BAB 2 Skripsi - Christhofer
BAB 2 Skripsi - Christhofer
BAB II
mendorong pelaku usaha untuk melakukan efisiensi agar dapat bersaing secara
jujur pada pesaingnya. Hal ini jelas sudah tercantum pada Undang – Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat pada Pasal 3 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha
kecil;
2.1.4 Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
salah satu instrumen ekonomi sejak saat reformasi digulirkan. Sebuah Undang-
Undang yang secara Komprehensif mengatur persaingan usaha tidak sehat dan
istimewa (priveleges) yang tidak sehat kepada para pelaku bisnis tertentu sebagai
terhadap praktik-praktik bisnis yang tidak sehat atau curang dapat ditemukan secara
tersebar diberbagai hukum positif tetapi, karena sifatnya yang sektoral perundang-
undangan tersebut sangat tidak efektif untuk secara konseptual memenuhi berbagai
indikator sasaran yang ini dicapai oleh Undang-Undang persaingan sehat tersebut.2
kebutuhan hidup, baik kebutuhan primer, sekunder, maupun terseier. Atas dasar
untuk memenuhi kebutuhan hidup itulah yang mendorong banyak orang yang
menjalankan kegiatan usaha, baik kegiatan usaha yang sejenis maupun kegiatan
usaha yang berbeda. Keadaan yang seperti itulah yang sesungguhnya menimbulkan
atau melahirkan persaingan usaha di antara para pelaku usaha. Oleh karena itulah,
2
Rizky Novyan Putra, “Urgensi Keberadaan Hukum Persaingan Usaha dan Antimonopoli Di
Indonesia”, (Business Law Review, Vol. 1), hlm 39.
3
Dengan memperhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk
mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha
dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar, sehingga tercipta iklim
perorangan atau kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan cita-
usaha agar terciptanya iklim usaha yang sehat dan kompetitif dan yang kedua,
kedua hal itu merupakan landasan dan pertimbangan dalam upaya pengembangan
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan landasan yang kuat untuk
3
Hermansyah, “Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia”, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 9.
4
Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk “Hukum Persaingan Usaha Antara Teks
dan Kontex”, (Jakarta: ROV Creative Media), h,1
4
menciptakan perekonomian yang efisien dan bebas dari segala bentuk distorsi.
usaha tidak sehat, sehingga tercipta efektivas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
yang meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memberikan peluah kerja baru dan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditemukan adanya 3 (tiga)
bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha guna
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun,
5
Insan Budi Mulia, Catatan Singkat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti, 2000), hlm.
17
5
1. Oligopoli ( Pasal 4 )
Oligopoli adalah suatu perjanjian antar pelaku usaha untuk secara bersama –
Penetapan Harga adalah perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang atau jasa yang harus
pembeli yang satu harus membayar harga yang berbeda dari harga yang harus
dibayar oleh pembeli lain untuk barang atau jasa yang sama.
Pembagian Wilayah adalah perjanjian antar pelaku usaha dengan pelaku usaha
dan atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
sehat.
5. Pemboikotan ( Pasal 10 )
Pemboikotan adalah suatu perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha
pesaingnya, yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha
yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri
6
6. Kartel ( Pasal 11 )
Kartel adalah perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
atau pemasaran suatu barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan.
7. Trust ( Pasal 12 )
Trust adalah perjanjian antar pelaku usaha untuk melakukan kerjasama dengan
membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap
produksi dana tau pemasaran atas barang dan jasa, yang dapat menyebabkan
8. Oligopsoni ( Pasal 13 )
atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau
Integrasi Vertikal adalah suatu perjanjian atar pelaku usaha untuk menguasai
sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa
tertentu yang mana setiap rangkaian produksi yang merupakan hasil pengolahan
atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak
usaha yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau
jasa hanya akan memasok. Kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak
tertentu dan atau jasa harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari
Perjanjian dengan pihak luar negeri adalah perjanjian antara pelaku usaha
dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
perlaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri
usaha baik prinsipal, agen, distributor, dealer, dan pengecer yang menjual barang
dan jasa secara langsung ataupun melalui pedagang perantara kepada konsumen
bertanggung jawab terhadap lualitas barang dan jasa tersebut dan kerugian yang
8
pelaku usaha adalah istilah yang digunakan oleh pembuat Undang-Undang yang
ada pada umumnya lebih dikenal dengan istilah pengusaha. Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI) menyebut empat kelompok besar pelaku ekonomi tiga
2. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang dan atau
jasa dari barang-barang dan atau jasa lain (bahan baku, bahan
tambahan/penolong. Dan bahan lainnya). Produsen ini terdiri dari orang atau
barang dan atau jasa tersebut kepada masyarakat, seperti pedagang secara retail
2.2. Monopoli
Monopoli adalah keadaan dimana suatu bisnis dikuasai oleh satu perusahaan
atau pasar dan tidak memiliki pesaing. Biasanya monopoli terjadi saat ada barang
1999 Tentang Larangan Praktik Usaha Tidak Sehat, menyatakan bahwa yang
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa atas penggunaan jasa tertentu
“Monopoli adalah jika hanya satu pelaku mempunyai kontrol yang penuh
terhadap pasokan barang dan atau jasa di suatu pasar, dan mempunyai kuasa penuh
transaksi pembeli di samping penjualan, maka dari itu dapat dibedakan antara
adanya monopoli berupa penjual tunggal dan monopsoni yang menyangkut pembeli
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat maka dibentuklah suatu komisi.
Keppres No.75 Tahun 1999 dan diberi nama Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
perkara8
Undang Nomor 5 Tahun 1999, serta wasit independen dalam rangka menyelesaikan
dimilikinya, KPPU diharapkan dapat menjaga dan mendorong agar sistem ekonomi
pasar lebih efisiensi produksi, konsumsi dan alokasi, sehingga pada akhirnya
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
berkaitan dengan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
7. Memberikan laporan secara berkala atau hasil kerja komisi kepada Presiden dan
DPR.
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
1. Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
2. Melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
10
Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817), Pasal 36.
12
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan komisi sebagai hasil
penelitiannya.
4. Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak
6. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, dan setiap orang yang dianggap
7. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli
atau setiap orang yang dimaksud dalam huruf e dan f tersebut diatas yang tidak
9. Mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen dan atau alat bukti lain
10. Memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan
11. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
melakukan penilaian ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang
13
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, dan memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada
dugaan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, mendapatkan dan
meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan
dan atau pemeriksaan, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya
komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan atau
nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
menindak (memaksa) pelaku usaha yang menolak untuk diperiksa atau menolak
memberikan informasi kepada komisi. Kalau ada pelaku usaha yang menolak untuk
diperiksa atau menolak memberikan informasi maka pelaku usaha tersebut oleh
sebagai berikut:11
1. Aspek filosofis
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
2. Aspek Sosiologis
3. Aspek Yuridis
aturang yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin
11
Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakara: Sinar Grafika, 2009), hlm.137-
138.
12
Ahmad Rifa’i, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Prespektif Hukum
Progresif (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm.126
15
Pendekatan Perse Illegal dan Rule Of Reason telah lama diterapkan untuk menilai
apakah suatu tindakan tertentu dari pelaku usaha melanggar Undang- Undang
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Monopoli atau persaingan usaha
tidak sehat terjadi akibat dari suatu superrior skill, yang salah satunya dapat
terwujud dari pemberian hak paten secara eksklusif oleh negara, berdasarkan pada
peraturan perundangundangan yang berlaku kepada pelaku usaha tertentu atas hasil
riset dan pengembangan atas teknologi tertentu. Selain itu ada juga yang dikenal
dengan istilah Trade Secret (Rahasia Dagang), yang meskipun tidak memperoleh
terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat secara ilmiah,
yaitu :14
a) Monopoli atau persaingan usaha tidak sehat terjadi karena pemberian negara
(Ketentuan Pasal 33 ayat (2) dan ayat 33 (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang
b) Monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang terjadi akibat adanya historical
13
Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara
Teks dan Komtex, (Jakarta: ROV Creative Media), hlm.55.
14
Suharsil dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 25.
16
accident, yaitu monopli yang terjadi karena tidak sengaja, dan berlangsung karena
proses alamiah yang ditentukan oleh berbagai faktor terkait dimana monopoli
tersebut terjadi. Dalam hal ini penilaian mengenai pasar bersangkutan yang
Terdapat dua teori yang terdapat dalam hukum anti monopoli dan persaingan usaha
Menurut Yahya Harahap mengatakan bahwa perse illegal pun artinya, “sejak
semula tidak sah”, oleh karena nya perbuatan tersebut merupakan suatu perbuatan
melanggar ketentuan yang sudah diatur, jika perbuatan tersebut telah memenuhi
Pendekatan rule of reason adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh lembaga
atau kegiatan usaha tertentu, guna menentukan apakah suatu perjanjian atau
15
Alum Simbolon, “Pendekatan Yang Dilakukan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha menentukan Pelanggaran Dalam Hukum Persaingan Usaha), Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM No.2 Vol.20, (Medan: April 2013), hlm.192
16
Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Anggraini, dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara
teks dan kontex, (Jakarta: ROV Creative Media, 2009), hlm. 61
17
terhadap proses persaingan dan apakah perbuatan itu tidak adil atau mempunyai
pertimbangan lainnya.17
17
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm.79.
18
19