Anda di halaman 1dari 9

Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

ADSORPSI ISOTERM ZAT TERLARUT


Aldi Sutisna1, Indah Handini Putri2, Vioni Yulianti*3
1,3
Depertemen Kimia, Universitas Negeri Padang
Universitas Negeri Padang, Air Tawar Barat, Padang, Sumatera Barat, Indonesia

*vioniyulianti@gmail.com

Abstract — Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram adsorben yang dialirkan pada suhu tetap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut,
pH, dan temperature. Absorben yang digunakan adalah arang yang dilarutkan dengan menggunakan larutan asam oksalat
dengan 6 variasi konsentrasi. Prinsip percobaan adsorpsi isoterm didasarkan pada teori freundlich yaitu banyaknya zat yang di
adsorpsi pada temperatur tetap (isoterm) dalam oleh suatu adsorben tergantung dari konsentrasi dan kereaktif adsorbat zat
tertentu. Percobaan kali ini menggunakan Absorpsi secara fisika karena adanya gaya Van der walls antara absorben dengan
adsorbat yang digunakan, sehingga proses adsorpsi hanya terjadi pada permukaan larutan dan cenderung mudah lepas atau tidak
kuat.

Keywords — Adsorpsi isoterm, adsorben, adsorbat, teori Freundlich, gaya Van der walls.

I. PENDAHULUAN
Lapisan antara padatan dan gas sangat penting dalam
industri, seperti dalam reaksi-reaksi antara gas dengan logam
sebagai katalis. Jika partikel gas itu diserap hanya pada
permukaan zat padat disebut adsorpsi , contohnya NO2- dalam
campuran alloy Cu dan Pd (Gambar 1). Padatannya disebut
adsorben dan partikel gas yang diserap disebut adsorbat

Gambar 2. Absorbsi zat cair atau gas dalam kobon aktif

Biasanya permukaan padatan kasar sehingga sulit


menentukan luas permukaan padatan yang sebenarnya. Maka
dalam adsorbent dinyatakan dalam satuan massa sedangkan gas
adsorbate dinyatakan dalam satuan volume (ml) gas STP (0oC
Gambar 1. Absorbsi NO2- pada alloy Cu-Pd
dan 1 atm), sehingga :
𝑣𝑜𝑙 𝑔𝑎𝑠 (𝑆𝑇𝑃)𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑡 𝑚𝐿
Jika zat cair atau gas masuk ke dalam butiran-butiran bagian Satuan adsorpsi = = = mL gram-1
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑏𝑒𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑚
dalam padatandisebut absorbsi, contohnya uap air pada karbon Pada T dan P tertentu, volume (V) gas yang diadsorpsi
aktif (Gambar 2). berbanding lurus dengan jumlah mol gas per gram adsorbent.
Adsorpsi pada suhu tetap ini disebut adsorpsi isotermik.
Adsobsi pada padatan dapat berupa adsorpsi fisika
(fisisorpsi) atau adsorpsi kimia (chemisorpsi) tetapi perbedaan

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 1


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

keduanya tidak terlalu tajam. Pada adsorpsi fisika terjadi gaya faktor sifat dan luas permukaan adsorben, karena perbedaan
van der Waals yang lemah antara gas dengan padatan. Dalam struktur permukaan padatan maka adsorpsi suatu padatan
adsobsi kumia terjadi ikatan kimia yang relatif kuat. Pada berbeda dari padatan lain terhadap gas yang sama. Penambahan
adsorpsi kimia terjadi pembentukan dan pemutusan ikatan, luas permukaan adsorbent jelas akan menambah jumlah gas
tetapi perubahan entalphi ( H ) selalu negatif (eksotermik). yang diadsorpsi. Pada faktor jenis gas, adsorpsi suatu gas dalam
Nilai S juga negatif karena gas yang teradsorpsi lebih teratur suatu adsorbent berbeda dengan adsorpsi gas lain, seperti pada
dari gas keadaan bebas. Karena ∆G = ∆H - T∆S, maka asdsorpsi Tabel 2. Perbedaan itu disebabkan perbedaan daya tarik
adalah proses spontan menuju kesetimbangan sehingga ∆G =0. permukaan terhadap molekul gas. Daya serap itu ada
hubungannya dengan suhu kritis gas yang diserap. Dari data
Perubahan entalphi adsorpsi kimia biasanya lebih besar dari tabel ternyata makin besar suhu kritis gas makin besar pula
adsorpsi fisika (Tabel 15.1). Pada adsorpsi kimia terbentuk daya serapnya.
monolayer gas yang menutupi permukaan padatan sehingga
tidak dapat lagi terjadi reaksi antara gas yang lain d engan Tabel 2. Adsorpsi arang (C) terhadap beberapa gas pada
padatan yang telah tertutup itu. Pada adsorpsi fisika dapat 15C.
terjadi monolayer pertama, kedua, ketiga, dst. Perubahan Gas Volume gas yang Suhu kritis gas
entalphi dalam pembentukan monolayer pertama ditentukan diadsorpsi (mL/1 (K)
oleh gaya van der Waals antara gas dan padatan. Untuk layer gr arang)
kedua, ketiga, dst. bergantung pada gaya antara gas dengan gas H2 4.7 33
sehingga H -nya hampir sama dengan kondensasi gas menjadi N2 8.0 126
cair. Walaupun hanya ada satu layer pada adsorpsi kimia, tetapi CO 9.3 134
dapat terjadi layer kedua, ketiga yang bersifat adsorpsi fisika. CH4 16.2 190
CO2 48 304
Tabel 1.Sifat adsorpsi fisika dan kimia HCl 72 324
Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia H2 S 99 373
NH3 181 400
1. Kalor adsorpsi < 40 1. Kalor adsorpsi > 80 Cl2 235 417
kJ/mol kJ/mol SO2 380 430
2. Adsorpsi hanya 2. Adsorpsi dapat pada
dibawah titik didih suhu tinggi Pada faktor suhu, adsorpsi gas pada padatan membentuk
adsoban kesetimbangan antara gas yang teradsorpsi dengan gas yang
3. Pertambahan terdapat pada ruang (udara) di atas permukaan padatan.
3. Pertambahan
kenaikan adsorpsi A (adsorpsi)  A(udara)
kenaikan adsorpsi
berkurang dengan Sebagai suatu kesetimbangan, maka adsorpsi akan
bertambah akibat
kenaikan tekanan dipengaruhi oleh suhu. Kenaikan suhu secara umum akan
kenaikan tekanan
gas mengurangi jumlah gas yang teradsorpsi, dan sebaliknya
gas
4. Adsorpsi penurunan suhu menambah adsorpsi. Sebagai contoh gas N2
4. Jumlah adsorpsi
bertekanan 600 mmHg akan teradsorpsi 10 mL tiap gram arang
dipengaruhi oleh
pada permukaan
baik gas maupun pada suhu 0C. Pada suhu -29C adsorpsi menjadi 20 mL dan
lebih besar
adsorben pada suhu -78C menjadi 45 mL. Data ini menunjukan bahwa
pengaruh gas
adsorpsi adalah proses eksotermal, yaitu terjadi pelepasan kalor
dibandingkan
5. Ada energi aktivasi yang disebut kalor adsorpsi. Pada faktor tekanan gas, tekanan
pengaruh adsorbent
dalam proses parsial gas di permukaan adsorben mempengaruhi adsorpsinya.
5. Tidak ada energi adsorpsi Makin tinggi tekanan itu makin besar adsorpsi, tetapi hubungan
aktivitas dalam Adsorpsi hanya monolayer tidak selalu linier tetapi bergantung pada tipe adsorpsi (Gambar
prosesadsorpsi 3).
Dapat terjadi multilayer

Adsorpsi gas pada adsorben dipengaruhi oleh beberapa


faktor yaitu jumlah gas yang diserap bergantung pada sifat dan
luas permukaan adsorben, jenis gas, suhu dan tekanan gas. Pada

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 2


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

adalah type II, yaitu terjadi kenaikan tanpa batas bila tekanan
gas N2 diperbesar, karena setelah terbentuk layer pertama
dilanjutkan layer kedua, ketiga dan seterusnya menjadi
multilayer. Kebanyakan adsorpsi gas termasuk type II.

Pada 1918 Langmuir merumuskan suatu model (teori) tentang


adsorpsi isotermis gas pada padatan. Dia berasumsi bahwa : (1)
permukaan padatan uniform, (2) tidak ada interaksi antara
molekul gas, (3) molekul gas teradsorpsi pada site khusus, (4)
Gambar 3.Type adsorpsi isotermik. hanya terbentuk monolayer, dan (5) terjadi kesetimbangan
Pada tipe I hanya terjadi adsorpsi monolayer (lapisan sehingga gas yang teradsorpsi sama jumlahnya yang desorbsi
pertama) dan tidak ada pencairan gas. Akibatnya adsorpsi (kebalikan adsorpsi).
bertambah dengan kenaikan tekanan sampai monolayer
Misalkan sekeping padatan mempunyai site sebanyak N
terbentuk sempurna. Setelah itu adsorpsi stabil dengan
buah dan bagian yang terisi gas sebesar θ. Pada keadaan
kenaikan tekanan.
setimbang, laju desorbsi akan berbanding lurus dengan θ N,
Pada tipe II terjadi lapisan pertama dan kemudian lapisan
sehingga
kedua. Gas pada permukaan padatan ada dua proses yang
desorbsi = kd θ N
terjadi, pertama adsorpsi molekul gas (tetap berupa gas) dan
dengan kd = konstanta pada suatu suhu. Laju adsorpsi
kedua terjadi pencairan gas pada pemukaan itu. Energi untuk
berbanding lurus dengan laju kolisi molekul gas dengan site
adsobsi disebut energi adsorpsi lapisan pertama (EI ) dan energi
yang kosong. Jadi laju kolisi juga berbanding lurus dengan
pencairan gas (EL).
tekanan gas (P) dan jumlah site yang kosong (1- θ)N, sehingga
Makin besar kalor adsorpsi (EI) makin cenderung gas
adsorpsi = kd P (1- θ) N
teradsorpsi, sedangkan makin besar kalor pencairan (EL) makin
Karena desorpsi dan adsorpsi sama maka
cenderung gas mencair pada padatan. Dalam grafik tampak ada 𝑘𝑎 𝑃 (𝑘𝑎 /𝑘𝑑 ) 𝑃 𝑏𝑃
dua kali kenaikan yang menunjukan bahwa adsorpsi lebih θ= = 𝑘 =
𝑘𝑎 + 𝑘𝑎 𝑃 1+( 𝑎 )𝑃 1+𝑏𝑃
𝑘𝑑
dominan dari pencairan gas atau EI > EL.
dengan θ = bagian site yang terisi gas, dan b = (𝑘𝑎 /𝑘𝑑 ), yaitu
Pada tipe III terjadi kenaikan adsorpsi secara monoton dan
konstanta yang nilainya bergantung suhu.
tidak menunjukan adanya lapisan kedua. Hal ini disebabkan
Site pada permukaan tidak semua terisi pada suatu tekanan
pencairan gas lebih dominan dari adsorpsi atau EI < EL.
P. Tetapi bila tekanan diperbesar sampai nilai maksimum (Pm)
Pada tipe IV terjadi tidak hanya lapisan-lapisan adsorpsi
maka semua site terisi sehingga pada semua permukaan
tetapi juga pencairan gas pada pori-pori adsorbent. Dalam hal
terbentuk monolayer. Perbandingan site yang terisi pada P dan
ini adsorpsi lebih menonjol dari pencairan EI > EL atau
pada Pm adalah (θ). Dengan demikian
sehingga dalam grafik terlihat ada lapisan. 𝑉
Pada tipe V sama dengan tipe IV, tetapi pencairan lebih θ=
𝑉𝑚
menonjol dari adanya adsorpsi, sehingga grafik naik monoton dengan V = volume gas yang teradsorpsi pada P dan Vm =
dan juga terlihat lapisan. volume gas yang teradsorpsi pada Pm. Substitusi kedua
Contohnya hubungan adsorbs gas yang diserap (pada STP) persamaan di atas menghasilkan
dengan tekanan parsial gas pada suhu tetap seperti pada 𝑉𝑚 𝑏𝑃
V=
1+𝑏𝑃
Gambar 4. Adsorpsi O2 pada arang (C) meningkat dengan
kenaikan tekanan sampai batas tertentu. Hal ini disebabkan
Jika 𝑉𝑚 𝑏 = 𝑐 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎, 𝑚𝑎𝑘𝑎
terbentuk monolayer dan setelah itu tidak terjadi adsorpsi (lapis 𝑐𝑃
kedua) sehingga termasuk type I. Adsorpsi N 2 pada silika gel V=
1+𝑏𝑃

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 3


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

dengan V = volume gas (pada STP) yang diserap per gram Persamaan Isotermis BET
adsorbent. Jika ini dibalik dan kemudian dikalikan dengan P Gejala pada tipe I dapat dijelaskan dengan model Langmuir
dihasilkan P / V = 1 / (b 𝑉𝑚 ) + P/𝑉𝑚 . Bila dinyatakan 1/b = d (d (yang telah dibahas) bahwa gas teradsorpsi dengan ketebalan
adalah konstanta) didapat satu molekul atau monolayer. Kemudian type II s/d V hanya
𝑃 𝑑 𝑃 dapat diterangkan dengan postulat Brunauer-Emmel-Teller
= +
𝑉 𝑉𝑚 𝑉𝑚 (BET) yang menyatakan bahwa gas dapat membentuk
Persamaan ini disebut persamaan adsorpsi isotermik multilayer.
Langmuir yang merupakan persamaan garis lurus dengan BET menurunkan persamaan dari dua persamaan monolayer
variabel P/V dan P, serta tg α = 1/Vm (Gambar 5). adsorpsi isotermik. Hasilnya adalah
Persamaan Langmuir cukup sesuai untuk adsorpsi kimia 𝑃 1 𝐶−1 𝑃
= +( )
𝑉 (𝑃−𝑃) 𝑉𝑚 𝐶 𝑉𝑚 𝐶 𝑃
yang permukaan adsorben yang uniform.
dengan V = volume gas yang teradsorpsi pada suatu P dan
Persamaan Isotermis Freundlich Ingat bahwa persamaan
T, Vm = volume gas yang teradsorpsi pada Po , Po = tekanan
Langmuir cukup sesuai untuk adsorpsi kimia yang permukaan
uap jenuh adsorpsi pada T dan C = konstanta.
adsorbent yang uniform, jika tidak maka persamaan itu tidak
Persamaan BET merupakan persamaan garis lurus dengan
dapat dipakai. Untuk mengatasi kesulitan itu Freundlich
variabel P /V (Po -P) − dan P/ Po serta tgα = Vm/C. Setelah
melakukan revisi dan menghasilkan persamaan Freundlich.
membuat grafik (garis) tersebut dapat diukur sudut α, sehingga
V = kPa
dapat diketahui nilai Vm dan C.
Konstanta C pada suhu T secara pendekatan dapat pula
dinyatakan sebagai
C = e (EI-EL)/RT
dengan EI = kalor adsorpsi lapisan pertama, dan EL = kalor
pencairan gas. Makin besar kalor adsorpsi (E I ) makin
cenderung gas teradsorpsi, sedangkan makin besar kalor
pencairan (EL) makin cenderung gas mencair pada padatan.
Dari nilai EI dan nilai EL ini dapat dijelaskan bentuk grafik
isotermik type I s/d V.
Adsorpsi zat terlarut oleh padatan umumnya sama dengan
Gambar 5. Aplikasi persamaan Langmuir pada adsorpsi gas adsorpsi gas oleh padatan. Beberapa adsorbsen efektif
H2 pada serbuk Cu dengan suhu 25oC. mengadsorpsi zat terlarut. Kenaikan suhu mengurangi adsorpsi
dan jika permukaan padatan diperluas maka adsorpsi
dengan k adalah konstanta dan a juga konstanta bernilai 0 < bertambah. Seperti pada adsorpsi gas, adsorpsi zat terlarut pada
a < 1. Persamaan ini dapat diubah jadi logV = log k + a log P . padatan juga membentuk kesetimbangan antara zat yang
Dengan log k dan log P sebagai variabel didapat garis lurus teradsorpsi dengan zat dalam larutan. Bila konsentrasi larutan
seperti pada Gambar 6. Pada gambar ini terlihat bahwa ditambah maka terjadi kenaikan adsorpsi, yang ditentukan
persamaan Freundlich cocok untuk gas bertekanan rendah. dengan dua persamaan berikut ini.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir hanya berlaku untuk
adsorpsi lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan zat padat
yang homogen. Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara
teoritis dengan menganggap terjadinya suatu kesetimbangan
antara molekul yang diadsorpsi dan molekul yang masih bebas.
Isoterm tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑐 1 1
= 𝑥 + 𝑥
𝑥\𝑚 𝑎 ( ) ( )
𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠
c = konsentrasi molekul zat terlarut yang bebas (yang
terdapat dalam larutan)
x = jumlah mol zat terlarut yang teradsorpsi oleh m gram
Gambar 6. Aplikasi persamaan Freundlich dalam adsorpsi
adsorben
N2 pada mika pada 90oC.
a = tetapan

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 4


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

𝑥 = Adsorpsi dan Absorpsi merupakan proses kimia fisika yang


( ) kapasitas monolayer
𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠
menggambarkan kemampuan suatu zat dalam berikatan dengan
Persamaan Isoterm Freundlich adalah persamaan empiris
zat lainnya. Adsorpsi menunjukkan adanya penyerapan zat
(yaitu tidak dapat diturunkan secara teoritis). Persamaan
pada bagian permukaan bahan penyerap sedangkan Absorpsi
isoterm tersebut adalah sebagai berikut:
terjadi pengikatan pada seluruh bagian penyerap. Fenomena
adsorpsi dan Absorpsi sering digunakan untuk pemisahan zat
x /m = kc 1/n
misalnya penyaringan zat zat pengotor yang terdapat pada air
n = tetapan empiris
minum (Ariesta, 2017).
k = tetapan
x = jumlah mol zat terlarut yang teradsorpsi
Adsorpsi kimia atau kemisorpsi, bilamana interaksi antara
m = gram adsorben
adsorben dengan adsorbat kuat, sehingga energi Adsorpsi nya
c = kosnsentrasi zat terlarut dalam larutan.
relatif tinggi sampai dengan 400 kg/mol. Berlawanan dengan
tinjauan fisiorpsi di atas maka kemisorpsi mempunyai
Jika persamaan di atas dilog- kan didapat:
karakteristik spesifik, sembarang gas selalu dapat ter Absorpsi
log x = log m + log k + 1 / m log c
pada Padatan, entalpi adsorpsi biasanya sama dengan entalpi
Karena m, k dan n adalah konstanta, sedangkan log x dan log
reaksi kimia yang sangat bervariasi, biasanya tidak terjadi pada
c adalah variabel, sehingga akan merupakan persamaan linier.
temperatur rendah (Triyono, 2017).

Adsorpsi fisika adalah fenomena fisika yang terjadi karena


adanya gaya tarik menarik yang relatif lemah antara adsorbat
dengan permukaan absorben nya. Adsorpsi fisika ini
Merupakan peristiwa Reversible, terjadi pada temperatur
rendah, terjadi tanpa memerlukan energi (Sandra, 2022).
Percobaan dalam modul adalah menguji persamaan Isoterm
Freundlich, yaitu adsorpsi asam oksalat (H2C2O2) pada padatan Adsorpsi akan lebih cepat larut pada suhu rendah, namun
arang aktif (karbon). Dengan langkah sebagai berikut. pengaruh suhu Adsorpsi zat cair tidak sebesar adsorpsi gas. Hal
- Masukan arang aktif yang telah ditimbang dengan teliti ini disebabkan karena adanya pengumpulan molekul-molekul
kdalam erlenmeyer dan tambahkan larutan asam oksalat yang suatu zat pada permukaan zat lain sebagai akibat
telah diketahui konsentrasinya. ketidaksetimbangan gaya-gaya pada permukaan tersebut.

Metode BET didasarkan pada fenomena adsorpsi tunggal,


alat yang digunakan yaitu gas seneration Analyzer Novia, teori
BET berlaku untuk sistem adsorpsi multilayer dan biasanya
menggunakan gas probing yang berfungsi sebagai absorben
Kocok dan biarkan supaya molekul asam oksalat teradsorpsi
yang tidak bereaksi dengan kimiawi dengan permukaan
pada partikel-partkel karbon aktif.
material adsorpsi, yang biasanya menggunakan gas nitrogen
- Saring campuran sehingga terpisah karbon aktif dari
(N2), argon (Ar), CO2, dan H2O (Suprabawati,2023).
larutan.

II. METODE

A. Alat dan Bahan


Alat
Buret 50 mL, labu Erlenmeyer 12 buah, corong 6
buah, kertas saring kasar, pipet (10 mL, 20 mL), dan
labu takar 100 mL.
Tentukan konsentrasi asam oksalat yang tinggal untuk Bahan
menentukan konsentrasi yang teradsorsi (Tim Dosen Kimia Pada percobaan kali ini menggunakan Naoh standar 0,1 M,
Fisika, 2019). Asam Oksalat 1 M, O,1 M dan 0,01 M serta arang aktif.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 5


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

B. Langkah Kerja 0,07 M. 8,8 mL = 3 mL.M2


Menyiapkan enam buah labu Erlenmeyer, memasukkan 0,016 mL M
M2 =
3 𝑚𝐿
kedalamnya masing-masing 5 gram arang aktif. Pada setiap
M2 = 0,2 M
labu erlenmeyer tersebut terus ditambahkan 100 mL larutan
asam oksalat dengan konsentrasi sebagai berikut : 0,3 M, 0,2
• Data ke-2
M, 0,1 M, 0,05 M, 0,01 M, dan 0,05 M. Mengocok dan diamkan
M1.V1 = M2.V2
enam buah larutan tersebut selama satu hari. Sesudah dibiarkan
0,07 M. 4,8 mL = 3 mL.M2
selama satu hari, masing masing larutan disaring dengan 0,336 mL M
menggunakan kertas Saring. Titrasi asam oksalat dengan M2 =
3 𝑚𝐿
NaOH berkonsentrasi yang cocok dan indikator fenolftalein M2 = 0,112 M
(titik Akhir ditandai dengan perubahan warna p.p. Dari tidak
berwarna menjadi Pink). Titrasi salah satu larutan asam oksalat • Data ke-3
asli dengan NaOH untuk menentukan konsentrasi secara tepat. M1.V1 = M2.V2
0,07 M. 3.1 mL = 6 mL.M2
0,217 mL M
M2 =
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 𝑚𝐿
M2 = 0,03 M
A. Hasil
Tabel Pengamatan
• Data ke-4
M1.V1 = M2.V2
[H2C2O4] [NaOH] Volume Volume [H2C2O4]
0,07 M. 0,3 mL = 3 mL.M2
standar H2C2O4 NaOH sesudah 0,021 mL M
dicampur
M2 =
12 𝑚𝐿
dengan arang M2 = 0,00175 M
aktif
0,3 M 0,07 M 3 mL 8,8 mL 0,2 M • Data ke-5
0,2 M 0,07 M 3 mL 4,8 mL 0,112 M M1.V1 = M2.V2
0,005 M. 0,3 mL = 6 mL.M2
0,1 M 0,07 M 6 mL 3,1 mL 0,03 M 0,015 mL M
M2 =
0,05 M 0,07 M 12 mL 0,3 mL 0,00175 6 𝑚𝐿
M2 = 0,00025 M
M
0,01 M 0,005 M 6 mL 0,3 mL 0,00025
• Data ke-6
M
M1.V1 = M2.V2
0,005 M 0,0003 6 mL 1,2 mL 0,00006
0,0003 M. 1,2 mL = 3 mL.M2
M M 0,00036 mL M
M2 =
6 𝑚𝐿
Perhitungan M2 = 0,00006 M
1. Perhitungan [NaOH]standarisasi
• Standarisasi NaOH 0,1 M dengan Asam Tabel Pengamatan
Oksalat 0,1 M
M1.V1 = M2.V2 No. X C -Log - 1/ X 1/ C
0,1 M.5 ml
M1 = X Log
7,3 𝑚𝐿
= 0,07 M C
• Standarisasi NaOH 0,01 M dengan Asam 1. 0,6 0,2 0.22 0,69 1,67 5
Oksalat 0,1 M 2. 0,336 0,112 0,47 0,95 2,97 10
M1.V1 = M2.V2 3. 0,18 0,03 0,09 1,52 5,56 33,3
0,01 M.5 ml
M1 = 4. 0,021 0,00175 1,67 2,75 4,76 100,0
9,45 𝑚𝐿
= 0,005 M 5. 0,00025 0,00025 3,60 3,60 400 400,0
• Standarisasi NaOH 0,001 M dengan Asam 6. 0,00036 0,00006 3,44 4,22 2,78 167,7
Oksalat 0,1 M
M1.V1 = M2.V2 3. Perhitungan mol H2C2O4
0,001 M.5 ml
M1 =
13,9 𝑚𝐿
• Data ke-1
= 0,0003 M n = M.V
2. Perhitungan [H2C2O4]sesudah dicampur dengan arang aktif = 0,2 M. 3 Ml
• Data ke-1 = 0,6 mmol
M1.V1 = M2.V2

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 6


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

• Data ke-2 𝑏=
∑ 𝑦𝑥 ∑ 𝑥−𝑛 ∑ 𝑦 ∑ 𝑥 2
=
450,06 −397,82
= - 0,82
n = M.V ∑ 𝑥 ∑ 𝑥−𝑛 ∑ 𝑥 2 188,51−251,52

= 0,112 M. 3 Ml
= 0,336 mmol
Grafik
• Data ke-3
n = M.V
= 0,03 M. 6 Ml
= 0,18 mmol

• Data ke-4
n = M.V
= 0,00175 M. 12 Ml
= 0,021 mmol

• Data ke-5
n = M.V
= 0,00025 M. 6 Ml
= 0,0015 mmol

• Data ke-6
n = M.V
= 0,00006 M. 6 Ml B. Pembahasan
= 0,00036 mmol Pada praktikum dengan judul Absorpsi isoterm dengan
menggunakan larutan asam oksalat dengan 6 variasi
Slope
𝑌 0,09 − 3,60 konsentrasi. Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat
= teradsorpsi per gram adsorben yang dialirkan pada suhu tetap
𝑋 0,69 − 4,22
(Marilyn.L.E, 2012)
= 0,9943
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi
Tabel Pengamatan adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben,
kelarutan zat terlarut, pH, dan temperatur (khopkar,1990;
Y X YX X2 atkins, 1996).
0,22 0,69 0,15 0,3969
0,47 0,95 0,44 0,9025 Absorben yang digunakan adalah rang atau norit. Sebelum
0,09 1,52 0,13 2,3104 digunakan Arang telah diaktifkan terlebih dahulu dengan cara
1,67 2,75 4,59 7,5625 dipanaskan. Hal ini agar pori-pori arang semakin besar dan hal
3,60 3,60 12,96 12,96 ini mempermudah penyerapan karena semakin luas permukaan
3,44 4,22 14,51 17,80 absorben maka daya serap nya pun semakin tinggi (Kateren,
∑𝑦 ∑𝑥 ∑𝑦 ∑ 𝑥2 1987).

= 9,49 = 13, 73 = 32, 78 = 41,92


Aktivasi merupakan suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori-pori yaitu dengan cara
Slope
memutuskan ikatan karbon pada Hidrokarbon atau
𝑌 𝑌𝑚𝑎𝑥 − 𝑌𝑚𝑖𝑛 mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang
=
𝑋 𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛 mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu
luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap
3,44 − 0,22
= daya adsorpsi.
4,22 − 0,69
= 0,9122
∑ 𝑦 ∑ 𝑥−𝑛 ∑ 𝑦𝑥 130,29−196,68 Prinsip percobaan adsorpsi isoterm didasarkan pada teori
𝑎= ∑ 𝑥 ∑ 𝑥−𝑛 ∑ 𝑥 2
= = 1,05
188,51−251,52 freundlich yaitu banyaknya zat yang di adsorpsi pada
temperatur tetap (isoterm) dalam oleh suatu adsorben
tergantung dari konsentrasi dan kereaktif adsorbat zat tertentu.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 7


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

Percobaan kali ini menggunakan Absorpsi secara fisika karena REFERENSI


adanya gaya Van der walls antara absorben dengan adsorbat Ariesta, Rosalina. 2017. Kimia Fisik. Malang : UB Press
yang digunakan, sehingga proses adsorpsi hanya terjadi pada
Botahalia, Luth. 2019. Perbandingan Efektifitaf Daya
permukaan larutan dan cenderung mudah lepas atau tidak kuat.
Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan kimia koordinasi Adsorpsi. Yogyakarta : Deepublish.
sebagai hasil penggunaan elektron bersama-sama adsorben dan Kateren. 1987. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
adsorbat (Osick,1983; Sukardjo,1990). Pangan Edisi VI. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta :
Titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan asam
yang telah teradsorpsi. Penggunaan indikator fenolftalein UI- Press.
bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi larutan, yang Marilyn. L.E. 2012. Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi
Ion Cu+ Pada Zeolit-H. Riset Geologi dan
merah muda. Volume NaOH yang dipakai pada setiap kegiatan
Titrasi dicatat untuk menghitung konsentrasi larutan asam yang Pertambangan, voll. 22 no. 2 (2012) 115-129.
ter Absorpsi. Larutan standar adalah larutan baku yang telah Tim Dosen Kimia Fisika. 2019. Penuntun Praktikum Kimia
diketahui konsentrasinya secara pasti sehingga bisa dipakai
Fisika 1. Padang : Universitas Negeri Padang.
untuk menetapkan konsentrasi larutan asam oksalat dari
campuran dengan arang aktif. Triyono. 2017. Kesetimbangan Kimia. Yogyakarta : UGM
Press.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi Sandra, Lovi. 2022. Proses Pengolahan Limbah. Padang :
asam oksalat sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah
adsorpsi. Hal ini karena asam oksalat telah di adsorpsi oleh GET Press
orang aktif. Suprabawati, Anggi. 2023. Kinerja Baterai Litium Ion.
Makasar : Nur Media Pustaka.
Dari data juga dibuat suatu grafik di mana log X diplotkan
sebagai ordinat atau Sumbu Y dan log C sebagai absis. Grafik
yang diperoleh adalah naik turun, padahal secara teori grafik
yang diperoleh seharusnya naik. Hal ini terjadi karena
kesalahan oleh Praktikan saat titrasi. Sehingga volume NaOH
yang terpakai berlebih.

IV. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa zat padat dapat mengadsorpsi gas dalam
jumlah tertentu, karena permukaan kontak yang luas. Adsorpsi
karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami
penurunan dari percobaan 1 hingga 6. Hal ini diakibatkan
karena asam oksalat telah di adsorpsi oleh orang aktif.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih diucapkan kepada bapak Dr. rer. nat.
Deski Beri, S.Si., M.Si. sebagai dosen pengampu mata
kuliah Kimia Fisika 1, abang dan kakak asisten praktikum,
Abang Septian Budiman S.Si., Kakak Juvani Indah Putri,
Kakak Monika Jamila Turrahami, Kakak Rahmi dan Kakak
Wenalda Hanifah Azzahra, selaku asisten dosen yang telah
membantu kami saat praktikum, dan tentunya kepada
rekan- rekan tim praktikum yang telah bekerja sama dalam
praktikum ini.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 8


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131
Periodic , Vol 10 No 1 (2023) Chemistry Journal of Universitas Negeri Padang e-ISSN : 2339-1197
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kimia

LAMPIRAN

Asam oksalat yang dicampur dengan arang aktif Larutan asam oksalat di tritasi dengan NaOH

Penyaringan Hasil titrasi asam oksalat yang dicampur dengan arang aktif

Larutan Asam Oksalat ditetesi dengan indicator PP Hasil titrasi asam oksalat untuk standarisasi

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Page 9


Universitas Negeri Padang (UNP)
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 25131

Anda mungkin juga menyukai