Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLOHAN AIR PROSES TEKSTIL


diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum Pengolahan Air Proses dan Limbah
Industri

Disusun Oleh :

Dita Kurnia

NPM 21420026

Dosen : Eka O., S.ST., MT.

Asisten : Witri A. S., S.ST., M. Tr.T.

Anisa Tresna W, S.ST. M.Tr.T.

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2023

ANALISIS KUALITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL


I. Maksud dan Tujuan
1.1 Maksud
Melakukan pengujian kualitatif air proses industri tekstil

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui adanya kandungan ion-ion tertentu, zat organik atau yang
lainnya sebelum dilakukan analisis kuantitatif

II. Dasar Teori


Pada setiap industri tekstil, air merupakan bahan dasar yang sangat penting.
Air tidak hanya sebagai penyedia uap boiler untuk keperluan pemanasan dan
pengeringan, tetapi juga sebagai medium pada semua proses basah tekstil, seperti
pemasakan, pengelentangan, pencelupan, pencapan dan penyempurnaan.
Untuk memenuhi kebutuhan air proses tekstil, industri menggunakan air
dari sumber alam yang mengandung zat atau mineral yang beragam baik jenis
maupun jumlahnya tergantung dari sumber asalnya. Zat yang paling banyak
ditemukan dalam air adalah senyawa bikarbonat, sulfat dan klorida dari kalsium,
magnesium dan natrium. Air proses tekstil mempunyai persyaratan tertentu untuk
dapat digunakan, sehingga tidak mengganggu proses tekstil. Pada umumnya
industri tekstil dihadapkan pada tiga masalah utama mengenai air untuk proses,
yaitu :
- Penyediaan air dengan kualitas yang cocok untuk memproses produk tekstil
- Penyediaan air yang tepat untuk boiler
- Pencegahan terjadinya korosi pada logam, saluran pipa serta untukkeperluan
rumah tangga industri sehari-hari.
Air proses tekstil mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat digunakan,
sehingga tidak dapat mengganggu proses tekstil. Berikut ini adalah beberapa hal
yang biasanya ada pada air yang dapat berpengaruh pada proses tekstil, yaitu :

a) Kekeruhan dan warna


Kekeruhan dapat terjadi karena adanya partikel besar maupun kecil yang
tersuspensi, baik berupa senyawa organic mapun anorganik, misalnya lumpur, pasir
kalsium, karbonat, silica, kotoran, tumbuhan, lemak, mikro-organisme, dan
sebagainya. Kekeruhan dalam air dapat menyebabkan endapan pada pipa-pipa dan
dinding ketel,
selain itu juga akan mengganggu hasil proses OBA (optical bright agent) sehingga
akan tidak akan menjadi putih.Warna air terutama karena adanya zat organic yang
terlarut atau terdispersi koloidal dan berikatan dengan besi dan mangan.
b) Derajat keasaman
Derajat keasaman atau pH merupakan kadar asam atau bebas di dalamlarutan
dengan melihat konsentrasi ion hydrogen (H+). Suasana asam dalam air akan
mempengaruhi beberapa proses basah tekstil dan akan merusak beberapa jenis
bahan tekstil terutama bahan selulosa. Selain asam, air yang terlalu alkali dapat
merusak pipa logam dan menyebabkan kerapuhan yang dikenal dengan sistilah
kerapuhan fisik.
c) Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan pH nya terhadap
penambahan asam. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO32-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh
pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang
besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton.
Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan
ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai.
Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke
dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang m
enghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara
merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air. Jenis kapur yang biasa
digunakan adalah CaCO3 (kalsium karbonat), CaMg(CO3)2 (dolomit), CaO
(kalsium oksida), atau Ca(OH)2(kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam
mg CaCO3/liter air (ppm).

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang


mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion
bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga
ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm
(mg/L) kalsium karbonat (CaCO3).
Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai
alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai
lunak atau tingkat alkalinitas sedang.
d) Kesadahan
Kesadahan dalam air timbul karena adanya garam-garam kalsium dan
magnesium yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Hal-hal yang dapatterjadi
apabila air yang digunakan untuk proses tekstil mengandung kesadahan yang tinggi
adalah sebagai berikut:
- Air sadah menyebabkan sabun tidak berbuih dan mengendap.
- Pada proses pencucian, endapan ini masuk diantara serat-serat sehingga
kain menjadi keras dan kaku, bahkan tidak jarang kain menjadi kelabu.
- Pada proses pemasakan, garam-garam tersebut membentuk sabun yang
tidak larut dan dapat menempel pada kain secara tidak merata yang akan
membuat hasil celupan tidak rata.
- Pada proses pencelupan zat warna bejana ion kalsium dapat
menyebabkan garam leuko zat warna berubah menjadi zat warna bejana
yang mengendap.
e) Besi (Fe)
Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industry tekstil. Pada
proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat
menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga
dapat memperbesar kerusakan bahan selulosa, karena logam-logam berat berfungsi
sebagai katalis dalam penguraian zat warna, sehingga dalam proses
pencelupan menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
f) Silikat
Adanya silikat dalam air disebabkan adanya degradasi dari batuan yang
mengandung silikat. Hasil degradasi silikat berbentuk partikel-partikel tersuspensi
dalam koloidal. Pada umumnya, kandungan silikat dalam air antara 1-30 mg/L
untuk keperluan industry adanya silikat tidak diinginkan, karena akan
menyebabkan kerak yang sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa
dan melapisi dinding ketel uap bertekanan tinggi. Jika dalam air terdapat kalsium,
biasanya kerak tersebut adalah senyawa kalsium silikat. Jika terdapat aluminium
dalam air, maka kerak tersebut adalah senyawa aluminosilikat. Adanya endapan
tersebut biasanya hamper seluruhnya adalah senyawa silikat padahal senyawasilikat
sangat sulit dihilangkan.
g) Klorida (Cl-)
Adanya klorida dalam air menyebabkan kesadahan tetap yang dapat
mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida
bersifat korosif.
h) Aluminium (Al3+)
Bila dalam air terdapat aluminium dan disertai adanya silikat, akan
menyebabkan terbentuknya aluminosilikat yang dapat melapisi pipa-pipa dan ketel
uap.
i) Sulfat (SO42-)
Ion sulfat dalam air berikatan dengan ion kalsium atau magnesium sehingga
menyebabkan kesadahan tetap.
j) Zat organik
Adanya zat organic dalam air akan menyebabkan baud an warna yang tidak
dikehendaki dalam air proses.
Standar air untuk proses tekstil :
Tabel 2.1 Standar air proses tekstil
No Kandungan dalam Air Jumlah (mg/L)

1 Kekeruhan 2,00

2 Warna 5,00

3 Besi 0,10

4 Mangan 0,05

5 Jumlah Fe+Mn 0,20

6 Logam berat lain 0,01

7 Alumunium oksida 0,50

8 Kesadahan jumlah 30,0 sebagai CaO = 3°dH

9 Alkalinitas 75,00

10 Jumlah gas terlarut 150,00

11 Silikat 11,00

12 Sulfat 100,00

13 Klorida 100,00

14 Kalsium 10,0

15 Magnesium 5,0

16 Bikarbonat 200,00
III. Percobaan

3.1 Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Penjepit
4) Penangas air
5) Batang pengaduk

3.2 Bahan
1. Analisis kualitatif Ca2+ 4. Analisis kualitatif Fe3+
- CH3COOH 10% - HCl
- Ammonium oksalat - Kalium ferosianida
2. Analisis kualitatif Mg2+ - KCNS
- Quinalizarin-alkali 5. Analisis kualitatif Al3+
- NaOH 10 % - Natrium asetat
3. Analisis kualitatif Fe2+ - Aluminon
- HCl 6. Analisis kualitatif Mn2+
- Kalium ferisianida - H2SO4 4N
- KIO4 padat
7. Analisis kualitatif SiO2 - AgNO3 0,1 N
- HCl 9. Analisis kualitatif SO 42-
- Ammonium molibdat 5% - HCl 4N
- Benzidine - BaCl2 0,5N
- Natrium asetat 10. Analisis kualitatif zat
8. Analisis kualitatif Cl- organic
- HNO3 4N - H2SO4 10%
- KMnO4 0,01 N

3.2 Cara Kerja


1) Kalsium (Ca2+
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 2-3 tetes asam asetat 10 %.
- Tambahkan 5 tetes ammonium oksalat, kemudian dipanaskan.
Jika terdapat endapan putih, maka contoh uji mengandung kalsium.

2) Magnesium (Mg2+)
- 2 ml contoh air dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 5-10 tetes Quinalizarin alkali sampai warna merah.
- Tambahkan 5 tetes NaOH 10% berubah menjadi biru ungu, kemudian
dipanaskan.
Jika terdapat endapan biru berarti contoh uji mengandung magnesium, atau
pada 2 ml air contoh di dalam tabung reaksi :
- Ditambahkan NaOH 10%.
- Ditambahkan 5 tetes magneson, kemudian dipanaskan.
Jika terdapat endapan biru terpisah maka air contoh mengandung
magnesium.

3) Besi (Fe)
(1) Ferro (Fe2+)
- 1 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 tetes HCl sebagai pengasam.
- Ditambahkan 2-3 tetes K3Fe(CN)6 (Kalium Ferrisianida)
Jika terdapat endapan yang berwarna biru turnbull berarti air mengandung
Fe2+.
(2) Ferri (Fe3+)
- 1 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 1 tetes KCNS.
Jika berwarna merah, air contoh mengandung Fe3+.
Dilakukan uji penentuan pada air contoh yang baru di dalam tabung reaksi:
- Ditambahkan 1 ml HCl (sebagai pengasam).
- Ditambahkan 2-3 tetes K4Fe(CN)6 (Kalium Ferrosianida).
Jika timbul endapan biru berarti terdapat ion Fe3+.

4) Aluminium (Al3+)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 tetes Natrium Asetat.
- Ditambahkan 2-3 tetes Aluminon.
Jika warna larutan menjadi merah terang, maka air contoh mengandung
Aluminium.
5) Mangan (Mn2+)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 tetes H2SO4 4 N.
- Ditambahkan sedikit KIO4 padat (bubuk), kemudian dipanaskna.
Jika warna air berubah menjadi violet, maka air contoh mengandung
mangan.

6) Silikat
- 2 ml air contoh dimasukkan dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 teteas HCl 4 N (sebagai pengasam).
- Dimasukkan 2-3 tetes Ammonium Molibdat 5%, dipanaskan sebebntar
kemudian didinginkan.
Jika larutan berwarna kuning berarti mengandung silikat.
Dilakukan uji penentuan (karena phosfat menunjukkan hasil yang sama)
dengan cara :
- Beberapa tetes larutan pereaksi bekas uji diletakkan dalam pinggan
porselen.
- Ditambahkan 1 tetes Benzidine.
- Ditambahkan 1 tetes Natrium asetat.
Jika terdapat lapisan berwarna biru menunjukkan adanya silikat.
7) Klorida (Cl-)
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2-3 tetes HNO3 4 N (sebagai pengasam).
- Ditambahkan 2-3 tetes AgNO3 0,1 N.
Jika terdapat endapan putih yang larut dalam amoniak berarti contoh uji
mengandungklorida.

8) Sulfat (SO 42-)


- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 5 tetes HCl 4 N.
- Ditambahkan 5 tetes BaCl2.
Jika terjadi endapan (kekeruhan) putih, berarti contoh uji mengandung
sulfat.

9) Zat Organik
- 2 ml air contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 5 tetes asam sulfat 10%.
- Dipanaskan samapi 70 0C.
- Ditambahkan 4 tetes KMnO4.
Jika warna KMnO4 hilang, maka air contoh mengandung zat organik.

IV. Data Pengamatan


Keterangan Air Sampel
Jenis Air : Air Sumur
Tempat : Jl. Asep berlian
pH 7
Tabel 4.1 Data pengamatan hasil pengujian
Senyawa yang Di
No Keterangan
uji

1 Kekeruhan bening

2 Ph 7 netral

3 Kalsium (Ca2+) Positif (+)

4 Magnesium (Mg2+) Positif (+)


Fe2+ = Positif (+)
5 Besi (Fe)
Fe3+ = Positif (+)

6 Alumunium (Al3+) Negatif (-)

7 Mangan (Mn3+) Negatif (-)

8 Silikat Positif (+)

9 Klorida (Cl-) Positif (+)


2-
10 Sulfat (SO4 ) Positif (+)

Positif (+)
11 Zat Organik

V. Pembahasan
Pada praktikum kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui kandungan apa saja
yang ada dalam air sampel. Pada pengujian ini hasil yang didapatkan hanya sebatas
data kualitatif, yaitu hanya mengetahui jenis kandungannya saja tanpa mengetahui
kadar kandungan yang ada didalamnya.
Contoh uji air proses di uji dengan menggunakan 10 senyawa, kekeruhan
pada contoh uji air proses yang di uji adalah bening dan berada pada pH 7 (netral).
Zat atau kandungan ion yang biasanya terkandung di dalam air antara lain Kalsium
(Ca2+), Magnesium (Mg2+), Besi (Fe) didalamnya ada Fe2+ dan Fe 3+, Alumunium
(Al3+), Mangan (Mn2+), Silikat (SiO2), Klorida (Cl-), Sulfat (SO42+) dan Zat organik.
Semua zat tersebut dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan pada pipa-pipa
serta ketel, seperti kandungan Ca2+ dan Mg2+ yang berikatan dengan Cl- dan SO42-
akan membentuk sadah sementara, dimana ion-ion tersebut dapat mengendapkan
sabun, mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak CaCO3 dan
Mg(OH)2 pada pipa-pipa serta ketel uap. Ion besi seperti ferro (Fe2+)
dan ferri (Fe3+) dapat menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan. Besi akan
teroksidasi menjadi Fe3+ ⭢ endapan Fe2O3 akan menjadi feri sehingga lama
kelamaan akan menimbulkan bintik-bintik yang menyebabkan noda kekuningan
pada kain dan dapat merusak mesin. Silikat juga akan menimbulkan kerak pada
dinding logam, aluminium akan membentuk aluminium silikat jika berikatan

dengan ion silikat dan zat organik akan menimbulkan bau dan warna yang tidak
dikehendaki.
Pada hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa sampel air contoh
yang diuji secara kualitatif mengandung semua ion kecuali Alumunium (Al3+) dan
3+
Mangan (Mn
4 ).

VI. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis kualitatif pada sampel uji didapatkan data bahwa
sampel contoh uji air proses ini berada pada pH 7 (netral), bening, mengandung
semua ion kecuali Alumunium (Al3+) dan Mangan (Mn3).
ANALISIS KUANTITATIF KANDUNGAN KLORIDA DALAM AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pengujian analisis kuantitatif kandungan klorida didalam air

1.2 Tujuan
Menentukan kadar klorida yang ada didalam air

II. Dasar Teori


Klorida (CI) merupakan salah satu senyawa yang terdapat di perairan alam.
Senyawa-senyawa tersebut mengalami proses disosiasi (suatu proses senyawa
kompleks atau garam yani terpecah menjadi partikel yang lebih kecil) dalam air
membentuk ion. Kation dari garam garam klorida pada air terdapat dalam keadaan
mudah larut. Ion klorida tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengad
ion-ion logam. Ion klorida juga tidak bersifat toksik dan tidak bisa dioksidasi dalam
keadaan normal. Akan tetapi garam klorida dalam jumlah besar dapat menyebabkan
penurunan kualitas air. Melakukan analisa terhadap klorida sangat penting, karena
kelebihan klorida dalam air dapat menyebabkan pembentukan noda berwarna putih
di perpipaan air (Sinaga, 2016).

Kadar klorida didalam air proses tekstil dibatasi oleh standar karena klorida
bersifat korosif. Ada dua cara penentuan kadar klorida di dalam air, yaitu cara
Argentometri dan Merkurimetri. Cara yang paling sering digunakan adalah cara
Argentometri yang dikenal dengan cara Mohr. Pada metode Mohr, klorida
diendapkan oleh AgNO3 membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. AgCl
yang terbentuk akan setara (equivalent) dengan kandungan klorida di dalam air.
Kalium kromat digunakan sebagai indikator, semua AgCl akan terbentuk lebih dulu
sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag Kromat) yang berwarna merah terbentuk.
Kondisi titrasi harus diusahakan dalam suasana netral sampai pH basa antara
7-10. Jika dilakukan dalam suasana asam maka konstanta ionisasi asam kromat
kecil sehingga kromat bereaksi dengan hidrogen.
Metode ini dapat digunakan untuk konsentrasi koloid sampai 2000 mg/L,
untuk konsentrasi yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengenceran.
Dengan reaksi sebagai berikut :
AgNO3 + HCl AgCl + HNO3
2 AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KCl
III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1) Buret
2) Erlenmeyer 250 mL
3) Pipet volume 10 mL
3.1.2 Bahan
1) Air suling bebas klorida
2) Larutan penitar AgNO30,01 N
3) Indicator kalium kromat5%

3.2 Cara Kerja


1) 10 ml contoh uji dipipet ke dalam Erlenmeyer
2) Jika contoh berwarna (misal air limbah), tambahkan suspense Al(OH)2
kemudian kocok dan biarkan mengendap lalu saring dan cuci.
3) Filtrat dan air cucian dicampurkan.
4) pH diatur sampai 7-10 dengan menambahkan H2SO4 atau NaOH sedikit
demi sedikit.
5) Ditambahkan indikator kalium kromat sebanyak 3 tetes
6) Dititrasi dengan perak nitrat sampai timbul endapan merah kekuningan
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
⮚ Data hasil titrasi :
Nilai awal titrasi = 4,2 ml
Nilai akhir titrasi = 6,1 ml
Nilai titrasi = 1,9 ml
Titrasi 2 (duplo)
Nilai awal titrasi = 6,1
ml
Nilai akhir titrasi = 8,1
ml
Nilai titrasi = 2 ml
Jumlah titrasi = 1,9 ml + 2 ml = 3,9 ml
Rata-rata titrasi = 1,95 ml
⮚ Perhitungan kadar klorida :
Kadar Cl- = mL rata-rata titrasi x N AgNO3 x BE Cl- x Fp
1000
= 1,95 x 0,01 x 35,5 x
100
= 0,69225 x 100
= 69,225 mg/L
V. Pembahasan
Pada praktikum analisis kuantitatif kandungan klorida dalam air ini
menggunakan metode titrasi argentometri dimana contoh uji dipipet sebanyak 10
ml kemudian ditetesi kalium kromat sebanyak 3 tetes dan dititar menggunakan
AgNO3 sampai timbul endapan berwarna merah kekuningan sebagai titik akhir
titrasinya.
Hubungan klorida dengan kesadahan adalah klorida yang ada pada air apabila
berikatan dengan kalsium dan magnesium akan membentuk CaCl2 dan juga MgCl2
yang merupakan sadah tetap, bila kandungan klorida tinggi maka kesadahan yang
terbentuk pun akan semakin tinggi, sedangkan kesadahan dalam proses tekstil ini
tidaklah diharapkan karena akan memberikan beberapa kerugian contohnya pada
industri tekstil, kertas, atau platik kesadahan dapat menimbulkan endapan pada
produk akibat pemanasan sehingga endapan ini akan mengakibatkan timbulnya
bercak. Bercak dapat mengurangi nilai produk. Contoh lain kerugian adanya
kandungan sadah air proses pada boiler yaitu kesadahan akan menimbulkan
masalah yang sama dengan masalah yang ada di tetapi lebih berbahaya karena
boiler bekerja pada suhu dan tekanan yang tinggi, jika terjadi spotting/local heating,
logam dapat meleleh. Jika kekuatan logam melemah maka boiler dapat meledak
dan resiko korosi yang tinggi.
Setelah dilakukan praktikum didapatkan hasil titrasi pertama sebanyak 1,9
ml dan titrasi kedua sebanyak 2 ml, sehingga didapatkan rata-rata hasil titrasi yaitu
1,95 ml untuk kemudian dilakukan perhitungan menggunakan persamaan yang
tertera pada data pengamatan dan perhitungan diatas. Kadar kandunganklorida yang
didapatkan setelah perhitungan yaitu sebesar 69,225 mg/L. Hasil ini menunjukan
nilai yang masih memenuhi standar air proses tekstil yang tertera pada tabel 2.1
(Analisis Kualitatif Air Proses Industri Tekstil) diatas, dimana kadar kandungan
klorida menurut standar yaitu sebesar 100 mg/L.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum, didapatkan kadar kandungan klorida dalam air
contoh uji yaitu sebesar 69,225 mg/L, sehingga masih bisa dikatakan baik untuk
dijadikan air proses tekstil.
PENETAPAN KADAR BESI (Fe) DALAM AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan praktikum penetapan kadar besi (Fe) dalam air

1.2 Tujuan
Menentukan kadar kandungan besi (Fe) didalam air

II. Dasar Teori


Besi adalah suatu senyawa kimia yang dapat ditemui pada hampir semua air
pada umumnya. Besi yang ada di dalam air dapat bersikap sebagai feri (Fe3+) atau
fero (Fe2+). Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses tekstil, pada
proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat
menyebabkan noda-noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga
dapat memperbesar kerusakan selulosa karena logam-logam berat berfungsi
sebagai katalis dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat
bereaksi dengan beberapa jenis zat warna sehingga dalam proses pencelupan
menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki.
Reaksi :
Fe2+ + K3Fe(CN)6 → KFe(Fe(CN)6) + 2K+

Fe3+ + K4Fe(CN)6 → KFe(Fe(CN)6) + 2K+


Pada proses tekstil besi dapat menyebabkan korosi pada ketel pembentukan
korosi tersebut meliputi reaksi-reaksi berikut :
Reaksi pertama : Fe Fe2+ + 2e-
Disosiasi air : H2O
H+ + OH-Polarisasi : 2H+ + 2e- H2
Depolarisasi : H2 H2 pH rendah
Depolarisasi : H2 + ½ O2 H2 O
Reaksi kedua : Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
Fe2+ + O FeO
Reaksi kedua : Fe(OH)2 + ½ O2 Fe2O3 + H2O
Fe2O3 + FeO Fe3O4
FeO.Fe2O3
-
OH
Fe(OH)2 + OH- Fe(OH)3
Na+
NaFe2O2
(Na-Ferit yang larut)
Fe2O3 + Na2CO3 NaFe2O2 + CO2

III. Percobaan
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1) Pengaduk magnet 2.2.2 Bahan
2) Erlenmeyer 250 ml 1) Air contoh uji
3) spektrofotometer 2) Air suling
4) Pipet volume 10 ml 3) Larutan standar Fe 2+ 0,01 mg/L
5) Gelas ukur 4) Sampel C
6) Labu ukur 100 ml 5) KCNS
7) Cuvet 6) HNO3
2.3 Cara Kerja

1) Pipet 0,5 , 1 , 1,5 , 2 , 2,5 , 3 , 3,5 , 4 ml Fe3+ standar (0,01 mg\l)


2) Masing-masing masukkan pada labu ukur 100 ml

3) Tambahkan 5 ml HNO3 4N , 5 ML KCNS lalu encerkan sampai garis labu


ukur (kocok 12 kali sampai homogen)

4) Masukkan pada cuvet pada gelombang 400-600 nm selang 10 nm

Pembacaan Spektrofotometer
1) Spektrofotometer dinyalakan dengan benar.
2) Panjang gelombang diatur pada 400-600 nm.
3) Contoh uji disiapkan.
4) Contoh uji dipasangkan pada alat spektrofotometer.
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
⮚ Kebutuhan Larutan Standar Fe 5 ml/L, 5,5 ml/L dan 6 ml/L dengan
Larutan Induk = 100 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 50 x 1 V1 x 100 = 50 x 7
V1= 50x1\100 =
0,5 V1= 50x7\100 = 3,5
V1 x 100 = 50 x 2
V1 x 100 = 50 x 8
V1= 50x2\100 =
1 V1= 50x8\100 = 4
V1 x 100 = 50 x 3
V1 x 100 = 50 x 9
V1= 50x3\100 =
1,5
V1= 50x9\100 = 4,5
V1 x 100 = 50 x 4
V1= 50x4\100 = V1 x 100 = 50 x 10
2
V1= 50x10\100 = 5
V1 x 100 = 50 x 5
V1 x 100 = 50 x 11
V1= 50x5\100 =
V1= 50x11\100 = 5,5
2,5

V1 x 100 = 50 x 6

V1= 50x6\100 = 3

Sampel C = 0,387
Sampel air proses kel 3 = 0,002

GRAFIK HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN


ABSORBANSI
1,5
y = 0,1164x + 0,0172
absorbansi

1 R² = 0,9818

0,5

0
0 2 4 6 8 10 12
konsentrasi
⮚ Persamaan Regresi : y=0,1164x +0,0172
Perhitungan Sampel C
Y = 0,1164x + 0,0172
0,378 = 0,116 + 0,0172
0,378 – 0,0172 = 0,1164x
0,3698 = 0,1164x
X = 0,3698/0,1164
X = 3,1769 mg/l
Perhitungan sampel kelompok 3
Y = 0,1164x + 0,0172
0,002 = 0,1164x +0,0172
0,002-0,0172=0,1164x
-0,0152=0,1164x
X=-0,0152/0,1164
X=-0,1305 mg/l
V. Pembahasan
Pada pengujian kadar besi (Fe) ini menggunakan spetrofotometer pada panjang
gelombang 400-600 nm. Mula-mula dilakukan pembuatan larutan standar besi terlebih
dahulu 10ppm, 11ppm dan 12ppm sehingga didapatkan persamaan regresi y=0,116x +
0,0172.
Pengujian pada sampel C mendapatkan nilai absorbansi 0,387 sedangkan nilai
absorbansi air proses contoh uji kelompok 3 yaitu 0,002, sehingga kadar kandungan besi
dengan menggunakan persamaan regresi yang di dapatkan yaitu sebesar sampel C = 3,1769
mg/l dan nilai sampel kelompok 3 mendapatkan -0,1305 mg/l. Standaridasi maksimum
kandungan besi pada air proses tektsil adalah 0,1 mg/l maka dapat disimpulkan
• sampel C tidak cocok untuk digunakan untuk air proses tekstil karna nilainya di atas 0,1
mg/l yaitu 3,1769 mg/l
• sampel contoh uji kelompok 3 mendapatkan nilai -0,1305 yang artinya sampel air ini
cocok dan dapat di jadikan air proses tekstil karna masih berada pada batas maksimum
standarisasi.
Pada pengujian kualitatif pada praktikum sebelumnnya pada pengujian Fe
mendapatkan nilai + tetapi pada pengujian Fe menggunakan spektrofotometer ini sampel
kami mendpatkan nilai -0,1305 hal ini dapat disumpulkan kandungan Fe memang
terdapat pada air contoh uji kami tetapi nilai kandungannya sangat sedikit sehingga pada
pengujian kualitatif akan mendapatkan hasil Positif tetapi masih pada batas minimum
standar untuk air proses tekstil.
VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum penetapan kadar besi (Fe) dalam air, didapatkan
nilai kadar kandungan besi pada sampel C sebanyak 3,1769 mg/L dan nilai
kandungan Fe pada sampel air kelompok 3 sebanyak -0,1305. Kadar besi pada
sampel c terlalu tinggi sehingga air tidak cocok untuk air proses tekstil berbeda
dengan kandungan Fe pada sampel kelompok 3 sangat rendah sehingga dapat
dijadikan air proses tekstil.
ANALISIS ALKALINITAS AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan praktikum analisis alkalinitas air

1.2 Tujuan
Menentukan kadar alkalinitas (OH-, CO 32-, HCO3-) didalam air

II. Dasar Teori


Alkalinitas adalah ukuran kemampuan air untuk menetralkan asam tanpa
penurunan pH larutan. Alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh ion-ion karbonat,
bikarbonat dan hidroksida. Alkalinitas dinyatakan dalam mgrek/L atau mg
CaCO3/L.
Alkalinitas dititrasi dengan cara titrasi asam basa. Asam yang umum
digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) atau HCl. Asam ini akan mengikat zat
penyebab alkalinitas sampai titik akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi dapat
ditentukan oleh:
a. Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi
b. Perubahan nilai pH pada pH meter, grafik pH-volume akan memperlihatkan
lengkungan titik akhir.

Grafik di atas menunjukkan kurva titrasi air yang mengandung ion


karbonat dengan konsentrasi awal yang tinggi dengan cara memasukkan natrium
karbonat pada air suling (destilasi). Ketika asam ditambahkan ke dalam larutan
tersebut, sebagian besar ion hidrogen dengan asam bergabung dengan ion-ion
karbonat membentuk bikarbonat. Ion-ion hidrogen menurunkan pH larutan sedikit
demi sedikit sampai pH 8,3 seluruh karbonat sudah menjadi bikarbonat.
Penambahan ion hidrogen lagi akan merubah bikarbonat menjadi asam karbonat di
bawah pH 4,5.
Reaksi yang terjadi adalah
OH- + H+ H2O
Titik akhir terletak pada pH 8,3
CO2- + H+ HCO3

HCO3- + H+ H2O + CO2 Terjadi pada pH 4,5

Pada titik akhir titrasi pertama yaitu pH 8,3 dikenal dengan nilai P (dari
Phenolpthalin) untuk mencapai titik akhir ke-2 yaitu pada pH 4,3 dikenal dengan
nilai M (dari metal). Jadi pada saat tercapai nilai P pada pH 8,3

OH- + H+ H2O

Nilai P menunjukkan OH dan ½ CO3 = (HCO3-)


Reaksi :
1. Alkalinitas PP
OH- + HCl + PP  H2O + Cl-
CO32- + HCl + PP  HCO -3+ Cl-

2. Alkalinitas MO
OH- + HCl + MO  H2O + Cl-
CO3- + 2HCl + MO  H2O + 2 Cl- + CO2
HCO3- + HCl + MO  H2O + Cl- + CO2
Jika dalam air hanya terdapat karbonat, bikarbonat dan hidroksida maka
unsur alkalinitas dapat ditentukan dengan bantuan tabel dibawah ini:
Perhitungan mencari kadar unsur alkalinitas

Hasil OH- CO3 2- HCO3-


P=0 M - -
2P > M 2P – M 2 ( M – P) -
2P = M - 2P -
2P < M - 2P M – 2P
P=0 - - M
Catatan: alkalinitas hanya terdiri dari CO3, HCO3, dan OH
P = alkalinitas PP
M = alkalinitas MO

III. Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan
1) Pipet volume 25 ml 1) Air contoh uji
2) Erlenmeyer 250 ml 2) Indikator PP
3) Buret 50 ml 3) Indikator MO
4) H2SO4 0,02 N

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Alkalinitas PP
1) 25 ml air contoh dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 2 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer.
3) Larutan dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai larutan tidak
berwarna.
3.2.2 Alkalinitas M
1) 25 ml air contoh dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
2) Ditambahkan 2 tetes indikator MO ke dalam erlenmeyer.
3) Larutan dititrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai berwarna orange
(sindur).
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan

⮚ Data hasil titrasi :


Titrasi P =0
Titrasi M = 0,1 mL

⮚ Perhitungan kadar alkalinitas :

Alkalinitas M = mL titrasi MO x N H2SO4 x (Fp)


1000
= 0,1 x 0,02 x ( )
25
= 0,08 mgrek/l x Be HCO3-
= 0,08 x 61
=4,88 mg/L
V. Pembahasan
Alkalinitas merupakan suatu kapasitas air untuk menahan pH atau untuk
menetralkan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas sebagian besar
disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Ketika ion-ion HCO
-
, CO32- dan 3OH- terdapat dalam air, maka akan bereaksi dengan ion hidrogen (H+)
sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH, selain itu dapat juga
menyebabkan kerak pada pipa dan kerak karbonat pada dinding ketel uap.
Nilai alkalinitas tinggi tidaklah dikehendaki untuk air umpan boiler karena
dapat menimbulkan pembusaan yang dapat menimbulkan perapuhan konstruksi
boiler dan korosi. Sehingga dalam syarat dan standar air untuk proses tekstil
maksimal mengandung alkalinitas sebanyak 75 mg/L.
Pada saat praktikum penentuan alkalinitas dilakukan dengan titrasi asam basa
dimana asam yang digunakan adalah asam sulfat H2SO4 0,02 N, titrasi asam basa atau
alkalinitas P dan alkalinitas M, cara kerja dengan metode ini adalah dengan cara
melanjutkan titrasi, pertama-tama pipet contoh uji sebanyak 25 ml kemudian tetesi dengan
indikator PP bila berubah warna menjadi biru maka larutan tersebut di titar dengan asam
sulfat, namun bila tidak terjadi perubahan maka dilanjutkan dengan ditetesi dengan
indikator MO yang kemudian dititrasi dengan asam sulfat.
Pengujian dengan contoh uji ini pada alkalinitas P tidak berubah warna sehingga
dapat ditulis 0, pada pengujian alkalinitas M mendapatkan nilai 0,1 ml titrasi. Sehingga
dalam perhitungan didapatkan nilai 0,08 mgrek/l atau 4,88 mg/L. Maka dapat disumpulkan
contoh uji ini sangat kecil nilai alkalinitasnya jauh dari standar untuk air proses tekstil yaitu
75 mg/l maka air contoh uji ini dapat digunakan untuk air proses tekstil.

VI. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum didapatkan nilai alkalinitas sebesar 0,08
mgrek/L atau 4,88 mg/L dengan kandungan HCO3- didalamnya. Sehingga air
tersebut dapat digunakan untuk proses tekstil.
ANALISIS KUANTITATIF SULFAT DALAM AIR

I. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Melakukan pengujian kuantitatif sulfat dalam air dengan cara pengendapan

1.2 Tujuan
Menentukan kadar sulfat dalam air contoh uji

II. Dasar Teori


Sulfat banyak terdapat pada air alam, baik dari tanah dalam ataupun air
permukaan seperti sungai, danau dan lain-lain. Apabila pada air tersebut terdapat
zat-zat organik, maka akan menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfida yang
berbau dan berbahaya.
Untuk mengetahui adanya ion sulfat (SO42-) dalam sampel dapat dilakukan
dengan menambahkan larutan BaCl2 dalam suasana asam pada larutan sampel.
Pembentukan endapan putih barium sulfat (BaSO4) menunjukkan adanya ion sulfat
dalam larutan sampel (Ibnu, 2005).
Pada uji kualitatif untuk anion SO42- dapat dilakukan dengan cara sampel +
barium klorida + asam klorida encer akan menghasilkan endapan putih yang sukar
larut dalam asam encer (Pooling, 1985). Sampel yang akan dianalisis ini
sebelumnya ditambahkan dengan asam klorida encer kemudian barulah
ditambahkan barium klorida dan akan menghasilkan endapan putih yang berupa
BaSO4. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Na2SO4 + BaCl2 BaSO4 + NaCl
Sehingga penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara
mengendapkan ion sulfat oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi barium
sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama besar dan dengan menggunakan alat
spektrofotometer maka akan dapat diukur nilai sulfatnya. Pengukuran dilakukan
pada panjang gelombang 420 nm setelah 2-10 menit penambahan kristal BaCl2.
Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna dan zat
tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat basa, kadar zat organik yang
cukup tinggi di dalam air menyebabkan barium sulfat tidak mengendap sempurna.

III. Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
1) Pengaduk
2) Erlenmeyer 250 ml
3) Pipet volume 10 ml
4) Gelas ukur
5) Kompor
6) Oven
7) Desikator
8) Kertas saring

3.3.2 Bahan

1) Air contoh uji


2) BaCl2 5%
3) H2SO4

Cara Kerja
1) Pipet 10 ml contoh uji
2) Ditambahkan 5 ml H2SO4 4N lalu didihkan
3) Ditambahkan 15 ml BaCl2 5% panas
4) Saring dan cuci endapan dengan air panas
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan

V. Pembahasan
Pada praktikum analisis kuantitatif kadar sulfat dalam air ini menggunakan
metode pengendapan oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi barium sulfat.
Kandungan sulfat banyak terdapat pada air alam, baik dari tanah dalam ataupun air
permukaan seperti sungai, danau dan lain-lain. Apabila pada air tersebut terdapat zat-zat
organik, maka akan menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfida yang berbau dan
berbahaya. Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warna dan zat tersuspensi
dalam larutan contoh jumlahnya sabgat besar, kadar zat organik yang tinggi akan
menyebabkan barium sulfat tidak mengendap sempurna.
Pengujian kuanti sulfat ini dilakukan dengan 3 kelompok pada 1 sampel yang
sama hasil nya antara lain:
• pengerjaan sempel kelompok 3 oleh kelompok 1 mendapatkan nilai kadar SO4 sebanyak
5,33%

• pengerjaan sampel kelompok 3 oleh kelompok 2 sebanyak 5,19%

• pengerjaan sampel kelompok 3 oleh kelompok 3 sebanyak 5,36%


Dapat dilihat dari hasil di atas terdapat nilai yang berbeda pada setiap hasil
pengujian kelompoknya tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak, hal itu dapat terjadi
karna pada saat penimbangan mungkin ada endapan yang hilang atau terbuang atau saat
penyaringan kertas saring yang di pakai kurang padat sehingga endapan terbawa atau
terbuang. Banyaknya kadar SO4 pada contoh air uji kelompok 3 ini mendapatkan nilai
5,36% maka dapat dibilang kadar SO4 pada 1 liter air menjadi 53,671 mg/L sedangkan
standar kandungan SO4 untuk air proses tekstil yaitu 100 mg/L.
Maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kadar sulfat
sebanyak 53,671 mg/l yang berarti contoh uji tersebut masih dapat digunakan sebagai air
proses tekstil karena kadar sulfat nya tidak melebihi standar persyaratan air proses yaitu
100 mg/l.

VII. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kadar sulfat
sebanyak 53,671 mg/l yang berarti contoh uji tersebut masih dapat digunakan sebagai air
proses tekstil karena kadar sulfat nya tidak melebihi standar persyaratan air proses yaitu
100 mg/l.
ANALISIS PENETAPAN KADAR
ZAT ORGANIK

I. Maksud dan Tujuan


1.3 Maksud
Melakukan praktikum analisis penetapan kadar zat organik

1.4 Tujuan
Menentukan kadar zat organik pada sampel
3 air kelompok
3 3

II. Dasar Teori


Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya.
Komponen utamanya ialah karbon, protein dan lemak atau lipid. Selain itu, sampel yang
mengandung zat organik akan mudah membusuk oleh bakteri dengan oksigen terlarut. Zat
tersebut dapat ditentukan oleh nilai permanganat dengan metode permanganometri.
Kandungan kimia yang ada didalam air limbah akan diubah oleh mikroorganisme menjadi
senyawa kimia yang sederhana seperti karbondioksida dan air serta ammonia. Bahan
organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam air limbah serta akan menimbulkan
rasa bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya
apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun.
Adanya zat organik dalam air menunjukan bahwa air tersebut telah tercemar oleh
kotoran atau sumber lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik maka semakin tinggi
pula tingkat pencemaran air tersebut. Adapun gangguan proses analisis bisa diakibatkan
oleh tingginya ion klorida, ion tersebut dapat ikut teroksidasi saat pengoksidasian zat
organik. Sehingga perlu dilakukan pembebesan zat organik melalui pengolahan yang baik,
salah satu pengujian kadar zat organik ialah dengan penentuan nilai permanganat. Adanya
zat organik didalam air akan menyebabkan terjadinya bau dan warna yang tidak
dikehendaki dalam air proses. Zat organik dapat ditunjukkan dengan oksidasi
menggunakan kalium permanganat. Kalium permanganat ini akan mengoksidasi zat
organik, hal tersebut ditunjukkan dengan hilangnya warna ungu dari kalium permanganat.
III. Percobaan
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat 3.3.2 Bahan
1) Pipet volume 1) KMnO4 0,01 N
25 ml
2) H2SO4 4
2) Erlenmeyer
250 ml
3) Buret
4) Penangas Air

3.4 Cara Kerja


1) Pipet 10-15 ml air proses dan tambahkan 10 ml H2SO4 4N, kemudian
dipanaskan pada suhu 70 derajat lalu didinginkan
2) Titrasi dengan KMnO4 0,01 N hingga berwarna rose muda
3) Ulangi percobaan sebanyak 2 kali

IV. Data Pengamatan dan Perhitungan

Kadar Zat Organik = ml titrasi x N KmnO4 x Be KmnO4 x 1000/10


= 0,25 x 0,01 x 31,6 x 1000/10
= 7,9 mg/L
V. Pembahasan
Syarat kandungan zat organik dalam air proses untuk tekstil yaitu <10 mg/l
banyaknya zat organik yang terdapat dalam air. Semakin tinggi kadar zat organik yang
terkandung maka tidak dapat digunakan untuk air proses. Oleh karena itu, penentuan zat
organik dalam air menjadi salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air
untuk air proses, dan menjadi tolak ukur seberapa jauh tingkat pencemaran pada suatu
perairan tersebut.
Adanya zat organik yang berlebih dalam air dapat dikarenakan oleh kotoran
manusia, hewan ataupun oleh sumber lain. Zat organik merupakan zat yang banyak
mengandung unsur karbon, zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau
tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid.
Zat organik ini sangat mudah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan
oksigen terlarut. Kandungan zat organik yang tinggi di dalam air menunjukkan bahwa air
tersebut telah tercemar, terkontaminasi rembesan dari limbah.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh Kalium permanganat (KMnO4). Zat organik dapat dioksidasi dengan menggunakan
KMnO4 dalam suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam
oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode
permanganometri didasar kan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini
dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Pada pengujian kadar zat organik ini air proses contoh uji kelompok 3 mendapatkan
nilai 7,9 mg/l sedangkan standarisasi kadar zat organik pada air proses tekstil yaitu <10
mg/l maka dapat disimpulkan contoh uji kelompok 3 dapat digunakan untuk air proses
tekstil karena masih dalam batas minimum standar.
VI. Kesimpulan
Setelan dilakukan praktikum didapatkan nilai sebesar 7,9 mg/L dengan
kandungan zat organik didalamnya sehingga air tersebut dapat digunakan untuk
proses tekstil karena masih dalam batas maksimum standar yaitu <10 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan
Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Kemal. Noerati. 2004. Diktat Praktikum Kualitas Air Proses dan Air Limbah
Industri Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
Noerati K. , S. Teks.,M.T. 2004. Penuntun Praktikum Zat Pembantu Tekstil 2.
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
Noerati K., S. Teks.,M.T. 2004. Diktat Praktikum Kualitas Air Proses Dan Air
Limbah Industri Tekstil. Sekolah Tinngi Teknologi Tekstil. Bandung.
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. Diktat Transparant ZPT 2. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil. Bandung.
Dr. Isminingsih G. , S. Teks. , M.Sc. 2008. Persyaratan Air Proses, Pelunakan
Air dan Contoh Soal. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
Sunarya, Risa Rahmawati. 2009. Zeolit. Tersedia : http://www.chem-is-try.org
/artikelkimia/kimia_anorganik/fakta-tentang-zeolit/ [Daring]. (06 Oktober
2019).
Saito, Taro. 2009. Unsur Non Logam. Tersedi : http://www.chem-is-try.org/
materikimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-unsur-non-logam/silikon-
oksida-aluminosilikat-dan-zeolit/ [Daring]. (06 Oktober 2019).
Sitompul, Hamonangan Reksodiputro,. 2009. Zeolit. Tersedia : http://hamonangan
rsespanola.wordpress.com/2009/05/30/zeolit-sebagai-mineral-serba-guna/
[Daring]. (06 Oktober 2019).
Silvi. 2007. Air Proses. Tersedia : https://ml.scribd.com/doc/72904532/Utilitas-
Air-Proses [Daring]. (06 Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai