dan sesuai
dengan yang diberikan.
PROSEDUR 1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara
penggunaan obat dengan permintaan pada resep.
2. Memanggil dan memastikan nomor urut / nama pasien.
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan
obat.
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman
dan jauh dari jangkauan anak-anak.
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. RINGKASAN
Pengkajian Resep: Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
96
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Kajian administratif meliputi: nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan; nama
dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan tanggal
penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.
.
V. PROSEDUR PRAKTIK KLINIK
Lakukanlah pengkajian, kemudian analisa data, pelaksanaan pengkajian resep di Apotek,
penentuan intervensi, implementasi, dan evaluasi kefarmasian. Di dalam pengkajian juga
sudah mencakup keterampilan klinik yang harus dicapai yaitu penyerahan dan pengkajian
resep. Masing-masing tindakan dilakukan minimal 2x secara mandiri, setelah melakukan 1x
observasi yang dilakukan oleh pembimbing klinik (preceptor) dan melakukan 1x tindakan
dengan didampingi oleh preceptor. Semakin banyak anda lakukan tindakan, maka anda akan
semakin mahir dan terampil dalam melakukan tindakan pelayanan farmasi klinik di Apotek.
98
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Persiapan alat
1 Modul Klinik PKL
2 Buku ADL
3 Alat untuk mencatat (alat tulis)
4 Komputer/Laptop
5 Meja, kursi
6 Buku referensi
Tahap Afektif
1 Disiplin dan tanggung jawab
2 Komitmen dan Integritas
3 Menghargai dan Menghormati
4 Kreativitas
5 Kerja Sama dengan Team
6 Penampilan dan Keterampilan Busana
Tahap Psikomotorik
1 Mampu mengelola sediaan farmasi, Alat kesehatan, Dan Bahan medis
habis pakai Habis Pakai
Tahap Kerja
1 Pengkajian Resep
a. Skrining Resep (Pengkajian Resep)
1) Petugas (Apoteker/TTK/Petugas lain) melakukan pemeriksaan
kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter, nomor ijin
praktek, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter serta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien
2) Petugas melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu
bentuk sediaan, dosis, frekuensi, kekuatan, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat
3) Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan penilaian pasien
yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien
dan hal lain yang terkait dengan kajian aspek klinis.
4) Menetapkan ada tidaknya masalah terkait obat (drug related
problem/DRP), dan membuat keputusan profesi (komunikasi
dengan dokter, merujuk pasien ke sarana kesehhatan terkait dan
sebagainya)
99
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
5) Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan
6) Petugas yang melakukan pengkajian resep memberikan tanda
pada resep
7) Petugas membuat dokumen pencatatan pengobatan pasien
Penyerahan Obat
1) Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara
penggunaan obat dengan permintaan pada resep.
2) Memanggil dan memastikan nomor urut / nama pasien.
3) Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
4) Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.
5) Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan
jauh dari jangkauan anak-anak.
Hasil Pengamatan
1 Membaca resep dan mengkaji kelengkapan resep berdasarkan :
- Adminstratif
- Farmasetis
- Farmasi klinis
2 Mempelajari alur pelayanan resep
Tahap Terminasi
1 Simpulkan hasil kegiatan
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan,...............................
(........................................)
100
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
101
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
102
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. Dispensing obat
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.
Dispensing dilaksanakan setelah kajian administratif, farmasetik dan klinik memenuhi
syarat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
b. mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan
nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang
berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
Jika Penyiapan Obat teah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan proses lanjutan sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah
Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat
tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat.
103
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang
stabil.
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(apabila diperlukan).
9. Menyimpan resep pada tempatnya
10. Apoteker mendokumentasikan yang memudahkan untuk pelaporan
Pada saat menyerahkan obat harus disertai etiket sebagai penanda kepada siapa
obat itu diberikan dan bagaimana aturan pakainya. Etiket obat harus memuat beberapa
informasi sebagai berikut (Widyaningsih, 2018):
1. Nama dan alamat apotek;
2. Nama dan nomor SIK APA;
3. Nama dan jumlah obat;
4. Aturan pemakaian;
5. Tanda lain yang diperlukan misalnya obat gosok, obat kumur, obat batuk dan kocok
dahulu.
Menurut Widyaningsih (2018) pada saat penyerahan obat peru dilakukan pemberian
informasi meliputi :
1. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat
antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
2. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil.
3. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
4. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker (apabila
diperlukan).
105
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. Ringkasan
Dispensing adalah proses pemberian obat mulai dari kegiatan penyiapan dan
penyerahan obat kepada pasien berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter. Yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mencapai terapi pengobatan yang
optimal.
106
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
VII. Pelaporan Hasil Praktik Klinik
Bagaimana hasil pelaksanaan prosedur Persiapan pemeriksaan rekonmsilasi
penggunaan obat oleh kepala di Ruang Instalasi? Laporan tindakan pengkajian diisi
dalam log book (terlampir) dan juga di dalam LK kelompok dan individu.
107
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Medan,...............................
(........................................)
109
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
110
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
111
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. Pemberian Informasi Obat
PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar rumah sakit. Tujuan:
a. menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit
b. menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
obat/perbekalan farmasi, terutama bagi komite/sub komite farmasi dan terapi
c. imenunjang penggunaan obat yang rasional
112
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
sistematis untuk memberikan informasi
c. Petugas menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah
dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana baik secara lisan maupun
tertulis
d. Petugas menyampai informasi kepada pasien mengenai :
1. Nama, Jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat
2. Cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi : bagaimana
cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/menggunakan
obat, seberapa banyak/dosis dikonsumsi, sebelum waktu sebelum
atau sesudah makan, frekuensi / rentang jam penggunaan obat
3. Peringatan atau efek samping obat
4. Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
5. Tata cara penyimpanan obat
6. Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
e. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet, dan lain-lain)
f. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. Ringkasan
Pelayanan informasi obat juga dapat dilaksanakan dimana saja, siapapun yang ingin
mendapatkan informasi obat dapat menanyakan kepada petugas PIO/ Apoteker di Apotek baik
113
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
melalui lisan ataupun tulisan. Contoh administrasi laporan kegiatan PIO : - Nama penanya -
Profesi penanya - Pertanyaannya - Kriteria pertanyaan (indikasi, efek samping obat,
ketersediaan, dll) - Jawaban - Literatur - Apoteker yang menjawab
114
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Medan,...............................
(........................................)
116
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
117
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
118
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. Pelayanan swamedikasi
Definisi swamedikasi merupakan Suatu tindakan “SELF CARE” untuk mengatasi segala
keluhan pada diri sendiri untuk penyakit atau gejala yang ringan dengan menggunakan
obat-obat OTC & OWA. Pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu, termasuk
obat herbal dan obat tradisional untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali
sendiri. Upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk mengatasi keluhan dan
penyakit ringan seperti demam, nyeri, batuk dsb.
Tujuan swamedikasi :
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal menolong dirinya sendiri untuk
mengatasi masalah kesehatan (kasus penyakit ringan)
Meningkatkan kesehatan diri
119
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
II. TINDAKAN PENGKAJIAN
Dalam kegiatan praktek klinik ini yang harus dilakukan adalah bagaimana Standard
Pelaksanaan (SPO) dianataranya :
Langkah-langkah:
a. Tahap pra :
Identifikasi kebutuhan
Siapkan alat dan bahan :
b. Tahap orientasi:
Pahami Kebutuhan penggolongan Obat
c. Tahap kerja
Pelayanan swamedikasi adalah penggunaan dan pemilihan obat-
PENGERTIAN obatan yang digunakan orang untuk mengobati penyakit maupun
gejala tanpa resep dokter
TUJUAN untuk pelaksanaan dan pengawasan pelayanan swa medikasi
1. Pasien datang dengan keluhan gejala sakit, dilakukan :
a. Patient assesment oleh apoteker untuk merespon keluhan
pasien
b. Apoteker membantu untuk memilihkan obat yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Bila diperlukan pemeriksaan
lebih lanjut maka disarankan periksa ke dokter.
c. Obat dapat diberikan hanya untuk mengurangi keluhan.
d. Pemberian informasi tentang penggunaan obat tersebut dan
informasi lain yang mendukung pengobatan pasien/klien
berkenaan dengan keluhannya.
120
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. Ringkasan
Pelayanan swamedikasi adalah penggunaan dan pemilihan obat-obatan yang digunakan
orang untuk mengobati penyakit maupun gejala tanpa resep dokter. Penerapan pelayanan
swamedikasi harus sesuai standar pengobatan yang wajar, yaitu tepat pasien, tepat obat,
tepat dosis, kewaspadaan terhadap efek samping obat dan interaksi obat. Sejalan dengan
perkembangan zaman, semakin banyak orang yang menerapkan pengobatan sendiri dari
semua lapisan masyarakat tidak hanya para sarjana. Faktor yang meningkatkan praktek
pengobatan sendiri antara lain kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan berbagai penyakit
serta media pemasaran.
121
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
VI. Hasil Pengamatan
Lakukan tindakan Persiapan pelaksanaan pengelolaan ruangan di Apotek dan tuliskan
hasil pengamatan dari tindakan tersebut ke dalam bentuk laporan.
122
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
Hasil Pengamatan
1 Membuat video swamedikasi yang dilakukan di apotek
2 Mempelajari penggantian obat bila obat yang diminta pasien tidak
tersedia atau habis di apotek
Tahap Terminasi
1 Simpulkan hasil kegiatan
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan,...............................
(........................................)
124
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
125
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
126
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
BAB III
PRAKTEK KLINIK PENERAPAN SUMBER DAYA KEFARMASI DI APOTEK
I. TEORI
A. Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 73 Tahun 2016 Apotek merupakan suatu
sarana pelayanan kesehatan khususnya kefarmasian sebagai tempat implikasi praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Dalam pelaksanaan praktik kefarmasian oleh Apoteker, harus
menjalankan standar pelayanan kefarmasian dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, pengamanan, penyimpanan, ditribusi juga menyediakan kepastian hukum
bagi tenaga kesehatan bidang kefarmasian, memberikan perlindungan pasien serta
masyarakat tentang penggunaan perbekalan kefarmasian seperti obat-obatan secara
rasional untuk menjamin keselamatan dan keamanan pasien. Pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi yang terdiri atas obat, kosmetik dan alat kesehatan. Apotek
menyediakan pelayanan atas resep dokter maupun tidak dengan resep dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009, tugas
apotek adalah sebagai berikut:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain
obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
3. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamatan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian.
127
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
B. Stuktur Organisasi Apotek
Proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu organisasi yang dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 73
Tahun 2016 menjelaskan bahwa, struktur organisasi pada Apotek memiliki tujuan untuk
mengoptimasi kinerja Apotek dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Disusunnya struktur organisasi di Apotek membuat masing-masing pegawai
didalamnya memiliki wewenang serta tanggungjawab, berdasarkan jabatan yang
ditentukan. Struktur organisasi berperan dalam menjalankan sistem pada praktik
pelayanan kefarmasian.
Apoteker Pendamping
Apoteker merupakan sebuah gelar profesi. Gelar ini diberikan untuk seseorang yang telah
berhasil menempuh pendidikan profesi apoteker.
Tugas Apoteker
Memimpin seluruh kegiatan dalam apotek.
Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan administrasi apotek.
Membayar pajak apotek.
Tanggung jawab seorang apoteker adalah bertanggung jawab terhadap kelangsungan
perkembangan dari apotek yang dipimpin, dan bertanggung jawab terhadap pemilik dari
apotek itu sendiri.
128
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Asisten Apoteker
Salah satu elemen struktur organisasi apotek adalah asisten apoteker. Asisten apoteker
merupakan sebuah profesi pelayanan kesehatan di bidang Farmasi. Tugas asisten
apoteker ini adalah sebagai pembantu tugas dari apoteker dalam pekerjaan
kefarmasiannya.
Tugas Asisten Apoteker
Mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya dalam memberikan pelayanan
obat bebas dan obat resep.
Menyusun buku defecta setiap pagi, dan memelihara buku harga.
Mencatat dan membuat laporan keluar masuknya obat.
Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggalnya, lalu digulung dan
disimpan.
Memelihara kebersihan ruang peracikan obat, lemari obat, gudang, dan rak obat.
Dalam keadaan darurat, asisten apoteker harus bisa menggantikan pekerjaan sebagai
kasir, penjual obat bebas, dan berperan sebagai juru resep.
Tanggung jawab seorang pembantu apoteker adalah bertanggung jawab kepada apoteker.
Artinya, asisten apoteker akan bertanggung jawab atas kebenaran segala tugas yang
asisten apoteker selesaikan. Tidak boleh ada kesalahan, kekeliruan, kekurangan,
kehilangan, maupun kerusakan obat.
Seksi Pembelian
Elemen pelengkap lain dari struktur organisasi apotek ini adalah seksi pembelian. Untuk
tugas dari seksi pembelian ini cukuplah banyak.
Melakukan pencatatan kegiatan pembelian ke buku pembelian.
Melakukan tukar faktur kepada distributor.
Mempersiapkan kelengkapan pembayaran hutang dagang.
Membuat surat pemesanan berdasarkan defecta barang yang berasal dari gudang.
Melakukan pemesanan dan pembelian barang.
Memberikan informasi perubahan harga dari PBF.
Wewenang dari seksi pembelian ini adalah untuk memilih distributor yang
menguntungkan. Hal ini bisa dari segi kualitas barang, harga, dan potongan hargaya.
Seksi Gudang
Menerima barang dari distributor.
129
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Menyimpan dan menyusun barang di gudang. Mengatur pengeluaran dari gudang
berdasarkan sistem FIFO.
Mengeluarkan barang berdasarkan BPBA.
Mencatat keluar masuknya barang dari gudang dalam kartu stok gudang.
Memberikan informasi mengenai kondisi barang (obat) yang rusak. Dan barang yang
sudah mendekati kadaluarsa kepada petugas pembelian untuk melakukan penukaran.
Seksi Penjualan
Merekapitulasi hasil penjualan tunai harian, dan penjualan kredit.
Merekapitulasi jumlah harga obat yang berasal dari resep kredit berdasarkan masing-
masing debiturnya.
Memisahkan resep kredit, dan tunai setiap hari.
Membuat kwitansi atau faktur penjualan.
Seksi Peracikan
Memeriksa kerasionalan obat, dan kelengkapan dari sebuah resep. Memeriksa kembali
resep yang sudah siap, dan menyerahkannya kepada konsumen.
Menghitung dosis obat, menimbang, dan menyiapkan obat untuk racikan.
130
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Pahami Kebutuhan penggolongan Obat
c. Tahap kerja
Setiap mahasiswa mengisi Form checklist dibawah ini:
Kelengkapan
Perincian Persyaratan
Ada Tidak ada
Sumber daya manusia
Apotek sekurang- Apotek yang buka 24 (dua puluh
kurangnya terdiri dari 1 empat) jam sekurang-kurangnya
(satu) orang Apoteker harus memiliki 2 (dua) orang
Apoteker.
Apoteker penanggung
jawab dapat dibantu
Apoteker lain dan/atau
Tenaga Teknis
Kefarmasian, asisten
tenaga kefarmasian
dan/atau tenaga
administrasi
Jumlah Apoteker dan - Data jam operasional Apotek
tenaga lain disesuaikan - Data jam praktik Apoteker
dengan jam operasional - Tersedia analisa beban kerja
Apotek dan
mempertimbangkan
analisa beban kerja
Semua tenaga Dibuktikan dengan SIPA/SIPTTK
kefarmasian memiliki
surat izin praktik
Semua tenaga
kefarmasian sesuai
dengan standar profesi,
standar prosedur
operasional, standar
pelayanan, etika profesi,
menghormati hak pasien,
serta mengutamakan mutu
dan keselamatan pasien
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
131
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
IV. Ringkasan
Proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu organisasi yang dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 73
Tahun 2016 menjelaskan bahwa, struktur organisasi pada Apotek memiliki tujuan untuk
mengoptimasi kinerja Apotek dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Disusunnya struktur organisasi di Apotek membuat masing-masing pegawai
didalamnya memiliki wewenang serta tanggungjawab, berdasarkan jabatan yang
ditentukan. Struktur organisasi berperan dalam menjalankan sistem pada praktik
pelayanan kefarmasian.
133
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
134
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Hasil Pengamatan
1 Mengetahui struktur organisasi yang ada di apotek
2 Mengetahui tupoksi Tenaga Teknis kefarmasian di apotek
3 Mengetahui persyaratan administrasi dari Tenaga Teknis kefarmasian
Tahap Terminasi
1 Simpulkan hasil kegiatan
2 Lakukan Briefing atas kesimpulan temuan kegiatan yang dilakukan
3 Lakukan Kontrak selanjutnya
Dokumentasi
1 Jenis Sediaan
2 Tempat Pelaksanaan
3 Tanggal pelaksanaan
4 Nama & ttd petugas
Sikap
1 Teliti
2 Empati
3 Memperhatikan keamanan
4 Sistematis
SCORE:
REKOMENDASI:
Medan,...............................
(........................................)
135
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
136
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
137
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
I. TEORI
A. Sarana dan Prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan prasarana Apotek dapat
menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
kelancaran praktik Pelayanan Kefarmasian.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan Kefarmasian di
Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan Resep
Ruang penerimaan Resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan Resep, 1
(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang penerimaan Resep
ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas meliputi
rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya
disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk
pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer ruangan,
blanko salinan Resep, etiket dan label Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya
dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan (air
conditioner).
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan Resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan
konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
138
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang
penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
d. Tahap Terminasi
Mengevaluasi hasil
140
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Mendokumentasikan hasilnya
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
IV. RINGKASAN
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran.
141
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
VII. PELAPORAN HASIL PRAKTIK KLINIK
Bagaimana hasil pelaksanaan prosedur persiapan pelaksanaan pengelolaan sarana dan
prasarana di apotek? Laporan tindakan pengkajian diisi dalam log book (terlampir) dan juga di
dalam LK kelompok dan individu.
142
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 1
FORMAT PROSEDUR
PRAKTIK KLINIK FARMASI APOTEK
Nama : .................................................................................................
NIM : .................................................................................................
Tanggal : .................................................................................................
Penguji : ..................................................................................................
143
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Hasil Pengamatan
1 Mengidentifikasi kelengkapan sarana dan prasarana di apotek meliputi :
Ruang penerimaan resep
- Ruang pelayanaan resep dan peracikan,
- Ruang penyerahan obat
- Ruang konseling,
- Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP, serta
- Ruang arsip
144
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Medan,...............................
(........................................)
145
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN
Skala Penilaian
Item yang 0 1 2 3 Nilai
Dinilai
Persiapan Alat Tidak Bila alat Bila alat yang Bila alat yang
(Bobot) menyiapkan yang disiapkan sesuai disiapkan
alat disiapkan SOP minimal 8 lengkap sesuai
minimal 4 item SOP
item
Ranah Tidak Hanya Melakukan 5 Melakukan
Afektif melakukan melakukan 2 tahap Afektif semua tahap
(Bobot) tahap Afektif tahap Afektif Afektif
Ranah Tidak Tidak Hanya Melakukan
Psikomotorik melakukan dan memahami memahami tahap dan
(Bobot) tidak tujuan tujuan memehami
memahami psikomotorik psikomotorik orientasi
tahap psikomotorik
psikomotorik dengan benar
Tahap Kerja Tidak Hanya Melakukan 4-7 Melakukan
(Bobot 7) melakukan melakukan 1- tahap dari 8 semua tahap
semua tahap 3 tahap kerja tahap kerja yang atau seluruh
kerja dari 8 tahap harus dilakukan taha8 tahap)
yang harus kerja dengan
dilakukan baik
Tahap Tidak Hanya Melakukan 2 Melakukan
Terminasi melakukan melakukan 1 dari tahap semua tahap (3
(Bobot) tahap tahap dari 3 terminasi tahap)
terminasi tahap terminasi
terminasi dengan benar
Dokumentasi Tidak Hanya Mendokumen Mendokument
melakukan mendokument tasikan 1-3 item asikan 4 item
dokumentasi asikan 1-2 atau semua
item item (4 item)
Sikap (Bobot) Tidak Menunjukka Menunjukkan 3 Menunjukkan
menunjukkan n 1-2 sikap sikap seluruh sikap
sikap yang interaksi (4 sikap)
baik kepada yang baik dengan baik
pasien pada pasien
Komentar :
Nilai Akhir = ……
Nilai ≥ 75 : Lolos Materi Topik I Lanjut Topik II
(…………………………) (...............................................)
146
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
Lampiran 3
Tanggal PKL
:………………………………………………………………………………
Tempat PKL
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
147
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
FORMAT PENILAIAN
KETERAMPILAN SKILL KLINIK
149
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
FORMAT PENILAIAN LOG BOOK
Stase :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Periode Praktik :
Medan, ………,………………20….
Preseptor
(………………………………………)
150
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
FORMAT PENILAIAN UJIAN PROFESI KLINIK
Tanggal Ujian
:………………………………………………………………………………
Tempat Ujian
:………………………………………………………………………………
Nama Mahasiswa
:………………………………………………………………………………
NIM
:………………………………………………………………………………
Stase
:………………………………………………………………………………
151
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
9. Keterampilan Komunikasi Terapeutik
10. Menilai Respon Klien Kembali
11. Dokumentasi Kefarmasian
D. Evaluasi 10
1. Kesesuaian Kriteria Keberhasilan
2. Penilaian Secara Obyektif
3. Pengamatan Perubahan
4. Pengambilan Keputusan
E. Responsi 40
1. Pengetahuan mengerial dan Klnik
2. Rencana Kefarmasian
3. Tindakan Kefarmasian
Prosedur
Pendidikan
Kolaborasi
4. Studi Obat
5. Proses Kefarmasian
TOTAL 100
Medan, ………………………20…..
Preseptor
(………………………………………………)
152
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
FORMAT PENILAIAN KASUS KELOMPOK/MINGGUAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Periode Praktik :
Medan, ………………………20…
Preseptor
(………………………………………)
153
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
FORMAT PENILAIAN SEMINAR KASUS
Judul :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Periode Praktik :
PENYAJI
Nilai Mahasiswa
No Aspek Yang Dinilai Bobot
1 2 3 4 5 6 7
1. Kemampuan mempresentasikan 20
overview kasus
2. Organisasi/efisiensi dalam proses 20
penyampaian kasus
3. Pengetahuan/knowledge selama 20
diskusi kasus
4. Kemampuan mendiskusikan prinsip- 20
prinsip dasar terhadap topik yang
dibahas
5. Performance mahasiswa: attitude, 20
critical thingking, dan logical
thingking dalam penyampaian
pendapat/pertanyaan.
Total 100
Tanggal dan Paraf Preseptor
Medan, ………………………20…
Preseptor
(………………………………………)
154
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
FORMAT PENILAIAN SEMINAR KASUS
Judul :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Periode Praktik :
PESERTA
Nilai Mahasiswa
No Aspek Yang Dinilai Bobot
1 2 3 4 5 6 7
1. Partisipasi selama diskusi 20
2. Tingkat Persiapan pengetahuan 20
knowledge selama diskusi
3. Kemampuan mendiskusikan prinsip- 20
prinsip dasar terhadap topik yang dibahas
4. Kemampuan mendiskusikan prinsip- 20
prinsip dasar terhadap topik yang dibahas
5. Performance mahasiswa: attitude, 20
critical thingking, dan logical thingking
dalam penyampaian pendapat/pertanyaan.
Total 100
Tanggal dan Paraf Preseptor
Keterangan Nama Mahasiswa :
1……………………………………..
2……………………………………..
3……………………………………..
4……………………………………...
5……………………………………...
6……………………………………...
7……………………………………...
Medan, ………………………20…
Preseptor
(………………………………………)
155
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
PENILAIAN PERILAKU PROFESIONAL
Hasil penilaian akan direkap pada akhir stase untuk dapat menentukan mehasiswa
lulus atau tidak pada setiap stase. Apabila mahasiswa melakukan dengan minimal cukup pada
semua item penilaiaan, maka akan diberikan surat keterangan lulus. Apabila mahasiswa
melakukan suatu pelanggaran terhadap perilaku profesional tertentu, maka tindak lanjut
(punishment) dapat disesuaikan dengan berat ringannya pelanggaran tersebut yaitu peringatan
lisan, konseling, peringatan tertulis, tidak lulus, skorsing, dan mengulang stase.
Penilaian berupa deskripsi perilaku yang diamati oleh penilai: *(Baik, Cukup, Kurang)
SARAN:
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
156
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
.......................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
Medan, ………………………20…
Preseptor
(………………………………………)
157
P a n d u a n P r a k t i k K e r j a L a p a n g a n A p o t e k
REKAPITULASI NILAI AKHIR STASE
SKALA PENILAIAN
No Bobot Nilai Keterangan
A 79 – 100 Sangat Baik Lulus
B 68 – 78 Baik Lulus
C 56 – 67 Cukup Mengulang Ujian
D 44 – 55 Kurang Mengulang Ujian Dengan Penugasan
E ≤ 44 Gagal Mengulang Separuh Dinas, Penugasan dan
Ujian
Ket : Kelulusan mahasiswa dinyatakan lulus stase bila telah mencapai nilai minimal 68
(B) dan perilaku profesional minimal cukup
158