Internasional dan Penolakannya Dosen Pembimbing : Hendra Haryanto, S.H.,S.E.,M.M.,M.H Di Susun Oleh : Christhofer Sihombing A. Arti Putusan Arbitrase Asing atau Arbitrase Internasional • Pengertian dari putusan arbitrase asing atau arbitrase internasional dapat diketahui dalam pasal 1 ayat (1) konvensi New York 1958. putusan arbitrase internasional adalah putusan-putusan arbitrase yang dibuat di wilayah negara lain dari negara tempat di mana diminta pengakuan dan pelaksanaan eksekusi atas putusan arbitrase yang bersangkutan. • Syarat utamanya yakni putusan arbitrase dibuat diluar negara-negara yang diminta pengakuan dan eksekusinya • Adapun syarat lain untuk menentukan suatu putusan arbitrase yaitu putusan arbitrase internasional dimana putusan itu harus mengenai perselisihan yang timbul, antara “perorangan” atau “badan hukum” B. Tata cara permohonan exequatur dan kendala yang dihadapi Aturan ini terdapat pada pasal 59 sampai 64 undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa. Adapun untuk arbitrase internasional diatur dalam pasal 66 hingga pasal 69 undang-undang no.30 tahun 1999 Ketentuan mengenai tata cara penyitaan serta pelaksaan putusan mengikuti tata cara sebagaimana ditentukan oleh HIR atau RBg. Penyampaian putusan sesuai dengan pasal 67 UU No.30 Tahun 1999 A. Lembar asli atau Salinan putusan arbitrase internasional sesuai dengan ketentuan autentufikasi dokumen-dokumen asing dan naskah terjemahan resminya dalam Bahasa Indonesia B. Lembar asli atau Salinan autentik perjanjian yang menjadi dasar putusan arbitrase internasional sesuai dengan ketentuan autentifikasi dokumen- dokumen asing dan naskh terjemahan resmi nya dalam bahas Indonesia. C. Keterangan dari perwakilan diplomatic republic Indonesia negara mana pun putusan arbitrase asing tersebut ditetapkan yang menyatakan bahwa negara pemohon terikat secara bilateral dalam suatu konvensi internasional perihal pengakuan dan pelaksanaan suatu putusan arbritrase internasional. PASAL 69 [3] UU NO.30 TAHUN 1999 JO. PASAL 6 PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN 1990 a. Stelah Mahkamah Agung memberikan exequatur, maka pelaksanaan diserahkan kepada ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat b. Dalam hal pelaksanaan putusan harus di lakukan di daerah hukum lain dari daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, maka Pengadilan yang disebut terakhir ini meneruskan kepada pengadilan ketentuan pasal 195 HIR atau pasal 206 RBg. c. Sita eksekutorial dapat dilakukan atas harta kekayaan serta barang-barang milik termohon eksekusi d. Tata cara penyitaan serta pelaksanaan putusan mengikuti tata cara sebagaimana ditentukan dalam HIR dan RBg 1. SEBELUM DISAHKAN UU NO.30 TAHUN 1999 • Pada dasarnya sudah ada pengakuan terhadao arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa. Hal ini dapat ditemukan dalam penjelasan undang-undang 14 tahun 1970 tentangf ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, yang menyatakan bahwa : “disamping peradilan negaea, tidak diperkenankan lagi adanya peradilan-peradilan yang dilakukan oleh bukan badan peradilan negara.” 2. KENDALA-KENDALA PELAKSAAN ARBITRASE INTERNASIONAL • Masalah perlindungan hukum dan kepastian hukum di negara berkembang, yang oleh negara-negara maju dianggap kurang memadai bagi mereka. Di bawah ini merupakan alas an untuk tidak dapat dilaksanakan putusan arbitrase asing. A. Tidak dapat dilaksanakannya putusan karena belum adanya peraturan perundang- undangan dalam pelaksanaannya B. Masalah prosedur dan pelaksanaan [utusan arbitrase internasional diserahkan pada masing-masing negara, sehingga hal ini sering menimbulkan interpretasi ganda dan menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya. C. Penerapan putusan dan hukum arbitrase sering berbentur dengan sistem hukum negara yang bersangkutan apakah itu sestem anglo saxon, Europa Continental, Sosialis, Sistem Komunis, kemudian juga sistem yang berlaku di negara-negara islam dan sebagainya. C. EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA DAN PENOLAKANNYA 1. Upaya hukum penolakan dan pembatalan putusan arbitrase internasional di pengadilan nasional Setelah pemeriksaan sengketa diputuskan, pihak yang dikalahkan, apabila tidak mau melakukan isi keputusan, atau jika cukup adanya pelanggaran-pelanggaran mengajukan permohonan agar eksekusi putusan tidak dapat dilaksanakan. a) Perbedaan antara penolakan dan pembatalan putusan arbitrase Adapun upaya hukum “membatalkan putusan arbitrase” adalah pihak yang dikalahkan dapat mempermasalahkan putusan arbitrase internasional yang telah dibuat. Upaya hukum ini pada dasarnya upaya hukum untuk membatalkan putusan arbitrase. b. Dasar hukum pembatalan dan penolakan putusan arbitrase internasional 1) Versi UU No. 30 tahun 1999 Dalam proses penyelesaian sengketa arbitrase internasional, pemeriksaan sengketa akan berujung pada suatu putusan. a) Permohonan pembatalan putusan arbitrase Pasal 70 undang-undang No. 30 Tahun 1999 tidak membedakan pembatalan arbitrase nasional dan pembatalan arbitrase internasional. Dalam pasal ini dinyatakan, bahwa terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut : Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, menyembunyikan oleh pihak lawan Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang di lakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa. b) penolakan pelaksanaan atau eksekusi putusan arbitrase Upaya hukum berupa “penolakan pelaksanaan atau eksekusi atas putusan arbitrase internasional.” kepada pengadilan dimana asset atau barang berada. 4 tahap dalam permohonan pelaksanaan putusan arbitrase asing, yaitu : a) Tahap penyerahan dan pendaftaran putusan b) Tahap permohonan pelaksanaan putusan c) Tahap perintah pelaksanaan oleh ketua pengadilan negeri d) Tahap pelaksanaan putusan arbitrase alasan permohonan penolakan exequatur terhadap putusan arbitrase disebutkan secara limitative dalam pasal V ayat (1) konvernsi New York 1958, yaitu : a) Perjanjian arbitrase tidak sah b) Tidak memperoleh kesempatan melakukan pembelaan c) Putusan tidak sesuai dengan penugasan d) Susunan atau penunjukan arbiter tidak sesuai dengan kesepakatan yang di janjikan parah pihak e) Putusan belum mengikat pihak 2. MAKNA DAN HAKIKAT EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL Suatu putusan arbitrase internasional harus dilaksanakan di negara dimana pihak yang dimenangkan mempunyai kepentingan. Dewasa ini, keputusan arbitrase internasional pada prinsipnya sudah dapat dilaksanakan di Indonesia. Jika putusan tersebut harus dilaksanakan diindonesia. 3. Asas asas dalam pelaksanaan arbitrase asing Asas-asas yang diatur dalam PERMA No.1 tahun 1990 yang kemudian diadopsi dalam UU no. 30 tahun 1999 yaitu : A. Asas executorial kracht, B. Asas Resiprositas C. Asas pembatasan D. Asas ketertiban umum 5. Pendaftaran dan pencatatan putusan arbitrase asing Sekurang-kurangnya ada 4 tahap dalam pelaksanaan putusan arbitrasse asing, yaitu sebagai berikut : a. Tahap penyerahan dan pendaftaran putusan b. Tahap permohonan pelaksanaan putusan c. Tahap perintah pelaksanaan oleh ketua pengadilan negeri d. Tahap pelaksanaan putusan arbitrase