BAB 1 Skripsi - Christhofer

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan usaha merupakan salah satu bagian penting dalam perputaran

pemasukan uang untuk melanjutkan kehidupan. Usaha yang di jalankan pun

beragam macam nya, ada usaha makanan ataupun barang, bahkan tidak sedikit

pula yang menggunakan jasa sebagai usaha nya demi memenuhi kebutuhan

hidup. Para pelaku usaha tersebut memerlukan konsumen untuk mendapatkan

keuntungan, sehingga ada pula pelaku usaha yang menarik hati para konsumen

dengan cara tidak sehat.

Kasus yang ingin penulis sampaikan, adalah kasus persaingan usaha tida

sehat yang dilakukan oleh Grab Indonesia, kasus ini sempat beredar di publik

pada Tahun 2020 silam. Kasus persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan

oleh Grab Indonesia ini penulis mengharapkan agar ini sebagai contoh dan

dampak jikalau kita melakukan persaingan usaha secara tidak sehat, dan

menjadi pelajaran agar tidak melakukan perbuatan – perbuatan curang yang

melanggar hukum persaingan usaha.

Persaingan usaha yang sehat itu dapat menimbulkan 2 manfaat, yaitu secara

hukum, melakukan persaingan usaha yang sehat itu dapat menjalankan bisnis

yang benar dan tidak melanggar hukum , serta secara ekonomi adanya

pemerataan pendapatan dan terciptanya iklim usaha yang baik dan tidak

merugikan pihak manapun.


2

Pada hakikatnya , tujuan menjalankan usaha adalah untuk memperoleh

keuntungan dan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Baik

kebutuhan primer, sekunder, maupun kebutuhan tersier. Atas dasar itu,

mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha, baik yang sejenis

maupun kegiatan usaha yang berbeda. Kegiatan usaha yang demikian yang

sesungguhnya menimbulkan atau melahirkan persaingan usaha antar pelaku

usaha. Oleh karena itu, persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang biasa

terjadi, bahkan dapat dikatakan persaingan dalam dunia usaha itu merupakan

persyaratan mutlak terselenggaranya ekonomi pasar. Walaupun diakui bahwa

adakalanya persaingan usaha tersebut terselenggara secara sehat, atau terkadang

dapat pula terselenggara secara tidak sehat.1

Persaingan dalam kegiatan usaha merupakan nafas daripada kegiatan usaha

itu sendiri. Tidak ada kegiatan usaha yang dilakukan oleh sesama manusia yang

tidak memunculkan suatu persaingan karena tentunya pelaku usaha memerlukan

konsumen agar usahanya dapat mendatangkan keuntungan, sehingga pada

akhirnya para pelaku usaha mencoba berbagai cara untuk menarik hati

konsumen pelanggaran yang terjadi, yang dilakukan oleh orang -orang tertentu

harus diselesaikan dengan campur tangan pemerintah, karena mempengaruhi

nasib kemajuan suatu negara dan kesejahteraan rakyat.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik


1
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta :
Kencana, 2009), hlm9.
3

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (untuk selanjutnya disebut

Undang-Undang Antimonopoli), dikemukakan bahwa : “pembangunan ekonomi

harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945”. Dimana demokrasi dalam bidang ekonomi

menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk

berpartisipasi didalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa,

dalam iklim usaha yang sehat, efektif dan efisien sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.

Menurut Sultan Remy Sjahdeini bahwa : “terdapat dua efisiensi yang

ingin dicapai oleh Undang-Undang Antimonopoli, yakni : efisiensi bagi para

produsen yang merupakan efisiensi bagi masyarakat (konsumen) yang

merupakan efisiensi bagi konsumen manakala produsen dapat membuat barang-

barang yang dibutuhkan oleh konsumen dan menjualnya pada harga yang para

konsumen bersedia membayar untuk itu. 2

Kasus ini terjadi pada Tahun 2019. Organisasi Angkutan Sewa Khusus

Indonesia (Oraski) Sumatera Utara melaporkan kepada KPPU karena diduga

sistem yang dibuat oleh PT. Grab Indonesia menguntungkan kelompok mitra

sistem yakni pihak PT. Teknologi Pengangkutan Indonesia (PT. TPI). Dalam

laporan dugaan Pelanggaran Perkara Nomor 13/KPPU-I/2019, terdapat tiga

Pasal yang diduga oleh PT. Grab Indonesia dan PT. TPI. Kasus PT. Grab

Indonesia dan PT. TPI ini diduga melakukan praktik integrasi vertikal dan

perjanjian tertutup yang dilarang oleh peraturan Perundang – undangan Pasal 14

2
Hermansyah, Op.Cit, hlm. 14.
4

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan “Pelaku Usaha

dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk

menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi

barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan

hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung

maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha

tidak sehat dan atau merugikan masyarakat”. Menurut Pasal 15 yang

menyatakan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang

memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu

harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok”,

serta Pasal 19 yang menyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau

beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat

mengakibatkan terjadinya praktik monopoli diskriminasi terhadap pelaku usaha

tertentu”.

Berdasarkan kepada kronologis singkat yang sudah dijelaskan sebelumnya

maka dalam penulisan ini penulis ingin membahas lebih lanjut Pasal 14, Pasal

15, dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Untuk itu penulis tertarik

mengangkat judul “Praktik Persaingan Usaha Tidak Sehat Yang Dilakukan

Oleh Grab Indonesia” (Studi Putusan Nomor 13/KPPU-I/2019)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, Penulis merumuskan masalah


5

yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana sanksi bagi pelaku yang terbukti melakukan praktik persaingan

usaha tidak sehat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat?

2. Bagaimana pertimbangan Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam

Putusan Nomor : 13/KPPU-I/2019?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sanksi bagi pelaku yang terbukti melakukan praktik

persaingan usaha tidak sehat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Untuk mengetahui pertimbangan Majelis Komisi Pengawas Persaingan

Usaha dalam Putusan Nomor : 13/KPPU-I/2019

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Secara Akademis :

a. Penulis berharap, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi kajian

ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum bisnis; dan,

b. Diharapkan, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dalam pemahaman

terkait larangan persaingan usaha tidak sehat di Indonesia.


6

Secara Praktis :

a. Dapat memberikan gambaran mengenai sanksi bagi pelaku yang terbukti

melakukan praktik persaingan usaha tidak sehat berdasarkan Undang –

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b. Dapat memberikan masukan kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan

terkait hukum persaingan usaha di Indonesia; dan,

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Srata 1 (S-1) di

Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana

1.4. Kerangka Teori dan Konsep

1.4.1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah: “kerangka pemikiran yang menghubungkan veriabel

penelitian yang satu dengan yang lain berdasarkan teori-teori yang berkaitan

dengan permasalahan yang di teliti.” Teori yang dimaksud dapat berupa asumsi

atau doktrin para ahli ataupun perundang-undangan, antara lain sebagai berikut:

1.4.1.1 Persaingan Usaha

Menurut Normin S. Pakpahan, Persaingan usaha dapat dikategorikan

sebagai berikut :3

1) Persaingan Sehat (Perfect Competition)

a) Menjamin persaingan di pasar inheren dengan pencapaian efisiensi

ekonomi di semua bidang kegiatan usaha dan perdagangan


3
Normin S. Pakpahan dalam Suharsil dan Taufik Makarao, Hukum Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2010), hlm 42.
7

b) Menjamin kesejahteraan konsumen serta melindungi kepentingan

konsumen; dan,

c) Membuka peluang pasar yang seluas luasnya dan menjaga agar tidak

terjadi konsentrasi kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu.

2) Persaingan Tidak Sehat (imperfect Competition)

a) Tindakan anti persaingan ; dan,

b) Tindakan persaingan curang.

Persaingan usaha menjamin penghematan biaya yang diteruskan kepada

konsumen (persaingan usaha mengakibatkan harga keseluruhan lebih murah,

meskipun di pasar-pasar harga juga dapat naik akibat relokasi sumber ke

produksi di pasar-pasar lain), dan konsumen juga beruntung dari segi kuantitas,

kualitas, dan keanekaragaman produk yang lebih banyak.4

1.4.1.2 Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Secara filosofis, pembentukan KPPU adalah dalam mengawasi pelaksanaan

suatu aturan hukum diperlakukan suatu lembaga yang mendapatkan

kewenangan dari Negara. Berdasarkan kewenangan yang berasal dari Negara itu

diharapkan lembaga pengawas ini dapat menjalankan tugas dan fungsinya

dengan sebaik baiknya, serta sedapat mungkin bertindak independen. Adapun

alasan sosiologisnya adalah menurunnya citra pengadilan dalam memeriksa dan

mengadili suatu perkara, serta beban pengadilan yang sudah menumpuk serta
4
Suyud Margono, Hukum Antimonopoli, Cetakan pertama, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2009), hlm 29.
8

dunia usaha membutuhkan penyelesaian yang cepat dan proses pemeriksaan

yang bersifat rahasia.5

Agar membuktikan bahwa dimensi hukum persaingan usaha bukan hanya

sekedar hukum perdata saja adalah dapat ditilik dari penagan terhadap perkara

persaingan usaha adalah KPPU, yang didasarkan pada adanya laporan dari

masyarakat dan dari inisiatif KPPU sendiri, laporan dari masyarakat terdapat

dua (2) jenis yaitu laporan tanpa ganti rugi dan laporan diikuti dengan tuntutan

ganti rugi terhadap pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat. Dimensi laporan adalah bernuansa pidana

sedangkan inisiatif sendiri adalah bernuansa keperdataan.6

1.4.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

definisi-definisi atau konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Yang dimana

konsep merupakan salah satu unsur konkrit dan teori. Dalam ilmu hukum dapat

di ambil melalui peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

penulisan ini, seperti beberapa poin yang tercantum pada Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, sebagai berikut:

1.4.2.1. Persaingan Usaha adalah salah satu faktor yang penting dalam

menjalankan roda perekonomian suatu negara.7

5
I Made Srjana, Prinsip-Prinsip Pembuktian dalam Hukum Acara Persingan
Usaha, Cetakan Petama, (Sidoarjo : Zifatama Publishing, 2014), hlm 35-36.
6
Ibid, hlm. 2.
7
Andi Fahmi Lubis Dkk, Hukum Persaingan Usaha, Edisi kedua, (Jakarta:
Komisi Pengawas Persaingan Usaha,2017), hlm 24.
9

1.4.2.2. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran

barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha

atau satu kelompok pelaku usaha.

1.4.2.3. Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu

atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan

atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.

1.4.2.4. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah

hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam

bidang ekonomi.

1.4.2.5. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha

dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan

atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum

atau menghambat persaingan usaha.

1.4.2.6. Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha

untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan

nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis.

1.5. Metode Penelitian

Manusia membutuhkan sebuah sumber pengetahuan yang kebenarannya

dapat dipertanggungjawabkan, bukan hanya berdasarkan pada kebenaran


10

subjektif atau bahkan didasarkan pada pengetahuan yang sifatnya turun

menurun. Pengetahuan yang dibutuhkan manusia adalah pengetahuan yang

didasarkan pada kaidah ilmu pengetahuan. Dan untuk menemukan kaidah ilmu

pengetahuan tersebut harus digunakan metode ilmiah, menurut Sunaryati

Hartono, metode ilmiah merupakan cara atau prosedur penyelidikan dalam

mendapatkan ilmu pengetahuan atau sains.8

Metode penelitian adalah: “upaya untuk menemukan, mengkaji, dan

mengembangkan kebenaran atas suatu pengetahuan yang dimana usaha tersebut

menggunakan metode ilmiah dengan tujuan untuk menemukan solusi atas suatu

persoalan hukum dengan menganalisa permasalahan tersebut secara tepat.”

1.5.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan yuridis normatif,

dengan meneliti bahan pustaka dan mengintepretasikan hal-hal yang bersifat

teoritis yang menyangkut asas, konsepsi, norma hukum dan doktrin yang

berkaitan dengan persaingan usaha tidak sehat. Penelitian dilakukan untuk

menemukan sebuah kebenaran atas sebuah permasalahan, menurut Peter

Mahmud Marzuki, “kebenaran dalam hal ini bukan kebenaran secara religius

dan metafisis, melainkan dari segi epistemologi, artinya kebenaran harus dilihat

dari epistomologi. Dalam epistomologi, terdapat teori besar tentang kebenaran

yang sangat berkaitan erat dengan aktifitas penelitian, yaitu teori kebenaran

korespondensi, teori kebenaran koherensi, dan teori kebenaran pragmatis.

Masing – masing teori tentang kebenaran ini memiliki basis atau dasar untuk

8
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke – 20,
(Banduung, Alumni: 1994), hlm. 104.
11

berpijak sendiri.9

1.5.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan sumber data

primer dan sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dan diperlukan dalam penulisan

serta data yang diperoleh dari lapangan dalam bentuk hasil penulisan. Bahan

pustaka yang digunakan sebagai berikut :

1.5.2.1. Studi Kepustakaan

Merupakan pengkajian terhadap data sekunder terkait dengan

permasalahan yang dibahas yang mencakup:

1) Bahan hukum primer yakni bahan terdiri dari norma hukum, peraturan dasar,

dan peraturan perundang-undangan nasional dan putusan pengadilan.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

atas bahan hukum primer yang merupakan hasil penelitian, makalah ilmiah,

majalah, artikel, dan lain-lain.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan atas

bahan-bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus, internet, dan lain-

lain.

1.5.2.2. Metode Analisis Data

Setelah data-data sudah terkumpul, kemudian data-data tersebut dianalisis

dan dikaji secara sistematis agar memperoleh data yang deskriptif, guna
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, (Jakarta, Kencana :
2014), hlm. 20.
12

memberikan gambaran yang baik.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini, akan dibagi dalam 5 (lima) bab yang

masing-masing babnya saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pokok

permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis

dan konseptual, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT DI INDONESIA

Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian – pengertian

dan ketentuan – ketentuan, serta teori-teori terkait persaingan

usaha, persaingan usaha todal sehat, konsumen, serta perlindungan

hukum bagi konsumen.

BAB III PRAKTIK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BERDASARKAN PUTUSAN KPPU NOMOR

13/KPPU-I/2019

Pada bab ini akan diuraikan mengenai para pelapor, kasus posisi,

dasar gugatan, dan pokok permohonan gugatan, berdasarkan pada

data penelitian berupa Putusan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha Nomor : 13/KPPU-I/2019

BAB IV ANALISA PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT YANG


13

DILAKUKAN OLEH GRAB INDONESIA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisa penulis

terhadap permasalahan yang dianalisa yang dalam hal ini terkait

dengan persaingan usaha, persaingan usaha tidak sehat, konsumen,

perlindungan hukum bagi konsumen.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan

saran dalam penulisan skripsi ini.


44

14

287

45

Anda mungkin juga menyukai