Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan lmerupakan lupaya lsadar luntuk lmengembangkan lkepribadian ldan
keterampilan lmanusia lyang lbertahan lseumur lhidup. lPendidikan lerat lkaitannya
dengan lpembelajaran; ldalam lpendidikan lformal, lproses lpembelajaran ldilakukan ldi
sekolah. lKegiatan lyang lpaling lmendasar ldalam lkeseluruhan lproses lpendidikan ldi
sekolah ladalah lbelajar. lKriteria lkeberhasilan lmengajar ltidak ldiukur ldari lsejauh
mana lpeserta ldidik lmelaksanakan lproses lpembelajaran l(Dewi, l2018). lSalah lsatu
proses lbelajar lmengajar lyang lterjadi lpada lpelajaran lkimia. lMata lpelajaran lkimia
mempunyai ldua lhal lpokok lyang ltidak ldapat ldipisahkan lyaitu lkimia lsebagai
produk l(pengetahuan lkimia lberupa lfakta, lkonsep, lprinsip, lhukum, ldan lteori) ldan
kimia lsebagai lsuatu lproses (Faizan, 2020).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan ldi lSMA lNegeri l10 lMedan
ldiketahui lbahwa lhasil lbelajar lsiswa lpada lmata lpelajaran lkimia lsalah lsatunya
materi lkesetimbangan lkimia lpada lulangan lharian ldan lujian lakhir lsemester
menunjukkan lhasil lyang lrendah lyaitu lnilai lrata-rata l65, ldibawah lnilai lrata-rata.
Standar lKKM l70 lyang ltelah lditerapkan. lSiswa lyang lmendapat lnilai lKKM lhanya
40% ldari ltotal. lHal lini ldisebabkan ladanya langgapan lbahwa lpembelajaran lkimia
pada lmateri lkesetimbangan lkimia lmerupakan lmateri lyang lsulit. lPenggunaan
model lpembelajaran lyang lhanya lmenggunakan lmodel lkonvensional berbantuan
video pembelajaran menjadikan proses pembelajaran hanya berjalan satu arah, dan
siswa hanya menghafal materi yang diberikan; selain itu, guru hanya memberikan
penjelasan. Ketiadaan praktikum membuat mahasiswa sulit memahami dan cenderung
pasif, karena segala sesuatunya tidak dibuktikan secara nyata; itu hanya imajinasi. Hal
inilah yang membuat siswa kurang berminat mempelajari prinsip, hukum, dan teori
serta kimia sebagai suatu proses (Kartini et al., 2021).
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu ladanya lsuatu lformasi lyang
menjadikan lsiswa lmengoptimalkan lcara lberpikirnya luntuk lmengembangkan lide-
ide lsiswa, lsalah lsatunya lpada lmateri lKesetimbangan lKimia lyang lmerupakan salah
satu lmateri lyang lcukup lkompleks ldalam lpembelajaran lkimia, ldi lsekolah
menengah. Materi ini memerlukan pemahaman yang cukup mendalam tentang konsep
2

dasar kimia, serta memerlukan pemahaman yang kuat tentang persamaan reaksi dan
perubahan keadaan kesetimbangan suatu reaksi kimia. Maka diperlukan model
pembelajaran yang efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
kesetimbangan kimia (Aini & Surya, 2020). Ketidaktepatan penggunaan model
menimbulkan kebosanan dalam situasi pembelajaran yang mengakibatkan siswa ltidak
memahami lsuatu lkonsep lpada lmateri lpelajaran ldan lmenjadi lacuh lterhadap
pelajaran lkimia lpada lsaat lproses lbelajar lmengajar ldan lakan lmempengaruhi lhasil
belajar lsiswa lyang ldicapai (Nursafitri et al., 2021).
Model yang ldapat lditerapkan luntuk lmeningkatkan laktivitas ldan lhasil
belajar lsiswa ladalah lmodel lLearning lCycle l5E lberbasis lpraktikum ldan lmodel
pembelajaran lProblem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum, lyang ldapat
digunakan luntuk lmeningkatkan lpemahaman lsiswa lterhadap lkonsep lpelajaran
kimia. lModel lpembelajaran lLearning lCycle l5E lmerupakan lmodel lpembelajaran
yang lefektif ldalam lmemudahkan lsiswa lmemahami lkonsep-konsep lilmiah lyang
kompleks, ltermasuk lpembelajaran lkimia. lModel lini lterdiri ldari l5 ltahap lyaitu
Engagement, lExplore, lExplain, lElaborate, ldan lEvaluate l(Yeo.s, 2018).
Pembelajaran lberbasis lmasalah lmerupakan lmodel lpembelajaran lyang lmenyajikan
permasalahan lsecara lkontekstual lsehingga lmerangsang lsiswa luntuk lbelajar ldengan
pembelajaran lberbasis lmasalah l(PBL), ldimana lPBL lmerupakan lmodel
pembelajaran lyang lsejak lawal lsiswa ldihadapkan lpada lsuatu lmasalah ldan
dilibatkan. ldalam lproses lpencarian linformasi lyang lberpusat lpada lsiswa l(Paradina
et lal., l2019). lModel lpembelajaran lberbasis lmasalah l(PBL) lmerupakan lmodel
pembelajaran lyang ldiawali ldari lpermasalahan lyang lditemukan ldi llingkungan
untuk lmengumpulkan ldan lmengintegrasikan lpengetahuan lbaru lyang ldikembangkan
siswa lsecara lmandiri (Alper, 2021).
Penelitian (Prihastoto et al., 2019) mengatakan lbahwa lpembelajaran lmodel
Learning lCycle l5E ldapat lmeningkatkan lrasa lingin ltahu lsiswa ldan lhasil lbelajar
pada lmateri lkesetimbangan lkimia. lHal lini ldapat ldilihat lberdasarkan lhasil
pelaksanaan ltindakan lpada lsiklus lI. lPersentase lsiswa ldengan lkategori lrasa lingin
tahu lpada lsiklus lI ltelah lmencapai l77,00%. lDalam lpenelitian ltersebut lprestasi
belajar lmencakup l3 laspek lyaitu, laspek lpengetahuan, laspek lsikap, ldan laspek
keterampilan. lPrestasi lbelajar laspek lpengetahuan lpada lsiklus lI lhanya lmencapai
3

47,06% ldan ldapat lmeningkat lpada lsiklus lII lmenjadi l79,04%. lPrestasi lbelajar
aspek lsikap lpada lsiklus lI ltelah lmencapai lsebesar l81,81%. lPrestasi lbelajar laspek
keterampilan lpada lsiklus lI ltelah lmencapai l94,12%.
Penelitian yang dilakukan oleh (Susi & Yenti, 2020) model lpembelajaran
Problem lBased lLearning llebih lefektifitas ldigunakan lterhadap lketerampilan lbelajar
siswa ldan lhasil lbelajar lsiswa lpada lmateri lkesetimbangan lkimia, lhal lini
ditunjukkan ldengan lnilai lpersentasi lyang ldiperoleh luntuk lefektivitas lmodel lyang
digunkan ldengan lnilai l75% ldan ldiperoleh lnilai lthitung l> lttabel, ldimana lnilai lthitung =
l8,66 ldan lnilai lttabel lpada ltaraf lsifnitifan l5% l= l1,69. lBerdasarkan lpenelitian yeng
telah dilakukan oleh (Astuti, 2019) dengan model PBL, ketuntasan hasil belajar siswa
meningkat tiap siklusnya dimana lsiklus lI lnilai lrata-rata lhasil lpostest ladalah l67,33
ldengan lketuntasan lbelajar lsiswa lhanya lmencapai l63,89%. lPada lsiklus lII lrata-
rata lhasil lpostest lmeningkat lhingga l77,56 ldengan lketuntasan lbelajar lsiswa
lmencapai l86,11%. lPenelitian l(Sumiati, 2018) lmenggunakan lmodel lPBL,
lketuntasan lbelajar lsiswa ladalah l75 ldimana lsetiap lseklis lmengalami
lpeningkatakan lkemampuan lawal lketuntasan lmencapai l55.9% ldapat lmeningkat
lpada lsiklus lI lmenjadi l76.5%, ldan lpada lsiklus lII lmenjadi l94.1%. l
Pembelajaran lProblem lBased lLearning l(PBL) lmodel ltersebut ltelah lditeliti
oleh lbeberapa lpeneliti lterdahulu ldan lterbukti ldapat lmeningkatkan lhasil lbelajar
siswa ldiantaranya: lmenyimpulkan lbahwa l1) lterdapat lpeningkatan lkemampuan
berpikir lkreatif lsiswa ldengan lmenggunakan lmodel lPBL, l2) lterdapat lpeningkatan
peningkatan lkemampuan lberpikir lkreatif lsiswa. lhasil lbelajar lsiswa ldengan
menggunakan lmodel lPBL, l3) lkemampuan lberpikir lkreatif lsiswa ldengan
menggunakan lmodel lPBL llebih lbaik ldaripada lmenggunakan lmodel lkonvensional
(Panggabean let lal., l2022).
Upaya lpeningkatan lhasil lbelajar lsiswa ltidak lterlepas ldari lberbagai lfaktor
yang lmempengaruhinya. lUntuk lmeningkatkan lhasil lbelajar lsiswa lmaka lguru harus
lebih lkreatif ldan linovatif ldalam lmelakukan lpembelajaran ldi lkelas, ldalam lhal lini
dapat lmenggunakan lmodel lsiklus lbelajar l5E l(Learning lCycle) ldan lmodel
pembelajaran lProblem lBased lleraning l(PBL) lberbasis lpraktikum. lSuasana lkelas
perlu ldirencanakan ldengan lbaik lsehingga lmembuat lsiswa lmerasa lnyaman,
antusias serta laktif lsaat lmemulai lpembelajaran, lproses lbelajar lhingga lberakhirnya
4

pembelajaran lyang lberdampak ldapat lmeningkatkan lhasil lbelajar lyang loptimal.


Dengan lmodel lLearing lCycle l5E ldan lPBL l lberbasis lpraktikum lyang
dilaksanakan ldengan lbaik, lmaka lsiswa ldapat llebih lmudah luntuk ldapat memahami
materi lpelajaran lyang ldisajikan, lsehingga lsiswa ldapat lmeningkatkan lhasil
belajarnya. Beberapa kelemahan dari setiap model yang digunakan oleh peneliti
terdahulu dalam penelitiannya yaitu penggunaan model PBL dan LC 5E kurang efektif
digunakan jika diterapkan terhadap siswa yang kurang aktif, banyak memerlukan waktu
dan pemahan dalam menerapkan model tersebut dan kurangnya peranan sekolah dalam
mendukung pengembangan model pembelajaran, dalam penelitian terdahulu tidak ada
menggunakan praktikum. Oleh lsebab litu, lmelihat lbetapa lpentingnya lmodel l
Learing lCycle l5E ldan lPBL l lberbasis lpraktikum ldidalam lpembelajaran ltersebut
maka lperlu ladanya lkesepakatan lantara lpeneliti ldan lguru luntuk lmelakukan
perbaikan ldengan lmenggunakan lmodel lLearing lCycle l5E ldan lPBL lberbasis
praktikum. lBerdasarkan llatar lbelakang ldiatas, lmaka lpeneliti ltertarik luntuk
melakukan penelitian mengenai “Analisis Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang
Dibelajarkan Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Dan
Model Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas
XI IPA SMA”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan llatar lbelakang lmasalah ldiatas, lyang lmenjadi lidentifikasi
masalah ldalam lpenelitian lini ladalah: l1). lPembelajaran lyang lmasih lberpatokan
kepada lguru l(teacher-centered), l2). lModel lpembelajaran lyang lkurang lbervariasi
dan lkurang ltepat, l3). lKemampuan lberpikir lsiswa lrendah, l4). lHasil lbelajar lsiswa
yang lmasih lrendah lpada lmateri kesetimbangan kimia.
1.3 Batasan Masalah
Untuk lmenghindari ltimbulnya lpermasalahan lyang llebih lluas ldari lpenelitian
ini, lmaka lberdasarkan lidentifikasi lmasalah ldiatas lpenelitian lmembatasi lmasalah
penelitian lini lyaitu: l
1. Model lpembelajaran lyang ldigunakan lModel lpembelajaran lLearning lCycle l5E
dan lProblem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum l
2. Hasil lbelajar lsiswa ldibatasi lpada lranah lkognitif lmenurut ltaksonomi lBloom
yaitu laspek lmemahami l(C2), lMengaplikasikan l(C3), ldan lmenganalisis l(C4)
5

3. Penelitian ldibatasi lpada lsiswa lkelas lXI lSMA lN l10 lMedan ldengan lmateri
pembelajaran lKesetimbangan lKimia.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan lidentifikasi lmasalah ldiatas, lyang lmenjadi lrumusan lmasalah
dalam lpenelitian lini ladalah: lApakah lada lperbedaan lhasil lbelajar lsiswa lyang
dibelajarkan ldengan lmodel lpembelajaran lLearning lCycle l5E ldan lmodel
pembelajaran lProblem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum lberbasis lpada
materi lkesetimbangan lkimia?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan lrumusalah lmasalah lyang lada, lmaka ldapat ldiambil ltujuan ldari
penelitian lini ladalah lmengetahui lperbedaan lhasil lbelajar lsiswa ldengan
menggunakan lmodel lpembelajaran lLearning lCycle l5E ldan lProblem lBased
Learning l(PBL) lberbasis lpraktikum lpada lmateri kesetimbangan kimia.
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan lrumusan lmasalah lyang ltelah ldipaparkan ldiatas, lmaka lpeneliti
dapat lmengambil lmanfaat lpenelitian lyaitu lsebgai lberikut: l
Manfaat lTeoritis, lMendapatkan lpengetahuan ltantang lmodel lpembelajaran
Learning lCycle l5E ldan lProblem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum ldan
pengaruhnya lterhadap lhasil lbelajar siswa.
1. Manfaat Praktis,
Bagi Guru: Dapat memberikan masukan kepada guru supaya dalam proses
belajar mengajar lebih melibatkan siswa secara aktif, dan dapat memotivasi siswa dalam
memahami dan mempelajari materi karena dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa itu sendiri. Dapat menambahkan penetahuan guru, bahwa prestasi belajar yang
diharapkan siswa tergantung dengan siswa itu sendiri, dan sebagai lbahan pertimbangan
dan linformasi ltentang lalternative lpembelajaran lmateri lkesetimbangan lkimia luntuk
meningkatkan lhasil lbelajar lsiswa ldengan lmenerapkan lpembelajaran lLearning
Cycle l5E ldan lProblem lBased lLearning l(PBL) lserta menerapkan Prktikum.
Bagi Siswa; Dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan aktivitas siswa,
memberikan informasi kepada siswa bahwa hasil belajar tersebut dapat dicapai dengan
baik jika siswa dapat belajar dengan baik, mengajarkan lsiswa luntuk lbekerja lsama
dalam lkelompok-kelompok, lmemecahkan lmasalah lbersama, lberpendapat, ldan
6

bertanggung ljawab, lmemperoleh lpengetahuan ldalam lmodel lLearning lCycle l5E


dan lProblem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum luntuk lmeningkatkan
lhasil belajar lkognitif ldan afektif.
Bagi lsekolah: lMemberikan llandasan ldan lkontribusi lbagi lkebijaksanaan
yang ldapat ldiambil lguna lmeningkatkan lhasil lbelajar. lMemberikan lreferensi
ldalam peningkatan lkualitas lguru ldan lsiswa ldi lsekolah. l
Bagi lPeneliti: lMenambah lpengetahuan lkhususnya ldibidang lpendidikan,
yaitu lpengetahuan ldalam lmengembangkan lModel lPembelajaran lLearning lCycle 5E
dan Problem Based Learning (PBL) serta manfaat penggunaan laboratorium dalam
melakukan praktikum dalam lproses lbelajar lmengajar lagar lsiswa ldapat lmengerti
dan ltidak lbosan ldengan lmateri lyang ldisampaikan. lMemberikan lpengalaman ldan
wawasan lyang lluas ldalam lmengembangkan lstaregi lpembelajaran. lMemotivasi ldiri
untuk lselalu ldapat lmengembangkan ldan lberkontribusi ldibidang lpendidikan ldemi
kemajuan lbersama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Learning Cycle 5 E
Model pembelajaran merupakan kerangka berpikir yang menggambarkan tahapan
secara sistematis dengan mengelompokkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu (Ramdani et al., 2021). Model pembelajaran merupakan rangkaian tahapan kegiatan
yang pada gilirannya memberikan kontribusi pada penguasaan kompetensi yang perlu dicapai
oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada kegiatan (Harefa, 2020).
Pergeseran lpembelajaran lyang llebih lmengarah lpada lpandangan lkonstruktivisme,
membuat lguru llebih lberperan lsebagai lfasilitator lbelajar ldan llebih lmedorong lpada
belajar lmandiri loleh lpeserta ldidik. lPendekatan lyang lmampu lmenggali lgagasan lawal
peserta ldidik lyang lselanjutnya ldapat ldijadikan lacuan luntuk lmembangun lpemahaman
konsep lyaitu lpendekatan linkuiri. lSalah lsatu lmodel lpembelajaran lyang lmenggunakan
pendekatan linkuiri ladalah llearning lcycle. lModel lpembelajaran llearning lcycle
berkembang ldari l3 lfase, l4 lfase, l5 lfase ldan llebih ldari l5 lfase. lDari lberbagai
pengembangan llearning lcycle ltidak lada lperbedaan lyang lmendasar lpada lfase–fase
tersebut lkarena lunsur–unsur ldasar ldalam lpembelajaran llearning lcycle ltidak lberubah,
yaitu lunsur leksplorasi, lunsur lpenemuan latau lpengenalan ldan lunsur lpenerapan lkonsep
(Rohmah et al., 2019).
Model siklus pembelajaran (5E) didasarkan pada lapisan konstruktivis. Dalam
penerapan siklus dalam pembelajaran, fungsi guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas
mengawasi kesinambungan kegiatan pembelajaran berdasarkan tahapan perencanaan
(khususnya perangkat pembelajaran) dan pelaksanaan (khususnya arahan dan butir tuntunan)
(Lasaiba, 2023). Pembelajaran Learning Cyclye 5E merupakan model pembelajaran yang
berpusat kepada siswa (Student Centered). Pembelajaran ini meliputi lima fase, yaitu
Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration, dan Evaluation. Model lpembelajaran
Learning lCycle l5E lmemungkinkan lsiswa lmenemukan lkonsep lsendiri latau
memantapkan lkonsep lyang ldipelajari, lmencegah lterjadinya lkesalahan lkonsep, ldan l
memberikan lpeluang lkepada lsiswa luntuk lmenerapkan lkonsep-konsep lyang ltelah
dipelajari lpada lsituasi lbaru lberdasarkan l lpertanyaan lterstruktur lyang ldiberikan loleh
pengajar lpada lfase lEngagement lhingga lElaboration (Cylindrica et al., 2021).
Pemahaman konseptual menjadi lebih besar dan besar melalui bantuan diskusi dan
upaya kreatif. Guru dan pembuat kurikulum juga dapat menggabungkan atau mengikuti versi
8

di berbagai tingkatan. Tahapan Model Learning Cycle 5E menurut Bybee (Sulaiman, 2021)
terdapat 5 tahap yaitu sebagai berikut:
a. Engagement (Pembangkitan Minat)
Tujuan pertama dari rangkaian ini adalah agar guru menentukan titik awal pengetahuan
siswa dan/atau mengidentifikasi potensi kesalahpahaman dan titik lemah dalam pemahaman
mereka tentang bisnis. Aspek yang menonjol pada mahasiswa ini perlu berupa ciri psikologis
yang akan menimbulkan keinginan belajar tentang tantangan yang akan datang. Ini
menghubungkan titik-titik dan memperjelas kesalahpahaman siswa; mereka harus dibantu
dalam mengurangi ketidakseimbangan kognitif. Perlu mengenai pertanyaan, mendefinisikan
masalah, menampilkan kejadian diskrepan dan membuat mereka sadar akan fase proses
proses. Sebagai pembelajaran, siswa terlibat dalam kondisi yang rumit.
b. Explanation (Penjelasan)
Fase ini memerlukan klarifikasi atau proses dimana konsep, prosedur, atau kemampuan
menjadi jelas dan dapat disempurnakan dan pada akhirnya didefinisikan sebagai
“penjelasan”. Teknik untuk mengajar siswa dan instruktur untuk membantu mereka
menggunakan kosakata universal. Interaksi dan pengalaman eksplorasi yang tepat seperti
diarahkan oleh guru minat siswa. Siswa diharapkan memberikan penjelasannya sendiri oleh
guru. Bagian ini tentang pemahaman siswa. Penjelasannya tentu berkaitan dengan
pengalaman keterlibatan dan 11 fase eksplorasi model pembelajaran. Menjelaskan suatu ide,
teknik, atau metode secara jelas, ringkas, jujur, dan cepat sebelum melanjutkan ke langkah
berikutnya disebut kunci.
c. Exploration (Eksplorasi)
Proses eksplorasi mengidentifikasi alternatif rumusan konseptual serta proses,
keterampilan, dan konsep siswa. Tujuan tahap eksplorasi ini adalah untuk memberikan
kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya dalam memahami konsep, prosedur, dan
kompetensi. Penyebab keterlibatan adalah kedamaian, sedangkan cara keseimbangan adalah
eksplorasi. Bagian ini harus spesifik. Meskipun menggunakan program perangkat lunak
pendidikan, namun harus diarahkan untuk membantu langkah awal merumuskan konsep
ilmiah yang runtut dan ketat. Tujuan eksplorasi adalah untuk mengungkap pengetahuan
tersembunyi yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh peserta didik dan lembaga untuk
mendiskusikan konsep, prosedur, atau kemampuan. Saat mengikuti suatu kegiatan, siswa
mempunyai waktu psikologis untuk memproses ide.
9

d. Elaboration (Elaborasi)
Pada fase ini, siswa akan menerima penjelasan dan kosa kata untuk tugas belajarnya.
pengalaman siswa, elaborasi, ide, strategi, atau keterampilan penting. Bagian ini mengurangi
guncangan terhadap kondisi baru. Fobia tersebut dalam berbagaian, atau mereka paling
akomodasi bahwa pengalaman eksplorasi. Waktu dan pengalaman, mohon berkontribusi
untuk membantu kami meningkatkan proses elaborasi. Siswa akan mampu mengungkapkan
rasa frustrasinya danlmenerima umpanlbalikldari orang lainlyang hadir pada sesilpemahaman
diri mereka. Peluang ini dalam fase ini adalah keterlibatan lsiswa ldalam lsituasi ldan masalah
lbaru lyang lharus lmengatur ltransfer lpenjelasan lyang lidentik latau Sebanding.
e. Evaluation (Evaluasi)
Fase ini mendorong siswa untuk mengevaluasi pengetahuan dan keterampilannya serta
memberikanlkesempatan kepada guruluntuk menilai kemajuanlsiswa dalamlmencapailtujuan
akademik. Pentingabagi siswaauntuk merefleksikan pelajaran yangatelah dipelajarinyaadan
mengevaluasiapemahamannya sendiri. Catatan harus diterapkan sejauh mana pemahaman
siswa. Meskipun “evaluasi” termasuk dalam bagian terakhir rangkaian pembelajaran 5E, hal
ini dapat terjadi di unit pembelajaran mana pun.
Pembelajaran yang dirancang sesuai dengan model 5E siswa lebih aktif dibandingkan
guru; telah disimpulkan bahwa, dalam situasi ini, siswa dapat menggunakan keterampilan
berpikir kritis, pemecahan masalah, diskusi, dan kerja tim mereka secara lebih efektif dan
bahwa komunikasi sosial di mana siswa terlibat dengan teman-temannya berada pada tingkat
tertinggi. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran 5E tidak hanya meningkatkan rasa
ingin tahu untuk bereksplorasi tetapi juga mencakup keterampilan dan aktivitas yang
memenuhi harapan siswa sehingga mengarahkan mereka untuk fokus pada pembelajaran aktif
dan pemahaman (Tegegne & Kelkay, 2023).
Denganamodel pembelajaranaLearning Cyclea5E siswa belajaralebih mandiriadalam
mengkonstruksi pemahamannya. Modelapembelajaran Learning Cycle 5E mengandalkan
kesiapan berpikir siswa, yang berkaitan dengan kemampuanasiswa dalamamenemukan
hubungan antar konsepadan menyusun hasiladokumentasi yang telah diperoleh (Marisna &
Sigit, 2018).
Jadi ldapat ldisimpulkan lbahwa lLearning lCycle l5E lmerupakan lmodel lpembelajaran
yang lberpusat lpada lsiswa. lMerupakan lrangkaian ltahapan lkegiatan lyang ldisusun
sedemikian lrupa lsehingga lsiswa ldapat lmenguasai lkompetensi lyang lharus ldicapai
10

dalam pembelajaran ldengan lberperan laktif, dan setiap tahapan mempunyai tugas dan tugas
yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuannya dalam mengkonstruksi
pengetahuan. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar dalam kehidupan
nyata dengan memberdayakan mereka untuk memiliki pendidikannya, belajar dari
pengalaman, dan mentransfer pengetahuan kepada orang lain. (Fatmawati et al., 2022)
Adapun Sintaks model Learning Cycle 5E yang digunakan yaitu:
Tabel 2 .1 Sintaks Model Learning Cycle 5E
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siawa
 Membangkitkan lminat ldan lkeingin  Memberikan lrespon lterhadap
tahuan lsiswa, lmengembangkan pertanyaan lguru.
minat/rasa lingin ltahuan lterhadap
topik lbahasan, lmengajukan  Berusahalmengingat pengalaman
pertanyaan ltentang lproses lfaktual
sehari-hari ldan menghubungkan
Engagement dalam lkehidupan lsehari-hari l(yang
berhubungan ldengan ltopik lbahasan) dengan ltopik pembelajaran yang
 Mengkaitkan ltopik lyang ldibahas akan dibahas
dengan lpengalaman lsiswa.
Mendorong lsiswa luntuk lmengingat
pengalaman lsehari lharinya ldan
menunjukan lketerkaitannya ldengan
topik lpembelajaran lyang lsedang
dibahas.
 Membentuk lkelompok, lmemberikan  Membentuk lkelompok ldan
kesempatan luntuk lberkerja lsama berusaha lbekerja ldalam
dalam lkelompok lkecil lsecara kelompok. l l
mandiri.  Membuat lprediksi lbaru.
 Guru lberperan lsebagai lfasilitator  Mencoba lalternatif lpemecahan
Eksplorasi  Mendorong lsiswa luntuk lmenjelaskan dengan lteman lsekelompok,
konsep ldengan lkalimat lmereka mencatat lpengamatan, lserta
sendiri. mengembangkanlide-ide tertentu.
 Meminta lbukti ldan lklarifikasi  Menunjukan lbukti ldan memberi
penjelasan lsiswa, lmendengar lsecara klarifikasi lterhadap lide-ide
kritis lpenjelasan lantar lsiswa. baru.
 Memberikan ldefinisi ldan lpenjelasan  Mencermati ldan lberusaha
dengan lmemakai lpenjelasan ldengan memahami lpenjelasan lguru
memakai lpenjelasan lsiswa lterdahulu
sebagai ldasar ldiskusi.
 Mendorong siswa untuk menjelaskan  Mencoba memberikan penjelasan
konsep dengan kalimat mereka sendiri. terhadap konsep yang ditemukan.
 Meminta bukti dan klarifikasi  Menggunakan pengalaman dan
penjelasan siswa. catatan dalam pemberi
11

 Mendengar secara kritis penjelasan penjelasan,


antara siswa.  Mendiskusikan.
Explanation
 Memandu diskusi.
Elaboration  Mengingatkan lsiswa lpada lpenjelasan  Menerapkan lkonsep ldan
alternatif ldan lmempertimbangkan keterampilan ldalam lsituasi baru
data/bukti lsaat lmereka dan lmenggunakan llabel ldan
mengeksplorasi lsituasi lbaru. definisi lformal. l
 Mendorong ldan lmemfasilitasi lsiswa  Bertanya, lmengusulkan
mengaplikasi lkonsep/keterampilan pemecahan, lmembuat keputusan,
dalam lseting lyang lbaru. l lmelakukan, percobaan, ldan
 Mengamati lpengetahuan latau lpengamatan. l
pemahaman lsiswa ldalam lhal  Mengevaluasi lbelajarnya sendiri
penerapan lkonsep lbaru. dengan lmengajukan lpertanyaan
terbuka ldan lmencari ljawaban
yang lmenggunakan lobservasi,
bukti ldan lpenjelasan lyang
diproleh lsebelumnya
Evalution  Mendorong lsiswa lmelakukan evaluasi  Mengambil lkesimpulan llanjut
diri. atas lsituasi lbelajar lyang
 Mendorong lsiswa lmemahami dilakukannya
kekurangan/kelebihan ldalam lkegiatan  Melihat ldan lmenganalisis
pembelajaran. kekurangan/kelebihan ldalam
kegiatan lpembelajaran.
(Rizki et al., 2023)
Keunggulan model lpembelajaran lLearning lCycle l5E ladalah: lDengan lmeningkatkan
motivasi lbelajar lkarena lsiswa lterlibat laktif ldalam lproses lpembelajaran ldan lmembantu
mengembangkan lsikap lilmiah lsiswa, lpembelajaran lmenjadi llebih lbermakna. lSedangkan
kelemahan lmodel lpembelajaran lLearning lCycle l5E ladalah: lrendahnya lefektivitas
pembelajaran lJika lguru lkurang lmenguasai lmateri ldan llangkah-langkah lpembelajaran,
maka ldiperlukan lkeseriusan ldan lkreativitas lguru ldalam lmerancang ldan lmelaksanakan
proses lpembelajaran, lmemerlukan lkelas lyang llebih lterencana ldan lterorganisir.
manajemen, ldan lmembutuhkan llebih lbanyak lwaktu ldan lenergi. lbanyak ldalam
menyusun lrencana ldan lmelaksanakan lpembelajaran(Bahri & Adiansha, 2020).
Kekurangan dari Learning Cycle 5E adalah: 1. Siswa lmasih lbelum lterbiasa ldengan
pembelajaran lbaru, lsehingga lsiswa lhanya lduduk ldiam ldi lkelas lsambil lmendengarkan
dan lmencatat linformasi lyang ldiberikan loleh lguru latau ltemannya. lUpaya lyang
dilakukan luntuk lmengubah lsikap ltersebut lantara llain ldengan lmengelompokkan lsiswa
dengan lsiswa lyang laktif ldalam lkegiatan lpembelajaran lagar lsiswa ldapat ltermotivasi.
12

Selain litu lguru lmenunjuk lsiswanya lmenjadi lketua lkelompok lagar lmempunyai
tanggung jawab ldan llebih laktif. l2. lKeterbatasan lwaktu lpembelajaran lmengakibatkan
lhasil lyang kurang loptimal lterutama lpada ltahap lExplore. lUpaya lyang ldilakukan luntuk
memaksimalkan lproses lpembelajaran lantara llain ldengan lmengevaluasi lkegiatan
pembelajaran lpada lsetiap lpertemuan ldan lmengatur lwaktu lsebaik lmungkin lagar tahapan
pembelajaran ltercapai. l3. lEfektivitas lpembelajaran lrendah ljika lguru ltidak lmenguasai
materi ldan llangkah lpembelajaran. l4. lMenuntut lkeseriusan ldan lkreativitas lguru ldalam
merancang ldan lmelaksanakan lproses lpembelajaran. l5. lMemerlukan lpengelolaan lkelas
yang llebih lterencana ldan lterorganisir (Cahyani et al., 2021)
2.2 Model Problem Based Learning (PBL)
Model lpembelajaran lyang ldapat ldigunakan luntuk lmeningkatkan lkualitas lproses
dan lhasil lpembelajaran ladalah lmodel lpembelajaran lProblem lBased lLearning.
Pembelajaran berbasis masalah difokuskan pada masalah dimana siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri dan mengembangkan keterampilan inkuiri dan berpikir ke tingkat
yang lebih tinggi (Qomariyah, 2019). Model pembelajaran PBL mencakup pembelajaran
yang melibatkan dan memfokuskan siswa secara keseluruhan, yang digunakan untuk
menentukan materi yang dipelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada saat proses pembelajaran membuat
siswa lebih banyak berpikir dibandingkan menghafal dan lebih memahami pelajaran melalui
diskusi (Janah & Widodo, 2018).
Dalam lmodel lPBL, lsiswa lberperan laktif ldalam lmenyelesaikan lpermasalahan
yang lada lkemudian lmenarik lkesimpulan ldengan lmenentukan llangkah lapa lyang lharus
diambil. lSemakin ldekat ldengan ldunia lnyata lmaka lakan lsemakin lbaik lpula
pengaruhnya lterhadap lpeningkatan lketerampilan lsiswa. lBerdasarkan lmasalah lyang
diberikan, lsiswa lbekerja lsama ldalam lkelompok luntuk lmemecahkan lmasalah ldengan
mengacu lpada lpengetahuan lyang ltelah lmereka lmiliki ldan linformasi lbaru lyang lrelevan
(Permatasari let lal., l2019). lModel lpembelajaran lProblem lBased lLearning l(PBL)
menekankan lpada lproses lkegiatan lbelajar lmengajar lyang llebih lluas, lmenciptakan
peluang luntuk lmengembangkan lpengetahuan, lketerampilan, ldan lsikap lsecara lbermakna
terkait lpembelajaran lkolaboratif lsehingga lmembangun lpengetahuan lkooperatif,
membantu lsiswa lmembangun lhubungan lyang leksplisit lantara lsikap lterhadap lkerja
sama ldan lberprestasi. lhasil lpembelajaran, ldan lmengidentifikasi lketerampilan
13

lkolaboratif khusus lyang ldibutuhkan lsiswa ldan ldiperoleh lmelalui lkelompok kolaboratif.
(Mulyanto et al., 2018). Masalah dalam kegiatan PBL harus merupakan masalah khas yang
berhubungan dengan pekerjaan atau situasi yang mencakup informasi yang hilang atau
jawaban yang tidak jelas seperti studi kasus yang tidak terstruktur (Miner-Romanoff et al.,
2019).
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam bentuknya yang paling berkembang
adalah suatu pendekatan terhadap desain dan implementasi kurikulum daripada strategi atau
metode pengajaran. Kurikulum PBL dirancang berdasarkan permasalahan yang
komprehensif, nyata, dan kompleks yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang ditentukan oleh hasil
kurikulum. Penggunaan pemecahan masalah didasarkan pada premis bahwa paparan terus
menerus terhadap serangkaian masalah yang sesuai akan membantu peserta didik
memperoleh dasar pengetahuan yang substansial, memperdalam pengetahuan mereka.
(Valdez & Bungihan, 2019). Siswa tidak hanya diberikan materi pembelajaran satu arah saja,
seperti pada penerapan metode pembelajaran konvensional. Dengan model pembelajaran
berbasis masalah, proses pembelajaran diharapkan berlangsung secara alami berupa aktivitas
siswa untuk lmemperkuat lkemampuan lpemecahan lmasalah ldan lmeningkatkan
kemandirian lsiswa, lsehingga lsiswa lmampu lmerumuskan, lmemecahkan, ldan menafsirkan
matematika ldalam lberbagai lkontek l(Safithri l& lHuda, l2021).
Model lpembelajaran lProblem lBased lLearning l(PBL) lmembantu lguru
menciptakan llingkungan lpembelajaran lyang ldimulai ldengan lmasalah lpenting ldan
relevan lbagi lsiswa, ldan lmemungkinkan lsiswa lmemperoleh lpengalaman lbelajar lyang
lebih. lMenurut lGlazer ldalam l(Suarsani, l2019) lPBL lmenekankan lpembelajaran lsebagai
proses lyang lmelibatkan lpemecahan lmasalah ldan lberpikir lkritis ldalam lkonteks ldunia
nyata. lMelalui lPBL, lsiswa lmemperoleh lpengalaman ldalam lmenghadapi lpermasalahan
realistis ldan lmenekankan lpenggunaan lkomunikasi, lkerjasama, ldan lsumber ldaya lyang
ada luntuk lmerumuskan lide ldan lmengembangkan lketerampilan lpenalaran. lSiswa ltidak
hanya ldiberikan lmateri lpembelajaran lsatu larah lsaja, lseperti lpada lpenerapan lmetode
pembelajaran lkonvensional. lDengan lmodel lpembelajaran lPBL, lproses lpembelajaran
diharapkan lberlangsung lsecara lalami lberupa laktivitas lsiswa luntuk lmemperkuat
kemampuan lpemecahan lmasalah ldan lmeningkatkan lkemandirian.
14

Terdapat enam lciri lkhusus lPBL, lyaitu: l(1) lpembelajaran lberpusat lpada lsiswa;
(2) lpembelajaran lterjadi lpada lkelompok lkecil lsiswa; l(3) lguru lberperan lsebagai
fasilitator; l(4) lmasalah lmenjadi lfokus ldan lstimulus lpembelajaran; l(5) lmasalah
merupakan lcara luntuk lmengembangkan lkemampuan lpemecahan lmasalah lklinis; ldan (6)
informasi lbaru ldiperoleh lmelalui lpembelajaran mandiri (Ariyani & Kristin, 2021).
Dalam (Suswati, 2021) menjelaskan ada lima langkah pokok, dimulai ldari lguru
mengenalkan lsuatu lmasalah lkepada lsiswa ldan ldiakhiri ldengan lmenyajikan ldan
menganalisis lhasil lpekerjaan lsiswa. lLima llangkah ltersebut ladalah lsebagai lberikut:
Tahap l1: lMengorientasikan lsiswa lpada lmasalah. lGuru lmenjelaskan ltujuan
pembelajaran, lmenjelaskan llogistik lyang ldiperlukan, lmengajukan lfenomena,
demonstrasi, latau lcerita luntuk lmengangkat lmasalah, ldan lmemotivasi lsiswa luntuk
terlibat ldalam lpenyelesaian lmasalah lyang ldipilih. lTahap l2: lMengorganisir lsiswa luntuk
belajar. lGuru lmembantu lsiswa lmendefinisikan ldan lmengatur ltugas-tugas lbelajar lyang
berkaitan ldengan lmasalah. lTahap l3: lMemandu lpenyelidikan lindividu latau lkelompok.
Guru lmendorong lsiswa luntuk lmengumpulkan linformasi lyang lsesuai, lmelakukan
percobaan luntuk lmemperoleh lpenjelasan, ldan lmemecahkan lmasalah. lTahap l4:
Mengembangkan ldan lmempresentasikan lkarya. lGuru lmembantu lsiswa ldalam
merencanakan ldan lmempersiapkan lpekerjaan lyang lsesuai, lseperti llaporan, lvideo, ldan
model, lserta lmembantu lmereka lmencatat ltugas lmereka luntuk ldibagikan lkepada lteman-
temannya. lTahap l5: lMenganalisis ldan lmengevaluasi lproses lpemecahan lmasalah. lGuru
membantu lsiswa lmerefleksikan latau lmengevaluasi lpenyelidikan lmereka ldan lproses
yang lmereka lgunakan.
Dalam PBL, guru lebih berperan sebagai fasilitator dibandingkan instruktur. Fasilitator
membantu lkelompok lmembangun lpemahaman ldan lmenghubungkan lkonsep ldengan
perancah linformasi, lmengarahkan leksplorasi, lmemperkuat lpemahaman lkonsep lyang
sulit, ldan lmemperkenalkan lsumber ldaya. lSelain litu, lfasilitator lmendorong lrefleksi
terhadap lproses lkelompok ldan lhasil lkelompok. lSeorang lfasilitator ljuga ldapat ldianggap
sebagai lpelatih latau lpemandu lyang lmemberikan lumpan lbalik. (Seibert, 2021).
Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dilihat pata tabel
dibawah

Tabel 2 2 Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


15

No Fase-Fase Kegitan Guru Kegiatan Siswa


1 Memberikan  Guru lmenyampaikan ldan  Kelompok yang dibentuk
orientasi tentang membahas ltujuan menaganalisis dan memahami
permasalahan pembelajaran, masalah yang diberikan guru ,
mendeskripsikan lberbagai dan juga yang didapat dari
kebutuhan llogistik lpenting, bacaan dan kejadian sehari-
dan lmemotivasi lsiswa luntuk sari
terlibar ldalam lkegiatan
mengatasi lmasalah. lMasalah
bisa lditemukan lsendiri loleh
siswa lmelalui lbahan lbacaan
atau llembar lkegiatan
2 Mengorganisasikan  Guru mengomunikasikan apa  Siswa melakukan diskusi dam
peserta didik untuk yang akan dikerjakan oleh membagi tugas untuk mencari
meneliti siswa dalam pembelajaran data, bahan, dan alat yang
yang terkait dengan akan digunakan dalam
permasalahan dalam bentuk memecahkan masalah`
kelompok dan memahami
tugas masing-masing anggota
3 Membantu  Guru lmendorong lsiswa  Siswa melakukan
investigasi mandiri untuk lmendapatkan informasi penyelidikan melalui referensi
dan kelompok yang ltepat, lmelaksanakan sebagai bahan diskusi
eksperimen ldan lmencari kelompok
penjelasan ldan lsolusi
4 Mengembangkan  Guru lmemantau ldiskusi ldan  Siswa melakukan diskusi
dan membimbing lpembuatan kelompok untuk mendapatkan
mempresentasikan laporan luntuk lmenyajikan solusi untuk pemecahan
hasil diskusi hasil lkarjanya ldengan lcara maslah dan hasilnya
kelompok presentasi ldidepan lkelas. dipresentasiakan dalam bentuk
karya
5 Menganalisis dan  Guru lmembimbing lsiswa  Setiap lkelompok lmelakukan
mengevaluasi untuk lmelakukan lrefleksi presentasi, lkelompok lyang
proses masalah terhadap linvestigasi ldan lain lmemberikan lapresiasi.
proses-proses lyang lmereka Kegiatan ldilanjutkan ldengan
gunakan, ldan lguru lbeserta merangkum/ lmembuat
siswa lmenyimpulkan kesimpulan lsesuai ldengan
pembelajaran ldan masukan lyang ldiperoleh dari
mengaitkannya ldengan kelompok llain.
masalah lyang ltelah
dianalisis.
(Amin et al., 2021)
Dalam penerapan model Problem Based Learning (PBL), terdapat kekurangan,
kendala, dan kelebihan yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. persiapan pembelajaran yang rumit
(alat, masalah, dan konsep); 2. kesulitan dalam menemukan permasalahan yang relevan; 3.
miskonsepsi yang sering terjadi; dan 4. konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan
16

waktu yang cukup dalam proses penyelidikannya. Jadi terkadang banyak waktu yang tersita
untuk proses ini. Disisi lain model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis dan terdapat nilai positif yang dirasakan siswa pula. Siswa yang
mendapat perlakuan dengan model pembelajaran berbasis masalah menjadi lebih aktif dan
terlibat langsung dalam mengorganisasikan penemuan informasi dan menghubungkan
komunikasi matematis dengan kegiatan pembelajaran yaitu berdiskusi, menyajikan hasil,
bertanya, dan memberikan pendapat, sehingga terjadi komunikasi matematis siswa.
keterampilan meningkat. Keterampilan komunikasi siswa meningkat setelah pembelajaran
dengan model pembelajaran berbasis masalah; mereka menjadi lebih aktif dalam belajar
sehingga mampu mengerjakan soal-soal yang berbeda dari contoh yang diberikan; mereka
mampu mencari sendiri; mereka mengalami interaksi antar kelompok dan bertukar pikiran
secara ilmiah; dan mereka mampu menyelesaikan proses pemecahan masalah (Gulo, 2022).
2.3 Praktikum
Praktikum adalah suatu kegiatan lyang lmembimbing lsiswa luntuk lmelakukan
pengamatan lpercobaan lterhadap lsuatu lkonsep latau lprinsip lsuatu lmateri lyang
ldilakukan di ldalam latau ldi lluar llaboratorium. lSehingga ldapat lmemicu lsiswa luntuk
lberpikir kritis, lmenganalisis, largumentatif, ldan lmencari ljawaban lberbagai lpermasalahan
lmelalui pengalaman llangsung. lPembelajaran lpraktik lmemberikan ldampak lpositif
lterhadap pengembangan lsikap lilmiah lsiswa. lStrategi lpembelajaran lpraktis ldapat
lmembantu siswa mengembangkan lketerampilan ldan lkemampuan lberpikir. lDengan
lpembelajaran lpraktik, siswa ldirangsang luntuk laktif lmemecahkan lmasalah, lberpikir
lkritis ldalam lmenganalisis permasalahan ldan lfakta lyang lada, lserta lmenemukan lkonsep
ldan lprinsip, lsehingga tercipta lkegiatan lpembelajaran llebih lbermakna ldalam lsuasana
lbelajar lyang lkondusif (Laluas et al., 2022).
Menurut (Maesaroh & Fatisa, 2022) praktikum mempunyai kelebihan dan tujuan sebagai
berikut: 1) Suatu cara untuk menjamin keakuratan data yang dikumpulkan selama praktikum
selama pembelajaran; 2) Alat untuk membangun hubungan sebab akibat antar variabel fisik;
3) Alat untuk menetapkan hukum yang berkaitan dengan fenomena tertentu; 4) Alat untuk
melakukan eksperimen Anda sendiri; 5) Alat untuk mengasah teknik penanganan alat Anda;
6) Alat penerapan metode ilmiah; 7) Alat untuk melaksanakan atau memulai penelitian
independen.
2.4 Hasil belajar
17

Hasil lbelajar ldapat ldiartikan lsebagai lsesuatu lyang ldapat ldilakukan lsiswa lyang
sebelumnya ltidak ldapat ldilakukannya, lsebagai lcerminan lkompetensi lsiswa. lHasil
belajar lmerupakan lkemampuan lyang ldimiliki lsiswa lsetelah lmenerima lpengalaman
belajarnya. lHasil lbelajar lmerupakan lpola ltindakan, lnilai, lpemahaman, lsikap,
penghayatan, ldan lketerampilan lsebagai lhasil linteraksi ldalam lpembelajaran. lHasil
belajar lmempunyai lperanan lpenting ldalam lproses lpembelajaran lkarena ldapat
memberikan linformasi lkepada lguru ltentang lkemajuan lsiswa ldalam lmencapai ltujuan
belajarnya lmelalui lkegiatan lpembelajaran, lterlihat ldari lnilai lyang ldiperolehnya lsetelah
proses lpembelajaran. l(Simamora let lal., l2020).
Hasil lbelajar lini lmerupakan ltujuan lakhir lyang lingin ldicapai lsetelah lsuatu
proses lkegiatan lbelajar lyang lmengarah lpada lperubahan lpositif lmelalui lusaha lsadar dan
dilaksanakan lsecara lsistematis. lAkhir ldari lproses lpembelajaran ladalah lperolehan lhasil
belajar lsiswa, lyang lmerupakan lhasil linteraksi ltindakan lbelajar ldan ltindakan lmengajar.
Penggunaan langka lpada lhasil ltes ltertentu ldimaksudkan luntuk lmengetahui ldaya lserap
siswa lsetelah lmenerima lmateri lpelajaran. lSejumlah lpengalaman lyang ldiperoleh lsiswa
meliputi lranah lkognitif, lranah lafektif, ldan lranah lpsikomotorik. lHasil lbelajar
mempunyai lperanan lpenting ldalam lproses lpembelajaran lkarena lakan lmemberikan
informasi lkepada lguru ltentang lkemajuan lsiswa ldalam lmencapai ltujuan lbelajarnya
melalui lproses lkegiatan lbelajar lmengajar lselanjutnya (Pamungkas & Koeswanti, 2021).
Pendapat serupa juga dikemukakan mengenai kenyataan bahwa lhasil lbelajar lyang
dicapai lsiswa lmerupakan lhasil linteraksi lberbagai lfaktor lyang lmempengaruhi, lbaik
internal lmaupun leksternal. lFaktor linternal ldan leksternal lyang lmempengaruhi lhasil
belajar ladalah: la. lFaktor linternal: lfaktor linternal ladalah lfaktor lyang lberasal ldari dalam
diri lsiswa ldan lmempengaruhi lkemampuan lbelajarnya. lFaktor linternal ltersebut lmeliputi
kecerdasan, lminat, ldan lperhatian; lmotivasi lbelajar; lkegigihan; lsikap; lkebiasaan lbelajar;
serta lkondisi lfisik ldan lkesehatan. lb. lFaktor leksternal l: lfaktor lyang lberasal ldari lluar
siswa lyang lmempengaruhi lhasil lbelajar lyaitu lkeluarga, lsekolah, ldan lmasyarakat.
Keadaan lkeluarga lmempengaruhi lhasil lbelajar lsiswa. lKeluarga lyang lkondisi
ekonominya lmemprihatinkan, lpertengkaran lsuami listri, lkurangnya lperhatian lorang ltua
terhadap lanaknya, lserta lkebiasaan lkeseharian lperilaku lburuk lorang ltua ldalam
kehidupan lsehari-hari, lberdampak lpada lhasil lbelajar lsiswa (Tasya & Abadi, 2019).
18

(Dakhi, 2022) Dalam penelitiannya beliau menyatakan lbahwa lhasil lbelajar lsecara
garis lbesar ldibagi lmenjadi ltiga lbidang, lyaitu: l1. lHasil lbelajar lkognitif. lDalam lbidang
kognitif lmeliputi lhasil lbelajar lmengingat, lmemahami, lmenerapkan, lmenganalisis, ldan
mengevaluasi. l2. lHasil lbelajar lafektif. lHasil lbelajar lpada lranah lafektif lberhubungan
dengan lnilai. lMenurut lKrathwol, lpenerimaan, lrespon, lpenilaian, lpengorganisasian, ldan
karakteristik lnilai latau linternalisasi. l3. lHasil lbelajar lpsikomotorik. lHasil lbelajar
psikomotor lberupa lgerak lrefleks l(keterampilan lgerak lbawah lsadar), lketerampilan lgerak
dasar, lkemampuan lperseptual, ltermasuk lmembedakan lmotorik lvisual ldan lpendengaran
dan llain-lain, lkemampuan lfisik lmisalnya lkekuatan lharmoni ldan ldeterminasi, lgerak-
gerak lketerampilan, lmulai ldari lketerampilan lsederhana lhingga lketerampilan lkompleks,
dan lkemampuan terkait (Aminah & Siti, 2018).
2.5 Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan lkimia lmenjelaskan lkeadaan ldimana llaju lreaksi lmaju ldan llaju reaksi
balik lsama lbesar ldan ldimana lkonsentrasi lreaktan ldan lproduk ltetap ltidak lberubah
seiring lberjalannya lwaktu. lReaksi lkimia lterjadi ldalam ldua lbentuk lyaitu lreaksi lsatu
arah latau lirreversible ldan lreaksi lbolak-balik latau lreversible. lAdapun lperbedaan lantara
kedua lreaksi lini lyaitu:
a. Reaksi lsatu larah l(Irreversible)
Jika lkita lmemperhatikan lkertas lterbakar. lApakah labu lhasil lpembakaran lkertas
dapat ldiubah lkembali lmenjadi lkertas lseperti lsemula. lReaksi lseperti lini ldigolongkan
sebagai lreaksi lyang lberlangsung lsearah latau lreaksi lyang ltidak ldapat lbalik
(irreversible). lDalam lkehidupan lsehari-hari lkita lsulit lmenemukan lreaksi lyang ldapat
dibalik. lProses-proses lalami lumumnya lberlangsung lsearah.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Pada lreaksi ltersebut lNaOH lhabis lbereaksi ldengan lHCl lmembentuk NaCl
dan lair. lNaCl ldan lair ltidak ldapat lbereaksi lkembali lmenjadi lNaOH ldan lHCl.
b. Reaksi lbolak-balik l(Reversible)
Reaksi lbolak-balik l(Reversible). lReaksi lbolak-balik l(reversible) ladalah lreaksi
dua larah, ldimana lzat-zat lhasil lreaksi ldapat lbereaksi lkembali lmembentuk lzat lpereaksi.
Reaksi lkesetimbangan ldinamis ldapat lterjadi lbila lreaksi lyang lterjadi lmerupakan lbolak-
19

balik. lReaksi lreversible ldapat lkita ljumpai ldidalam lLaboratorium lmaupun lindustri.
lContoh: lN2(g) l+ l3H2(g) l⇌ l2 lNH3(g)
Jika lcampuran lgas lnitrogen ldan lgas loksigen ldipanaskan lakan lmenghasilkan
ammonia. lSebaliknya, ljika lammonia ldipanaskan lakan lterurai lmembentuk lnitrogen ldan
hidrogen. lReaksi ldua larah lbaik lyang lberlangsung ldalam lsistem ltertutup lakan lberakhir
dengan lsuatu lkeadaan lsetimbang. lKapankah lsuatu lreaksi lmencapai lkeadaan lsetimbang
dan lbagaimana lkita lmengetahui lbahwa lkesetimbangan ltelah ltercapai? lKeadaan
setimbang ldimana llaju lmenghilangnya lsuatu lkomponen lsama ldengan llaju pembentukan
komponen ltersebut. lBerarti ljumlah lmasing-masing lkomponen ltidak lberubah lterhadap
waktu. lOleh lkarena litu ltidak lada lperubahan lyang ldapat ldiamati latau ldiukur l(sifat
makroskopis ltidak lberubah), lreaksi lseolah-olah ltelah lberhenti. lKita ldapat lkatakan
bahwa lcampuran ltelah lmencapai lkeadaan lsetimbang l(kesetimbangan). lAkan ltetapi,
melalui lpercobaan ldapat lditunjukkan lbahwa ldalam lkeadaan lsetimbang ltersebut. lreaksi
tetap lberlangsung lpada ltingkat lmolekul l(tingkat lmikroskopis). lKesetimbangan lkimia
disebut ljuga lkesetimbangan ldinamis.
Kesetimbangan ldapat ldibedakan latas lbeberapa ljenis lberdasarkan lwujudnya,
lkesetimbangan ldibedakan latas ldua ljenis lyaitu l:
1. Kesetimbangan lhomogen. l
Kesetimbangan lhomogen ladalah lkesetimbangan lyang lsemua lkomponennya lsatu lfase.
Kesetimbangan lhomogen ldapat lberupa lsistem lgas latau llarutan.
Contoh: CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO-(aq) + H+(aq)
2. Kesetimbangan lheterogen. l
Kesetimbangan lheterogen ladalah lkesetimbangan lyang lkomponennya lterdiri ldari ldua
fase latau llebih. lKesetimbangan lheterogen lumumnya lmelibatkan lkomponen lpadat-gas
atau lcair-gas. lDalam lkesetimbangan lheterogen, ljika lzat-zat lmurni latau lcairan- lcairan
murni lyang ltidak ldapat ldicampur ladalah lpereaksi ldalam lsuatu lsistem ldengan lsatu lgas
atau llebih, lmaka ltetapan lkesetimbangan ldapat lditulis lhanya ldalam ltekanan lparsial lgas
karena lkonsentrasi lzat lpadat lmurni latau lzat lcair lmurni lpraktis lkonstan lmeskipun
tekanannya lberubah.
Contoh: CaCo3(s) ⇌ CaO(s) + CO2
Seorang lahli lkimia lPrancis, lHenry lLouis lLe lChatelier lberpendapat lsebagai
berikut: l“Bila lterhadap lsuatu lkesetimbangan ldilakukan lsuatu ltindakan l(aksi), lmaka
20

sistem litu lakan lmengadakan lreaksi lyang lcenderung lmengurangi lpengaruh laksi
tersebut”. lSecara lsingkat, lasas lLe lChatelier ldapat ldisimpulkan lsebagai lberikut:
Reaksi = - Aksi
Cara lsistem lbereaksi ladalah ldengan lmelakukan lpergeseran lkekiri latau lkekanan.
Menurut lasas lLe lChatelier ldapat ldiramalkan larah lpergeseran lkesetimbangan lyaitu:
1. Pengaruh lkonsentrasi l
Jika lkonsentrasi lsalah lsatu lkomponen lditambah, lmaka lreaksi lsistem ladalah
mengurangi lkomponen ltersebut. lSebaliknya, ljika lkonsentrasi lsalah lsatu lkomponen
diperkecil, lmaka lsistem ladalah lmenambah lkomponen litu.
2. Pengaruh ltekanan l
Jika ltekanan ldiperbesar l(volum ldiperkecil), lkesetimbangan lakan lbergeser lkearah
jumlah lkoefisiennya lterkecil. lSebaliknya, ljika ltekanan ldiperkecil l(volum ldiperbesar),
kesetimbangan lakan lbergeser lkearah lyang ljumlah lkoefisiennya lterbesar.
3. Pengaruh lSuhu l
Jika lsuhu lsistem ldinaikkan, lmaka lreaksi lsistem lakan lmenurunkan lsuhu,
kesetimbangan lakan lbergeser lke lpihak lyang lmenyerap lkalor l(endoterm). lSebaliknya
jika lsuhu lditurunkan, lmaka lkesetimbangan lakan lbergeser lkepihak lreaksi lyang
mengurangi lkalor l(eksoterm). lPerubahan lkonsentrasi latau ltekanan ltidak lmengubah
tetapan lkesetimbangan. lSedangkan lperubahan ltemperatur lmempengaruhi lkuantitas
pereaksi ldan lproduk, lmaka lkenaikan ltemperatur lmengubah lharga ltetapan
kesetimbangan litu lsendiri. l
4. Pengaruh lkatalis l
Katalis ladalah lzat lyang lditambahkan lkedalam lsuatu lreaksi luntuk lmempercepat
reaksi ltanpa likut lbereaksi. lKatalis lberfungsi luntuk lmempercepat lreaksi lberlangsung,
tetapi ltidak lmengubah lkomposisi lkesetimbangan. lKatalis lhanya lmengubah lwaktu lyang
diperlukan luntuk lmencapai lkesetimbangan. lReaksi lyang lmemerlukan lwaktu lberhari-
hari latau lberminggu-minggu luntuk lmencapai lkesetimbangan, ldapat lmencapainya ldalam
beberapa lmenit ldengan lhadirnya lkatalis37. lReaksi lyang lberlangsung ldengan llaju lyang
sesuai lhanya lpada ltemperatur lyang lsangat ltinggi, ldapat lberjalan ldengan lcepat lpada
temperatur lyang ljauh llebih lrendah lbila ldigunakan lkatalis.
Hukum lkesetimbangan ldapat ldisebut ldengan lpersamaan ltetapan lkesetimbangan
(Kc). lTetapan lkesetimbangan lKc ldiberi lharga ldalam lkonsentrasi-konsentrasi lyang
21

dinyatakan ldalam lmol lper lliter. lUntuk lsuatu lsistem lkesetimbangan lyang lmelibatkan
gas, lpengukuran lbiasanya ldilakukan lterhadap ltekanan lbukan lkonsentrasi. lDalam lhal
ini, ltetapan lkesetimbangan ldapat ldihitung ldari ltekanan lparsial lgas-gas. lTetapan lyang
dihitung ldengan lcara lini ldisebut lKp. lUntuk lsystem lkesetimbangan

mA + nB ⇌ pC + qD

Persamaan tetapan kesetimbangannya adalah:


p q
C D
𝐾𝑐 = m n
A B
Oleh karena satuan konsentrasi adalah M, maka satuan:
𝐾𝑐 = 𝑀(𝑃+𝑞)−(𝑚+𝑛)
Tetapan kesetimbangan (Kp)
2H2O(g) ⇌ 2H2(g) + O2(g)
Kp dinyatakan sebagai
𝐾p = ¿ ¿ ¿
Tekanan total sama dengan jumlah tekanan parsial
Ptotal = p 𝐻2𝑂 + p 𝐻2 + p 𝑂2
Secara lnumeris lKp ldan lKc lsaling lberhubungan, luntuk lpersamaan lkesetimbangan
umum yaitu:
wA + xB ⇌ yC + Zd
Hubungan antara Kp dan Kc dinyatakan oleh
∆n
1
𝐾𝐶 = KP
RT
Dengan l∆n l= l(x+z) l- l(w l+x), ljumlah lmolekul lproduk lgas ldikurangi ldengan
jumlah lmolekul lpereaksi lgas ldalam lpersamaan lkesetimbangan. lJika ljumlah lmolekul
pereaksi lgas lsama ldengan ljumlah lmolekul lproduk lgas, l∆ l l= l0, lmaka lKp l= lKc.
2.6 Kerangka Berpikir
Mata pelajaran kimia merupakan bagian dari mata pelajaran IPA yang pada dasarnya
mempelajari mengenai komposisi, fakta, konsep, prinsip, hukum, teori struktur, sifat zat atau
materi dari skala atom hingga molekul-molekul. Salah satu pokok bahasan kimia yaitu
kesetimbangan kimia. Pokok bahasan kesetimbangan kimia merupakan suatu materi yang
bersifat abstrak dan kompleks sehingga membutuhkan kesiapan dan semangat belajar dari
22

siswa untuk memahami pembelajaran yang disampaikan di kelas. Penguasaan lmateri ldan
cara lpemilihan lmetode latau lstrategi lpembelajaran lyang lsesuai lsangat lmenentukan
tercapainya ltujuan lpembelajaran lyang lakan lberdampak llangsung lpada lpeningkatan hasil
belajar. l
Pemilihan ldan lpenguasaan lmodel lpembelajaran lyang ltepat lserta lpenguasaan
keterampilan ldasar lmengajar lmerupakan lsuatu lalternatif ldalam lusaha lmeningkatkan
mutu lpengajaran. lUntuk lmeningkatkan lhasil lbelajar lsiswa ldibutuhkan lmodel
pembelajaran lyang ldapat lmembuat lsiswa laktif ldalam lproses lbelajar, lseperti lmodel
Problem lBased lLearning l(PBL) ldan lLearning lCycle l5E lyang lmenuntut lsiswa laktif
(student lcentre) ldalam lproses lpemecahan lsuatu lmasalah ldalam lpembelajaran. lKedua
model lini ldapat ldigunakan lsebagai lmodel lpembelajaran lyang lsesuai ldengan ltingkat
berpikir ldan lkarakteristik lsiswa ldi lSMA lpada lpembelajaran lkimia, lkhususnya lpada
topik lkesetimbangan lkimia. lKedua lmodel ltersebut ldipilih loleh lpeneliti ldari lbeberapa
banyak lmodel lpembelajaran lagar lsiswa ldapat lterlibat llangsung ldalam lproses
pembelajaran lsehingga lsiswa ldapat lmenemukan lsendiri lkonsep ldari lpembelajaran ldan
dapat lmemahami lmasalah lyang lsedang ldikaji luntuk lmendapatkan lhasil lbelajar lyang
optimal. Siswa dilibatkan secara langsung menggunakan metode-metode ilmiah untuk
memperoleh informasi (pengetahuan). Kegiatan ini secara tidak langsung membentuk
pemahaman siswa tentang konsep pelajaran yang dapat membentuk ingatan jangka panjang
pada mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dan Learning Cycle 5E diharapkan mampu meningkatkan basil belajar siswa.
Dalam penelitian lini lsiswa ldiberikan lperlakuan lyang lberbeda ldalam lpenerapan
model lpembelajaran luntuk lmengetahui ltingkat lpencapaian lhasil lbelajar lyang ldiperoleh
siswa ltentunya lmelalui lsebuah lproses lpenilaian lyang ldilakukan lpeneliti lnantinya. Hasil
belajar siswa dalam konteks penelitian ini juga ditinjau dari kemampuan mereka menalar
melalui perlakuaan praktikum sederhana. Keberhasilan proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh bagaimana siswa dapat membuktikan dan memahami secara nyata hal yang
mereka pelajari.
2.7 Hipotesis penelitian
Hipotesis Verbal
23

Ha = Ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
Learning Cycle 5E dan Problem Based Learning (PBL) berbasis praktikum pada materi
kesetimbangan kimia.
Ho = Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model
Learning Cycle 5E dan Problem Based Learning (PBL) berbasis praktikum pada materi
kesetimbangan kimia.
Hipotesis Statistik
Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Ho : 𝜇1 = 𝜇2

Keterangan l:
𝜇1 l= lRata-rata lhasil lbelajar lpada lmateri lkesetimbangan lkimia lmenggunakan lmodel
Learning lcycle l5E lberbasis lpraktikum lpada lkelas lXI lSMA lNegeri l10 lMedan
T.A.2023/2024.
𝜇2 l= lRata-rata lhasil lbelajar lpada lmateri lkesetimbangan lkimia lmenggunakan lmodel
Problem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum lpada lkelas lXI lSMA lNegeri l10
Medan lT.A. 2023/2024
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian lini lakan ldilaksanakan ldi lSMA lNegeri l10 lMedan, lberalamat lJl. lTilak
No.108, lSei lRengas lI, lKec. lMedan lKota, lKota lMedan, lSumatera lUtara l lpada
semester lganjil ltahun lajaran l2023/2024. lPenelitian lakan ldimulai dari November 2023
sampai Desember 2023.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi ldalam lpenelitian lini ladalah lsiswa lkelas lXI lIPA ldi lSMA lN l10 Medan
tahun lajaran l2023/2024 lyang lterdiri ldari ldua lkelas lsebagai lsampel lpenelitian. lKelas
eksperimen lI lyang ldiajarkan ldengan lmengggunakan lmodel lpembelajaran lLearning
Cycle l5E lberbasis lpraktikum ldan lKelas leksperimen lII lyang ldibelajarkan ldengan
menggunakan lmodel lpembelajaran Problem Based learning (PBL) berbasis praktikum.
3.3 Variabel penelitian
Variabel lbebas ldalam lpenelitian lini ladalah lmodel lLearning lCycle l5E ldan
Model lProblem lBased lLearning l(PBL) lberbasis lpraktikum. lVariabel lterikat ldalam
penelitian lini ladalah lhasil lbelajar. lVariabel lkontrol ldalam lpenelitian lini lyaitu lguru
yang lmengajar, lbuku lyang ldigunakan, lwaktu lbelajar, lmateri lyang ldiajarkan, serta
instrumen tes (pretest dan posttest).
3.4 Defisi Operasional
Berdasarkan judul penelitian lyang lakan ldilakukan, lmaka lpeneliti lakan
memberikan lpenjelasan ltentang ljudul lpenelitian ltersebut:
1. lModel lPembelajaran llearning lCycle l5E ladalah lalah lsatu lmodel lpembelajaran lyang
dapat lmeningkatkan lhasil lbelajar ldan lmelatih lsekaligus lmengembangkan lkemampuan
berpikir lkritis lpeserta ldidik. lPembelajaran llearning lcycle l5E lmerupakan lpembelajaran
bersiklus ldengan llima lfase lyang lbersifat lstudent lcentered. lKelima lfase ldalam
pembelajaran lini ladalah lEngagement, lExploration, lExplanation, lElaboration, ldan
Evaluation. lPada lmodel lpembelajaran lini lmampu lmembantu lpeserta ldidik ldalam
meningkatkan lkemampuan lberpikir lkritis ldan lSiswa lakan ldidorong luntuk
mengeksplorasi lpengetahuan, lkemudian l lmembangun lkonsep, ldan lakhirnya
menerapkannya ldengan lmenggunakan lmodel lpembelajaran lLearning lCycle l l(Santoso,
2020).
2. lModel lPembelajaran lProblem lBased lLearning l(PBL) ladalah lsalah lsatu model
pembelajaran interaktif yang berpusat terhadap siswa. Dimana dalam model ini sebuah
25

produk pengetahuan bisa dibuat dan bernilai dilihat dari berbagai tugas distrit melalui
presentasi dan pemecahan permasalahan. Model PBL dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman konseptual siswa dan dapat membuat efek positif terhadap penyampaian
pehaman dalam jangka panjang siswa, menyajikan hasil karya siawa (Evendi & Verawati,
2021).
3. Hasil lbelajar lyang lbaik ldiperoleh ldari lproses lbelajar lyang lbaik. lHasil lbelajar
merupakan lsuatu lperubahan lyang ldiperoleh lsetelah lmengalami lproses lbelajar l(Ningrat
et al., 2018). lHasil lbelajar lmerupakan lpenilaian lhasil lyang lsudah ldicapai loleh lsetiap
peserta ldidik ldalam laspek lpengetahuan, laspek lsikap ldan laspek lketerampilan lyang
diperoleh lsebagai lakibat lusaha lkegiatan lbelajar ldan ldinilai ldalam lperiode ltertentu
(Nurrita, 2018).
4. lKegiatan lpraktikum lmerupakan lkegiatan lwajib lbagi lmahasiswa ljurusan lkimia.
Kegiatan lpraktikum lbertujuan luntuk lmemberikan lpemahaman lkepada lmahasiswa ltidak
hanya lteori lnamun lkonsep lkimia lyang llebih lrealistis ldan lmenarik. lSelain litu,
lkegiatan praktikum ljuga lmenumbuhkan lkemampuan l“practical lskill” lsiswa. lKegiatan
lpraktikum umumnya ldiawali ldengan lpre-test ldan ldiakhiri ldengan lpost-test (Muchtar et
al., 2022)
3.5 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang ldigunakan ldalam lpenelitian lini ladalah lQuasi lEksperimen,
dengan lmenggunakan ljenis lOne lpretest-posttest lgrup ldesign. lPenelitian lini
menggunakan ldua lkelas. lKedua lkelas ltersebut lmasing-masing lakan ldijadikan lsebagai
kelas leksperimen lI l(model lLeraning lcycle l5E) ldan lkelas leksperimen lII l(Model
Problem lBased lLearning) berbasis praktikum.
Secara rinci rancangan penelitian ini disajikan pada tabel 3.1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Rancangan Penelitian
Kelas Tes Awal (Pretest) Perlakuan Tes Akhir (Posttest)
Eksperimen I T1 X1 T2
Eksperimen II T1 Y2 T2
Keterangan:
X = Kelas eksperimen I dengan pembelajaran menggunakan model Learning Cycle 5E
berbasis praktikum
26

Y = Kelas eksperimen II pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)


berbasis praktikum
T1 = Tes kemampuan awal (Pretest) pada kelompok eksperimen I dan eksperimen II
Sebelum diberikan perlakuan.
T2 = Tes Kemampuan akhir (posttest) pada eksperimen I dan eksperimen II setelah
diberikan perlakuan.

Populasi

Sampel

Pretest

Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II

Pembelajaran Learning Cycle 5E Pembelajaran Problem Based


berbasisi praktikum Learning berbasis praktikum

Posttest

Data

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data berupa hasil belajar siswa. Data hasil belajar
siswa diperoleh dengan memberikan tes berupa pretest dan posttest pada materi
kesetimbangan kimia.
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian lyang lakan ldilaksanakan lterdiri ldari l3 ltahap lyaitu ltahap lPersiapan,
tahap lPelaksanaan, ldan ltahap lakhir lsebagai lberikut:
27

a. Tahap Persiapan
Sebelum ldilaksanakan lpenelitian, lpeneliti lterlebih lmelakukan lpersiapan ldimana
lterdapat llangkah lyang lharus ldipersiapkan lpada ltahap lpersiapan lyaitu lantara llain: l
a. Menentukan llokasi lpenelitian; l
b. Mengurus lsurat lizin lobservasi ldan lpenelitian l
c. Melakukan lobservasi llapangan lsebelum lmelakukan lpenelitian
d. Penentuan lsampel luntuk lkelas leksperimen lI ldan lkelas leksperimen lII lmelalui
diskusi ldengan lguru
e. Menentukan lmateri lpokok lyang lakan ldiajarkan lsaat lpenelitian
f. Penyusunan linstrumen ldan ldidiskusikan
g. Membuat lperangkat lpembelajaran lyaitu lsilabus, lrencana lpelaksanaan
pembelajaran l(RPP), llembar lkerja lpeserta ldidik l(LKPD), ldan lmembuat lsoal
posttest ldan lpretest
h. Melakukan luji lcoba lsoal luntuk lmengetahui lvaliditas, lrealibilitas, ltingkat
kesukaran, ldan ldaya lpembeda lsoal ltes
lMembentuk lkelompok lbelajar lpada lsaat lmelakukan lpenelitian, lbaik lpada lkelas
eksperimen lI lmaupun leksperimen lII
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan lyang ldilakukan lpada ltahap lpelaksanaan lyaitu lantara llain: l
a. Menentukan lsampel lsebanyak ldua lkelas lyaitu lkelas lEksperimen lI lyang lakan
dibelajarkan lmenggunakan lmodel lLearning lCycle l5E ldan lkelas leksperimen lII
yang ldibelajarkan lmenggunakan lmodel lProblem lBased lLearning (PBL)
b. Melakukan pendataan terhadap siswa kelas eksperimen I dan kelas ekperimen II
c. Melakukan pretest sesuai bahasan materi sebagai tes awal pada kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan. Pretest terdiri dari tes objektif pilihan ganda sebanyak
40 soal
d. Melaksanakan pembelajaran di kelas dengan lmenggunakan lmodel lpembelajaran
Learning lCycle l5E luntuk lkelas leksperimen lI ldan lpembelajaran lProblem lBased
Learning l(PBL) luntuk lkelas leksperimen lII
e. Menerapkan lLKPD ldengan lmengintegrasikan lsintaks lLearning lCycle l5E lpada
kelas leksperimen lI ldan lMenerapkan lLKPD ldengan lmengintegrasikan lsintaks
Problem lBased lLearning l(PBL) lpada lkelas eksperimen II
28

f. Melakukan posttest pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II sebagai tes akhir
untuk mengukur hasil belajar siswa.
c. Tahap Akhir
Kegiatan lyang ldilakukan lpada ltahap lakhir lmeliputi: l
a. Membuat lsusunan ldata lpretest ldan lposttest ldari lsetiap lkelas lyakni lkelas
eksperimen lI ldan leksperimen lII
b. Melakukan luji lpersyaratan lanalisis ldata lstatistik lyaitu luji lnormalitas, luji
homogenitas ldan luji lhipotesis lpada ldata lhasil lbelajar lsiswa
c. Menerapkan luji lstatistik lyaitu luji-t ldua lpihak luntuk lmenguji lperbedaan lhasil
belajar lsiswa lpada lkelas leksperimen lI ldibandingkan ldengan lkelas leksperimen II
d. Menarik kesimpulan.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen ltermasuk lalat lyang ldipergunakan ldalam lpenelitian lyaitu lberupa ltes
benbentuk lpilihan lganda, luntuk lmendapatkan ldata lmengenai lhasil lbelajar lsiswa. lTes
ini ldipergunakan luntuk lmengukur lpemahaman ldan ltingkat lpemahaman lsiswa lterhadap
mateeri yang yang disampaikan dalam jangka waktu tertentu.
3.8.1 Instrumen tes
Instrumen lyang ldipergunakan ldalam ltes lini lberjumlah l40 lsoal lpilhan lganda
yang lbertujuan lmengukur lkemapuan lkognitif lsiswa. lSoal lpilihan lganda lini ldisusun
berdasarkan ltingkat lkognitif lyaitu laspek lpemahaman l(C2), laspek lPenerapan l(C3), ldan
aspek lanalisis l(C4). lSebelum ltes ldigunakan lkekelas leksperimen lI ldan lII, lmaka
terlebih ldahalu ldilakukan lpengujian lsoal luntuk lmengetahui lvaliditas, lreabilitas, ldan
taraf lkesukaran ltes ldan ldaya bedanya. Jumlah option dari setiap soal sebanyak 5 butir .
Dalam pembuatan istrumen pilihan ganda disesuaikan dengan indikator pembelajaran
yang dicapai peserta didik saat diberlakukannya proses pembelajaran. Indikator tersebut telah
dijabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dijadikan luntuk lmelihat
perbedaan ldari lhasil lbelajar lsiswa lyang ldibelajarkan ldengan lmodel lpembelajaran
Learning lCycle l5E ldan lProblem lBased lLearning (PBL).
1. Uji Validasi Tes
Suatu lbutir ltes ldikatakan lvalid lapabila lbutir ltes ltersebut lmempunyai ldukungan
yang lbesar lterhadap lskor ltotal lyang lmengakibatkan lskor ltotal lmenjadi ltinggi latau
rendah, ldengan lkata llain lbahwa lbutir ltes ltersebut lmempunyai lkesejajaran ldengan lskor
29

total. lUntak lmenentukan lvaliditas lbutir ltes ldilakukan ldengan lmenghitung lkoefisien
kolerasi l(koefisien lvaliditas) lantara lskor lbutir ltes l(item) ldengan lskor, ladapun lsoal
pilihan lberganda ltepat ldigunakan lrumus lvaliditas lbiserial.
Koefisien lvaliditas lyang ldiperoleh l(r) ldibandingkan ldengan lnilai-nilai lr ltabel lpada l𝖺 =
0,05, ldengan lkriteria l: ljika lrxy l> lr ltabel, lmaka litem ltersebut ldikatakan lvalid. lUntuk
memvalidasi butir soal pilihan berganda, rumus yang digunakan adalah persamaan sebagai
berikut.
N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
r xy =
√¿¿¿
Keterangan:
Rxy = Koefisien validasi tes
N = Jumlah seluruh siswa
X = Skor item yang akan dihitung validitasnya
Y = skor Total
2. Uji Reabilitas Test
Reabilitas adalah ketepatan atau keterandalan suatau alat lpengukur lsehingga ljika
alat ltersebut ldigunakann luntuk lmemberikan lhasil lyang lkonsisten. lTinggi lrendahnya
realibilitas lsuatau linstrumen ldiketehui ldari l“koefisien lreabilitasnya” lyang ldisimbolkan
dengan lr11. lHarga lr11 lberkisar lantara l0,0-1,0. lAnalisis lbutir ltest lyang ldilakukan luntuk
menetukan lreabilitas ltest ldipakai lrumus lkuder ldan lrichardson (K-R.20).
2 2
K S −∑ P
r 11 =( )( 2
)
K−1 S
2
(∑ x)
∑ X 2−
2 N
S=
N
Keterangan:
r11 : Reabilitas soal secara keseluruhan
K : Banyak butir soal atau item dalam tes
x : Skor rata-rata
S2 : Varians semia tes
N : Banyak sampel
Untuk menafsirkan harga reabilitas dari soal harga tersebut dikalkulasikan kedalam tabel
kritik r tabel product dengan ∝ = 0,05 dengan kriteria rhitung > rtabel, maka tes dikatakan
realiabel.
30

3. Indeks kesukaran
Suatu lbutir ltest lyang lbaik ladalah lbutir ltes lyang ltidak lterlalu lmudah ldan ltidak
terlalu lsukar. lAngka lyang lmenunjukkan ltingkat lkesukaran lsuatu lbutir ltesr ldisebut
indeks lkesukaran litem l(P) lyang ldapat ldihitung ldengan lformula:
B
P=
JS
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah siswa peserta tes
Dari hasil perhitungan, tingkat kesukaran dapat dikategorikan:
P = 0, 00 – 0,30 dikategorikan soal sukar
P = 0, 31 – 0,70 dikategorikan soalsedang
P = 0, 71 – 1,00 dikategorikan soal mudah

4. Distraktor
Distraktor latau lpengecoh ladalah lsemua lalternatif ljawaban l(option) ldiluar ldari
kunci ljawaban. lSuatu ldistraktor ldikatakan lberfungsi lbaik, ljika ldistraktor ltersebut
mempunyai ldaya ltarik lyang lbesar lbagi lpeserta ltes lyang lkurang lmenguasai lmateri ltes.
Distraktor lyang ltidak ldipilih lsama lsekali l(kosong) lberarti ldistraktor ltersebut ltidak
berfungsi l(jelek). lDari lhasil lanalisis ldistraktor ldapat ldiambil l3 lkeputusan, lyaitu
distraktor ltersebut lditerima, lditolak, latau ldirevisi. lSuatu litem ldisebut lmemenuhi lsyarat
ditinjau ldari lsegi lefektivitas ldistraktor, lapabila:
1. Distraktor ltersebut lpaling lsedikit ldipilih loleh l5% lpeserta ltes
2. Pemilih lKelompok lAtas l≤ lpemilih lKelompok lBawah
3. Tidak llebih ldari l5% lpeserta lyang lblangko.
Jika lpeserta lyang lblangko llebih ldari l5%, latau lpemilih lKelompok lAtas llebih
banyak ldari lpemilih lKelompok lBawah, lmaka lkemungkinan lbesar l“ada lyang ltidak
beres” lpada litem ltersebut lsehingga lharus ldigugurkan latau ldirevisi.
Efektivitas lDistruktor lditentukan lditentukan ldengan lrumus l:
JPA+ JPB
X= X 100 %
JA+ JB
Keterangan:
31

JPA l= lPemilih lKelompok lAtas


JPB l= lPemilih lKelompok lBawah
JA l= lJumlah lSiswa lKelompok lAtas
JB l= lJumlah lSiswa lKelompok lBawah
5. Daya Pembeda Soal
Daya lpembeda ladalah lkemampuan lsuatu litem luntuk lmembedakan lantara lsiswa
yang lberkemampuan ltinggi ldengan lberkemampuan lrendah. lLangkah-langkah
menghitung lindeks ldaya lbeda, lantara llain: l(a) lmengurutkan lskordari lyang l ltertinggi
ke lyang lterendah; l(b) lmenentukan lpeserta ltes lyang lmerupakan lkelompok latas l(JA)
dengan lkelompok lbawah l(JB) ldengan lcara:
1.Untuk lsampel lkecil l(<100 lorang), lmengambil l50% lskor ltertinggi lsebagai
kelompok latas l(JA) ldan l50% lskor lterendah lsebagai lkelompok lbawah l(JB), l(2)
luntuk sampel lbesar l100 lorang), lmengambil l27% lskor ltertinggi lsebagai lkelompok
latas l(JA) dan l27% lskor lterendah lsebagai lkelompok lbawah l(JB); ldan l(c) lmembuat
ltabel analisis ldan lhitung lindeks ldaya lbeda dengan rumus:
BA BB
D= −
JA JB
Keterangan:
JA = Jumlah peserta kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok bawah
BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar
BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
Suatu item dinyatakan memenuhi syarat jika D berkisar antara +0,20 s.d. +10. Harga D
berkisar antara -1 sd. +1. Berikut adalah tingkat pembeda butir tes yang dapat dilihat pads
Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3. 2 Tingkat pembeda butir tes
Interval Kriteria
0, 00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat Baik
32

3.9 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, homogenitas, dan uji-t dua
pihak. Ketiga uji ini dilakukan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, sehingga
dapat terlibat adanya perbandingan distribusi hasil normalitas, homogenitas dan nilai uji-t dua
pihak pada kedua kelas tersebut.
3.9.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat (X2).
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah interval kelas, dimana jum lah interval kelas menggunakan uji chi
kuadrat = 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada kurva normal baku. Kurva
normal baku yang luasnya 100% dibagi menjadi 6 bidang berddasarkan simpangan
bakunya, yaitu 3 dibawah bidang rata-rata. Luas keenam bidang dalam kurva normal
baku adalah : 2,7%, 13,34%, 33,96%, 33,96%,13,34%, 2,7%
2. Menentukan panjang kelas interval (PK), dengan rumus:
Data terbesar− Dataterkecil
Panjang Kelas ( PK ) =
6
3. Menyusun data kedalam tabel penolong untuk menentukan harga Chi Kuadrat Hitung
dengan rumus:
( fo−fh )2
X2=
fh
Tabel 3. 3 Penolong uji normalitas
Interval Fo Fh fo-fh (fo-fh)2 ( fo−fh)
2

fh

Jumlah X2 =….
4. Kriteria pengujian pada taraf nyata 𝛼 = 0,05

Membandingkan harga chi kuadrat hitung (𝜒2) dengan harga chi kuadrat tabel pada 𝛼
= 0,05 dengan db =5. Jika chi kuadrat hitung (𝜒2) < harga chi kuadrat tabel maka data
tersebut berdistribusi normal.
3.9.2 Uji Homogenitas
33

Uji homogenitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang dianalisis homogen
atau tidak. Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah cara varians terbesar
dibandingkan varians terkecil, dengan langkah langkah:
a. Tuliskan Ha dan H0 dalam bentuk kalimat
b. Tuliskan Ha dan H0 dalam bentuk statistik
c. Menghitung standart deviasi sampel
d. Menghitung varians sampel
e. Memasukkan kedalam rumus Fhitung
varians besar
Fhitung =
varians kecil
f. Menetapkan 𝛼 yaitu 0,05
g. Menghitung Ftabel = f (n varians besar-1, n varians kecil-1)
h. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
i. Menentukan kriteria pengujian, jika Fhitung < Ftabel maka data bersifat homogen
(Sugiyono, 2012).
j. Buat kesimpulan
3.9.3 Uji-t Dua Pihak
Hipotesis menggunakan Uji-t dua pihak karena 𝑛1 = 𝑛2 dan varians homogennya (σ 21 =
2
σ 1) dapat digunakan t-test dengan polled varians, dengan dk = 𝑛1 + 𝑛2 − 2. Untuk hipotesis
yang digunakan adalah uji-t hitung, taraf signifikasi 𝛼 = 0,025, derajat kebebasan (dk) = 𝑛1 +
𝑛2 − 2 dengan menggunakan rumus:
x1−x 2
t hitung = 2 2
S ( n−1 ) + S2 ( n−1 ) 1 1
1
√ ( + )
n1 +n 2−2 n1 n2
Keterangan:
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = luas daerah yang dicapai
𝑛1 = banyak peserta didik pada sampel kelas eksperimen I
𝑛2 = banyak peserta didik pada sampel kelas eksperimen II
𝑆1 = simpangan baku pada sampel kelas eksperimen I
𝑆2 = simpangan baku pada sampel kelas eksperimen I
x1 = rata-rata selisih skor peserta didik kelas eksperimen I
x2 = rata-rata selisih skor peserta didik kelas eksperimen II
34

Kriteria pengujian adalah terima Ho jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 dan tarif
nyata 𝛼 = 0,025.
Ha diterima apabila harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Ho diterima apabila harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒l.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Medan, yang beralamat Jl. Tilak
No.108, Sei Rengas I, Kec. Medan Kota, Sumatera Utara dengan melibatkan dua kelas yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran yang berbeda diantaranya kelas eksperimen I
dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis praktikum dan kelas eksperimen II
dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis praktikum. Adapun
materi yang diajarkan yaitu kesetimbangan kimia pada kelas XI IPA semester ganjil tahun
ajaran 2023/2024.
4. 1. 1 Analisis Data Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif (Soal pilihan berganda) untuk
mengetahui hasil belajar siswa yang berisi 40 soal dan 5 pilihan jawaban yaitu a, b, c, d, dan
e. Instrumen tes yang dipilih telah mewakili indikator yang ada dalam materi kesetimbangan
kimia yang digunakan sebagai materi pelajaran dalam penelitian ini. Sebelum instrumen diuji
kepada sampel siswa kelas XI, instrumen tes divalidasi terlebih oleh validator ahli, dosen
jurusan kimia FMIPA UNIMED yaitu untuk kesesuaian konten materi di dalam instrumen
tes. Pada validasi yang dilakukan ahli validasi instrumen tes dari 40 butir soal yang diberikan
dan mendapatkan 35 soal yang dapat dibawa pada uji cobakan kepada siswa. Selanjutnya
instrumen tes diuji cobakan kepada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 10 Medan sebanyak
34 siswa untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
distraktor
4.1.1.1 Validitas Instrumen Tes
Uji validitas dilakukan untuk menentukan keakuratan instrumen dalam mengukur apa
yang ingin diukur. Uji validitas diukur dengan dengan menghitung koefisien kolerasi
(koefisien validitas) antara skor butir tes (item) dengan skor, adapun soal pilihan berganda
tepat digunakan rumus validitas biserial menggunakan Microsoft Excel 2010. Kriteria yang
digunakan yaitu pada taraf signifikansi ∝ = 0.05 dengan kriteria jika r hitung > r tabel dengan N
= 34 (db = 32) di peroleh r tabel 0.338. Soal-soal dinyatakan valid apabila memenuhi kriteria
tersebut. Berdasarkan hasil analisis instrumen tes dari 35 soal terdapat 25 soal yang
dinyatakan valid dan 10 soal dinyatakan tidak valid. Dapat dilihat pada Lampiran 11.
36

4. 1.1. 2 Reabilitas Instrumen Tes


Analisis rehabilitas dilakukan untuk melihat apakah instrumen yang digunakan dapat
disesuaikan dan dipelihara secara konsisten dalam jangka waktu yang lama. Reliabilitas
instrumen tes dapat dikatakan reliabel apabila r hitung > r tabel. Setelah diperoleh 25 butir soal
valid maka dilakukan proses rehabilitasi dengan menggunakan rumus Kuder dan Richardson
(K-R 20). Sehingga menghasilkan r11 = 0,910 dan rtabel = 0,388. Hasil analisis reabilitas
instrumen tes menunjukkan rhitung > rtabel (0,910 > 0,388) yang berarti instrumen tes yang akan
digunakan mempunyai kategori sangat tinggi. Lampiran 12 menyajikan hasil analisis
reabilitas instrumen.
4. 1. 1. 3 Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
Analisis tingkat kesukarakan dilakukan untuk menentukan tingkat atau kategori item
tes tergolong dalam kategori rendah, sedang, atau sulit. Dari 25 soal valid dan reliabel
berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, semua butir soal dikategorikan kedalam soal
yang memenuhi syarat dengan kategori tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Hal ini
sesuai dengan syarat indeks kesukaran butir soal jika P antara 0,3-1,00, item soal tersebut
memenuhi persyaratan. Hasil analisis tingkat kesukaran dapat diamati dalam Lampiran 13.
4. 1. 1. 4 Daya Pembeda Instrumen Tes
Analisis daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Dalam uji daya beda, D =
+0.20 hingga + 1.00 dapat dinyatakan memenuhi syarat, dan D= kurang dari 0.20 atau negatif
dapat dinyatakan tidak sesuai dengan syarat. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
dari 25 soal yang valid, semua butir soal telah memenuhi syarat daya beda. Hasil perhitungan
daya pembeda dapat dilihat pada Lampiran 14.
4. 1. 1. 5 Distraktor Instrumen Tes
Analisis distraktor digunakan untuk mengetahui apakah alternatif jawaban (Opsi) di
luar kunci jawaban valid atau tidak. Hasil analisis distraktor menunjukkan bahwa alternatif
jawaban dari 25 soal yang akan digunakan sebagai instrumen tes telah memenuhi syarat.
Tabel hasil analisis distraktor terdapat pada Lampiran 15.
4. 2 Analisis Data Hasil Penelitian
Pada penelitian dihasilkan data pretest dan data post-test siswa di setiap kelas
eksperimen. Sebelum memberikan perlakukan kepada kedua sampel eksperimen secara
berbeda, terlebih dahulu dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal setiap siswa
pada setiap kelas eksperimen. Sesudah itu kelas eksperimen I dilakukan pembelajaran dengan
model Learning Cycle 5E berbasis praktikum dan kelas eksperimen II dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
37

berbasis praktikum. Diakhir pembelajaran, setiap kelas eksperimen diberi tes akhir (post-test)
guna mengetahui hasil belajar siswa pada setiap kelas eksperimen. Berdasarkan hasil hitung
rata-rata hasil belajar siswa dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, maka rata-rata
hasil belajar siswa telah dirangkum pada tabel 4. 1
Tabel 4. 1 Data Hasil Belajar Siswa

Data Statistika Kelas


Eksperimen I Eksperimen II
Pretest Nilai Minimum 20 20
Nilai Maksimum 40 40
Nilai Rata-rata 29.69 28.96
Posttest Nilai Minimum 48 48
Nilai Maksimum 96 96
Nilai Rata-rata 79.75 74.30
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel diatas, didapatkan kedua kelas
eksperimen memiliki nilai pretest minimal 20. Nilai pretest tertinggi adalah 40 untuk kedua
kelas eksperimen. Nilai posttest terendah 48 untuk kedua kelas eksperimen. Nilai posttest
tertinggi yaitu 96 di kedua kelas eksperimen.
Berdasarkan uji beda rataan dua kelompok sampel yang dilakukan pada nilai pretest,
didapatkan nilai thitung ialah 0,523 dan ttabel ialah 1,997. Sesuai dengan kriteria uji t dua pihak
dua kelompok sampel, bila nilai t hitung > t tabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan
hasil perhitungan, didapatkan bahwa t hitung < ttabel, maka Ho diterima. Hingga bisa ditarik
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pada kedua kelompok sampel. Artinya kemampuan
awal siswa pada kedua kelas eksperimen dinyatakan sama sebelum adanya perlakuan. Grafik
nilai rata-rata dapat diamati pada grafik 4.1 dibawah:
38

80
70
60
NILAI 50 Pretest
40 Posttest
30
20 Posttest
10
0 Pretest
Eksperimen I Eksperimen II

KELAS

Grafik 4. 1 Grafik Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Siswa


4. 2. 1 Uji Normalitas Data
Analisis uji normalitas data dilaksanakan untuk melihat distribusi nilai hasil belajar
siswa yang didapatkan dalam penelitian apakah berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas ini memakai persamaan Chi-kuadrat dengan signifikasi ( ∝) yaitu 0.05. data
dikatakan berdistribusi mormal ketika nilai X 2hitung < X2tabel. Hasil perhitungan uji normalitas
hasil belajar dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa

Kelas X2hitung X2tabel Kerangan


Eksperimen I 10,66 11,07 Data Berdistribusi Normal
Eksperimen II 6,22 11,07 Data Berdistribusi Normal
Dari hasil perhitungan diketahui nilai X2hitung Kelas eksperimen I adalah 10,66 dan
nilai X2hitung kelas eksperimen II adalah 6,22 lebih kecil dibandingkan dengan X 2tabel yaitu
sebesar 11,07. OLeh sebab itu, data hasil belajar siswa yang didapat dari kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II memenuhi syarat data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas
dapat dilihat pada Lampiran 17.
4. 2. 2 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilakukan untuk menentukan apkah distribusi data hasil belajar
yang didapat pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki variansi yang
seragam (homogen) atau tidak. Uji homogenitas dapat dilakukan dengan membandingkan
nilai Fhitung dan Ftabel pada ∝ yaitu 0,05. Jika Fhitung < Ftabel maka data dikatan homogen.
Perhitungan uji homogen data ditunjukkan pada tabel 4.3 dibawah ini:
39

Tabel 4. 3 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa

Kelas Varians (S2) Fhitung Ftabel Keterangan


Eksperimen I 94,93 1,50 1,80 Data Homogen
Eksperimen II 62,93
Dari hasil perhitungan diketahui nilai Fhitung adalah 1, 50 dan Ftabel adalah 1, 80, dimana
Fhitung < Ftabel. Maka dapat diambil kesimpulan yaitu tidak ada perbedaan variansi dari antara
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II atau dapat dikatakan kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II bersifat homogen. Data hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 18.
4. 2. 3 Uji T-dua Pihak
Setelah dilakukan uji persyaratan yakni uji normalitas data dari uji homogenitas data,
didapatkan data berdistribusi normal dan homogen. Setelah dinyatakan data berdistribusi
normal dan homogen, selanjutnya dilaksanakan pengujian hipotesis guna melihat hipotesis
dalam penbelitiannya diterima atau ditolak. Uji hipotesis diukur menggunakan uji stastistik
uji t.
Uji hipotesis diuji dengan menggunakan uji t dua pihak terhadap kedua sampel.
Setelah nilai perhitungan hipotesis diperoleh, maka didasarkan pada persyaratan yaitu t hitung >
ttabel, hepotesis Ha diterima dan Ho ditolak. Pada tabel 4.4 menunjukkan data hasil uji
hipotesis.
Tabel 4. 4 Data Hasil Uji Hipotesis

Data Hasil Belajar thitung ttabel Signifikasi keterangan


Kelas Kelas
Eksperimen I Eksperimen II
X = 79,758 X =74,424 2,438 1,996 0,025 Ha diterima, Ho
2 2
S = 94,93 S = 62,93 ditolak
Berdasarkan hasil pengujian diatas, pada signifikansi 0,025 diperoleh nilai t hitung lebih
besar dari ttabel (2,438 > 1,996), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya yaitu
hipotesis terbukti, artinya rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran Learning Cycle 5E berbasis praktikum lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning (PBL) berbasis
praktikum. Hasil pengujian Hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 19.
40

4.3 Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan guna melihat hasil belajar siswa pada materi
kesetimbangan kimia melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 5E dan Problem Based Learning (PBL) berbasis prakrikum. Instrumen tes yang dipakai
dalam memperoleh data pretest dan posttest siswa, divalidasi oleh seorang dosen ahli dari
jurusan kimia FMIPA UNIMED, pada validasi yang dilakukan oleh ahli validasi instrumen
tes dari 40 butir soal yang diberikan dan mendapatkan 35 soal yang dapat dibawa pada uji
cobakan kepada siswa. Setelah melewati tahap perbaikan, instumen divalidasi oleh 34 siswa
SMA kelas XII IPA I yang sebelumnya sudah belajar materi kesetimbangan kimia. Jumlah
butir soal yang divalidasi yaitu 35 butir soal. Hasil uji coba validasi instrumen tes kemudian
digunakan guna meninjau kelayakan dari instrumen tes yang dipakai dengan berbantuan Ms.
Excel. Adapun uji kelayakan yang dilakukan yaitu uji validasi soal, uji reabilitas, uji tingkat
kesukaran, uji daya pembeda, dan distraktor. Berdasarkan seluruh uji tersebut, diperoleh dua
puluh lima item soal yang layak sebagai instrumen pada penelitian ini.
Penelitian diawali dengan pemberian pretest kepada siswa kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II. Pretest dilaksanakan sebelum adanya perlakuan dengan tujuan menilai
kemampuan awal siswa. Dari hasil pretest yang dilaksanakan, didapat rata-rata nilai pretest
siswa kelas eksperimen I adalah 29,69 dan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen II adalah
28,96. Sesudah pretest dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pembelajaran di kedua kelas
eksperimen. Kelas eksperimen I dibelajarkan menggunakan media pembelajaran LC 5E
berbasis praktikum dan kelas eksperimen II dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL
berbasis praktikum.
Dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data yang didapat berdistribusi normal
atau tidak, uji normalitas dihitung dengan menggunakan uji chi-kuadrat (X 2), didasarkan pada
hasil perhitungan nilai X2hitung dari kelas eksperimen I adalah 10,66 dan nilai X 2hitung kelas
eksperimen II adalah 6,22. Nilai hasil uji normalitas kedua kelas eksperimen lebih kecil
dibandingkan dengan nilai X2tabel adalah 11,07. Kesimpulannya adalah kedua kelas
eksperimen berdistribusi normal. Selain data berdistribusi normal, data dari kedua kelas
eksperimen juga harus homogen. Dari hasil perhitungan diketahui nilai Fhitung adalah 1,50 dan
Ftabel adalah 1,80, dimana Fhitung < Ftabel. Maka dapat diambil kesimpulan yaitu tidak ada
perbedaan variansi dari antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II atau dapat
dikatakan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dinyatakan bersifat homogen.
41

Sesudah data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukann uji hipotesis
dengan menggunakan uji T-dua pihak. Berdasarkan uji hipotesisi dengan uji T-dua pihak
pada kedua sampel dengan menggunakan kriteris thitung > ttabel dinyatakan Ha diterima dan Ho
ditolak. Dari perhitungan didapat nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,438 > 2,351), maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Kesimpulannya yaitu hepotesis terbukti, artinya ada perbedaan
rataan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis praktikum.
Pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E siswa dibelajarkan dengan
pembelajaran konstruktivisme atau dimana siswa dibimbing melalui proses aktif di mana
siawa membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri. Dimana pada pelaksanaan
dengan model LC 5E siswa diberikan kesempatakn untuk mengamati, menanyakan
pertanyaan, dan membangun pemahaman mereka sendiri, siswa dapat memperoleh
pemahaman konsep dasar melalui penjelasan guru dan sumber informasi lainnya, sehingga
siswa dapat memperdalam pemehaman mereka melalui kegiatan dan tugas yang dapat
membuat siswa dibimbing mengaitkan konsep yang dipelajari dengan situasi atau konteks
terbaru. Sehingga dengan pembelajaran LC 5E ini bisa menarik perhatian siswa untuk
mengingat dan memahami materi yang diajarkan. Salain itu, pada penerapan model Problem
Based Learning (PBL) dimana siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah dan
penerapan pengetahuan dalam konteks nyata. Dimana dalam pembelajaran dengan model
PBL siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan konsep tetapi juga mengembangkan
keterampilan kritis, kreatif, dan pemecahan masalah yang sangat bernilai dalam kehidupan
sehari-hari. Pada pembelajaran PBL ini siswa didorong untuk kerja sama antara tim dalam
membangun keterampilan interpersonal atau interaksi antar individu, dan memfasilitasi
pemahaman yang lebih mendalam. Maka dengan hal tesebut dapat membuat daya saing
antara siswa untuk mendapatkan nilai yang tertinggi sehingga siswa lebih aktif dan
bersemangat dalam mempelajari materi kesetimbangan kimia. Penjabaran diatas menjadi
faktor dengan penerapan model pembelajaran LC 5E dan PBL berbasis praktikum dapat
memperbaiki hasil belajar siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Prihastoto et al., 2019)
bahwasanya ketuntasan hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 5E dengan nilai rata-rata dari hasil belajar yang didapat adalah
79,75 pada saat posttest. Dimana pada penelitiannya dikatakan dengan menggunakan model
42

LC 5E dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan hasil belajar siswa hal ini terbukti dapat
dilihat dari nilai yang didapat pada saat dilakukan posttest setelah diberikan perlakuan
dimana rasa ingintahu siswa dengan materi yang diajarkan meningkat dibanduingkan dengan
hasil yang didapat pada saat wawancara.
Penelitian yang dilakukan sejalan dengan peneletian (Astuti, 2019) dan (Susi & Yenti,
2020) dengan model PBL dimana model ini efektif bila digunakan dibandingkan dengan
model konvensional dalam hal kemajuan siswa dalam materi yang berhubungan dengan
kimia. Dengan ketuntasan hasil belajar pada kelas eksperiemn II mencapai 74,42 hal ini dapat
dikatakan meningkat dari ketuntasan siswa berdasarkan hasil wawancara hanya 40%
mencapai KKM. Dengan ini penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dapat
memberikan perbaikan terhadap hasil belajar siswa. Dimana dalam proses pembelajaran
keterampilan kritis siswa lebih meningkat dan pendekatan memungkinkan siswa untuk
mengaitkan pengetahuan dengan konteks praktis sehingga membuat pembelajaran lebih
hidup dan bermakna.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Melalui penelitian, analisis data, dan penguji hipotesis, dapat ditarik kesimpilan yaitu
terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5E
dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Berdasarkan perhitungan
didapatkan nilai rata-rata pada kelas eksperimen I dengan model LC 5E 79,75 dan nilai rata-
rata pada model pembelajaran PBL yaitu 74,42. terdapat perbedaan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran LC 5E dan PBL berbasis praktikum terhadap hasil
belajar siswa pada Kesetimbangan Kimia dari data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa dengan nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,438 > 1,997), dan membuktikan
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.
5.2 Saran
Berdasaarkan hasil yang sudah diperoleh terdapat beberapa saran yaitu:
1. Guru dan calon guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 5E berbaisi praktikum saat mengajarkan materi kesetimbangan kimia untuk
memperbaiki hasil belajar siswa.
2. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk memakai media pembelajaran Learning
Cycle 5E pada mata pelajaran kesetimbangan kimia agar data yang sudah didapatkan
ini bisa menjadi bahan pembanding untk penelitian selanjutnya guna memperbaiki
hasil belajar siswa dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada materi
pembelajaran kimia.

Anda mungkin juga menyukai