BAB 4 Skripsi - Christhofer
BAB 4 Skripsi - Christhofer
BAB 4 Skripsi - Christhofer
BAB IV
mendapatkan laporan dari masyarakat dan atau pelaku usaha, dengan inisiatif
setelah dilakukan penelitian bahwa diduga telah terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
usaha yang bersangkutan, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang dianggap perlu
(KPPU) karena adanya laporan yang disampaikan baik oleh masyarakat yang
dirugikan atau atas dasar laporan dari pelaku usaha yang dirugikan oleh pelaku
Persaingan Usaha (KPPU) ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu Pemeriksaan
Persaingan Usaha (KPPU) Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Tata cara penyampaian
Tahun 1999. Keputusan ini merupakan hukum acara Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) dan juga pedoman bagi Komisi Pengawas Persaingan Usaha
dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan
3
(KPPU) memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian dipihak lain
atau masyarakat. Dan keputusan itu diberitahukan kepada pelaku usaha yang
diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
1) Sanksi Administratif
Sanksi admininitratif adalah salah satu bentuk sanksi yang dikenakan bagi
pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang – Undang No. 5 Tahun 1999.
Mengenai sanksi administratif ini diatur ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan (2)
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang – undang ini. Pasal 47
ayat (2) tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
berupa :
dominan,
Dari ketentuan Pasal 47 Ayat (2) huruf b di atas perlu kiranya dijelaskan
diperintahkan untuk dihentikan dalam Pasal 47 Ayat (2) huruf c adalah kegiatan
atau tindakan tertentu dan bukan kegiatan usaha pelaku usaha secara keseluruhan.
sanksi lain yang dikenakan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan
pokok ini ditentukan dalam Pasal 48 Ayat (1), (2), dan (3), yang selengkapnya
sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan
bulan. Pasal 48 Ayat (2) : Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan
Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang
persaingan usaha tidak sehat adalah pidana denda. Pidana denda adalah hukuman
keputusannya ditentukan pul berapa lama pidana kurungan yang harus dijalani.
Sebagai pengganti apabila denda itu tidak dibayar. Pidana kurungan semacam ini
kurangnya 6 bulan, tempo enam bulan ini dapat ditambahkan sampai 8 bulan
dalam hal gabungan dan ulangan kejahatan serta karena peraturan dalam Pasal 52.
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak
6
saja dikenai sanksi administratif atau sanksi pidana pokok, tetapi juga dapat
berupa :
(lima) tahun
pendekatan, yaitu pendekatan perse illegal dan pendekatan rule of reason, yang
dimaksud dengan perse illegal suatu perbuatan yang secara inheren bersifat
dilarang atau ilegal. Terhadap suatu perbuatan atau tindakan atau praktik yang
bersifat dilarang atau ilegal tanpa perlu pembuktian terhadap dampak dan
perbuatan tersebut.
Perse illegal itu dapat juga diartikan sebagai suatu terminologi yang
illegal.
perbuatan oleh pelaku usaha. Untuk menerapkan prinsip ini tidak hanya
tertentu.
pengetahuan ilmu hukum, tetapi penguasaan ilmu ekonomi. Karena dalam banyak
kasus bukan tidak mungkin perbuatan yang dilakukan oleh pelaku usaha itu secara
ekonomi dapat dibenarkan. Jadi sangatlah ideal, bila komposisi anggota Komisi
Pengawas Persaingan Usaha itu terdiri dari para ahli ekonomi dan ahli hukum.
Berkaitan dengan apa yang telah diuraikan di atas, perlu dikemukakan juga
bahwa memang banyak jenis larangan terhadap perjanjian dan kegiatan usaha
yang berpotensi menimbulkan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat yang
8
bersifat substantif itu dalam penegakannya dinyatakan berlaku baik yang bersifat
organ adalah lembaga negara yang dibentuk di luar konstitusi dan merupakan
legislatif, dan yudikatif) yang sering juga disebut dengan lembaga independen
semu negara.
sebagai upaya responsif bagi negara-negara yang tengah transisi dari otoriterisme
sudah diakomodasi oleh lembaga negara yang sudah ada, tetapi dengan keadaan
dibentuk lembaga yang sifatnya independen, dalam arti tidak merupakan bagian
dari tiga pilar kekuasaan. Lembaga-lembaga ini biasanya dibentuk pada sektor-
public) yang fungsinya bisa berupa pengawasan terhadap lembaga negara yang
9
berada di sektor yang sama atau mengambil alih beberapa kewenangan lembaga
sanksi administratif.
Jadi, dalam konteks sistem pemerintahaan negara, sangat jelas status atau
independen nonstruktural, artinya bukan bagian dari dan tidak berada dalam
struktur komando dari suatu departemen atau lembaga yang lebih tinggi. Artinya
secara yuridis KPPU sebagai institusi sudah dibentuk sedemikian supaya tidak ada
wewenangnya.
10
kedudukan sebagai kepala negara, hal tersebut karena KPPU juga melaksanakan
1999 mengatur tentang Hukum Acara Persaingan Usaha yang memuat tata cara
5 Tahun 1999, ada beberapa sumber pengaturan hukum acara persaingan usaha,
antara lain:
Persaingan Usaha.
Dasar penanganan perkara persaingan usaha oleh KPPU menurut Pasal 38,
berikut:
a) Atas dasar inisiatif dari KPPU apabila ada dugaan terjadi pelanggaran
b) Atas dasar laporan tertulis dari orang yang mengetahui telah terjadi atau
c) Atas dasar laporan tertulis dari orang yang dirugikan sebagai akibat
mengevaluasi suatu tindakan bisnis dan menilai apakah tindakan itu melanggar
persaingan yang sehat atau tidak. Rumusan undang-undang yang biasa dipakai
mendukung persaingan. Penerapan asas ini didasarkan pada hukum sebab akibat,
dimana tindakan pelaku usaha secara langsung maupun tidak langsung telah
berakibat merugikan pelaku usaha lainnya dan atau masyarakat konsumen pada
Asas rule of reason dapat diketahui akibat yang tercipta karena tindakan
atau perjanjian yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat dan praktik
ukuran (pangsa) pasar dan bentuk pasar terkait (the relevant market). Misalnya,
dalam suatu kasus yang menyangkut penyalahgunaan posisi dominan, jika pasar
yang didefinisikan adalah kecil dan perusahaan yang berada dalam pengawasan
memiliki pangsa (pasar) yang lebih besar pada pasar tersebut, maka perusahaan
berikut:
Tahun 1999, yaitu: “Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
2019, yang dimaksud dengan pelaku usaha dalam hal ini adalah PT Grab yang
merupakan badan hukum perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang penyedia
aplikasi ojek online, dengan demikian maka unsur pelaku usaha terpenuhi.
kegiatan, baik sendiri maupun bersama-sama pelaku usaha lain, yang dapat
dapat dilihat dengan jelas bahwa yang memenuhi unsur diatas adalah PT Grab
dalam kegiatan usaha di bidang jasa angkutan sewa khusus. Dalam hal ini PT
14
khusus yang diperuntukkan bagi mitra mereka saja. Maka dengan demikian unsur
Bahwa pelakun usaha tertentu yang dimaksud dalam perkara ini adalah PT
terbatas yang bekerja sebagai penyedia jasa Angkutan Sewa Khusus (ASK). Maka
yang bergerak di bidang jasa Angkutan Sewa Khusus (ASK), selain itu PT Grab
Pengangkutan Indonesia (TPI) untuk menambah mitra pengemudi dan unit mobil
terpenuhi.
akan menguraikan hasil analisis dari pemenuhan unsur Pasal 14 tentang Integrasi
besar yang dilakukan sejak tahun 2017 sampai dengan 2019. Namun,
terhadap perekonomian dalam skala nasional, selain itu KPPU juga tidak
70% dari produk jasa penyediaan aplikasi Angkutan Sewa Khusus (ASK)
berapa banyak pangsa pasar pemakai aplikasi Grab, bukan berapa banyak
adalah mengenai presentase atau pangsa pasar PT TPI setelah melakukan kerja
16
sama dengan Grab, namun yang dihitung oleh KPPU adalah pangsa pasar milik
Grab yang diasumsikan sebesar 70%. Adapun presentase jumlah mitra TPI setelah
melakukan kerja sama dengan Grab yaitu 6% dari total mitra Jabodetabek, 3%
dari total mitra wilayah Medan, 1,9% dari total mitra wilayah Surabaya, dan 1,3%
dari total mitra wilayah Makassar. Oleh karenanya, pangsa pasar PT TPI di empat
wilayah geografis yang berada dibawah 6% tidak sama sekali mempunyai market
integrasi vertikal dalam kerja sama antara Grab dengan PT TPI. Mengacu
usaha yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa
Dalam perkara ini, perjanjian kerja sama antara Grab dengan PT TPI tidak
ada unsur keberlanjutan apapun. Sebab aplikasi Grab tetap dapat dioperasikan
menjalankan usaha rentalnya tanpa adanya aplikasi dari Grab. Sehingga menurut
penulis, tidak tepat dan sangat keliru ketika KPPU menyatakan adanya
ayat (2), Penulis telah melakukan analisis dan sependapat dengan pertimbangan
Majelis KPPU yang menyatakan bahwa pemenuhan unsur Pasal 15 ayat (2) oleh
Para Terlapor ialah tidak terpenuhi dan menyatakan bahwa Para Terlapor tidak
terbukti melanggar Pasal 15 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1999. Dengan demikian,
Penulis setuju dengan pertimbangan dan putusan Majelis KPPU yang menyatakan
bahwa Para Terlapor tidak terbukti melanggar Pasal 15 ayat (2) UU Nomor 5
berlaku.
1. Pertama, menurut penulis, Majelis Komisi yang telah salah dalam menilai
usaha yang merugikan masyarakat umum. Dalam hal ini, sesuai dengan
dan tidak merasa terdiskriminasi atas perjanjian kerja sama antara Grab
2. Kedua, penulis tidak setuju atas apa yang sudah didalilkan KPPU terkait
terlebih dahulu atas dampak praktik tersebut dari segi ekonomi. KPPU
diatur juga dalam Peraturan KPPU No. 3/2009 tentang Pedoman Tindakan
tiap pasal yang dilanggar atau pada tiap pelaku usaha yang melanggar
bahwa pemberian denda maksimal diberikan pada tiap pasal yang dilanggar. Hal
ini dapat dilihat dari KPPU yang memberikan jumlah denda atas 2 Pasal yang
yang mana sudah melebihi batas maksimal denda. Perlu untuk diperhatikan bahwa
diperlukan penjelasan yang lebih rinci terhadap pemberian denda maksimal dalam
Dengan demikian, dari analisis hukum yang Penulis telah lakukan, Penulis
menyatakan bahwa Para Terlapor telah melanggar Pasal 14 dan Pasal 19 Huruf D
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Selain itu juga Penulis tidak sependapat juga
diberikan pada tiap pasal yang dilanggar, sedangkan hal tersebut tidak ada diatur