Revisi 1 Artikel 1
Revisi 1 Artikel 1
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia
*vioniyulianti@gmail.com
Abstract — Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorben yang dialirkan pada suhu tetap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut,
pH, dan temperature. Absorben yang digunakan adalah arang yang dilarutkan dengan menggunakan larutan asam oksalat
dengan 6 variasi konsentrasi. Prinsip percobaan adsorpsi isoterm didasarkan pada teori freundlich yaitu banyaknya zat yang di
adsorpsi pada temperatur tetap (isoterm) dalam oleh suatu adsorben tergantung dari konsentrasi dan kereaktif adsorbat zat
tertentu. Percobaan kali ini menggunakan Absorpsi secara fisika karena adanya gaya Van der walls antara absorben dengan
adsorbat yang digunakan, sehingga proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaan larutan dan cenderung mudah lepas atau tidak
kuat.
Keywords — Adsorpsi isoterm, adsorben, adsorbat, teori Freundlich, gaya Van der walls.
I. PENDAHULUAN
Lapisan antara padatan dan gas sangat penting dalam
industri, seperti dalam reaksi-reaksi antara gas dengan logam
sebagai katalis. Jika partikel gas itu diserap hanya pada
permukaan zat padat disebut adsorpsi , contohnya NO2- dalam
campuran alloy Cu dan Pd (Gambar 1). Padatannya disebut
adsorben dan partikel gas yang diserap disebut adsorbat
keduanya tidak terlalu tajam. Pada adsorpsi fisika terjadi gaya faktor sifat dan luas permukaan adsorben, karena perbedaan
van der Waals yang lemah antara gas dengan padatan. Dalam struktur permukaan padatan maka adsorpsi suatu padatan
adsobsi kumia terjadi ikatan kimia yang relatif kuat. Pada berbeda dari padatan lain terhadap gas yang sama. Penambahan
adsorpsi kimia terjadi pembentukan dan pemutusan ikatan, luas permukaan adsorbent jelas akan menambah jumlah gas
tetapi perubahan entalphi ( H ) selalu negatif (eksotermik). yang diadsorpsi. Pada faktor jenis gas, adsorpsi suatu gas dalam
Nilai S juga negatif karena gas yang teradsorpsi lebih teratur suatu adsorbent berbeda dengan adsorpsi gas lain, seperti pada
dari gas keadaan bebas. Karena ∆G = ∆H - T∆S, maka asdsorpsi Tabel 2. Perbedaan itu disebabkan perbedaan daya tarik
adalah proses spontan menuju kesetimbangan sehingga ∆G =0. permukaan terhadap molekul gas. Daya serap itu ada
hubungannya dengan suhu kritis gas yang diserap. Dari data
Perubahan entalphi adsorpsi kimia biasanya lebih besar dari tabel ternyata makin besar suhu kritis gas makin besar pula
adsorpsi fisika (Tabel 15.1). Pada adsorpsi kimia terbentuk daya serapnya.
monolayer gas yang menutupi permukaan padatan sehingga
tidak dapat lagi terjadi reaksi antara gas yang lain d engan Tabel 2. Adsorpsi arang (C) terhadap beberapa gas pada
padatan yang telah tertutup itu. Pada adsorpsi fisika dapat 15C.
terjadi monolayer pertama, kedua, ketiga, dst. Perubahan Gas Volume gas yang Suhu kritis gas
entalphi dalam pembentukan monolayer pertama ditentukan diadsorpsi (mL/1 (K)
oleh gaya van der Waals antara gas dan padatan. Untuk layer gr arang)
kedua, ketiga, dst. bergantung pada gaya antara gas dengan gas H2 4.7 33
sehingga H -nya hampir sama dengan kondensasi gas menjadi N2 8.0 126
cair. Walaupun hanya ada satu layer pada adsorpsi kimia, tetapi CO 9.3 134
dapat terjadi layer kedua, ketiga yang bersifat adsorpsi fisika. CH4 16.2 190
CO2 48 304
Tabel 1.Sifat adsorpsi fisika dan kimia HCl 72 324
Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia H2 S 99 373
NH3 181 400
1. Kalor adsorpsi < 40 1. Kalor adsorpsi > 80 Cl2 235 417
kJ/mol kJ/mol SO2 380 430
2. Adsorpsi hanya 2. Adsorpsi dapat pada
dibawah titik didih suhu tinggi Pada faktor suhu, adsorpsi gas pada padatan membentuk
adsoban kesetimbangan antara gas yang teradsorpsi dengan gas yang
3. Pertambahan terdapat pada ruang (udara) di atas permukaan padatan.
3. Pertambahan
kenaikan adsorpsi A (adsorpsi) A(udara)
kenaikan adsorpsi
berkurang dengan Sebagai suatu kesetimbangan, maka adsorpsi akan
bertambah akibat
kenaikan tekanan dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu secara umum akan
kenaikan tekanan
gas mengurangi jumlah gas yang teradsorpsi, dan sebaliknya
gas
4. Adsorpsi penurunan suhu menambah adsorpsi. Sebagai contoh gas N2
4. Jumlah adsorpsi
bertekanan 600 mmHg akan teradsorpsi 10 mL tiap gram arang
dipengaruhi oleh
pada permukaan
baik gas maupun pada suhu 0C. Pada suhu -29C adsorpsi menjadi 20 mL dan
lebih besar
adsorben pada suhu -78C menjadi 45 mL. Data ini menunjukan bahwa
pengaruh gas
adsorpsi adalah proses eksotermal, yaitu terjadi pelepasan kalor
dibandingkan
5. Ada energi aktivasi yang disebut kalor adsorpsi. Pada faktor tekanan gas, tekanan
pengaruh adsorbent
dalam proses parsial gas di permukaan adsorben mempengaruhi adsorpsinya.
5. Tidak ada energi adsorpsi Makin tinggi tekanan itu makin besar adsorpsi, tetapi hubungan
aktivitas dalam Adsorpsi hanya monolayer tidak selalu linier tetapi bergantung pada tipe adsorpsi (Gambar
prosesadsorpsi 3).
Dapat terjadi multilayer
adalah type II, yaitu terjadi kenaikan tanpa batas bila tekanan
gas N2 diperbesar, karena setelah terbentuk layer pertama
dilanjutkan layer kedua, ketiga dan seterusnya menjadi
multilayer. Kebanyakan adsorpsi gas termasuk type II.
dengan V = volume gas (pada STP) yang diserap per gram Persamaan Isotermis BET
adsorbent. Jika ini dibalik dan kemudian dikalikan dengan P Gejala pada tipe I dapat dijelaskan dengan model Langmuir
dihasilkan P / V = 1 / (b 𝑉𝑚 ) + P/𝑉𝑚 . Bila dinyatakan 1/b = d (d (yang telah dibahas) bahwa gas teradsorpsi dengan ketebalan
adalah konstanta) didapat satu molekul atau monolayer. Kemudian type II s/d V hanya
𝑃 𝑑 𝑃 dapat diterangkan dengan postulat Brunauer-Emmel-Teller
= +
𝑉 𝑉𝑚 𝑉𝑚 (BET) yang menyatakan bahwa gas dapat membentuk
Persamaan ini disebut persamaan adsorpsi isotermik multilayer.
Langmuir yang merupakan persamaan garis lurus dengan BET menurunkan persamaan dari dua persamaan monolayer
variabel P/V dan P, serta tg α = 1/Vm (Gambar 5). adsorpsi isotermik. Hasilnya adalah
Persamaan Langmuir cukup sesuai untuk adsorpsi kimia 𝑃 1 𝐶−1 𝑃
= +( )
𝑉 (𝑃−𝑃) 𝑉𝑚 𝐶 𝑉𝑚 𝐶 𝑃
yang permukaan adsorben yang uniform.
dengan V = volume gas yang teradsorpsi pada suatu P dan
Persamaan Isotermis Freundlich Ingat bahwa persamaan
T, Vm = volume gas yang teradsorpsi pada Po , Po = tekanan
Langmuir cukup sesuai untuk adsorpsi kimia yang permukaan
uap jenuh adsorpsi pada T dan C = konstanta.
adsorbent yang uniform, jika tidak maka persamaan itu tidak
Persamaan BET merupakan persamaan garis lurus dengan
dapat dipakai. Untuk mengatasi kesulitan itu Freundlich
variabel P /V (Po -P) − dan P/ Po serta tgα = Vm/C. Setelah
melakukan revisi dan menghasilkan persamaan Freundlich.
membuat grafik (garis) tersebut dapat diukur sudut α, sehingga
V = kPa
dapat diketahui nilai Vm dan C.
Konstanta C pada suhu T secara pendekatan dapat pula
dinyatakan sebagai
C = e (EI-EL)/RT
dengan EI = kalor adsorpsi lapisan pertama, dan EL = kalor
pencairan gas. Makin besar kalor adsorpsi (E I ) makin
cenderung gas teradsorpsi, sedangkan makin besar kalor
pencairan (EL) makin cenderung gas mencair pada padatan.
Dari nilai EI dan nilai EL ini dapat dijelaskan bentuk grafik
isotermik type I s/d V.
Adsorpsi zat terlarut oleh padatan umumnya sama dengan
Gambar 5. Aplikasi persamaan Langmuir pada adsorpsi gas adsorpsi gas oleh padatan. Beberapa adsorbsen efektif
H2 pada serbuk Cu dengan suhu 25oC. mengadsorpsi zat terlarut. Kenaikan suhu mengurangi adsorpsi
dan jika permukaan padatan diperluas maka adsorpsi
dengan k adalah konstanta dan a juga konstanta bernilai 0 < bertambah. Seperti pada adsorpsi gas, adsorpsi zat terlarut pada
a < 1. Persamaan ini dapat diubah jadi logV = log k + a log P . padatan juga membentuk kesetimbangan antara zat yang
Dengan log k dan log P sebagai variabel didapat garis lurus teradsorpsi dengan zat dalam larutan. Bila konsentrasi larutan
seperti pada Gambar 6. Pada gambar ini terlihat bahwa ditambah maka terjadi kenaikan adsorpsi, yang ditentukan
persamaan Freundlich cocok untuk gas bertekanan rendah. dengan dua persamaan berikut ini.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir hanya berlaku untuk
adsorpsi lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan zat padat
yang homogen. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara
teoritis dengan menganggap terjadinya suatu kesetimbangan
antara molekul yang diadsorpsi dan molekul yang masih bebas.
Isoterm tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑐 1 1
= 𝑥 + 𝑥
𝑥\𝑚 𝑎 ( ) ( )
𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠
c = konsentrasi molekul zat terlarut yang bebas (yang
terdapat dalam larutan)
x = jumlah mol zat terlarut yang teradsorpsi oleh m gram
Gambar 6. Aplikasi persamaan Freundlich dalam adsorpsi
adsorben
N2 pada mika pada 90oC.
a = tetapan
II. METODE
• Data ke-2 𝑏=
∑ 𝑦𝑥 ∑ 𝑥−𝑛 ∑ 𝑦 ∑ 𝑥 2
=
450,06 −397,82
= - 0,82
n = M.V ∑ 𝑥 ∑ 𝑥−𝑛 ∑ 𝑥 2 188,51−251,52
= 0,112 M. 3 Ml
= 0,336 mmol
Grafik
• Data ke-3
n = M.V
= 0,03 M. 6 Ml
= 0,18 mmol
• Data ke-4
n = M.V
= 0,00175 M. 12 Ml
= 0,021 mmol
• Data ke-5
n = M.V
= 0,00025 M. 6 Ml
= 0,0015 mmol
• Data ke-6
n = M.V
= 0,00006 M. 6 Ml B. Pembahasan
= 0,00036 mmol Pada praktikum dengan judul Absorpsi isoterm dengan
menggunakan larutan asam oksalat dengan 6 variasi
Slope
𝑌 0,09 − 3,60 konsentrasi. Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat
= teradsorpsi per gram adsorben yang dialirkan pada suhu tetap
𝑋 0,69 − 4,22
(Marilyn.L.E, 2012)
= 0,9943
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi
Tabel Pengamatan adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben,
kelarutan zat terlarut, pH, dan temperatur (khopkar,1990;
Y X YX X2 atkins, 1996).
0,22 0,69 0,15 0,3969
0,47 0,95 0,44 0,9025 Absorben yang digunakan adalah rang atau norit. Sebelum
0,09 1,52 0,13 2,3104 digunakan Arang telah diaktifkan terlebih dahulu dengan cara
1,67 2,75 4,59 7,5625 dipanaskan. Hal ini agar pori-pori arang semakin besar dan hal
3,60 3,60 12,96 12,96 ini mempermudah penyerapan karena semakin luas permukaan
3,44 4,22 14,51 17,80 absorben maka daya serap nya pun semakin tinggi (Kateren,
∑𝑦 ∑𝑥 ∑𝑦 ∑ 𝑥2 1987).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa zat padat dapat mengadsorpsi gas dalam
jumlah tertentu, karena permukaan kontak yang luas. Adsorpsi
karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami
penurunan dari percobaan 1 hingga 6. Hal ini diakibatkan
karena asam oksalat telah di adsorpsi oleh orang aktif.
LAMPIRAN
Asam oksalat yang dicampur dengan arang aktif Larutan asam oksalat di tritasi dengan NaOH
Penyaringan Hasil titrasi asam oksalat yang dicampur dengan arang aktif
Larutan Asam Oksalat ditetesi dengan indicator PP Hasil titrasi asam oksalat untuk standarisasi