Anda di halaman 1dari 38

Dampak Ekonomi Konflik Palestina-Israel

04 Dec 2023, 07:00 WIB


Ekonom menjelaskan dampak konflik Palestina-Israel terhadap perekonomian dunia.

Oleh ADIWARMAN A KARIM


Gian Maria Milesi-Ferretti, peneliti The Hutchins Center on Fiscal and Monetary Policy,
dalam artikelnya “The Israel and Gaza war: Economic repercussions” menjelaskan dampak
konflik Palestina-Israel terhadap perekonomian dunia.

Pertama, pasar energi langsung merasakan dampaknya. Harga minyak naik 5 dolar AS per
barel sejak awal konflik bersenjata walaupun produksi minyak belum terdampak.
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam World Economic Outlook October 2022
memperkirakan, kenaikan harga minyak 10 persen akan menurunkan pertumbuhan ekonomi
dunia sebesar 0,15 persen, dan menaikkan inflasi global 0,4 persen.

Kedua, naiknya risiko global dengan kekhawatiran meluasnya konflik menjadi konflik
kawasan memberi tekanan pada nilai dolar AS. Beberapa negara berkembang yang memiliki
kerapuhan utang luar negeri semakin kehilangan kepercayaan investor global.
Risiko penurunan pertumbuhan dan kenaikan inflasi global, dan berlanjutnya konflik
bersenjata setelah jeda kemanusiaan, membuat pasar keuangan semakin pesimistis.

Naiknya risiko global dengan kekhawatiran meluasnya konflik menjadi konflik


kawasan memberi tekanan pada nilai dolar AS. Beberapa negara berkembang yang
memiliki kerapuhan utang luar negeri semakin kehilangan kepercayaan investor
global.

Ketiga, perekonomian regional akan terdampak negatif. Data historis menunjukkan Israel
termasuk memiliki ketahanan ekonomi yang kuat melewati perang.
Sebelum konflik bersenjata, perekonomian Israel kuat sebagai net creditor yang berjumlah
lebih dari 30 persen dari produk domestik bruto (PDB)-nya, dan cadangan devisa lebih dari
200 miliar dolar AS.
Konflik bersenjata berdampak melalui pasar tenaga kerja, penurunan jumlah wisatawan,
penurunan investasi dan aliran modal.

Mata uang Israel, shekel, telah melemah beberapa bulan sebelum konflik akibat kontroversi
keputusan Mahkamah Agung Israel, semakin mendapat tekanan besar sehingga nilainya
melemah 5 persen sejak awal Oktober 2023.

Bank Sentral Israel mengambil beberapa kebijakan untuk mengatasinya, termasuk program
menjual cadangan devisa sampai dengan 30 miliar dolar AS.

Nouriel Roubini, profesor New York University, dalam artikelnya “The Economic
Consequences of the Gaza War” menjelaskan empat skenario akhir konflik ini.

Skenario pertama, konflik tidak meluas menjadi konflik wilayah; Israel terus menghantam
Gaza yang menimbulkan banyak korban sipil; Netanyahu turun dari jabatannya; sentimen
rakyat Israel tetap menolak solusi dua negara; normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi
dibekukan; Iran tetap menjadi pemain penting di kawasan; Amerikat Serikat tetap khawatir
letupan berikutnya.
Dampak ekonomi skenario pertama ini tidak signifikan. Harga minyak tetap stabil; ekonomi
Iran tetap stagnan akibat sanksi yang mendorong kedekatan Iran dengan Cina dan Rusia.
Israel akan mengalami resesi yang serius, tapi tetap terkelola. Eropa akan mengalami resesi
ringan.

Skenario kedua, konflik ini berakhir dengan normalisasi kawasan dan perdamaian. Hamas
dan Netanyahu dipinggirkan, kekuatan moderat Palestina dan Israel menguat.
Normalisasi Israel-Saudi berjalan lagi yang akan dimanfaatkan Israel untuk barter politik
dengan Iran. Penerimaan Iran atas normalisasi akan ditukar dengan pembicaraan baru tentang
nuklir Iran dan pencabutan sanksi atas Iran.

Skenario ini tentu memberi dampak sangat positif terhadap ekonomi kawasan dan global.

Skenario ketiga, konflik meluas menjadi konflik kawasan yang melibatkan Hizbullah di
Lebanon, dan mungkin Iran yang dapat merembet ke kekuatan pro Iran di Suriah, Irak,
Yaman.
Jika Israel dan Hizbullah terlibat perang skala penuh, Israel dengan dukungan AS akan
menyerang instalasi nuklir Iran, yang dibalas Iran dengan perang yang lebih luas yang dapat
mendorong penggunaan senjata nuklir.

Jika Israel dan AS benar-benar mengebom Iran, maka harga minyak akan naik, terjadi
stagflasi dunia, pasar saham anjlok, volatilitas harga pasar obligasi, dan larinya modal ke aset
risiko rendah, seperti emas.

Jika Israel dan AS benar-benar mengebom Iran, maka harga minyak akan naik, terjadi
stagflasi dunia, pasar saham anjlok, volatilitas harga pasar obligasi, dan larinya modal
ke aset risiko rendah, seperti emas.

Ekonomi Cina dan Eropa akan terkena dampak negatif yang lebih besar daripada AS karena
saat ini AS adalah eksportir netto dan dapat mengenakan pajak windfall profit akibat
kenaikan harga minyak kepada produsen minyaknya untuk digunakan sebagai subsidi ke
rakyat AS.
Pemerintahan Iran tetap bertahan, seluruh kawasan menjadi lebih radikal dan konfrontatif,
upaya perdamaian menjauh. Joe Biden akan kesulitan mempertahankan kekuasannya.

Skenario keempat, konflik meluas menjadi konflik kawasan dan terjadi pergantian
pemerintahan di Iran. Israel dan AS menyerang instalasi nuklir, militer, dan pimpinan Iran.
Rakyat Iran mendukung pemimpin baru yang lebih moderat, seperti mantan presiden Hassan
Rouhani. Pergantian ini meniadakan keterkucilan Iran dari komunitas internasional.

Stagflasi tetap terjadi, tapi akan membawa stabilitas dan pertumbuhan yang kuat di Timur
Tengah.

Roubini memperkirakan probabilitas skenario pertama 50 persen, yaitu keadaan tetap status
quo; 15 persen skenario kedua, yaitu akan membaik, damai, stabil, pertumbuhan, ; 30 persen
skenario ketiga, yaitu konflik besar kawasan; dan 5 persen skenario keempat, yaitu konflik
kawasan yang berakhir baik.
Artinya, skenario pertama dan kedua mencapai 65 persen konflik tidak meluas menjadi
konflik kawasan. Hanya 35 persen, yaitu skenario ketiga dan keempat, konflik menjadi
konflik besar di kawasan.

Yang sangat mengkhawatirkan adalah skenario pertama, ketiga, keempat yang membawa
dampak buruk ekonomi mencapai 85 persen. Hanya skenario kedua saja sebesar 15 persen
yang memberi dampak positif bagi perekonomian.

Yang sangat mengkhawatirkan adalah skenario pertama, ketiga, keempat yang


membawa dampak buruk ekonomi mencapai 85 persen. Hanya skenario kedua saja
sebesar 15 persen yang memberi dampak positif bagi perekonomian.

Robin Wright, peneliti Wilson Center, dalam artikelnya “The Five Global Dangers from the
Gaza War” menjelaskan lima dampak konflik ini terhadap ekonomi dunia.

Pertama, disrupsi ekonomi berupa kejutan ganda sektor energi, yaitu kejutan konflik Ukraina-
Rusia dan kejutan konflik Israel-Palestina.

Kedua, kerapuhan militer mulai menunjukkan gejala meluasnya konflik berupa serangan ke
instalasi militer AS di kawasan.

Sejak 17 Oktober 2023 tercatat 14 serangan yang mengingatkan serangan pada 23 Oktober
1983 di barak militer AS di Lebanon yang menewaskan 241 tentara Marinir AS. Kejadian itu
begitu traumatis karena insiden kematian tentara AS terbanyak setelah pertempuran Iwo Jima
dalam Perang Dunia II.

Ketiga, perubahan peta dukungan internasional yang mengejutkan Israel dan AS. Tekanan
terhadap kebijakan Israel menghancurkan Gaza telah melampaui batas kemanusiaan sehingga
mitra tradisional Israel satu per satu mengecam Israel.

Keempat, munculnya Cina sebagai kekuatan penentu. AS telah terkuras energinya dalam
perang Ukraina, dan saat ini AS semakin terbebani dengan memberikan komitmen dukungan
pada Israel.
Rusia juga banyak terkuras energinya dalam perang Ukraina. Sedangkan Cina lebih leluasa
memperluas pengaruhnya terutama di belahan selatan dunia yang sebagian besar bersimpati
pada Palestina.

Kelima, Israel harus menghadapi kenyataan pahit bahwa perang konvensional antara Israel
dengan negara-negara Arab, sangat berbeda dengan perang pejuang Palestina.

Sejak tahun 1948-1973 Israel telah mengalami empat peperangan dengan negara-negara
Arab, yang menimbulkan mitos kedigdayaan militer Israel, tentunya dengan dukungan penuh
AS. Namun konflik di Gaza sangat berbeda.

Israel hanya berhasil membumiratakan gedung-gedung, menimbulkan korban sipil sebagian


besar anak-anak dan wanita. Kekuatan militer Palestina dan persembunyian para sandera
tidak tersentuh oleh Israel, bahkan dengan dukungan AS.

Allah SWT berfirman, “Wamakaru wa makarallah, wallahu khairul makirin”, mereka


membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya mereka. Allah sebaik-baik pembalas
tipu daya

Efektivitas Boikot Ekonomi


Boikot yang didorong alasan agama memberikan dampak negatif dan signifikan.

Oleh ADIWARMAN A KARIM


Brayden King, profesor Northwestern University, dalam artikelnya “Do Boycotts Work?”
menyimpulkan boikot efektif mengancam reputasi daripada menurunkan penjualan.

Jura Liaukonyte, Anna Tuchman, Xinrong Zhu, peneliti Northwestern University, dalam
artikelnya “Do Social Media Boycotts and Buycotts Translate to Real Sales Impact?”
menyimpulkan dampak boikot bahkan setelah skandal besar pun, tidak akan berlangsung
lama.

Paul Koku, Aigbe Akhigbe, Thomas Springer, peneliti Florida Atlantic University, dalam
artikel mereka “The Financial Impact of Boycotts and Threats of Boycott” menjelaskan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara boikot dan ancaman boikot, bahkan nilai perusahaan
meningkat karena meningkatnya popularitas membuat dinamika jual-beli saham meningkat.

Emily Kitazawa dalam artikelnya “Does Boycotting Work? Why It Actually Makes Things
Worse?” menyimpulkan boikot seringkali tidak efektif karena bagi sebagian konsumen
menengah bawah tidak mampu secara ekonomi untuk membeli produk lain. Namun demikian
tidak semua boikot tidak efektif.

Daniel Diermeier, profesor Northwestern University, dalam artikelnya “When Do Company


Boycotts Work?” menjelaskan beberapa hal yang dapat membuat boikot efektif.

Pertama, konsumen memang memiliki komitmen yang kuat untuk hal yang diperjuangkannya
melalui boikot. Kedua, biaya melakukan boikot rendah untuk beralih ke produk lain.

Ketiga, alasan penyebab boikot haruslah suatu yang mudah dipahami. Keempat, dukungan
media masa yang luas akan menguatkan proses boikot.

Georgy Egorov dan Bard Harstad, masing-masing peneliti Northwestern University dan
University of Oslo, dalam artikel mereka “Boycotts are more likely to be effective in
industries which are highly competitive” menyimpulkan boikot hanya akan efektif untuk
produk yang saling berkompetisi ketat karena konsumen dapat dengan mudah berganti
produk.

Organisasi Ethical Consumer dalam artikelnya “History of Successful Boycotts” memiliki


daftar panjang kesuksesan boikot bahkan sejak tahun 1791 ketika Inggris memboikot gula
yang diproduksi oleh sistem perbudakan. Ethical Consumer mempublikasi keberhasilan
boikot di masa modern ini sejak tahun 2000.

Tujuan boikot adalah menyampaikan pesan untuk terjadinya perubahan kebijakan


korporasi dan perilaku sosial dari perilaku korporasi atau perilaku negara yang
diboikot.

Yang perlu digarisbawahi adalah tujuan boikot bukanlah menurunkan penjualan atau
keuntungan perusahaan yang diboikot. Tujuan boikot adalah menyampaikan pesan untuk
terjadinya perubahan kebijakan korporasi dan perilaku sosial dari perilaku korporasi atau
perilaku negara yang diboikot.
Pada April 2022, boikot yang dilakukan oleh lebih dari 100 organisasi berhasil menggagalkan
rencana kegiatan besar di Inggris yang untuk pertama kalinya akan dilakukan konferensi
internasional LGBT yang diorganisasi pemerintah.

Pada Juni 2022, boikot juga berhasil mengubah kebijakan Air France, satu-satunya
penerbangan utama Eropa, yang masih membolehkan transportasi hewan monyet untuk
eksperimen laboratorium. Dan masih banyak lagi daftar keberhasilan boikot.

Viking Bohman dan Hillevi Parup, peneliti Tufts University dan peneliti King’s College
London, dalam artikel mereka “Chinese consumer boycotts of foreign companies”
menjelaskan dua hal yang dihadapi perusahaan asing yang diboikot di Cina.

Pertama, sikap politik negara asal menimbulkan sentimen negatif di pasar Cina sehingga
boikot berlangsung efektif. Kedua, peningkatan kualitas produk Cina memudahkan
konsumen beralih produk.

Avosag, peneliti School of African Studies, dalam artikelnya “The Influenced of Religiously
Motivated Consumer Boycotts on Brand Image, Loyalty, dan Product Judgment” menemukan
hal yang menarik.

Upaya memperbaiki citra perusahaan setelah boikot akan memerlukan waktu yang
lama walaupun setelah boikot itu ada fatwa yang “mendukung” perusahaan tersebut.

Pertama, boikot yang didorong alasan agama memberikan dampak negatif dan signifikan.
Kedua, boikot tidak mempengaruhi penilaian konsumen terhadap kualitas produk.

Ketiga, boikot menurunkan loyalitas konsumen. Keempat, upaya memperbaiki citra


perusahaan setelah boikot akan memerlukan waktu yang lama walaupun setelah boikot itu
ada fatwa yang “mendukung” perusahaan tersebut.

Leor Halevi, profesor Vanderbilt University, dalam artikelnya “The Consumer Jihad: Boycott
fatwas and nonviolent resistance on the world wide web” menjelaskan pengaruh akses
internet yang memudahkan penyebaran fatwa boikot.

Halevi menyimpulkan adanya dampak ekonomi terhadap perusahaan multinasional yang


diboikot dan mendorong perubahan kebijakan korporasi mereka.
Mahmoud Farouh dan Mansour Abdelrhim, peneliti Nile University dan peneliti Ain Shams
University, dalam artikel mereka “The Impact of the Muslim boycott to protest against the
caricatures of the Prophet Muhammad on the French stock market sectors” menyimpulkan
adanya perbedaan yang signifikan terhadap cumulative average abnormal returns (CAAR)
pada periode sebelum dan periode setelah boikot.
Akibat boikot produk Denmark, ekspor Denmark ke Timur Tengah turun separuh dalam
periode Februari-Juni 2006 senilai 170 juta dolar AS. Produk Arla juga terkena dampak
boikot senilai 70 juta dolar AS.

Raghad Injass, Tamat Sarmidi, Malek Injas, peneliti National University of Malaysia, dalam
artikel mereka “The Effectiveness of the Popular Boycott to the Israeli Goods” menjelaskan
boikot yang dilakukan konsumen Palestina di wilayah pendudukan terhadap produk-produk
Israel, meningkatkan permintaan terhadap produk Palestina, mendukung dan menguatkan
industri Palestina untuk produk-produk yang dapat diproduksi Palestina.

Sophia Menache, peneliti University of Haifa, dalam artikelnya “Papal Attempts at a


commercial boycott of the Muslims in the crusader period” menjelaskan boikot yang
dilakukan pemimpin agama Kristen terhadap pedagang Muslim di era Perang Salib.

Pertama, secara ekonomi boikot tidak efektif karena perdagangan antara Muslim dan Kristen
menguntungkan para pedagang di kedua belah pihak. Kedua, secara sosial, anjuran boikot
efektif menguatkan perilaku konflik antara Muslim dan Kristen.

Boikot ekonomi yang didasari persaingan dagang atau faktor preferensi sosial politik
memiliki dampak ekonomi yang sangat berbeda dengan boikot yang didasari pelecehan
agama apalagi pelecehan kemanusiaan.

Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa No 83 Tahun 2023 tanggal 8 November 2023
yang menghukumi haram berpihak pada agresor dengan menyatakan “mendukung agresi
Israel terhadap Palestina atau pihak yang mendukung Israel baik langsung maupun tidak
langsung hukumnya haram”.
Fatwa itu juga mengajak “umat Islam diimbau untuk semaksimal mungkin menghindari
transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung
penjajahan dan Zionisme”.

Kejahatan kemanusiaan, kezaliman, dan penjajahan dalam ajaran agama apapun dan dalam
nilai budaya manapun tidak dapat diterima.

Boikot ekonomi yang didasari persaingan dagang atau faktor preferensi sosial politik
memiliki dampak ekonomi yang sangat berbeda dengan boikot yang didasari pelecehan
agama apalagi pelecehan kemanusiaan.

Dalam praktiknya, kadangkala boikot yang dilandasi persaingan dagang memanfaatkan


sentimen negatif yang muncul dari boikot yang dilandasi pelecehan agama dan kemanusiaan.

Di sinilah benang merah garis pembatas harus dibentangkan. Selalu berpihak pada kebenaran,
selalu menebarkan kebaikan.

Hilirisasi, Industrialisasi, dan Ketahanan Ekonomi


09 Oct 2023, 07:00 WIB
Hilirisasi yang tepat akan menciptakan proses industrialisasi yang efisien dan berdaya saing.

Bruce Blonigen, peneliti University of Oregon dan National Bureau of Economic Research,
dalam risetnya “Industrial Policy and Downstream Export Performance”, menyimpulkan
kebijakan industri negara-negara penghasil baja yang ditujukan untuk mendorong kemajuan
industri baja, tapi tidak dilakukan dengan komprehensif, akan merugikan industri hilirnya.

Kenaikan satu persen industri baja akan menurunkan 1,2 persen daya saing ekspor industri
hilirnya, dan penurunan enam persen industri hilir yang menggunakan baja secara signifikan.

Miyagiwa dan Ohno, masing-masing peneliti Florida International University dan Hokkaido
University, dalam riset mereka “Credibility of Protection and Incentives to Innovate”
menunjukkan proteksi dan subsidi dapat menghilangkan daya saing industri bila pemerintah
tidak menetapkan besaran dan jangka waktunya. Parahnya lagi, yang kehilangan daya saing
bukan saja industri yang disubsidi, tapi juga industri hilir dan hulunya.

Olle Ostensson, peneliti University of Dundee, dalam risetnya “Promoting Downstream


Processing: Resource Nationalism or Industrial Policy?” menjelaskan bahwa daripada
memberikan subsidi dan proteksi untuk mendorong industri hilir, akan lebih baik membuat
kebijakan industri yang menghilangkan berbagai kendala yang mencegah industri mencapai
kinerja terbaiknya. Misalkan, kebijakan peningkatan kompetensi, dukungan kredit, pasokan
energi, infrastruktur transportasi, dan regulasi lainnya yang menghambat.

Hilirisasi yang dilakukan dengan tepat akan menciptakan proses industrialisasi yang efisien
dan berdaya saing. Tetsuji Murase, peneliti Kyoto University, dalam risetnya “Economic
Survelilance in East Asia and Prospective Issues" menjelaskan perlunya melihat ketahanan
ekonomi dalam perspektif regional yang lebih luas dalam lingkup ASEAN+3, karena
perekonomian suatu negara saling berhubungan dengan negara lain.

Eka Puspitawati, peneliti Pertamina University, dalam risetnya "Indonesia Industrialization


and Industrial Policy: Peer Learning from China’s Experiences" menyimpulkan empat hal
penting dari keberhasilan industrialisasi Cina yang dapat diterapkan Indonesia.

Kebijakan industri harus menimbulkan efek multiplier dan mendorong sisi permintaan
serta mendorong industri hulu berkembang.

Pertama, koordinasi dan integrasi wajib dilakukan untuk kesuksesan proses transformasi
industri. Kedua, kebijakan industri harus menimbulkan efek multiplier dan mendorong sisi
permintaan serta mendorong industri hulu berkembang.
Ketiga, keterbukaan terhadap teknologi baru, yang pada awalnya mencakup investasi asing,
impor bahan baku antara, dan selanjutnya diikuti penggunaan sumber daya lokal.
Keempat, liberalisasi pasar lokal yang diikuti dengan liberalisasi pasar
internasional. Keenam, proses industrilaisasi harus disertai kebijakan inovasi.
Asian Development Bank dalam bukunya, Thailand Industrialization and Ecoomic Catch Up,
menjelaskan kendala yang dihadapi Thailand dalam proses transisi menjadi negara industri
modern dan ekononmi jasa.
Pertama, reformasi pasar dan kompetisi agar meningkatkan daya saing. Kedua, meningkatkan
infrastruktur yang mendukung industri modern dan ekonomi jasa.

Ketiga, meningkatkan akses kepada jasa keuangan dan teknologi untuk usaha kecil dan
mikro. Keempat, membangun kebijakan sosial dan pendidikan yang efektif. Kelima,
mendorong pertumbuhan dan pembangunan yang seimbang di antara berbagai regional.

Pelajaran dari Cina dan Thailand ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat untuk
membangun industrialisasi yang tidak mengabaikan usaha kecil dan mikro, yang
mengintegrasikan ekonomi desa dan ekonomi kota, yang saling mendukung sektor pertanian
dan sektor lainnya. Pada titik inilah ketahanan pangan menjadi pilar penting dari ketahanan
ekonomi suatu negara.

Pelajaran dari Cina dan Thailand ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat
untuk membangun industrialisasi yang tidak mengabaikan usaha kecil dan mikro, yang
mengintegrasikan ekonomi desa dan ekonomi kota, yang saling mendukung sektor
pertanian dan sektor lainnya.

Domenico Lombardi dan Ngaire Woods, peneliti Oxford University, dalam riset mereka “The
Politics of Influence: An Analysis of IMF Surveillance” menjelaskan hal penting terdapat
bukti bahwa belum ada satu pun ketahanan bilateral maupun multilateral yang distruktur dan
diorganisasi untuk mendorong terjadinya sosialisasi IMF Surveillance. Akibatnya masing-
masing negara mengambangkan kebijakan ketahanan ekonominya sendiri-sendiri, yang tanpa
disadari dapat menimbulkan tarik-menarik yang saling menihilkan.

Setiap negara sangat berkepentingan untuk ketahanan ekonominya agar tidak menderita
“penjajahan gaya baru” melalui dominasi ekonomi negara lain atas negaranya.
Shoshana Zuboff, professor Harvard Business School, dalam bukunya, The Age of
Surveillance Capitalism, menjelaskan dengan gamblang. Zaman ini adalah zaman inovasi dan
sekaligus zaman tidak-perlu-memiliki (dispossession). Kedua hal ini dapat menimbulkan
penindasan ekonomi (economic oppression) gaya baru oleh mereka yang menguasai
teknologi.
Salah satu pilar penting ketahahan ekonomi adalah ketahanan pangan. Ini bahkan diatur
dalam UU tentang Pangan yang mencakup kedaulatan pangan, kemandirian pangan, serta
keamanan pangan.

Belajar dari pengalaman Cina dan Thailand, ketahanan pangan tidak boleh dikecilkan
menjadi sektor pertanian saja. Ketahanan pangan harus menjadi bagian terintegrasi dengan
proses industrialisasi, teknologi, infrastruktur, keuangan, dan industri pendukung lainnya di
hulu dan di hilir.

Ketahanan pangan tidak boleh dikecilkan menjadi sektor pertanian saja. Ketahanan
pangan harus menjadi bagian terintegrasi dengan proses industrialisasi, teknologi,
infrastruktur, keuangan, dan industri pendukung lainnya di hulu dan di hilir.

Hashem al Malah dalam bukunya, Al Waseet in Arabic History, dan Ahmad al Shareef dalam
bukunya, Makah and al Madinah during al Jahilia and Prophet Muhammad Era,
menjelaskan produksi gandum di Madinah selalu mencukupi kebutuhan. Madinah memiliki
kemandirian pangan.
Ibnu Mubaraak dalam bukunya, Al Tajreed and Al Sareeh, menjelaskan dalam keadaan
tertentu Madinah juga mengimpor gandum dan biji-bijian dari Turki dan Suriah.
Nour Eldin dalam bukunya, Wafa al Wafa, menjelaskan kismis diimpor dari Thaif. Catatan
sejarah ini penting untuk memahami kemandirian pangan sekaligus keterbukaan ekonomi
ketika diperlukan impor.
Abu Khalil Shawqi dalam buku, Arab Islamic Civilization, menjelaskan pada zaman Bani
Abbasiyah, produksi pangan semakin baik dengan teknologi irigasi. Saadoun Hussein dalam
artikelnya “Basra with Scarves” bahkan menjelaskan pangan berkelimpahan dan diekspor
melalui Basra.
Qassem Sameh dalam artikelnya “Hunger and the Goodies” menjelaskan terjadinya beberapa
kali kelaparan, kemiskinan, penindasan akibat korupsi yang sempat mengguncangkan
stabilitas politik dan pemberontakan di zaman Isa bin Mansour dari Bani Abbasiyah.

Helen Mets dalam bukunya, Iraq, menjelaskan ketika kekuasan Mongol menguasai Irak,
irigasi tidak dipelihara dengan baik, produksi pangan menurun drastis. Perang dan
pemberontakan, serta perebutan lahan produksi pangan semakin membuat hancurnya
produksi pangan yang selanjutnya menimbulkan kelaparan.

Indonesia saat ini berada dalam dinamika geopolitik antara dua kekuatan besar
ekonomi dunia, Amerika Serikat dan Cina, masing-masing dengan sekutunya. Hilirisasi
haruslah dilihat sebagai bagian industrialisasi yang akan menambah ketahanan
ekonomi Indonesia.

Indonesia saat ini berada dalam dinamika geopolitik antara dua kekuatan besar ekonomi
dunia, Amerika Serikat dan Cina, masing-masing dengan sekutunya. Hilirisasi haruslah
dilihat sebagai bagian industrialisasi yang akan menambah ketahanan ekonomi Indonesia.
Ketahanan ekonomi tidak akan berjalan tanpa ketahanan pangan.

Rasulullah SAW mengingatkan, “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran”. Kemiskinan


lahiriah dan kemiskinan batiniah.

Indonesia adalah negara kaya sumber daya alam yang harus dikelola sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW juga mengingatkan, “Kaya itu bukanlah banyak harta. Tapi kaya itu adalah
kaya jiwa, selalu merasa cukup”.

Bismillah.

BPN dan Ekonomi Pertanahan


18 Sep 2023, 07:00 WIB
Integrasi sistem pertanahan dan penataan ruang melalui skema digital menjadi agenda
penting.

Oleh SUNARSIP
Belakangan ini, topik agraria kembali menjadi diskusi oleh sejumlah kalangan. Diskusi
tersebut terutama terfokus pada bagaimana menciptakan harmoni antara upaya pemerintah
mendorong investasi, sekaligus menciptakan iklim yang sehat terhadap pengelolaan isu-isu
pertanahan.

Sayangnya, diskusi yang berkembang lebih banyak menyoroti terkait konfliknya. Sedangkan,
pembahasan mengenai bagaimana perbaikan terhadap pengelolaan administrasi pertanahan
masih sangat kurang.

Konsekuensinya, pembahasan mengenai dampak ekonomi dari kebijakan pengelolaan


pertanahan jarang diulas. Sebagai contoh, berapa banyak pihak yang menaruh perhatian
bahwa pengelolaan administrasi pertanahan memberikan dampak terhadap pengendalian
inflasi.

Berapa banyak pihak yang menaruh perhatian bahwa pengelolaan administrasi


pertanahan memberikan dampak terhadap pengendalian inflasi.

Berapa banyak pihak yang memahami bahwa pengelolaan administrasi pertanahan juga
memberikan kontribusi pada kegiatan di sektor perbankan. Dan berapa banyak pihak yang
memahami bahwa pengelolaan administrasi pertanahan memberikan kontribusi pada
peningkatan pendapatan. Dan terakhir, berapa banyak pihak yang mendalami bahwa di balik
kinerja pertumbuhan ekonomi saat ini, terdapat pula peran pengelolaan administrasi
pertanahan.

Karena topik-topik seperti ini “hilang” dari diskursus, pembahasan mengenai pertanahan
cenderung tersudut pada satu topik: konflik agraria.

Kita sepakat bahwa hampir seluruh aktivitas ekonomi bersentuhan dengan pertanahan.
Seiring dengan perkembangan ekonomi, kedudukan tanah kini menjadi semakin penting.
Penambahan manusia dan aktivitas ekonomi membutuhkan penambahan tanah. Di sisi lain,
luas lahan tidak bisa ditambah.

Oleh karenanya, pemanfaatan lahan secara optimal yang didukung legalitas yang kuat
menjadi hal penting untuk diwujudkan. Dalam konteks inilah, kita memerlukan kegiatan
pengelolaan administrasi pertanahan yang baik.

Terlebih bagi kita di Indonesia, di mana ruang darat hanya meliputi kurang dari 30 persen
total luas Indonesia. Peran tata ruang tanah karenanya menjadi salah satu tantangan yang
harus diakomodir secara optimal.

Pemanfaatan lahan secara optimal yang didukung legalitas yang kuat menjadi hal
penting untuk diwujudkan. Dalam konteks inilah, kita memerlukan kegiatan
pengelolaan administrasi pertanahan yang baik.

Di Indonesia, pengelolaan administrasi pertanahan dilakukan oleh Badan Pertanahan


Nasional (BPN). Lembaga inilah yang berperan penting dalam penataan, pengadaan,
pengendalian atas pemanfaatan dan penguasaan tanah, dan penanganan masalah pertanahan.
Perannya sebagai pengelola administrasi pertanahan, menempatkan BPN sebagai pendukung
(enablers), sehingga kualitas administrasi pertanahan akan berpengaruh pada kegiatan
ekonomi.
Secara empiris menunjukkan bahwa negara dengan kualitas administrasi pertanahan lebih
tinggi, memiliki tingkat investasi lebih baik, sebagaimana ditunjukkan oleh peringkat Ease of
Doing Business (EoDB) yang dikeluarkan Bank Dunia.

Sejauh ini, peran BPN dalam pengelolaan administrasi pertanahan telah berjalan baik. Salah
satu indikatornya terlihat dari kinerja di bidang pelayanan administrasi pertanahan yang
diselesaikan BPN. Realisasi kinerja di bidang layanan administrasi tersebut terlihat dari
realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNPB) setiap tahunnya yang tinggi.

Pada 2022, total PNBP yang disetorkan BPN mencapai Rp2,63 triliun tertinggi dalam 6 tahun
terakhir yang biasanya mencapai Rp 2 triliun - Rp 2,3 triliun. Tingginya PNBP
memperlihatkan bahwa penyelesaian administrasi pertanahan juga mengalami peningkatan.
Ini mengingat, dalam setiap kegiatan layanan administrasi pertanahan melekat pula di
dalamnya biaya yang dibayarkan oleh pemohon layanan dan menjadi PNBP bagi BPN.

Melalui indikator ini, kita dapat melihat bahwa BPN telah memainkan peran penting
sebagai enablers bagi pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat, dengan didaftarkan dan
memiliki sertifikat, masyarakat dapat menjaminkan tanahnya untuk mendapatkan pinjaman
atau kredit untuk usaha.
Tambahan aktivitas usaha ini diharapkan dapat menciptakan setidaknya tiga manfaat
ekonomi, yaitu peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan
kenaikan output produksi yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Selain dari indikator layanan administrasi pertanahan, peran BPN sebagai enablers antara lain
juga tercermin dari pengelolaan hak tanggungan tanah yang telah diselesaikan. Hak
tanggungan adalah hak jaminan atas tanah yang diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk
jaminan utangnya. Dalam praktiknya, hak tanggungan digunakan sebagai jaminan dalam
transaksi kredit perbankan atau meminjam uang.
Berdasarkan data dari BPN, sampai dengan Agustus 2023, nilai hak tanggungan yang beredar
mencapai Rp 6.755 triliun. Angka ini memperlihatkan nilai sertifikat tanah yang
dimanfaatkan sebagai agunan kredit perbankan.

Nilai sertifikat tanah yang dimanfaatkan sebagai agunan kredit perbankan tersebut setara
dengan nilai kredit perbankan yang pada Juni 2023 lalu mencapai Rp 6.567 triliun. Dari
perspektif masyarakat debitur, indikator ini memperlihatkan bahwa keberadaan legalitas
tanah melalui sertifikat tanah telah mendorong akses masyarakat dalam memperoleh
pendanaan bagi kegiatan usahanya.

Dari perspektif masyarakat debitur, indikator ini memperlihatkan bahwa keberadaan


legalitas tanah melalui sertifikat tanah telah mendorong akses masyarakat dalam
memperoleh pendanaan bagi kegiatan usahanya.
Melalui kebijakan Reforma Agraria, BPN juga berperan penting dalam mewujudkan keadilan
ekonomi, khususnya pertanahan. Salah satu strateginya adalah mengurangi ketimpangan
penguasaan tanah adalah melalui Reforma Agraria.

Reforma Agraria memiliki dua bentuk, yaitu legalisasi aset dan redistribusi tanah.
Berdasarkan data dari Kementerian ATR/BPN, ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah
pertanian di Indonesia saat ini berada pada angka 0,49 yang berada pada kategori merata
sedang.

Angka indeks ketimpangan ini berarti bahwa 1 persen penduduk menguasai sekitar 49 persen
luas tanah, sedangkan 99 persen menguasai 51 persen luas lahan. Indeks ketimpangan ini
membaik dibanding sebelumnya yang masuk kategori tinggi, di atas 0,50.

Kinerja di atas menunjukkan bahwa BPN telah menjalan peran yang baik
sebagai enablers maupun redistribusi aset. Namun demikian, harus diakui bahwa kewajiban
untuk menghadirkan jaminan kepastian dan perlindungan hukum hak atas tanah masih
menjadi tugas besar yang harus diselesaikan.
Pemerintah masih perlu mempercepat penuntasan pendaftaran bidang tanah, termasuk
bidang-bidang tanah yang dikuasai dengan hak ulayat. Diperkirakan, jumlah tanah yang
terindikasi terlantar mencapai 968,54 ribu hektare (ATR/BPN, 2019).

Banyaknya tanah terlantar mengindikasikan lahan yang ada belum dimanfaatkan secara
optimal. Saat ini, pemerintah memiliki target untuk menuntaskan pendaftaran seluruh bidang
tanah yang ada hingga tahun 2025.

Selain kepastian hukum, kepastian nilai juga masih menjadi tantangan yang harus
diselesaikan. Berdasarkan data dari situs Global Property Guide, nilai tanah per meter persegi
di Indonesia tergolong rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia, di bawah Thailand,
Malaysia, India, Vietnam, bahkan Filipina.

Rendahnya nilai tanah menyebabkan monetisasi tanah sebagai agunan untuk mendapatkan
pembiayaan menjadi lebih rendah dari potensinya. Penciptaan pasar tanah yang efisien
diperlukan untuk mewujudkan manfaat tanah yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat.
Penciptaan pasar tanah yang efisien diperlukan untuk mewujudkan manfaat tanah
yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

Isu spekulasi tanah juga masih menjadi tantangan. Keberadaan spekulasi menyebabkan
inefisiensi. Spekulasi menyebabkan harga transaksi lebih tinggi dari nilai keekonomian lahan
yang bersangkutan. Kondisi ini akhirnya mendorong kenaikan harga tanah yang seharusnya
tidak terjadi, dan menciptakan inflasi akibat kenaikan biaya (cost push inflation).
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan menyediakan informasi nilai tanah
secara transparan dengan mempertimbangkan nilai ekonomi maupun nilai sosial dan budaya
yang melekat. Keterbukaan informasi ini akan menurunkan biaya untuk mencari informasi
(searching costs) dan menciptakan kepastian dan transparansi dalam administrasi pertanahan
yang sekaligus memperkecil peluang terjadinya korupsi di dalam pengelolaan dan
pemanfaatan tanah.
Salah satu prasyarat penting adalah adanya tata kelola informasi pertanahan berbasis bidang
tanah (persil) yang andal. Belajar dari pengalaman di Lithuania, Korea Selatan, Rwanda, dan
Inggris, memperlihatkan bahwa inovasi pengelolaan informasi pertanahan telah berhasil
meningkatkan secara dramatis keberhasilan reformasi pertanahan dan peningkatan
kemudahan berusaha (Bank Dunia, 2015).

Penulis yakin bahwa BPN pun telah mengantisipasi kecenderungan global dalam manajemen
pengelolaan lahan tersebut. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi melalui
digitalisasi proses dan layanan menjadi krusial untuk mendukung implementasi kebijakan
pertanahan.

Integrasi sistem pertanahan dan penataan ruang melalui skema digital menjadi agenda
penting yang perlu dipacu untuk mendukung pelayanan pertanahan dan tata ruang yang
mendukung bagi kemudahan investasi dan berusaha.

Selanjutnya, pemanfaatan teknologi informasi juga perlu didorong dalam rangka menciptakan
transparansi terhadap informasi nilai tanah, sebagai sarana untuk mengurangi spekulasi.
PENDAHULUAN

Beberapa waktu terakhir pasokan garam mengalami hambatan yang cukup menyita perhatian
hingga viral dan membuat banyak ibu-ibu di indonesia protes akan kenaikan harganya yang cukup
drastis sehingga masyarakat pun harus membeli garam dengan harga yang cukup tinggi. Karena
sejumlah daerah mengalami kelangkaan garam konsumsi.

Kelangkaan pasokan garam nasional disebabkan karena terjadi gagal panen petambak garam pada
sejumlah daerah lantaran terimbas anomali cuaca. Maka terjadi kekurangan stok garam nasional.

Guna mendapatkan solusi untuk dapat menanggulangi masalah yang terjadi, maka pemerintah
membentuk tin verifikasi yang terdiri dari kemenko maritim, kkp, Kemendag, Kemenperin, Bareskrim
Polri, dan BPS.

Tim verifikasi ini di bentuk untuk dapat menelaah dan menjadi dasar penerbitan rekomendasi impor
bahan baku konsumsi dalam memenuhi kebutuhan bahan baku garam konsumsi pada tahun 2017.

Bahkan KPPU (Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha) sudah melakukan penelitian ke
beberapa sentra produksi yang berada di jawa timur, untuk sementara penyebab kelangaan garam
karena faktor cuaca maka harganya naik lebih dari yang di perkiraan.

Namun, Syarkawi menambahkan, pihaknya juga sedang meneliti terkait adanya


dugaan kesengajaan pihak tertentu yang memicu kenaikan harga garam.

Menurut dia, kalau pasokan cukup dan distribusi sampai kepada end user atau
konsumen tidak bermasalah maka tidak akan mengalami kenaikan harga signifikan.
KPPU perlu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dan menjalin kerja sama lintas
kementerian dan lembaga. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah perdagangan
garam dan jalur distribusinya.

KELANGKAAN GARAM KARENA FAKTOR CUACA, MENGHARUS IMPORT GARAM DARI LUAR
NEGERI, HINGGA MENJERAT PEJABAT KEMENPERIN

Kelangkaan Pasokan Garam Karena Faktor Cuaca

Petani garam melakukan aktivitasnya di sekitar pesisir pantai pada musim panas
sekitar bulan Juni – November. Jika musim panas tiba dan tanah garam disekitar
pantai sudah mengering, petani garam akan beramai-ramai mengumpulkan tanah
garam yang kemudian dicampur dengan air laut untuk mendapatkan larutan garam
kemudian dimasak sampai menjadi kristal-kristal garam.

Semakin banyak kadar garam yang terkandung dalam tanah garam, makin banyak
kristal garam yang dihasilkan saat dimasak. Garam-garam ini kemudian diberi
yodium (KIO3) dan dijual ke konsumen.

"Kami terjukan tim verifikasi ke lapangan. Tim saat ini sedang berada di lapangan
untuk melakukan review terhadap kebutuhan bahan baku garam konsumsi," kata
Brahmantya.

Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf juga mengaku
telah menerjunkan tim untuk melakukan pemantauan ke sentra produksi garam di
Jawa Timur. Laporan sementara menyebutkan, penyebab kelangkaan pasokan
garam disebabkan faktor cuaca.

"KPPU sudah melakukan penelitian ke sentra produksi garam. Di Jawa Timur


dilaporkan, faktor produksi yang turun karena cuaca menjadi penyebab harga garam
lebih tinggi dari yang diperkirakan," jelas Syarkawi.

Namun, Syarkawi menambahkan, pihaknya juga sedang meneliti terkait adanya


dugaan kesengajaan pihak tertentu yang memicu kenaikan harga garam.

Menurut dia, kalau pasokan cukup dan distribusi sampai kepada end user atau
konsumen tidak bermasalah maka tidak akan mengalami kenaikan harga signifikan.
KPPU perlu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dan menjalin kerja sama lintas
kementerian dan lembaga. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah perdagangan
garam dan jalur distribusinya.

"Kalau ada kenaikan harga akibat ada orang yang bermain-main di rantai distribusi
dan mengarah ke praktik kartel, diharapkan dapat dikenakan tindakan pidana, saat
ini konsentrasi KPPU adalah melakukan pengawasan untuk memastikan, apakah
ada indikasi lain penyebab kelangkaan garam yang menjadi penyebab kenaikan
harga," pungkas Syarkawi.

Untuk mengatasi permasalahan tata niaga garam, KKP juga sedang menyusun
Peraturan Menteri Kementerian dan Kelautan tentang pengendalian impor
komoditas pergaraman yang merupakan turunan dari Undang-undang Nomor 7
Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan,
dan Petambak Garam.

"Sebelum peraturan ini terbit, KKP akan berkoordinasi dulu dengan instansi terkait
yang mengatur pergaraman agar peraturan-peraturan turunan implementasi
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 ini selaras," jelas Brahmantya.

Untuk diketahui, Kementerian Perdagangan akan menerbitkan izin impor garam


konsumsi kepada PT Garam sebagai BUMN yang menangani usaha di bidang
pergaraman guna pemenuhan kebutuhan bahan baku garam konsumsi.

Garam konsumsi yang dimaksud adalah garam dengan kadar Natrium Chlorida
(NaCl) paling sedikit 97 persen yang digunakan untuk industri garam konsumsi
beryodium.

Ke depannya pemerintah akan menyesuaikan agar definisi kadar Natrium Chlorida


(NaCl) garam konsumsi pada Permendag Nomor 125 Tahun 2015 disesuaikan
dengan Permenperin Nomor 88 Tahun 2014.

Perlu Akselerasi Atasi Kelangkaan

Semarang – Kelangkaan pasokan garam sejak beberapa pekan terakhir terjadi


akibat produktivitas garam rakyat anjlok. Penurunan tersebut dipengaruhi faktor
cuaca, jumlah petani garam semakin berkurang, serta teknologi pengolahan garam
belum mendukung.
Hal itu terungkap dalam dialog interaktif “Mas Ganjar Menyapa” di rumah dinas Puri
Gedeh, Selasa (1/8). Hadir sebagai narasumber dalam dialog bertajuk “Meretas
Kelangkaan Garam” tersebut Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP
serta guru besar bidang Sosiologi dan Sejarah Maritim Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Prof Dr Yetti Rohwulaningsih.
“Sepanjang beberapa bulan terakhir kemarau basah. Kalau hari ini yang akan
didorong adalah percepatan pendirian pabrik garam, mencari teknologi dan
rekayasa-rekayasa agar kita tidak bergantung pada cuaca,” ujar Gubernur Jawa
Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP.
Menurut gubernur produktivitas garam rakyat Jateng merupakan nomor dua setelah
Jawa Timur, namun belum mampu berkontribusi untuk pemenuhan kebutuhan
nasional. Karenanya pemerintah harus segera mengambil langkah atau kebijakan
guna mengatasi persoalan tesebut, termasuk menyatukan ABG
(akademisi, businessman, dan government). Ketiga komponen itu juga diharapkan
dapat bergerak cepat mewujudkan kedaulatan pangan khususnya komoditas garam.
Mantan anggota DPR RI tersebut menyebutkan, pada 2013 produktivitas garam
rakyat dari beberapa daerah sentra garam seperti Rembang, Pati, Demak, Jepara,
dan Brebes sebanyak 276,5 ribu ton. Kemudian 2014 naik hampir 300 persen atau
sekitar 6.600 ribu ton, lalu 2016 menurun drastis, bahkan 2017 sampai Juli hanya
berkisar 3.400 ton.
“Untuk mengatasi kelangkaan garam saat ini, tindakan tercepat adalah impor, tapi
jangka panjangnya kita melakukan akselerasi. Percepatan pendirian pabrik, kita
harus adaptif, kumpulkan para insinyur bisa tidak menerapkan teknologi pengganti
sinar matahari,” katanya.
Kendati dampak kelangkaan pasokan tidak terlalu besar terhadap inflasi, imbuh
Ganjar, secara sosiologis berpengaruh pada masyarakat serta sektor industri yang
membutuhkan garam. Selain itu perlu dilakukan verifikasi lapangan agar tidak
berkembang image negatif di masyarakat, terutama menyangkut adanya spekulan
dalam kebijakan impor garam.
Senada diungkapkan Prof Dr Yetti Rohwulaningsih, kebutuhan garam nasional
terbagi dua kategori yakni konsumsi dan industri. Untuk garam industri masih
sepenuhnya bergantung pasokan luar negeri atau impor. Sedangkan persoalan yang
dihadapi pemerintah dan masyarakat saat ini adalah garam konsumsi yang kurang
pasokan akibat produksi rendah.
“Tahun 2016 panen kurang bagus sampai kuartal pertama 2017. Memasuki Juli
puncak pasokan benar-benar limit, tapi masyarakat tidak perlu panik karena saat ini
Jateng sedang masa panen,” katanya.
Namun demikian, saat ini petani garam dapat menikmati keuntungan cukup besar,
bahkan lebih tinggi dari harga ideal di tingkat letani yakni Rp 700 per kilogram. Sejak
kelangkaan pasokan, harga garam rakyat di tingkat petani Rp 3.400 per kilogram
atau naik beberapa kali lipat dari harga sebelumnya Rp 200-300 per kilogram.
“Petani garam saat ini memang sedang senang, karena harga di tingkat petani Rp
4.000 per kilogram. Setelah diolah dijual ke Semarang dan Yogyakarta seharga Rp
4.500 per kilogram, padahal sebelumnya Rp 200-300 per kilogram,” ujar salah
seorang petani garam warga Rembang, Pupon.
Sementara itu, Dirjen Kementerian Kelautan dam Perikanan Rifky Effendi
menjelaskan, pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan,
Perindustrian, serta Polri guna mengatasi kelangkaan pasokan garam. Kondisi
tersebut terkait produktivitas garam rakyat dalam dua tahun terakhir menurun akibat
curah hujan tinggi.
“Upaya manakala produksi hatam tidak mencukupi, maka mau tidak mau
mendatangkan dari negara lain, yakni Australia dan India untuk mencukupi
kebutuhan garam konsumsi,” katanya.
Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya mendorong sentra-sentra garam baru
termasuk daerah yang berpotensi besar untuk pengolahan garam seperti Nusa
Tenggara Timur dan Kupang seluas ratusan hektare. Bahkan di Kupang sekarang
mengembangkan lahan tambak garam seluas 400 hektare baik melalui Badan
Usaha Milik Daerah maupun badan usaha lainnya agar dapat memenuhi garam
secara mandiri dan berkelanjutan.

7 Negara Asal Impor Garam Indonesia


Pengimpor garam andalan RI, Australia mencatatkan penurunan volume impor
109.962 ton.
Sebagai negara yang besar, Indonesia perlu memastikan ketersediaan garam yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan berbagai kegiatan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) telah
merilis data terbaru mengenai impor garam ke Indonesia menurut negara asal pada tahun
2022.
Dalam data yang dirilis BPS, terlihat bahwa pada tahun 2022 impor garam terbesar ke
Indonesia berasal dari Australia. Australia berada di peringkat pertama walau mengalami
sedikit penurunan menjadi sekitar 1.998.382,5 ton, setelah pada tahun 2021, impor garam
dari Australia mencapai 2.108.345 ton.
India menyusul sebagai pemasok garam terbesar kedua dengan total impor sebanyak 751.398
ton, setelah mengalami peningkatan dari 715.506 ton di tahun 2021.
Tren yang berbeda juga terlihat pada impor garam dari negara-negara lain. Impor garam dari
Selandia Baru mengalami peningkatan dari 3.487,7 ton di tahun 2021 menjadi 4.382,1 ton di
tahun 2022. Kemudian, impor garam dari Tiongkok mengalami penurunan dari 2.470,1 ton di
tahun 2021 menjadi 1.377 ton di tahun 2022.
Jerman, dan Thailand juga menyumbangkan volume impor garam ke Indonesia dengan
masing-masing jumlah impor sebesar 194,9 ton, 286 ton, serta 425 ton.
Data ini memberikan gambaran tentang volume impor garam dari beberapa negara yang
menjadi pemasok utama bahan baku tersebut. Sebagai negara yang mengandalkan garam,
data ini penting dalam melacak ketergantungan Indonesia terhadap negara-negara penghasil
garam.

Selain menjadi tempat tinggal, kota-kota besar turut berperan sebagai pusat
ekonomi sebuah negara. Kota besar cenderung lebih banyak menyediakan
lapangan pekerjaan dibanding kota kecil, sehingga perputaran ekonomi di kota
besar dapat menjadi kekuatan sebuah negara.
Grup konsultan Z/Yen merilis laporan bertajuk “The Global Financial Centres Index
33”. Dalam laporan ini, Z/Yen memaparkan kota-kota yang menjadi pusat ekonomi
dunia pada 2023.
Beberapa indikator yang menjadi penilaian pusat ekonomi dunia adalah
perkembangan sektor kuangan, lingkungan bisnis, sumber daya manusia,
infrastruktur dan reputasi suatu kota. Masing-masing indikator tersebut memiliki
empat komponen dan hasil akhir merupakan kumulasi dari keempat indikator
tersebut.
Dari 120 kota yang dinilai, kota-kota di Amerika Serikat masih mendominasi
peringkat 10 besar. Beberapa kota Negeri Paman Sam yang berpengaruh kuat
terhadap ekonomi dunia adalah New York, San Fransisco, Los Angeles, Chicago
dan Boston.
Tidak hanya Amerika, kota-kota di kawasan Asia turut berperan besar dalam
ekonomi dunia. Sejumlah kota Asia yang masuk ke dalam peringkat 10 besar adalah
Singapura, Hong Kong, Shanghai dan Seoul. Hebatnya, peringkat Singapura dan
Hong Kong tidak bergeser dari peringkat tahun lalu, yaitu masing-masing di
peringkat ketiga dan keempat.
New York sebagai episentrum ekonomi dunia menjadi tempat untuk 330.000 pekerja
di bidang jasa keuangan. Meski demikian, dilaporkan semakin banyak perusahaan
keuangan yang memindahkan kantor pusatnya ke luar kota. Salah satu alasan
utama memindahkan kantor pusat adalah pajak yang lebih rendah di bagian negara
lain.
Meski belum masuk 10 besar, rupanya pengaruh Jakarta terhadap ekonomi dunia
masih terbilang signifikan. Pasalnya, Jakarta menempati peringkat 100 besar, lebih
tepatnya di urutan ke-83 dari 120 negara. Apabila membandingkan dengan
peringkat tahun 2022, Jakarta berhasil naik 12 peringkat dalam kurun waktu satu
tahun.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia mempunyai pengaruh ekonomi yang cukup
besar untuk dunia.

Ini Alasan Indonesia Masih Impor Garam dalam Jumlah Besar Setiap Tahun

Guna memenuhi kebutuhan domestik, Indonesia harus mengimpor garam dalam


jumlah besar setiap tahunnya. Meskipun Indonesia berada di daerah tropis, tidak
semua wilayah cocok untuk memproduksi garam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume impor garam Indonesia
mencapai 2,83 juta ton dengan nilai US$107,5 juta sepanjang 2021. Untuk tahun ini,
pemerintah menargetkan impor garam sebanyak 3 juta ton.

Tingginya impor garam tersebut disebabkan antara lain:

 Garam produksi rakyat belum bisa untuk memenuhi spesifikasi kebutuhan


garam industri.
 Luas lahan produksi garam masih terbatas karena tidak semua wilayah
Indonesia sesuai untuk produksi garam.
 Meskipun terletak di garis khatulistiwa, beberapa wilayah Indonesia sering
diwarnai oleh awan/mendung.

Sementara berdasarkan hasil riset Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan


(KKP), produksi garam nasional seberat 1,09 juta ton pada tahun lalu. Adapun
proyeksi produksi garam tahun ini mencapai 859 ribu ton (prediksi per Juli 2022).
Rendahnya proyeksi produksi garam domestik disebabkan oleh faktor alam (cuaca)
akibat terjadinya La Nina moderat dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang tetap
bertahan pada fase negatif di awal kemarau ini.

“Sekitar 54% wilayah Indonesia, termasuk sejumlah sentra garam nasional telah
mengalami musim kemarau meskipun terpantau masih terjadi hujan,” menurut hasil
riset Litbang KKP.

Beberapa tahun terakhir (2020-2022) sedang berlangsung La Nina Berantai. Kondisi


serupa pernah terjadi pada periode 1973-1975 dan periode 1998-2000 sehingga
mempengaruhi ketersediaan garam pada masa tersebut.
Luas perairan Indonesia 6.400.000 km2, Luas NKRI (darat + Perairan) seluas
8.300.000 km2. Panjang garis pantai 108.000 km.

Wajar saja ucapan “Yang Tak Mau Makan Ikan, Tenggelamkan!” terlontar dari mulut
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Susi sangat gencar mengajak masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi ikan,


sebab tidak hanya kaya gizi, tapi juga kekayaan laut Indonesia dianugerahkan untuk
bisa dinikmati bangsa Indonesia.

Tingginya manfaat dan kaya gizi dengan potensi perikanan yang melimpah
membuat Indonesia langganan 'Top Five' eksportir komoditas ikan. Menurut laporan
Food and Agriculture Organization (FAO) 2022, pasar perikanan laut global memiliki
hasil tangkapan sebesar 78,8 juta ton pada tahun 2020.

Jumlah tersebut turun dari level yang tertinggi pada tahun 2018 mencapai 84,5 juta
ton, dan lebih rendah dari hasil tangkapan pada tahun 2019 yang dapat mencapai
80 juta ton.

FAO dalam laporannya mengatakan, tren penurunan ini terjadi diakibatkan kondisi
Pandemi Covid-19. Aktivitas yang serba terbatas mengganggu daya beli masyarakat
serta distribusi di beberapa negara produsen utama ikan laut di dunia.

Dikutip dari GoodStats.com, berikut lima negara penghasil ikan laut terbesar di dunia
:

1. China

China menjadi negara penghasil ikan laut terbesar di dunia, yakni mencapai 11,70
juta ton pada tahun 2020. Tidak heran, World Atlas mencatat 25 persen atau sekitar
14 juta penduduk di China berprofesi sebagai nelayan. China sebagai negara
pemasok utama tentu sangat berpengaruh akan kondisi perikanan dunia. Guna
mendukung potensi ini, pemerintah China memberikan fasilitas penunjang dan
teknologi yang memadai bagi para nelayan di sana.

2. Indonesia

Berhasil masuk pasar dunia, Indonesia masuk dalam peringkat dua sebagai negara
produsen ikan laut terbesar dengan jumlah 6,43 juta ton. Tentu hal ini bisa
membawa kabar baik bagi perekonomian di Indonesia. Spesies ikan laut yang
berada di Indonesia juga sangat beragam, mulai dari ikan tuna, salmon, dan lain
sebagainya.

3. Peru

Berada di peringkat tiga besar, Peru bisa membawa hasil laut sebesar 5,61 juta ton
pada tahun 2020. Peru banyak dikenal sebagai negara produsen terbesar di dunia,
tetapi kini jumlahnya berkurang karena penangkapan secara berlebihan dan
mengakibatkan kepunahan beberapa jenis ikan.
4. Rusia

Berada di garis pantai yang panjang menjadikan Rusia masuk dalam peringkat 4
negara dengan produksi ikan terbesar di dunia, yakni mencapai 4,79 juta ton. Garis
pantai Rusia termasuk yang terpanjang nomor 4 di dunia setelah garis pantai
Kanada dan Indonesia. FAO mengatakan walaupun masuk dalam daftar negara
produsen utama, Rusia juga akan mengalami sejumlah risiko akibat konflik
kenegaraan antara Rusia dan Ukraina. Dampak dari adanya persoalan ini juga akan
menghambat kegiatan ekspor impor dunia.

5. Amerika Serikat

Tidak mau ketinggalan, Amerika Serikat (AS) masuk dalam peringkat lima besar
tertinggi dengan capaian total produksi mencapai 4,23 juta ton. Perkembangan
sektor produsen perikanan sangat berpotensi di Amerika Serikat.

Zona ekonomi eksklusif (ZEE) merupakan area laut yang menjadi hak suatu negara
untuk melakukan berbagai eksplorasi. Lewat ZEE, suatu negara memiliki hak untuk
sumber daya alam yang tersedia di laut tersebut.

Negara juga berhak menggunakan kebijakan hukum, kebebasan bernavigasi, hingga


melakukan penanaman kabel dan pipa di wilayah ZEE. Selain itu, ZEE dapat
meningkatkan pemasukan negara lantaran bisa dijadikan sebagai destinasi wisata.

Berdasarkan data Institut Internasional Studi Hukum Laut (IILSS), Prancis menjadi
negara dengan ZEE terluas di dunia. Luas ZEE di negara mencapai 11,69 juta
kilometer persegi (km²).

Posisinya diikuti Amerika Serikat dengan luas ZEE mencapai 11,35 juta km². Lalu,
luas wilayah ZEE yang dimiliki Australia sebesar 8,51 juta km².

Kemudian, luas ZEE Rusia tercatat sebesar 7,57 juta km². Sementara Inggris dan
Indonesia masing-masing memiliki luas ZEE sebesar 6,81 juta km² dan 6,16 juta
km².

Adapun, Kanada memiliki ZEE seluas 5,60 juta km². Kemudian luas ZEE yang
dimiliki Jepang mencapai 4,48 juta km².

JAKARTA - Total luas permukaan bumi mencakup 70,8% wilayah perairan dan 29,2%
wilayah darat. Wilayah perairan ini bisa dimanfaatkan dalam segala bidang aspek kehidupan.
Misalnya, sebagai sumber bahan makanan, sumber energi dan pertambangan, selain tentunya
sebagai jalur transportasi. Tak heran jika wilayah laut di setiap negara ini diatur oleh sebuah
aturan terkait batas-batas laut antar negara.
Aturan tersebut adalah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), wilayah yang memiliki hak khusus
dalam hal eksplorasi maupun pemanfaatan sumber daya lautnya. Beberapa negara yang
memiliki wilayah laut terluas, berikut daftarnya.

1. Prancis
Prancis memiliki luas wilayah laut sebesar 11.691.000 km2 dengan persentase 36,7%. Negara
ini dikelilingi oleh Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, Laut Karibia dan Teluk Biscay.
Prancis juga memiliki sungai, di antaranya Rhone, Meuse, Seine dan Loire. Prancis pernah
terlibat dalam permasalahan wilayah lautnya dengan Kanada karena Kanada mengeklaim
wilayah Saint Pierre dan Miquelon.
2. Amerika Serikat (AS)
Amerika Serikat memiliki luas wilayah laut sebesar 11.351.000 km2 dengan persentasenya
sekitar 7,77% dari total luas laut di dunia. Laut di Amerika Serikat di antaranya ialah
Monterey Bay, Gulf of Mexico, The Caribbean Sea, Sargasso Sea, dan Santa Barbara
Channel. Wilayah pesisirnya ada di Samudra Atlantik, Pasifik dan Teluk Meksiko. Amerika
Serikat pernah mengalami perselisihan dengan Kanada atas Laut Beaufort karena daerah
tersebut memiliki cadangan minyak yang cukup besar.

Close Player
Australia memiliki luas wilayah laut sebesar 8.505.348 km2. Australia berbatasan dengan 2
samudera dan 3 laut. Laut yang mengelilinginya ialah Laut Arafura, Laut Karang dan Laut
Tasman. Negara ini juga cukup dikelilingi oleh air. Australia sendiri berbatasan wilayah
lautnya dengan Timor Timur, Selandia Baru, Indonesia, dan Kepulauan Solomon.
4. Rusia
Rusia memiliki luas wilayah laut sebesar 7.566.673 km2. Di Rusia terdapat beberapa lautan
dan samudra. Samudra Arktik mencakup Laut Putih, Laut Barents, Laut Kara, Laut Laptev,
Laut Siberia Timur dan Laut Chukotsk. Samudra Pasifik mencakup Laut Bering, Laut
Okhotsk dan Laut Jepang. Rusia berbatasan dengan Samudra Arktik di utara, Atlantik di
barat, dan Pasifik di Timur.
5. Britania Raya
Britania Raya memiliki luas wilayah laut sebesar 6.805.586 km2. Selat Inggris memisahkan
Britania dengan Prancis di bagian utara. Negara ini dikelilingi wilayah perairan di antaranya
Laut Utara, Selat Inggris, Laut Irlandia dan Samudera Atlantik. Di Britania Raya terdapat
Teluk Liverpool dan Teluk Morecambe, serta memiliki Danau Lough Neagh.

Australia memiliki luas wilayah laut sebesar 8.505.348 km2. Australia berbatasan dengan 2
samudera dan 3 laut. Laut yang mengelilinginya ialah Laut Arafura, Laut Karang dan Laut
Tasman. Negara ini juga cukup dikelilingi oleh air. Australia sendiri berbatasan wilayah
lautnya dengan Timor Timur, Selandia Baru, Indonesia, dan Kepulauan Solomon.
4. Rusia
Rusia memiliki luas wilayah laut sebesar 7.566.673 km2. Di Rusia terdapat beberapa lautan
dan samudra. Samudra Arktik mencakup Laut Putih, Laut Barents, Laut Kara, Laut Laptev,
Laut Siberia Timur dan Laut Chukotsk. Samudra Pasifik mencakup Laut Bering, Laut
Okhotsk dan Laut Jepang. Rusia berbatasan dengan Samudra Arktik di utara, Atlantik di
barat, dan Pasifik di Timur.
5. Britania Raya
Britania Raya memiliki luas wilayah laut sebesar 6.805.586 km2. Selat Inggris memisahkan
Britania dengan Prancis di bagian utara. Negara ini dikelilingi wilayah perairan di antaranya
Laut Utara, Selat Inggris, Laut Irlandia dan Samudera Atlantik. Di Britania Raya terdapat
Teluk Liverpool dan Teluk Morecambe, serta memiliki Danau Lough Neagh.
Kronologi Kasus Impor Garam yang Menjerat Pejabat Kemenperin

Petani memanen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut petani,
meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per
minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu
menurun. (Juni Kriswanto/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Dirjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT)
Kementerian Perindustrian (Kemenperin), MK ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas impor garam industri pada 2016-2022. MK
merupakan Dirjen IKFT Kemenperin pada selama 2012-2022.

Penetapan tersangka tersebut disampaikan Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung, Kuntadi di Kantor Kejagung, Jakarta Selatan,
Rabu (2/11/2022).

"Tim penyidik pada 27 Oktober 2022 telah melakukan gelar perkara, setelah mengumpulkan
alat bukti yang cukup pada Rabu 2 November tim penyidik Kejaksaan Agung telah
menetapkan empat tersangka dalam kasus importasi garam ini," tutur Kuntadi.

Selain MK, Kejagung juga menetapkan FJ selaku Direktur Industri Kimia Farmasi dan
Tekstil Kemenperin, YA selaku Kepala Sub Direktorat Kimia Farmasi dan Tekstil, dan FTT
selaku Ketua Asosiasi Industri Pengelola Garam Indonesia sebagai tersangka dalam kasus
tersebut.

"Adapun modus operandi mereka bersama-sama merekayasa data yang akan dipergunakan
untuk menentukan jumlah kuota. Data yang terkumpul tersebut tanpa diverifikasi, bahkan
direkayasa tanpa didukung data yang cukup, sehingga ketika ditetapkan kuota ekspor terjadi
kelebihan barang. Oleh karenanya maka terjadi penyerapan barang ke pasar garam konsumsi.
Sehingga harga menjadi turun," jelas dia.

Guna memperkuat dakwaan tersebut, Kejagung juga tengah mengusut kasus dugaan tindak
pidana korupsi penyalahgunaan wewenang dalam penentuan kuota, pemberian persetujuan,
pelaksanaan, dan pengawasan impor garam di Kementerian Perdagangan (Kemendag) tahun
2016 sampai dengan 2022.

Kronologi Kasus Impor Garam yang Menjerat Pejabat Kemenperin

Petani memanen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut petani,
meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per
minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu
menurun. (Juni Kriswanto/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Dirjen Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT)
Kementerian Perindustrian (Kemenperin), MK ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan
tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas impor garam industri pada 2016-2022. MK
merupakan Dirjen IKFT Kemenperin pada selama 2012-2022.

Penetapan tersangka tersebut disampaikan Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung, Kuntadi di Kantor Kejagung, Jakarta Selatan,
Rabu (2/11/2022).

"Tim penyidik pada 27 Oktober 2022 telah melakukan gelar perkara, setelah mengumpulkan
alat bukti yang cukup pada Rabu 2 November tim penyidik Kejaksaan Agung telah
menetapkan empat tersangka dalam kasus importasi garam ini," tutur Kuntadi.

Selain MK, Kejagung juga menetapkan FJ selaku Direktur Industri Kimia Farmasi dan
Tekstil Kemenperin, YA selaku Kepala Sub Direktorat Kimia Farmasi dan Tekstil, dan FTT
selaku Ketua Asosiasi Industri Pengelola Garam Indonesia sebagai tersangka dalam kasus
tersebut.

"Adapun modus operandi mereka bersama-sama merekayasa data yang akan dipergunakan
untuk menentukan jumlah kuota. Data yang terkumpul tersebut tanpa diverifikasi, bahkan
direkayasa tanpa didukung data yang cukup, sehingga ketika ditetapkan kuota ekspor terjadi
kelebihan barang. Oleh karenanya maka terjadi penyerapan barang ke pasar garam konsumsi.
Sehingga harga menjadi turun," jelas dia.

Guna memperkuat dakwaan tersebut, Kejagung juga tengah mengusut kasus dugaan tindak
pidana korupsi penyalahgunaan wewenang dalam penentuan kuota, pemberian persetujuan,
pelaksanaan, dan pengawasan impor garam di Kementerian Perdagangan (Kemendag) tahun
2016 sampai dengan 2022.

Meloloskan Kuota

Petani memanen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut petani,
meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per
minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu
menurun. (Juni Kriswanto/AFP)
Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana menyampaikan, pihak Kemendag diduga
meloloskan kuota impor garam sebanyak 3,7 juta ton, atau senilai Rp 2 triliun lebih tanpa
pertimbangan stok garam lokal.

"Bahwa pada tahun 2018 terdapat 21 perusahaan importir garam yang mendapat kuota
persetujuan impor garam industri sebanyak 3.770.346 ton atau dengan nilai sebesar Rp
2.054.310.721.560 tanpa memperhitungkan stok garam lokal dan stok garam industri yang
tersedia sehingga mengakibatkan garam industri melimpah," tutur Ketut dalam
keterangannya, Senin (27/6/2022) silam.

Menurut dia, para importir kemudian mengalihkan secara melawan hukum peruntukan garam
industri menjadi garam konsumsi, dengan perbandingan harga yang cukup tinggi. Sehingga
mengakibatkan kerugian bagi petani garam lokal dan kerugian perekenomian negara.

"Tim Penyelidik telah melakukan permintaan keterangan kepada beberapa orang yang terkait
dan mendapat dokumen-dokumen yang relevan. Setelah dilakukan analisa dan gelar perkara,
disimpulkan bahwa terhadap perkara impor garam industri telah ditemukan adanya peristiwa
pidana. Sehingga dapat ditingkatkan ke tahap penyidikan untuk mengumpulkan bukti-bukti
dan membuat terang peristiwa tersebut, serta menemukan siapa yang bertanggung jawab atas
perbuatan tersebut," paparnya.
Petani memanen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut petani,
meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton per
minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor satu
menurun. (Juni Kriswanto/AFP)
Kejagung sendiri telah menaikkan status kasus dugaan tindak pidana korupsi penyalahgunaan
impor garam industri di Kementerian Perdagangan (Kemendag) di 2018, dari penyelidikan ke
penyidikan.

"Pada 2018 Kementerian Perdagangan menerbitkan aturan impor garam industri pada PT
MTS, PT SM, dan PT UI tanpa melakukan verifikasi, sehingga menyebabkan kelebihan
impor garam industri," tutur Jaksa Agung ST Burhanuddin, Senin (27/6/2022).

Burhanuddin menyayangkan imbas dari kasus tersebut nyatanya merugikan para petani
garam dalam negeri dan UMKM. Dia pun memastikan perkara tersebut akan diusut tuntas.

"Yang lebih menyedihkan lagi, garam ini yang tadinya khusus diperuntukkan untuk industri,
dia dicetak menggunakan SNI, artinya lagi yang seharusnya UMKM yang mendapatkan
rezeki di situ, dari garam industri dalam negeri, ini mereka garam impor dijadikan sebagai
industri Indonesia yang akhirnya yang dirugikan adalah para UMKM, ini adalah sangat
menyedihkan," jelas dia.
Petani mengangkut hasil panen garam di Sidoarjo, Jawa Timur, 16 September 2019. Menurut
petani, meningkatnya produksi garam saat musim kemarau dari lima ton menjadi delapan ton
per minggu, mengakibatkan harga garam di tingkat petani tradisional untuk kualitas nomor
satu menurun. (Juni Kriswanto/AFP)
Keseriusan penanganan kasus tersebut menjadi salah satu alasan Burhanuddin langsung
mengundang Menteri BUMN Erick Thohir dalam konferensi pers. Sebab, kondisi tersebut
turut berimbas pada perusahaan milik negara.

"Akibat perbuatan tersebut telah menimbulkan kerugian keuangan atau perekonomian negara,
sesuai dengan undang-undang bukan hanya atas kerugian negara tapi perekonomian negara,
di mana garam dalam negeri tidak mampu bersaing dengan garam impor, dan pada hari ini
tanggal 27 Juni 2022, tim penyidik melakukan gelar perkara dan berkesimpulan untuk
meningkatkan perkara ke tahap penyidikan," urainya.

"Dan ini juga mempengaruhi usaha PN garam milik BUMN, dimana tidak sanggup bersaing
dengan harga murah yang ditimbulkan. Dan untuk itu saya kenapa meminta Pak Menteri
datang ke sini," pungkas Burhanuddin.

Izin Impor Garam di Kemendag Dikorupsi, Kasusnya Naik Penyidikan Kasus


dugaan korupsi penyelahangunaan impor garam di Kementerian Perdagangan
(Kemendag) tahun 2018 naik ke tingkat penyidikan.

Kejaksaan Agung (Kejagung) resmi menaikkan kasus dugaan korupsi


penyelahangunaan impor garam di Kementerian Perdagangan (Kemendag)
tahun 2018 ke tingkat penyidikan. “Pada hari ini tanggal 27 juni 2022 tim
penyidik melakukan gelar perkara dan berkesimpulan untuk meningkatkan
perkara ke tahap penyidikan,” tutur Jaksa Agung ST Burhanuddin, Senin
(26/06/2022). Sebelumnya, Pada 2018 Kemendag menerbitkan aturan impor
garam industri pada PT MTS, SM, dan GUI tanpa melakukan verifikasi
sehingga menyebabkan kerugian garam impor industri. Burhanuddin
mengatakan tidak terverifikasinya hal tersebut membuat masyarakat termasuk
UMKM tidak dapat merasakan garam industri.

Jaksa Agung menganggap bahwa praktik tersebut cukup ironis karena garam
yang seharusnya dapat disalurkan ke UMKM justru malah di korupsi dan
menjadi kerugian bagi negara. “Artinya yang seharusnya UMKM yang
mendapatkan rezeki di situ, dari garam industri dalam negeri ini mereka garam
impor dijadikan sebagai industri Indonesia yang akhirnya dirugikan adalah
pahlawan UMKM, ini sangat menyedihkan,” ujarnya.

Burhanuddin mengungkapkan melihat implikasi hang besar, kasus ini tidak


hanya merugikan negara tetapi juga namun merugikan perekonomian negara.
Pasalnya, dengan adanya kasus ini membuat perusahaan milik BUMN tidak
dapat bersaing di pasaran. “Hal ini juga mempengaruhi usaha garam milik
BUMN di mana tidak sanggup bersaing dengan harga murah yang ditimbulkan
tadi,” tutur Burhanuddin.

Indonesia negara maritim tapi mengapa harus mengimpor garam?


Rahma, seorang ibu rumah tangga di kawasan Pasar Rumput,
Jakarta Selatan, mengaku harus mengeluarkan Rp3.000 untuk
sebungkus garam. Padahal, sebelum perayaan Idul Fitri, harga
garam merek yang sama hanya mencapai Rp1.000.
Dia tidak habis pikir mengapa garam begitu mahal dan langka.
"Indonesia kan negara maritim, negara kepulauan. Kok bisa garam
mahal?"
"Garam aja mahal, pak. Bingung saya," timpal Sunarto,
tetangganya.

 Kasus beras: Dari penggerebekan hingga harga yang


‘mencekik petani’
 Harga cabai melonjak, pemerintah tuding cuaca sebagai
penyebab
 Pekan pertama Ramadan, harga daging sapi capai
Rp120.000/kg

Kenaikan harga garam dirasakan hingga ke Pontianak, Kalimantan


Barat.
"Di Pontianak itu garam Rp1.000 per kilogram, sekarang Rp4.500
sampai Rp5.000 per kilogram. Kalau kita jual dengan harga Rp4.500
ke pengasinan ikan, harganya nggak masuk. Mau jual berapa ikan
asin ke konsumen?" kata Haji Sulaiman, pengusaha garam.
Apa solusi pemerintah?
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan pemerintah
memutuskan untuk mengimpor garam sebanyak 75.000 ton dari
Australia demi mengatasi kelangkaan garam di sejumlah daerah.
Keputusan itu ditempuh secara hati-hati mengingat pada Juni lalu
kepolisian menangkap direktur utama PT Garam dalam kasus
dugaan penyalahgunaan izin impor dan distribusi garam industri
sebanyak 75.000 ton.
"Supaya tidak ada sesuatu, maka direksi PT Garam kita undang,
'Anda impor 75.000 ton'. Agar hati-hati, ada aturannya. Jelaskan ke
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), jelaskan ke Daglu
(Direktorat Perdagangan Luar Negeri), dan ada Bareskrimnya
supaya jangan ada kekhawatiran impor ada sesuatu lagi," kata
Enggartiasto kepada wartawan.
Proses impor garam, menurutnya, sedang berjalan.
"Dalam minggu ini, Insya Allah, diharapkan sudah mulai masuk dan
terisi."

Keterangan gambar,
Tambak garam di Sidoarjo, Jawa Timur, menggunakan teknologi geomembran yang dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi.
Mengapa harus impor garam?
Keputusan pemerintah untuk mengimpor garam dari Australia
dipandang kalangan industri sebagai sesuatu yang wajar lantaran
adanya ketimpangan antara produksi dan konsumsi garam nasional.
Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia, Cucu Sutara,
mengatakan produksi garam nasional pada 2016 hanya mencapai
144.000 ton dari kebutuhan sebanyak 4,1 juta ton. Adapun dari
kebutuhan 4,1 juta ton, 780.000 ton untuk konsumsi publik,
sedangkan sisanya untuk keperluan industri.
Jika cuaca mendukung, produksi garam Indonesia bisa mencapai
1,9 juta ton per tahun.
Apa penyebab produksi garam nasional minim?
Faktor cuaca adalah penyebab utama produksi garam nasional
begitu minim selama setahun terakhir, menurut Sekjen Asosiasi
Industri Pengguna Garam Indonesia, Cucu Sutara.
"Hujan terus-menerus karena La Nina menghambat produksi," ujar
Cucu.
Selain cuaca, hal lainnya yang membuat jumlah produksi garam di
Indonesia relatif sedikit ialah proses pembuatan garam secara
tradisional.
"Kita masih mengandalkan matahari dan masih memakai alat
sederhana, yaitu pengeruk kayu dan kincir angin. Jangankan bicara
kualitas, bicara peningkatan kapasitas juga sulit," tambahnya.
Dia mencontohkan bahwa satu hektare tambak hanya bisa
menghasilkan 70 ton garam. "Itu pun dengan cuaca bagus, apalagi
sekarang cuacanya tidak bagus."

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES


Keterangan gambar,
Indonesia memang negara maritim, namun hanya segelintir lahan yang dijadikan lokasi
tambak garam, kata Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia, Cucu Sutara.
Bukankah Indonesia negara maritim sehingga garam berlimpah?
Indonesia memang merupakan negara dengan garis pantai
terpanjang kedua di dunia dengan panjang 99.093 kilometer.
Faktanya, hanya segelintir di antara puluhan ribu kilometer pantai
itu yang bisa dijadikan lokasi tambak garam.
"Lahan yang cocok dijadikan lokasi tambak garam hanya 26.024
hektare. Bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan garis
pantai terpanjang di dunia sehingga produksi garamnya berlimpah,
itu mitos," kata Sekjen Asosiasi Industri Pengguna Garam
Indonesia, Cucu Sutara.
Dia menambahkan, lokasi tambak garam sangat dipengaruhi
sejumlah faktor, antara lain air laut dan tanah lokasi.
Bagaimana solusi ideal?
Pengamat dari lembaga Institute for Development of Economics and
Finance (INDEF), Bhima Yudistira, mendorong pemerintah untuk
berpihak kepada petambak garam. Menurutnya, impor tidak bisa
terus dijadikan jalan pintas tanpa solusi jangka panjang.
"Keberpihakan pemerintah kepada petani garam kelihatannya
belum menjadi prioritas utama," ujar Bhima.
Dia mengakui pemerintah memiliki Pugar, program untuk garam
rakyat.
"Sangat disayangkan bahwa, dari jumlah peningkatan produksi,
Pugar ini hanya mencapai target sebesar 50%. Realisasi bantuan
kepada petambak garam juga tidak pernah mencapai 100%. Lalu
tidak ada bantuan teknologi," katanya.

SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES


Keterangan gambar,
Seorang petambak garam di Madura, Jawa Timur, menggunakan pengeruk kayu.

Akhir dari Podcast


Bhima menyoroti rantai penyediaan garam begitu panjang sehingga
petambak garam tidak pernah merasakan keuntungan besar ketika
harga garam naik.
Dia lalu merujuk data KIARA (koalisi rakyat untuk keadilan
perikanan) dalam lima tahun terakhir.
Data itu menyebutkan jumlah petani tambak garam di Indonesia
menurun drastis, yakni dari 30.668 jiwa pada tahun 2012 menjadi
21.050 jiwa di 2016. Artinya, ada sekitar 8.400 petani garam yang
alih profesi.
Sebagian besar menjadi buruh kasar atau pekerjaan informal
lainnya dan berkontribusi terhadap fenomena migrasi kemiskinan
dari desa ke kota.
"Dari perspektif industri, lebih baik impor garam karena rantai
pasokannya ringkas. Kalau membeli produk garam lokal, ada tujuh
mata rantai dan tiap mata rantai ada biayanya sehingga ketika
sampai ke level konsumen jadi lebih mahal," katanya.
Karena itu, menurut Bhima, pemerintah harus punya skema yang
jelas agar swasembada garam dapat terwujud.
"Anomali cuaca itu bukan tahun ini saja kok, sudah lima tahun
cuaca tidak begitu bagus. Jadi ada banyak hal yang harus
direncanakan jauh hari, harus ada roadmap yang jelas soal garam.
Bagaimanapun juga garam tetap penting," tutup Bhima.

Anda mungkin juga menyukai