Anda di halaman 1dari 36

1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIKINDONESIA


DAERAH KALIMANTAN TENGAH
BIRO PERENCANAAN UMUM DAN ANGGARAN

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN


SOSIALISASI PERATURAN KEPOLISIAN BIDANG LEMTALA
(SOTK DAN HTCK),PENGGUNAAN APLIKASI SI-ABK DAN SIK3
PADA SATKER POLDA DAN POLRES JAJARAN POLDA KALTENG
PALANGKA RAYA TANGGAL 9 S.D10JANUARI2019

I. PENDAHULUAN
1. Umum
a. Organisasi kesatuan kepolisian kewilayahan yang tergelar di seluruh
wilayah daerah hukum Polda Kalimantan Tengah dapat dibentuk atau
diubah berdasarkan klasifikasi dan daerah hukum kepolisian yang
diserasikan dengan wilayah administrasi pemerintahan daerah dan
sistem peradilan pidana terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2014 tentang Pembentukan dan Peningkatan Status Kesatuan
Kewilayahan direvisi menjadi Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang tentang
pembentukan dan perubahan tipe kesatuan kewilayahan kepolisian
negara republik indonesia;
c. Perlu dilakukan sosialiasi setelah penetapan Peraturan Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Pembentukan dan Perubahan Tipe Kesatuan Kewilayahan Kepolisian
Negara Republik Indonesia Dan Evaluasi Dalam Pelaksanaannya dan
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2018 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;.
d. Kegiatan Sosialisasi Penyusunan ABK dan Penggunaan Aplikasi SI-
ABK Polri ditingkat Satker/ satwil jajaran/ satwil jajaran Polda Kalteng,
sebagai tindak lanjut pelatihan operator Aplikasi SI-ABK Polri di tingkat
Polda.Untuk itu Birorena melaksanakan kegiatan tersebut untuk
menyampaikan kepada seluruh Satker/ satwil jajaran/ satwil jajaran
agar pada saat pembuatan ABK mengguna Aplikasi SI-ABK Polri;
e. Kegiatan Sosialisasi dan pengisian aplikasi SIK3 pada tingkat Polres
dan Polsek jajaran Polda Kalteng, untuk mengetahui data satwil secara
lengkap sehingga dapat dilihat secara online dari satuan tingkat Mabes,
Polda, Polres dan Polsek jajaran Polda Kalteng, dan dengan aplikasi
SIK3 dapat dijadikan dasar dalam pembentukan dan peningkatan
satuan kewilayahan.
2. Dasar …..
2

2. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2014 tentang Analisa beban Kerja di lingkungan Polri;
c. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;
d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2017 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja tingkat Mabes
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2018 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;
f. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018
tentang Hubungan Tata Cara Kerja Kepolisian Negera Republik
Indonesia;
g. Pedoman penggunaan aplikasi Sistem Informasi Klasifikasi Kesatuan
Kewilayahan (SIK3) Polri Tahun 2018;
h. Tutorial penggunaan Aplikasi SI-ABK Polri dari Rolemtala Srena Polri
Tahun 2018.
3. Maksud dan Tujuan
a. maksud
Maksud penyusunan laporan ini adalah sebagai bahan laporan hasil
pelaksanaan sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK
dan HTCK),penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda
dan Polres Jajaran Polda Kalteng;

b. tujuan
sebagai bahan masukan kepada pimpinan terhadap pelaksanaan
sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan HTCK),
penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan Polres
Jajaran Polda Kalteng.

II. PELAKSANAAN

4. pelaksanaan sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan


HTCK), penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan
Polres Jajaran Polda Kaltengdi laksanakan selama 2 (dua) hariyaitu tanggal
9 s.d. 10Januari2019 di aula Arya Dharma Polda Kalteng;

5. Peserta sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan HTCK),


penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan Polres
Jajaran Polda Kaltengadalah dari satker Polda dan Polres jajaran Polda
Kaltengadalah sebagai berikut:
a. Satker …..
3

a. Satker Polda;
1) Kasubbagrenmin Satker
2) Operator SI-ABK Satker

b. Polres dan Polsek;


1) Wakapolres
2) Kabagren Polres
3) Kasium Polsek
4) Operator SIK3 dan SI-ABK Polres
5) Operator SIK3 dan SI-ABK Polsek

6. sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan HTCK),


penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan Polres
Jajaran Polda Kaltengadalah membahashal- hal sebagai beirkut :

a. Pointer pada arahan Karorena Kombes Pol. Adhy Fandy Ariyanto,


S.I.K. pada acara pembukaan sosialisasi:

1) Perkap 22 Tahun 2010 telah direvisi menjadi perpol 14 tahun 2018


tentang SOTK Polda;
2) Pokok-pokok perubahan pada SOTK Polda adalah : pengebungan
struktur Urtu dan Renmin menjadi Urmintu pada Subbagrenmin,
perubahan nomenklatur Rosarpras menjadi Rolog, penambahan
satker baru yaitu Bidkum dan Bidkeu;
3) Penataan daerah hukum dengan mengacu pada Perkap 12 Tahun
2017;
4) Melakukan penghitungan kembali terhadap ABK Satker Polda dan
Polres serta Polsek;
5) Revisi Perkap 7 Tahun 2014 menjadi Perpol Nomor 4 Tahun 2018
tentang pembentukan dan perubahan Tipe Kesatuan Kewilyahan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
6) Revisi HTCK Polri Perkap nomor 10 tahun 2011 menjadi Perpol
Nomr 3 tahun 2018;
7) kajian terhadap ABK rumah sakit;
8) Pengusulan kembali Satwil (pembentukan dan peningkatan)
9) Pelatihan terhadap pengemban fungsi perencanaan tingkat Polda
dan Kabagren Polres jajaran;
10) Membuat Standar Kompetensi Pengemban Fungsi Perencanaan.

b. Paparan Kabagstrajemen AKBP Tjutjuk Eko Ariento, S.E tentang


Sosialisasi Perkap 6 Tahun 2017 tentang SOTK Tingkat Mabes Polri
adalah sebagai berikut:

1) Pokok-pokok perubahan pada Perkap 6 Tahun 2017 tentang SOTK


Tingkat Mabes Polri revisi atas Perkap 21 Tahun 2010 adalah:

STRUKTUR …..
4

a) Satfung Mabes Polri yang berubah ada 15 satfung adalah:


(1) Itwasum Polri
Perubahan nomenklatur dan penambahan Subbag;
(2) Srena Polri
Perubahan nomenklatur dan reposisi Subbag di
Rojemengar;
(3) SSDM Polri
Perubahan nomenklatur Subbag di Robinkar;
(4) Slog …..
5

(4) Slog Polri


Perubahan nomenklatur Sarpras menjadi Slog;
(5) Divikum Polri
Perubahan nomenklatur Subbag pada Bagsunkum;
(6) Divhumas Polri
Penambahan Biro Multimedia;
(7) Div TIK Polri
Perubahan nomenklatur Div TI menjadi DIV TIK;
Penambahan Bagjemen TIK;
(8) Baintelkam Polri
Bentuk Ditkamsus dan ubah nomenklatur Subdit;
(9) Baharkam Polri
Hapus jabatan Wakabaharkam;
Bentuk Korbinmas, Korsabhara dan Korpolairud;
(10) Bareskrim Polri
Bentuk Dittipidsibber dan Bagyanmas;
Reposisi Bagresmob menjadi Satresmob;
(11) Korlantas Polri
Penghapusan jabatan Wakakolantas;
Pembentukan 3 Direktorat;
(12) Korbrimob Polri
Perubahan Titelatur Ka menjadi Dan;
Penguatan Satgegana menjadi Pasgegana dan
Satpelopor menjadi Paspelopor;
(13) Densus 88 AT Polri
Penguatan Densus 88 AT dari Brigjen menjadi Irjen dan
Wakadensus 88 AT dari Kombes Pol menjadi Brigjen Pol
Tambah Ditidensos dan Satgaswil dari 10 menjadi 16
(14) Lemdiklat Polri
Nomenklatur Lemdikpol menjadi Lemdiklat;
Penambahan Jabatan Wakalemdiklat;
Pusdikreskrim menjadi Diklatreserse;
(15) Pusdokkes Polri
Penguatan Subbid DVI menjadi Bid DVI
Penambahan Subdidnarkoba

b) Satfung Mabes Polri yang tidak berubah adalah


(1) Sops Polri;
(2) Divpropam Polri;
(3) Divhubinter Polri;
(4) Sahli Kapolri;
(5) Spripim Polri;
(6) Setum Polri;
(7) Yanma Polri;
(8) Puslitbang Polri;
(9) Puskeu Polri;
(10) Pusjarah Polri.
c. Paparan …..
6

c. Paparan revisi Perkap Nomor 22 Tahun 2010 menjadi Perpol 14


Tahun 2018 tentang SOTK Polda, disampaikan AKBP Tujtujuk Eko
Arieanto,S.E. Kabagstrajemen Rorena perihal pokok-pokok
perubahan pada SOTK Polda:

POKOK …..
7

d. Paparan Kasubbagsisjemen Bagstrajemen Rorena Pembina Elfianto,


S.E. tentang pengkajian penataan Tipologi Polsek dan Daerah Hukum
adalah sebagai berikut:

1) Usulan peningkatan Tipe Polsek dari Tahun 2016 s.d. 2017 ada 75
usulan dari Polda
a) Tahun 2016 ada 8 usulan dari Polda Kalteng yaitu
peningkatan Tipe Polsek Rural menjadi Polsek Tipe Urban;

Tabel Polda Kalteng USULAN TAHUN 2016


USULAN
NO POLDA POLRES POLSEK TIPE
TIPE
1 POLDA 1) RES
(1) POLSEK BULIK RURAL URBAN
KALTENG LAMANDAU
2) RES KOBAR (2) POLSEK KUMAI RURAL URBAN
3) RES (3) POLSEK KATINGAN RURAL
URBAN
KATINGAN HILIR
4) RES RURAL
PULANG (4) POLSEK KAHAYAN ILIR URBAN
PISAU
5) RES RURAL
GUNUNG (5) POLSEK KURUN URBAN
MAS
6) RES BARITO (6) POLSEK DUSUN
RURAL URBAN
SELATAN SELATAN
(7) POLSEK DUSUN
7) RES BARITO RURAL URBAN
TENGAH
TIMUR
(8) POLSEK DUSUN TIMUR RURAL URBAN

b) Tahun …..
8

b) Tahun 2017 ada 66 usulan dari 5 Polda yaitu


(1) Polda Jateng ( 46 usulan)
Surat Kapolda Jateng Nomor: B/6215/VII/2017 tgl 7 Juli
2017 1 usulan polsek prarural menjadi rural, 45 usulan
polsek rural menjadi urban
(2) Polda Sulbar (4 usulan)
Surat Kapolda Sulbar Nomor: B/598/VIII/2017 Tgl 4
Agustus 2017 tetang 4 usulan polsek prarural menjadi
rural
(3) Polda Sulsel (11 usulan)
Surat Kapolda Sulsel Nomor: B/2675/VIII/2017 Tgl 8
Agustus 2017tentang 4 usulan polsek prarural menjadi
rural7 usulan polsek rural menjadi urban
(4) Polda Maluku (4 usulan)
Surat Kapolda Maluku Nomor:B/1964/X/2017 Tgl 31
Oktober 2017tentang 2 usulan polsek prarural menjadi
rural dan 2 usulan polsek rural menjadi urban
(5) Polda Kepri ( 1 usulan)
Surat Kapolda Kepri Nomor: B/3045/Xi/2017 Tgl 28 Nov
2017tentang 1 usulan polsek rural menjadi urban

2) Usulan peningkatan Polsubsektor menjadi Polsek


a) Tahun 2016 ada 84 dari 17 Polda yaitu
NO POLDA JUMLAH USULAN
1. METRO JAYA 6
2. ACEH 3
3. SUMUT 6
4. SUMSEL 2
5. JABAR 8
6. BALI 1
7. NTB 3
8. KALTIM 10
9. PAPUA 2
10. KEPRI 2
11. JAMBI 3
12. LAMPUNG 12
13. SULSEL 4
14. BANTEN 4
15. KALTENG 4
16. SULTRA 8
17. SULUT 5
TOTAL 84
9

Tabel .....

Tabel Polda Kalteng USULAN TAHUN 2016


POLSEK POLSEK
NO POLDA POLRES POLSUBSEKTOR USULAN KETERANGAN
INDUK USULAN
1 POLDA POLSEK
KALTENG 1) POLRES POLSEK POLSUB
SEMATU TH 2016 TAHAP I
LAMANDAU BULIK SEMATU JAYA
JAYA
2) POLRES POLSEK
POLSEK
KOTAWARINGIN KOTA POLSUB SEBABI TH 2016 TAHAP I
TELAWANG
TIMUR BESI
POLSEK
POLSEK
POLSUB SUNGAI SERUYAN
3) POLRES SERUYAN SERUYAN TH 2016 TAHAP II
BAKAU HILIR
HILIR
TIMUR
POLSEK
POLSUB POLSEK
4) POLRES KAPUAS KAPUAS TH 2016 BMS
TAMBAN TAMBAN
KUALA
POLSEK
POLSEK
5) POLRES MURUNG POLSUB TANAH TANAH
PERMATA TH 2016 BMS
RAYA SIANG SELT SIANG
INTAN
SELATAN

b) Tahun 2017 ada 9 usulan dari 3 Polda yaitu


(1) Polda Maluku ( 7 usulan)
(2) Polda Jambi (1 usulan)
(3) Polda Papua( (1 usulan)

3) Usulan pembentukan Polsubsektor


a) Tahun 2015 ada 15 usulan dari Polda Kalteng

Tabel Polda Kalteng USULAN TAHUN 2015


NO POLDA POLRES POLSEK INDUK USULAN SURAT USULAN KETERANGAN
1 POLDA POLSUBSEKTOR SURAT KAPOLDA TINJUT : SURAT
1) LAMANDAU POLSEK BULIK
KALTENG BUKIT RAYA KALTENG NOMOR: KAPOLDA KALTENG
POLSUBSEKTOR B/1700/XII/2015 TGL NOMOR :
2) KOBAR POLSEK KUMAI KAWASAN 30 DESEMBER B/1304/XI/2017/RORE
PELABUHAN KUMAI 2015 NA TGL 21
3) KOTIM (1) POLSUBSEKTOR NOVEMBER 2017
KETAPANG PERIHAL TINJUT
SERANAU
(2) POLSUBSEKTOR USULAN
PARENGGEAN PENINGKATAN
TUALAN HULU
SERUYAN POLSUBSEKTOR STATUS
4) SERUYAN TENGAH BATU AMPAR POLSUBSEKTOR/PO
(1) POLSUBSEKTOR LSEK DI JJRN
HANAU
DANAU SELULUK POLDA KALTENG.
(2) POLSUBSEKTOR
BANGKAL
POLSUBSEKTOR
5) KATINGAN
BAUN BANGO
POLSEK POLSUBSEKTOR
6) KAPUAS
KAPUAS KUALA TAMBAN CATUR
7) PALANGKA POLSEK POLSUBSEKTOR
RAYA PAHANDUT JEKAN RAYA
POLSUBSEKTOR
8) MURUNG POLSEK LAUNG
BARITO TUHUP
RAYA TUHUP
RAYA
POLSUBSEKTOR
9) BARUT POLSEK LAHEI
LAHEI BARAT
10) BARTIM POLSEK DUSUN (1) POLSUBSEKTOR
10

TIMUR PAJU EPAT


POLSEK DUSUN (2) POLSUBSEKTOR
TENGAH PAKU
11) GUNUNG POLSEK POLSUBSEKTOR
MAS SEPANG MIHING RAYA
b) Tahun 2016 ada 1 usulan dari Polda Metro Jaya
c) b) Tahun
Tahun 2017 ada 38 usulan dari 9 Polda yaitu Polda Papuan 1 .....
usulan, Polda Kaltim 1 usulan, Polda Kalbar 5 usulan, Polda
Maluku 5 usulan, Polda Jambi 1 usulan, Polda ulbar 5 usulan,
Polda ulel 7 isilan, Polda Jateng 10 usulan dan Polda Kepri 3
usulan.
d) Tahun 2018 ada 9 usulan dari 4 Polda yaitu Polda Sumut 6
usulan, Polda ulbar 1 usulan, Polda umbar 1 usulan dan
Polda Jateng 1 usulan.

4) Usulan pembentukan dan peningkatan Tipe Polres


a) Usulan pembentukan Polres tahun 2016-2018 ada 41 dari 20
Polda yaitu:
(1) Tahun 2016 ada 38 usulan dari 17 Polda dikaji 38 tahun
2016 hasil MS=26 dan TMS=12, maju ke Mabes 14
belum diajukan 12 persetujuan Menpan 8 tidak disetujui
Menpan 6;
(2) Tahun 2017 ada 2 usulan dari 2 Polda, dikaji tahun 2018
(3) Tahun 2018 ada 1 usulan dari Polda dikaji tahun 2018
b) Usulan peningkatan Tahun 2014-2018 ada 32 usulan dari 17
Polda yaitu
(1) Tahun 2014 ada 1 usulan dari 1 Polda dikaji tahun 2016
hasil MS=1;
(2) Tahun 2015 ada 17 usulan dari 9 Polda, dikaji 16 tahun
2016 dan 1 tahun 2017, hasil MS=14 dengan usulan
tahun 2014, TMS=2, belum diajukan 10;
(3) Tahun 2016 ada 2 usulan dari 2 Polda dikaji 1 tahun
2016 belum dikaji 1, hasil MS=1, diajukan ke Menpan;
(4) Tahun 2017 ada 11 usulan dari 5 Polda, belum dikaji 11
(5) Tahun 2018 ada 1 usulan dari 1 Polda belum dikaji 1.

Tabel Polda Kalteng USULAN TAHUN 2017


TIPE STUDI
NO POLDA USULAN SURAT USULAN KAJIAN KETERANGAN
POLRES KELAYAKAN
1 POLDA RES RESTA SURAT KAPOLDA KALTENG MENUNGGU
KALTENG PALANGKAR PALANGK NOMOR : B/908/VIII/2017 BELUM BELUM REVISI
AYA ARAYA TANGGAL 8 AGUSTUS 2017 PERKAP /2014
RESTA MENUNGGU
RESKOTAW SURAT KAPOLDA KALTENG
KOTAWA REVISI
ARINGIN NOMOR : B/908/VIII/2017 BELUM BELUM
RINGIN PERKAP
BARAT TANGGAL 8 AGUSTUS 2017
BARAT 7/2014
RESTA MENUNGGU
RES SURAT KAPOLDA KALTENG
KOTAWA REVISI
KOTAWARIN NOMOR : B/908/VIII/2017 BELUM BELUM
RINGIN PERKAP
GIN TIMUR TGL 8 AGUSTUS 2017
TIMUR 7/2014
SURAT KAPOLDA KALTENG MENUNGGU
RES RESTA NOMOR : B/908/VIII/2017 REVISI
BELUM BELUM
KAPUAS KAPUAS TGL 8 AGUSTUS 2017 PERKAP
7/2014
11

5) Usulan .....
5) Usulan pembentukan Satpolair Polres

NO POLDA USULAN SURAT


1. JATENG SATPOLAIR POLRES PATI B/6215/VII/2017 TGL 7 JULI 2017
2. JABAR SATPOLAIR POLRES CIANJUR UNIT POLAIR B/5186/IX/2017/Rorena TGL 4 SEPT
POLSEK CIDAUN, POLSEK SINDANG BARANG 2017 HAL USULAN PEMBENTUKAN
& POLSEK ARGABINTA SATPOLAIR & UNITPOLAIR POLSEK
SATPOLAIR POLRES SUBANG DI JAJARAN POLDA JABAR
SATPOLAIR SUMEDANG
SATPOLAIR CIREBON KOTA
3. MALUKU SATPOLAIR POLRES P. AMBON & PP. LEASE B/1687/IX/2017 TGL 11 SEPT 2017
SATPOLAIR POLRES MALUKU TENGGARA HAL USULAN PEMBENTUKAN
SATPOLAIR POLRES SERAM BAGIAN BARAT SATPOLAIR POLRES
SATPOLAIR POLRES KEPULAUAN ARU
SATPOLAIR POLRES MALUKU TENGGARA
SATPOLAIR POLRES MALUKU BARAT DAYA
4. KEPRI SATPOLAIR POLRESTA BARELANG B/318/III/2018 TGL 17 OKT 2017 HAL
SATPOLAIR POLRES TANJUNG PINANG USULAN PEMBENTUKAN
SATPOLAIR POLRES KARIMUN SATPOLAIR 4 POLRES/TA JAJARAN
SATPOLAIR POLRES KEPULAUAN ANAMBAS POLDA KEPRI
5. SULBAR SATPOLAIR POLRES MAJENE B/318/III/2018 TGL 20 MARET 2018
HAL USULAN PEMBENTUKAN
SATUAN POLAIR POLRES MAJENE
6. NTB SATPOLAIR POLRES LOMBOK UTARA B/2691/IV/OTL.1.1.1/2018 TGL 23
SATPOLAIR POLRES LOMBOK TIMUR APRIL 2018 HAL PENGIRIMAN
SATPOLAIR POLRES BIMA KOTA LAPORAN STUDI KELAYAKAN
USULAN PEMBANGUNAN TAHUN
2019 DAN USULAN PEMBENTUKAN
SATPOLAIR.

6) perubahan OTK Polda, Polres dan Polsek


PO
LD 1
2
32
POA REVISI
RANCANGAN
JUML
AH
1
4
PERKAP NOMOR 22

LRE
TH 2010 TTG SOTK
POLDA SDH DIAJUKAN

PO
KE MENPANRB
S
LSE
* K
REN REVISI
PERKAP NOMOR
23 TH 2010 TTG
SOTK POLRES &
POLSEK
12

7) Data .....
7) Data Kesatuan Kewilyahan Polri

POLDA
( 34 )
A KHUSUS

POLRES
: 1
A ( 461 )
RESMETRO

:: 226
POLSEK
BRESTABES
( 4.872 )
METRO
:: 115
:RESTA7
POLSUBS
URBAN
EKTOR
: 19
:RES(752
791 )
RURAL
: 429
: 3.381
PRARURAL

: 732

8) Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2017 tentang syarat tata cara


penetapan pembagian daerah hukum Polri
a) dasar
(1) PP Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Daerah Hukum
Kepolisian Negara Republik Indonesia
(2) Skep Kapolri No.Pol.: skep/616/xii/2009 tgl 17 des 2009
tentang Panduan Implementasi Penetapan Daerah
Hukum Satwil Polri.
b) Latar belakang
(1) Amanat PP Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah
Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 3
ayat (2): “ketentuan lebih lanjut tentang syarat dan tata
cara penetapan pembagian daerah hukum kepolisian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kapolri”.
(2) hasil evaluasi Surat Keputusan Kapolri No. Pol.:
13

Skep/616/xii/2009 tgl 17 Desember 2009 tengang


Panduan Implementasi Penetapan Daerah Hukum Satwil
Polri.
(3) saran masukan dari Deputi Kelembagaan Menpan Dan
Rb Ri.
(4) saran masukan dari Kadivkum Polri.

c) Tujuan
PASAL 2
pengaturan syarat dan tata cara penetapan pembagian
daerah hukum kepolisian bertujuan untuk:

a. mengoptimalkan pencapaian sasaran fungsi dan peran


polri serta kepentingan pelaksanaana.tugas
mengoptimalkan .....
dan kepastian
hukum;
b. terselenggaranya penetapan pembagian daerah hukum
kepolisian yang sesuai dan serasi dengan pembagian
wilayah berdasarkan administrasi pemerintahan daerah
dan/atau sistem peradilan pidana yang terpadu dan/atau
menurut kepentingan pelaksanaan tugas polri; dan
c. terwujudnya tertib administrasi dan keteraturan dalam
penetapan pembagian daerah hukum kepolisian.

d) Prinsip
Pasal 3
Syarat dan tata cara penetapan pembagian daerah hukum
kepolisian dilaksanakan dengan prinsip:
a. Prosedural, yaitu dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme, tata cara, kaidah dan norma yang berlaku
dalam suatu organisasi;
b. Transparan, yaitu proses perencanaan, penetapan
pembagian daerah hukum, dilaksanakan secara terbuka
dengan mempertimbangkan saran masukan dan
pendapat dari internal dan eksternal polri;
c. Efektif dan efisien, yaitu dilakukan secara cepat, tepat dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
polri dan masyarakat;
d. Nesesitas yaitu berdasarkan kebutuhan organisasi dan
situasi yang dihadapi; dan
e. Proporsional yaitu berdasarkan pemenuhan kebutuhan
tugas, fungsi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan
oleh polri dan keserasian dengan pemerintahan daerah.

e) Daerah hukum Kepolisian


Pasal 4
Daerah hukum kepolisian meliputi:
a. Daerah hukum markas besar untuk wilayah negara
kesatuan republik indonesia;
b. Daerah hukum polda untuk wilayah provinsi;
14

c. Daerah hukum polres untuk wilayah kabupaten/kota; dan


d. Daerah hukum polsek untuk wilayah kecamatan.

f) Pembagian daerah hukum Kepolisian


Pasal 5
(1) Pembagian daerah hukum kepolisian dilakukan
berdasarkan pembagian wilayah administrasi
pemerintahan dan/atau perangkat sistem peradilan pidana
terpadu serta berdasarkan kepentingan penyelenggaraan
fungsi dan peran kepolisian.

(2) Berdasarkan
(2) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, .....
kemampuan,
fungsi dan peran kepolisian, luas wilayah serta keadaan
penduduk, kapolri dapat menentukan daerah hukum
kepolisian di luar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 huruf b sampai dengan huruf d

g) Syarat Penetapan pembagian dan perubahan daerah hukum


hukum Kepolisian
Pasal 6
(1) Syarat penetapan pembagian dan perubahan daerah
hukum kepolisian:
a. Adanya pembentukan atau pemekaran wilayah
administrasi pemerintahan daerah; dan/atau
b. Kepentingan penyelenggaraan fungsi dan peran
kepolisian dan/atau perangkat sistem peradilan
pidana terpadu.
(2) Penentuan daerah hukum kepolisian di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) tidak wajib
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a

h) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah hkum


Polda,Polres dan Polsek
(1) Polda
(a) Kapolda membentuk tim pokja diketuai karorena
untuk menyusun telstaf dengan melibatkan fungsi
terkait
(b) Kapolda mengajukan usulan kepadaKapolri tembusan
irwasum dan para Asisten Kapolri
(c) Karorena Polda menyusun telstaf dengan melibatkan
fungsi terkait
(d) Asrena melakukan pengkajian dan membentuk tim
studi kelayakan yang diketuai oleh Karolemtala
dengan melibatkan fungsi terkait
(e) Asrena melaporkan hasil studi kelayaan disertai
rekomendasi kepada Kapolri untuk persetujuan atau
penolakan
15

(f) Asrena mengirimkan surat penolakan atu persetujuan


Kapolri kepada Kapolda

(2) Polres
(a) Kapolres membentuk tim pokja diketuai Wakapolres
untuk menyusun telstaf dengan melibatkan fungsi
terkait
(b) Kapolres mengajukan usulan kepadaKapolda
(c) berdasarkan arahan Kapolda, Karorena melakukan
pengkajian dan membentuk tim studi kelayakan
dengan melibatkan fungsi terkait

(d) Karorena melaporkan hasil studi kelayaan disertai


rekomendasi kepada Kapolda untuk (d) Karorena atau
persetujuan .....
penolakan
(e) apabila Kapolda menolak maka Kapolda membuat
surat penolakan kepada Kapolres, apabila Kapolda
menyetujui Kapolda mengajukan usulan kepada
Kapolri dengan tembusan kepadaIrwasum dan para
Asisten kapolri
(f) Asrena membentuk tim studi kelayakan yang diketuai
oleh Karolemtala dengan melibatkan fungsi terkait
untuk melakukan pengkajian dan melaporkan hasilnya
kepada Kapolri disertai rekomendasi untuk penolakan
atau persetujuan
(g) Asrena mengirimkan surat penolakan atau
persetujuan Kapolri kepada Kapolda
(h) Kapolda mengukuhkan daerah hukum Polres
berdasarkan Kep Kapolri dan melaporkan
pelaksanaannya kepadaKapolri dengan tembusan
kepada Irwasum dan para Asisten Kapolri

(3) Polsek
(a) Kapolsek mengusulkan kepada Kapolres
(b) Kapolres membentuk tim pokja diketuai Kabagren
untuk menyusun telstaf dengan melibatkan fungsi
terkait
(c) Kapolres mengajukan usulan kepadaKapolda
(d) berdasarkan arahan Kapolda, Karorena melakukan
pengkajian dan membentuk tim studi kelayakan
dengan melibatkan fungsi terkait
(e) Asrena mengirimkan surat penolakan atu persetujuan
Kapolri kepada Kapolda
(f) Asrena membentuk tim studi kelayakan yang diketuai
oleh Karolemtala dengan melibatkan fungsi terkait
untuk melakukan pengkajian dan melaporkan hasilnya
kepada Kapolri disertai rekomendasi untuk penolakan
atau persetujuan
(g) apabila Kapolda menolak maka Kapolda membuat
16

surat penolakan kepada Kapolres, apabila kapolda


menyetujui Kapolda mengajukan usulan kepada
Kapolri dengan tembusan kepadaIrwasum dan para
Asisten Kapolri
(h) Karorena melaporkan hasil studi kelayaan disertai
rekomendasi kepada kapolda untuk persetujuan atau
penolakan
(i) berdasarkan persetujuan Kapolri Kapolda
menetapkan daerah hukum Polsek denganKep
Kkapolda

(j) Berdaarkan
(j) berdasarkan Kep Kapolda, Kapolres .....
mengukuhkan
daerah hukum Polsek dan melaporkan
pelaksanaannya kepadaKapolda

i) Administrasi
Pasal 9 admnistasi dilampirkan dala usulan penetapan
daerah hukum
(1) Polda
(a) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah
administrasi pemerintahan daerah provinsi, kecuali
untuk penetapan daerah hukum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat (2);
(b) telaahan staf dan hasil studi kelayakan tentang
penetapan daerah hukum polda; dan
(c) laporan hasil koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Provinsi, dan DPRD;
(2) Polres
(a) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah
administrasi pemerintahan daerah kabupaten/kota,
kecuali untuk penetapan daerah hukum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat (2);
(b) telaahan staf dan hasil studi kelayakan tentang
penetapan daerah hukum polres; dan
(c) laporan hasil koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD);

(3) Polsek
(a) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah
administrasi kecamatan, kecuali untuk penetapan
daerah hukum sebagaimana dimaksud dlm pasal 5
ayat (2);
(b) telaahan staf dan hasil studi kelayakan serta hasil
pengkajian tentang penetapan daerah hukum Polsek;
17

dan
(c) laporan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota dan kecamatan serta Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

j) Usulan penataan daerah hukm Kepolisian


Surat Kapolri Nomor: B/1/I/2018/Srena tanggal 2 Januari 2018
perihalpenataan daerah hukum Kepolisian

3 (TIGA) POLDA 
MENGUSULKAN 34 Polda .....
13 PENATAAN :
POLDA 10 (SEPULUH)
Polda BengkuluPOLDA 
TIDAK ADA PERUBAHAN
MENGIRI PoldaSumut
Polda Jambi
Riau
MKAN Polda
34 JAWABA
PoldaSumbar
PoldaSumsel
N PoldaKalteng
POLDA YANG
POL 21
Polda
Polda
NTB PoldaSulteng
BELUM
Bali PoldaSulsel
MENGIRIMKAN
DA POLDA PoldaSultra
Polda AcehPoldaGorontalo
BELUM Polda Lampung
PoldaSulbar
MENGIRI PoldaKepriPolda Maluku
MKAN PoldaMetrojaya
PoldaMalut
JAWABA PoldaJateng
Polda Papua
N Polda DIY Polda Papua
PoldaJatimBarat
PoldaBanten
PoldaKaltara
Polda NTT
PoldaKalbar
PoldaSulut

e. Paparan Kabagstrajemen Rorena AKBP Tjutjuk Eko Arieanto,


S.E.tentang Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2018 Tentang Pembentukan & Perubahan Tipe Kesatuan
Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah sebagai
berikut:

1) Klasifikasi Kesatuan Kewilayahan

a) klasifikasi kesatuan kewilayahan Polri :


(1) Polda;
(2) Polres;
(3) Polsek.
b) klasifikasi kesatuan kewilayahan tingkat Polda :
(1) Polda Tipe A Khusus;
(2) Polda Tipe A; dan
18

(3) Polda Tipe B.


c) klasifikasi kesatuan kewilayahan tingkat Polres :
(1) Polres Tipe A;
(2) Polres Tipe B;
(3) Polres Tipe C.
d) klasifikasi kesatuan kewilayahan tingkat Polsek :
(1) Polsek Tipe A;
(2) Polsek Tipe B;
(3) Polsek Tipe C;
e) klasifikasi kesatuan dibawah polsek adalah Polsubsektor

2) Kategori Nilai Kesatuan Kewilayahan

a) tingkat Polda
(1) Polda Tipe A Khusus : >7.900
(2) Polda Tipe A : 4.500S.D 7.900
(3) Polda Tipe B : <4.500
.
b) tingkat .....
b) tingkat Polres
(1) Polres Tipe A : >5.000
(2) Polres Tipe B : 4.000 SD 5.000
(3) Polres Tipe C : <4.000
.
c) tingkat Polsek
(1) Polsek Tipe A : >3.000
(2) Polsek Tipe B : 2.501 SD 3.000
(3) Polsek Tipe C : 2.000 SD 2.500
(4) Polsek Tipe D : <2.000

3) Kriteria
a) Pembentukan Satwil
(1) Memenuhi kategori nilai yang ditentukan berdasarkan
klasifikasi kesatuan kewilayahan yang akan dibentuk;
(2) Adanya pembentukan atau pemekaran wilayah provinsi,
kabupaten/kota, dan kecamatan;
(3) Kebutuhan organisasi polri untuk penyetaraan dengan
pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
serta penyesuaian dengan sistem peradilan pidana
terpadu;
(4) Perkembangan gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat setiap tahunnya meningkat;
(5) Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian
setiap tahunnya meningkat.

b) Peningkatan Tipe Satwil


(1) Memenuhi kategori nilai yang ditentukan berdasarkan
klasifikasi kesatuan kewilayahan yang akan ditingkatkan,
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1);
19

(2) Kebutuhan organisasi polri untuk penyetaraan dengan


pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
serta penyesuaian dengan sistem peradilan pidana
terpadu;
(3) Perkembangan gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat setiap tahunnya meningkat;
(4) Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian
setiap tahunnya meningkat; dan
(5) Pertambahan jumlah penduduk serta adanya peningkatan
aktivitas masyarakat

c) PenurunanTipe Satwil
(1) Tidak memenuhi nilai kategori sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (1);
(2) Kebutuhan organisasi polri untuk penyetaraan dengan
pemerintah provinsi, Kabupaten/Kota, dan kecamatan
serta penyesuaian dengan sistem peradilan pidana
terpadu;

(3)berkurang;
(3) Pelayanan kepolisian kepada masyarakat Pelayanandan
.....
(4) Jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat berkurang.

4) Persyaratan
a) pembentukan satwil
(1) Adanya peraturan perundang-undangan yang
menetapkan tentang pembentukan atau pemekaran
wilayah administrasi pemerintahan daerah;
(2) Adanya usulan pembentukan kesatuan kewilayahan;
(3) Terpenuhinya kriteria ;
(4) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat secara
tertulis;
(5) Tersedia lahan untuk kantor, rumah dinas/asrama,
fasilitas umum dan sosial sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil penilaian tim studi kelayakan; dan
(6) Adanya dukungan pimpinan kesatuan diatasnya.

b) pembentukanPolres, Polsek/ Polsubsektor pada kawasan


tertentu
(1) Adanya usulan pembentukan kesatuan kewilayahan pada
kawasan tertentu;
(2) Terpenuhinya kriteria pembentukan, kecuali huruf a
sampai dengan huruf c;
(3) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat secara
tertulis;
(4) Tersedia lahan untuk kantor, rumah dinas/asrama,
fasilitas umum dan sosial sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil penilaian tim studi kelayakan; dan
20

(5) Adanya dukungan pimpinan kesatuan diatasnya.

c) peningkatan tipe satwil

(1) Terpenuhinya kriteria , kecuali pada kawasan tertentu;


(2) Adanya usulan peningkatan kesatuan kewilayahan;
(3) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) setempat secara
tertulis;
(4) Adanya dukungan pimpinan kesatuan diatasnya; dan
(5) Telah operasional paling singkat selama tiga tahun.

d) penurunantipe satwil
(1) terpenuhinya kriteria;
(2) adanya hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh tim yang
dibentuk:
(3) kapolri, untuk penurunan tipe kesatuan kewilayahan
tingkat Polda dan Polres; dan
(4) Kapolda, untuk penurunan tipe kesatuan kewilayahan
tingkat Polsek. (4) Kapolda .....

e) syarat pembentukan satwil


(1) adanya peraturan perundang-undangan yang
menetapkan tentang pembentukan atau pemekaran
wilayah administrasi pemerintahan daerah;
(2) adanya usulan pembentukan kesatuan kewilayahan;
(3) terpenuhinya kategori nilai dan kriteria;
(4) adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD)setempat;
(5) tersedia lahan untuk pembangunan kantor, rumah
dinas/asrama, fasilitas umum dan sosial sesuai kebutuhan
berdasarkan hasil penilaian tim studi kelayakan; dan
(6) adanya dukungan pimpinan kesatuan diatasnya.

f) syarat peningkatan satwil


(1) Terpenuhinya kategori nilai dan kriteria;
(2) Adanya usulan peningkatan kesatuan kewilayahan;
(3) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan DPRD
setempat;
(4) Adanya dukungan pimpinan kesatuan diatasnya.

5) Dimensi dan Indikator


PENILAIAN UMUM
a) dimensi geografi, dengan indikator
(1) kondisi geografis wilayah;
(2) luas wilayah;
(3) lokasi/tempat;
(4) wilayah perbatasan dengan negara lain.
b) dimensi demografi, dengan indikator
21

(1) jumlah penduduk;


(2) kepadatan penduduk.
c) dimensi sumber daya alam, dengan indikator:
komoditas yang dominan;
d) dimensi ideologi, dengan indikator:
faham radikal
e) dimensi politik, dengan indikator:
jumlah pemilih dalam pemilu
f) dimensi ekonomi, dengan indikator:
(1) pertumbuhan ekonomi pertahun;
(2) persentase jumlah penduduk miskin;
(3) Produk Domestik Bruto (PDB);
(4) tingkat inflasi per tahun.
g) dimensi sosial budaya, dengan indikator:
(1) jumlah sekolah (pt, slta, sltp, sd sederajat);
(2) jumlah organisasi kemasyarakatan (ormas)/lembaga
sosial masyarakat (lsm);
(3) suku bangsa.
PENIALAIN UTAMA
h) dimensi harkamtibmas, dengan indikator PENILAIAN .....
(1) Jumlah Tindak Pidana (JTP) pertahun;
(2) persentase Jumlah Penyelesaian Tindak Pidana (JPTP)
pertahun;
(3) jumlah kejadian kontinjensi pertahun (konflik sosial,
rusuh massa, bencana alam, dan terorisme);
(4) jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas pertahun;
(5) persentase penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas
pertahun;
(6) jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu
lintas pertahun;
(7) jumlah korban luka berat akibat kecelakaan lalu lintas
pertahun;
(8) jumlah korban luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas
pertahun;
(9) jumlah kerugian materiil akibat kecelakaan lalu lintas
pertahun;
(10) jumlah pelanggaran lalu lintas pertahun;
(11) jumlah lokasi rawan kemacetan lalu lintas;
(12) jumlah pelayanan penerbitan Surat Ijin Mengemudi(SIM)
pertahun;
(13) jumlah pelayanan penerbitan buku pemilik kendaraan
bermotor(bpkb) pertahun;
(14) jumlah pelayanan penerbitan surat tanda nomor
kendaraan(stnk) pertahun;
(15) jumlah pelayanan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
(TNKB)pertahun;
(16) jumlah pelayanan penerbitan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) pertahun;
(17) jumlah potensi konflik;
22

(18) jumlah pengamanan kegiatan masyarakat pertahun;


(19) jumlah kegiatan pengamanan unjuk rasa pertahun;
(20) jumlah objek vital nasional dan daerah;
(21) jumlah objek vital tertentu;
(22) jumlah inovasi pelayanan publik yg tlh operasional
minimal 1 th;
(23) kualitas pelayanan publik;
(24) hasil penilaian dari sistem pemerintahan berbasis
elektroni

PENILAIAN PENDUKUNG
i. Dimensi kemampuan kesatuan, dengan indikator
(1) Persentase jumlah personel riil berdasarkan daftar
susunan personel(dsp);
(2) Rasio jumlah personel polri dengan penduduk;
(3) Rasio jumlah personel polri dengan luas wilayah;
(4) Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (akip);
(5) Nilai Indeks Tata Kelola (ITK)Polri;
(6) Jumlah regulasi, konvensi dan nota kesepahaman;
(7) Persentase pemenuhan kebutuhan fasilitas (6) Jumlah .....
dan sarana
prasarana;
(8) Persentase pemenuhan kebutuhan anggaran.

j) tata cara pembentukan dan peningkatan Polda


(1) Kapolda mengajukan usulan kepada Kapolri u.p. Asrena
Kapolri dengan melampirkan administrasi pendukung,
dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri
(2) Karorena mengajukan telaahan staf dan naskah akademik
kepada kapolda
(3) Karorena menyusun telaahan staf dan naskah akademik
dengan melibatkan satuan fungsi terkait
(4) Asrena Kapolri melaporkan rencana pembentukan atau
peningkatanpolda kepada Kapolri disertai rekomendasi
(5) tim melakukan studi kelayakan dan melaporkan hasilnya
kepada Asrena Kapolri
(6) Kapolri membentuk tim studi kelayak
(7) Kapolri mengukuhkan pembentukan atau peningkatan
polda
(8) Kapolri menetapkan pembentukan atau peningkatan
polda dengan Keputusan Kapolri
(9) Kapolri mengajukan usulan kepada Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negarauntuk mendapatkan persetujuan

k) tata cara pembentukan dan peningkatan Polres


(1) Kabagren Polres menyusun telaahan staf dan naskah
akademik dengan melibatkan satuan fungsi terkait
(2) Kabagren polres mengajukan telaahan staf dan naskah
akademik kepada Kapolres
23

(3) Kapolres mengajukan usulan kepada Kapolda dengan


melampirkan administrasi pendukung, dengan tembusan
Irwasda dan para kepala Biro Polda
(4) Kapolda membentuk tim studi kelayakan yang diketuai
Karorena dengan melibatkan satuan fungsi terkait
(5) tim melakukan studi kelayakan dan melaporkan hasilnya
kepada Kapolda disertai rekomendasi
(6) Kapolda mengajukan usulan kepada kapolri u.p. Asrena
Kapolri dengan melampirkan administrasi pendukung,
dengan tembusan Irwasum dan para Asisten Kapolri
(7) Asrena Kapolri melakukan pengkajian dan penilaian serta
melaporkan hasilnya kepada Kapolri disertai rekomendasi
(8) Kapolri mengajukan usulan kepada Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara untuk mendapatkan persetujuan
(9) Kapolri menetapkan pembentukan atau peningkatan
polres dengan keputusan Kapolri
(10)Kapolda mengukuhkan pembentukan atau peningkatan
Polres dan melaporkan pelaksanaannya (10)kepada kapolri
Kapolda .....
dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri.

l) tata cara pembentukan & peningkatan Polsek/Polsubsektor


(1) kabagren polres menyusun telaahan staf dengan
melibatkan satuan fungsi terkait dan melaporkan kepada
Kapolres;
(2) Kapolres mengajukan usulan kepada kapolda dengan
melampirkan administrasi pendukung, dengan tembusan
irwasda dan para kepala Biro Polda;
(3) Kapolda membentuk tim studi kelayakan yang diketuai
karorena dengan melibatkan satuan fungsi terkait
(4) tim melakukan studi kelayakan dan melaporkan hasilnya
kepada Kapolda disertai rekomendasi
(5) Kapolda mengajukan usulan kepada kapolri u.p. Asrena
Kapolri dengan melampirkan administrasi pendukung,
dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri
(6) Asrena Kapolri melakukan pengkajian dan penilaian serta
melaporkan hasilnya kepada Kapolri disertai rekomendasi
(7) Kapolri mengajukan usulan kepada Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara untuk mendapatkan persetujuan
(8) Kapolda menetapkan pembentukan atau peningkatan
polsek/ polsubsektor dengan keputusan Kapolda setelah
mendapatkan persetujuan Kapolri
(9) Kapolres mengukuhkan pembentukan atau peningkatan
Polsek/Polsubsektor setelah ada keputusan Kapolda
(10)Kapolres melaporkan pelaksanaanya kepada Kapolda
dengan tembusan Irwasda dan para kepala Biro Polda
(11)Kapolda melaporkan pelaksanannya kepada Kapolri
dengan tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri
24

m) administrasi pendukung usulan pembentukan kesatuan


kewilayahan
(1) tingkat Polda
(a) telaahan staf dan naskah akademik tentang
pembentukan Polda;
(b) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran wilayah
administrasi pemerintahan daerah provinsi;
(c) laporan hasil studi kelayakan;
(d) laporan hasil koordinasi dengan Gubernur Kepala
Daerah dan DPRDProvinsi;
(e) surat keterangan status tanah; dan
(f) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi
setempat.

(2) tingkat Polres (2) Tingkat .....


(a) telaahan staf dan naskah akademik tentang
pembentukan Polres;
(b) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran wilayah
administrasi pemerintahan daerah
Kabupaten/Kotakecuali utk kawasan tertentu;
(c) laporan hasil studi kelayakan;
(d) laporan hasil koordinasi dengan Bupati/Walikota dan
DPRDKabupaten/Kota;
(e) surat keterangan status tanah; dan
(f) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota setempat.

(3) tingkat Polsek/Polsubseketor


(a) telaahan staf tentang pembentukan
Polsek/Polsubsektor;
(b) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran wilayah
administrasi kecamatan kecuali untuk kawasan
tertentu;
(c) laporan hasil studi kelayakan;
(d) laporan hasil koordinasi dengan Bupati/Walikota
danDPRDKab/Kota serta Camat;
(e) surat keterangan status tanah;
(f) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten/Kota
setempat.

n) administrasi pendukung usulan perubahan tipe kesatuan


kewilayahan
(1) tingkat Polda
25

(a) telaahan staf dan naskah akademik tentang


peningkatan Polda;
(b) laporan hasil studi kelayakan;
(c) laporan hasil koordinasi dengan gubernur kepala
daerah dan DPRDProvinsi.

(2) tingkat Polres


(a) telaahan staf dan naskah akademik tentang
peningkatan Polres;
(b) laporan hasil studi kelayakan;
(c) laporan hasil koordinasi dengan Bupati/Walikota dan
DPRDKabupaten/Kota.

(3) tingkat Polsek/Polsubsektor


(a) telaahan staf peningkatan Polsek/Polsubsektor;
(b) laporan hasil studi kelayakan;
(s) laporan hasil koordinasi dengan bupati/walikota dan
DPRDKabupaten/Kota serta Camat.
o) Bobot .....
o) Bobot dan rating DIMENSI DAN INDIKATOR TINGKAT
(terlampir)

f. Paparan cara pengisian aplikasi SI-ABK oleh Aipda Doddy Yuliansyah


tentang Analisa Beban Kerja dilingkungan Polri sesuai Perkap Nomor
15 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

1) Pengertian:
a) ABK adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara
sistematis untuk menetapkan waktu bagi seorang pegawai
negeri pada polri dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan/tugas, program dan kegiatan yang dilaksanakan
baik dalam jabatan maupun oleh unit kerjanya masing
masing, guna memperoleh informasi mengenai tingkat
efektivitas dan efisiensi kerja jabatan dan unit kerja yang ada
berdasarkan objek dari pada analisis beban kerja
b) beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target
hasil pekerjaan yang harus dicapai dalam satu satuan waktu
tertentu
c) unit kerja adalah struktur organisasi rinci yang merupakan
bagian dalam sebuah organisasi polri sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya
d) jam kerja adalah jam kerja formal yang ditetapkan oleh polri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
e) jam kerja efektif adalah jam kerja yang harus dipergunakan
oleh setiap unit kerja di lingkungan polri dalam
melaksanakan pekerjaan, program dan kegiatan
f) waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang sesuai dengan
jam kerja efektif dalam melaksanakan pekerjaan, program,
26

dan kegiatan
g) hari kerja efektif adalah hari kerja yang benar-benar
dilaksanakan oleh setiap unit kerja di lingkungan polri dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, program dan kegiatan sesuai
dengan jumlah hari dalam kalender
h) waktu luang adalah jam kerja yang diperkenankan untuk
dipergunakan secara tidak produktif oleh setiap pejabat/staf di
lingkungan polri
i) pekerjaan rutin adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam setiap bulan
j) pekerjaan insidentil adalah pekerjaan atau kegiatan yang
tidak dilaksanakan dalam setiap bulan

2) Tujuan ABK adalah:


a) sebagai pedoman dalam menghitung beban kerja untuk
meningkatkan kinerja, efektivitas dan efisiensi kerja baik pada
jabatan maupun unit kerja;
b)untuk .....
b) untuk mengetahui:
(1) jumlah beban kerja;
(2) waktu kerja efektif;
(3) personel yang dibutuhkan;
(4) efektivitas dan efesiensi kerja baik pada setiap jabatan
maupun unit kerja di lingkungan polri;

c) terwujudnya jumlah personel ideal yang dibutuhkan dalam


stuktur organisasi, dan meningkatnya kinerja personel di
lingkungan polri

3) metode ABK
a) ABK menggunakan metode membandingkan beban kerja
dengan waktu kerja efektif selama 1 (satu) bulan
b) beban kerja merupakan target pekerjaan yang ditentukan
waktu penyelesaiannya
c) ABK dilaksanakan pada setiap jabatan atau unit kerja di
satuan fungsi secara berjenjang sesuai dengan struktur
organisasi polri pada:
(1) tingkat Mabes Polri;
(2) tingkat Polda;
(3) tingkat Polres; dan
(4) tingkat Polsek.
d) ABK dilaksanakan dalam periode waktu 1 (satu) bulan dengan
masa berlaku tidak terbatas, kecuali ada perubahan struktur
organisasi dan tata kerja di lingkungan Polri

4) Mekanisme penyusunan ABK


a) Pengumpulan data
b) Pengelohan data
c) Penelahaan hasil pengolahan data
27

d) penetapan hasil Analisa Beban Kerja

5) ABK menghasilkan data:


a) efektivitas dan efisiensi jabatan serta efektivitas dan efisiensi
kerja unit;
b prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit;
c) jumlah kebutuhan personel pada tiap satuan fungsi maupun
keseluruhan
d) jumlah beban kerja jabatan dan jumlah beban kerja unit
e) waktu kerja yang efektif dan efisien

6) manfaat ABK adalah sebagai berikut:


a) Penataan/penyempurnaan struktur organisasi;
b) Penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit;
c) Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;
d) Sarana peningkatan kinerja kelembagaan;

e) Penyusunan standar beban kerja jabatan/kelembagaan,


e)Penyusunan .....
penyusunan daftar susunan pegawai atau bahan penetapan
eselonisasi jabatan struktural;
f) Program mutasi pegawai dari unit yang berlebihan ke unit
yang kekurangan;
g) Program promosi pegawai;
h) Reward and punishment terhadap unit atau pejabat;

7) Format ABK

PENYUSUNAN ANALISIS BEBAN KERJA


SATFUNG/SATWIL : ……………………………..
UNIT/SUBUNIT : ……………/………………
N URAIAN JUMLAH WAKTU KET
O PEKERJAAN BEBAN KERJA YANG
(DOK/GIAT) DIPERLUKAN
(JAM)
1 2 3 4 5
RUTIN

INSIDENTIL

JUMLAH

8) Rumus ABK

a) Hari Kerja
28

(1) Hari kerja, sebanyak 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)


minggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat);
(2) Hari kerja efektif dalam satu tahun didapat dari:

Jumlah hari kerja dengan 5 (lima) hari kerja


Jumlah hari pertahun .....................................= 365 hari
Libur Sabtu-Minggu ....= 104 hari
Libur resmi ..................= 14 hari
Cuti .............................. = 12 hari +
130 hari
Jumlah lima hari kerja/tahun 365-130 =235 hari
(Selisih antara jumlah hari pertahun dan libur/cuti)

b)Jam .....
b) Jam Kerja
(1) JAM KERJA FORMAL PER MINGGU:
Senin s.d. Kamis07.00-15.00 (8 jam x 4 hari)= 32 jam
Jumat 07.00-15.30 = 8 jam30 menit
Jam kerja formal per minggu = 32jam + 8jam 30 menit
= 40 jam 30 menit
= 2.430 menit
(2) JAM KERJA EFEKTIF PER HARI
= Jam kerja formal per minggu dibagi hari kerja:
= 2.430 menit/5 hari = 486 menit
Waktu Luang 30%
Jam Kerja Efektif per hari:
70x 486 menit = 340,20 menit = 5 jam 40 menit
100
(dibulatkan menjadi 6 jam)

(3) JAM KERJA EFEKTIF PER MINGGU:


= 5 hari x (Jam Kerja Efektif per hari)
= 5 hari x 6 jam = 30 jam
(4) JAM KERJA EFEKTIF PER BULAN :
= 4 minggu x (Jam Kerja Efektif per minggu)
= 4 minggu x 30 jam = 120 jam
(5) JAM KERJA EFEKTIF PER TAHUN:
= 12 bulan x (Jam Kerja Efektif per bulan)
= 12 bulan x 120 jam = 1.440 jam

Catatan
HARI KERJA PER TAHUN = 235 HARI
JAM KERJA FORMAL PER MINGGU = 40 JAM 30 MENIT
JAM KERJA EFEKTIF PER HARI = 6 JAM
JAM KERJA EFEKTIF PER MINGGU = 30 JAM
JAM KERJA EFEKTIF PER BULAN = 120 JAM
29

JAM KERJA EFEKTIF PER TAHUN = 1.440 JAM

c)Rumus .....
c) Rumus Perhitungan jumlah personel

METODE/RUMUS PENGHITUNGAN
JUMLAH jumlahwaktu
PERSONEL
Jumlahpersonel =
yang diperlukan
jumlahwaktukerjaefektif
METODE/RUMUS PENGHITUNGAN
Efektivitas dan EfisiensiDAN
EFEKTIVITAS Jabatan (EEJ)
EFISIENSI KERJA
jumlahbeban kerja
EEJ =
jumlahwaktukerjaefektif
b. Efektivitas dan Efisiensi Unit (EEU)
EEU = jumlahbeban kerja
jumlah personel unit x jumlah waktu kerja efek
JENJANG KATEGORI PENILAIAN
KategoriPenilaianEfektivitasdanEfisiensiJabatan
ANALISIS BEBAN KERJA Unit (EEU)
(EEJ) atauEfektivitasdanEfisiensi
EEJ atau EEU diatas 1,00
dilakukandenganpedomansebagaiberikut:
= A (sangatbaik)
EEJ atau EEU antara 0,90
- 1,00= B (baik)
EEJ atau EEU antara 0,70
- 0,89= C (cukup)
EEJ atau EEU antara 0,50
- 0,69= D (sedang)
EEJ atau EEU dibawah
0,50 = E (kurang)

d) Langkah-langkah penyusunan ABK


30

NO URAIAN
1 ketahui dan pahami perkap nomor 15 tahun 2014 tentang ABK di
lingkungan Polri;
2 ketahui dan pahami organisasi;
3 ketahui dan pahami tupoksi;
4 petakan jabatan dan unit kerja yg akan dihitung;
5 susun pertelaahan tugas jabatan atau unit kerja berdasarkan tupoksi;
6 uraikan secara rinci tahapan pekerjaan pada masing-masing kegiatan dlm
pertelaahan tugas;
7 hitung jumlah beban kerja dari tiap-tiap uraian pekerjaan
8 tentukan waktu yg diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dari masing-
masing uraian pekerjaan;
9 hitung jumlah personel = jumlah waktu yg diperlukan dibagi jumlah waktu
kerja efektif);
10 hitung EEJ = jumlah bebean kerja dibagi jumlah waktu kerja efektif;
11 hitung EEU = jumlah beban kerja dibagi (jumlah personel unit x jumlah
waktu kerja efektif)

9) Bimbingan Tehnis SI-ABK


a) Panduan penghitungan Analisa Beban Kerja
(1) Klik Google Chrome/Mozila Firefox
(2) Ketik alamat Web: www.abkpolri.com
(3) Ketik ID dan Password, kemudian klik login
(4) Ketik munu input untuk menginput data
(5) Pilih Jenis Uraian yang akan di input.1. Rutin(5)Ketik
atau 2......
Spesipik atau Isidentil
b) Input data
(1) Ketik uraian tugas/kegiatan
(2) masukkan jumlah Beban Kerja (Dok/giat)
(3) Ketik satuan (surat, kegiatan, dokumen, dan lain lain)
(4) Ketik waktu yang diperlukan (jam/Bln)
(5) Klik simpan
(6) apabila terdapat Sub Uraian, maka Klik input Sub Uraian
(7) Jika data telah diinput semua, selanjutnya klik input

g. Paparan P.S. Paur Subbagsisjemen Bagstrajemen Rorena Ipda Setyo


Wibowo, S.Pd., M.E. tentang HTCK Polri sesuai dengan Peraruran
Kepolisian Nomor 3 Tahun 2018 Peraturan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pembentukan &
Perubahan Tipe Kesatuan Kewilayahan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, adalah sebagai berikut:

1) Perbandingan Perkap No 10 Th 2011 Pokok-Pokok HtckDi Ling


Polri Dgn Perpol No 3 Th 2018 Ttg Htck Polri
N PERKAP NO 10 TH PERPOL NO 3 TH
URAIAN KET
O 2011 2018
31

1 LAMBANG

2 JUDUL POKOK-POKOK HUBUNGAN TATA


HUBUNGAN TATA CARA KERJA
CARA KERJA DI KEPOLISIAN
LINGKUNGAN NEGARA REPUBLIK
KEPOLISIAN NEGARA INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA
3 BAB TERDIRI 4 BAB TERDIRI 4 BAB
4 PASAL TERDIRI 25 PASAL TERDIRI 20 PASAL
5 LAMPIRAN TIDAK ADA TERDIRI 3
LAMPIRAN
6 HALAMAN 14 halaman 123 halaman
PADA BATANG 14 halaman 17 halaman
TUBUH -
PADA 106 halaman
LAMPIRAN

2) Tujuan HTCK

a) terwujudnya ketertiban dan keteraturan hubungan tata cara


kerja dalam pelaksanaan tugas unit organisasi polri secara
vertikal, horizontal, diagonal dan lintas sektoral

b) b)mengoptimalkan
mengoptimalkan fungsi dan peran satuan-satuan .....
fungsi pada
unit organisasi polri guna pencapaian sasaran yang telah
direncanakan; dan
c) meningkatkan kecepatan, ketepatan dan kualitas pelayanan
polri kepada masyaraka

3) Prinsip HTCK

a) prosedural, yaitu dilaksanakan sesuai dengan mekanisme,


tata cara, kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku
dalam suatu organisasi
b) efektif dan efisien, yaitu dilakukan secara cepat, tepat dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
organisasi polri
c) akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan
d) transparan, yaitu dilaksanakan secara terbuka dengan
memperhatikan etika yang berlaku pada masing-masing
satuan fungsi dalam organisasi polri dan instansi di luar polri,
dan
e) proporsional, yaitu dilaksanakan secara berimbang sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan sasaran, tujuan dan target
yang diharapkan
32

4) Bentuk HTCK
a) hubungan vertikal
hub kerja antara unsur pimp dgn unsur-unsur dibawahnya
dan/atau sebaliknya secara berjenjang
b) hubungan horisontal
hub kerja antar sesama unsur pd struktur orgs polri dlm
rangka koordinasi & kelancaran kerja dlm bentuk
sejajar/setingkat
c) hubungan diagonal
hub kerja lintas unsur satuan fungsi pada struktur orgs polri
dlm rangka kordinasi dan kelancaran kerja
d) hubungan lintas sektoral
hub kerja antara polri dgn badan, lembaga, instansi di dlm
negeri (unsur-unsur pemda, penegak hukum, lembaga serta
masyarakat) dan di luar negeri didasarkan atas sendi-sendi
hubungan fungsional, saling menghormati, saling membantu,
mengutamakan kepentingan umum serta memperhatikan
hierarki

5) Sifat Hubungan
a) perintah adalah kewenangan pimpinan untuk memberikan
perintahkepada setiap pejabat yang berada dibawahnya.
b) laporan adalahkewajibanstaf yang berada dibawahnya
melaporkan tugas dan tanggung jawab kepada pimpinan.

c) koordinasi dan kerja sama, adalah kegiatan yg dilaks antar


satuan fungsi baik dlm bentuk horizontal c)koordinasi
maupun diagonal
.....
yang didasarkan atas sendi-sendi hubungan fungsional, saling
menghormati, saling membantu dan memperhatikan hierarki.
6) Syarat HTCK
a) mengatur hubungan tata cara kerja dalam bentuk vertikal,
horizontal, diagonal dan lintas sektoral;
b) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta wewenang dan
tanggung jawab unit organisasi/ satuan kerja masing-masing;
c) memberikan kemudahan dalam pelaksanaan tugas;
d) disahkan oleh pimpinan sesuai dengan hierarki peraturan.
7) Metrik Hubungan
33

UNSUR
UNSUR PIMPINAN
PENGAWAS V

DAN V V V
H
PEMBANTU D VERTIKAL
UNSUR (V)
PIMPINAN/Y PELAKSANA
AN
H
D
perintah/
D UNSUR
TUPOK D
arahan
H PENDUKUN laporan
D
D G UNSUR
H KEWILAYAH-
LINSEK INSTANSI/ AN HORIZON
LEMBAGA
TAL(H)/
DIAGONA
L (D)
-
koordinas
i
- kerma

LINSEK
-
koordinas
i
- kerma

8) Wasdal
a) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK di
lingkungan Polri dilaksanakan oleh kapolri dan pengemban
fungsi pengawasan tingkat mabes polri.
b) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK tingkat
satfung mabes polri dilaksanakan oleh kasatfung tingkat
Mabes Polri.
c) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK tingkat
polda dilaksanakan oleh kapolda dan pengemban fungsi
pengawasan tingkat Polda.
d) kasatfung tingkat mabes polri dan kapolda melaporkan hasil
temuan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan htck
kepada Kapolri untuk bahan evaluasi.
34

e) hasil pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK yang


dilaksanakan oleh pengemban fungsi pengawasan tingkat
mabes polri dilaporkan kepada Kapolri.
f) hasil pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK yang
dilaksanakan oleh pengemban fungsi pengawasan tingkat
polda dilaporkan kepada kapolda.
g) pengawasan dan pengendalian dilakukan secara rutin
g) pengawasan .....
dan/atau insidentil melalui:
(1) supervisi;
(2) pengawasan secara langsung;
(3) monitoring; dan
(4) analisa dan evaluasi.

h) Pola penyajian materi


i) Paparan/sosialisasi Peraturan Kapolri;
j) Tanya jawab.

7. Pola penyajian materi


a. Paparan/sosialisasi Peraturan Kapolri, HTCK dan aplikasi Kepolisian;
b. Pengisian Aplikasi SIK3 dan Si-ABK;
c. Tanya jawab.

III. REKOMENDASI
8. Saran dan masukan
a. mengajukan usulan pembentukan atau peningkatan tipe satuan
kewilayahan agar melengkapi data dukung indikator dan dimensi
sesuai dengan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Perubahan Tipe Kesatuan
Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. dalam melengkapi data dukung indikator dimensi untuk usulan
peningkatan tipe satuan wilayah agar melakukan koordinasi dengan
satker internal maupun eksternal seperti BPS, Dinas
Kesbanglinmaspol, Dewan Adat setempat dan instansi terkait.
c. dalam pengisian data indikator dimensi agar sesuai data rill yang ada
tidak melakukan manipulasi data hanya karena ingin memenuhi syarat
peningkatan, karena data yang diisi pada indikator akan dilakukan
pengecekan langsung oleh timdari Srena Polri dan Menpan RB baik
data-datanya dan pendukungnya(sumber data);
d. perlu dilakukan sosialisasi ke Polres dan Polsek jajaran Polda Kalteng
sebagai tindak lanjut untuk diketahui oleh semua personel Polda
Kalteng.
e. diharapkan kepada Kapolres memfasilitasi jaringan internat bagi
Polsek-Polsek yang jauh dan tidak mempunyai jaringan internet
35

untukdapat melakukan kegiatan entri data secara lengkappada Aplikasi


SI-ABK dan SIK3 di Polres sehingga tidak mengalami kendala;

f. Para Kasubagrenmin/Kaurren dan Kabagren serta operator agar


memahami cara penyusunan pengisian aplikasi SI-ABK, memahami
perbedaan kegiatan Rutin dan Insidentil dan memahami cara
perhitungan Analisis Beban Kerja;

IV. PENUTUP
Demikian Laporan ini dibuat sebagai gambaran pelaksanan kegiatan
sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan HTCK), penggunaan
Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan Polres Jajaran Polda
Kaltengsebagai bahan masukan kami lampirkan materi yang disampaikan.

Palangka Raya, Januari 2019


a.n. KEPALA BIRO RENA POLDA KALTENG
KABAGSTRAJEMEN

TJUTJUK EKO A., S.E.


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 72040682
36

Anda mungkin juga menyukai