I. PENDAHULUAN
1. Umum
a. Organisasi kesatuan kepolisian kewilayahan yang tergelar di seluruh
wilayah daerah hukum Polda Kalimantan Tengah dapat dibentuk atau
diubah berdasarkan klasifikasi dan daerah hukum kepolisian yang
diserasikan dengan wilayah administrasi pemerintahan daerah dan
sistem peradilan pidana terpadu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2014 tentang Pembentukan dan Peningkatan Status Kesatuan
Kewilayahan direvisi menjadi Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang tentang
pembentukan dan perubahan tipe kesatuan kewilayahan kepolisian
negara republik indonesia;
c. Perlu dilakukan sosialiasi setelah penetapan Peraturan Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Pembentukan dan Perubahan Tipe Kesatuan Kewilayahan Kepolisian
Negara Republik Indonesia Dan Evaluasi Dalam Pelaksanaannya dan
Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2018 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;.
d. Kegiatan Sosialisasi Penyusunan ABK dan Penggunaan Aplikasi SI-
ABK Polri ditingkat Satker/ satwil jajaran/ satwil jajaran Polda Kalteng,
sebagai tindak lanjut pelatihan operator Aplikasi SI-ABK Polri di tingkat
Polda.Untuk itu Birorena melaksanakan kegiatan tersebut untuk
menyampaikan kepada seluruh Satker/ satwil jajaran/ satwil jajaran
agar pada saat pembuatan ABK mengguna Aplikasi SI-ABK Polri;
e. Kegiatan Sosialisasi dan pengisian aplikasi SIK3 pada tingkat Polres
dan Polsek jajaran Polda Kalteng, untuk mengetahui data satwil secara
lengkap sehingga dapat dilihat secara online dari satuan tingkat Mabes,
Polda, Polres dan Polsek jajaran Polda Kalteng, dan dengan aplikasi
SIK3 dapat dijadikan dasar dalam pembentukan dan peningkatan
satuan kewilayahan.
2. Dasar …..
2
2. Dasar
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
b. Peraturan Kepala kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2014 tentang Analisa beban Kerja di lingkungan Polri;
c. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;
d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2017 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja tingkat Mabes
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2018 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah;
f. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018
tentang Hubungan Tata Cara Kerja Kepolisian Negera Republik
Indonesia;
g. Pedoman penggunaan aplikasi Sistem Informasi Klasifikasi Kesatuan
Kewilayahan (SIK3) Polri Tahun 2018;
h. Tutorial penggunaan Aplikasi SI-ABK Polri dari Rolemtala Srena Polri
Tahun 2018.
3. Maksud dan Tujuan
a. maksud
Maksud penyusunan laporan ini adalah sebagai bahan laporan hasil
pelaksanaan sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK
dan HTCK),penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda
dan Polres Jajaran Polda Kalteng;
b. tujuan
sebagai bahan masukan kepada pimpinan terhadap pelaksanaan
sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan HTCK),
penggunaan Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan Polres
Jajaran Polda Kalteng.
II. PELAKSANAAN
a. Satker Polda;
1) Kasubbagrenmin Satker
2) Operator SI-ABK Satker
STRUKTUR …..
4
POKOK …..
7
1) Usulan peningkatan Tipe Polsek dari Tahun 2016 s.d. 2017 ada 75
usulan dari Polda
a) Tahun 2016 ada 8 usulan dari Polda Kalteng yaitu
peningkatan Tipe Polsek Rural menjadi Polsek Tipe Urban;
b) Tahun …..
8
Tabel .....
5) Usulan .....
5) Usulan pembentukan Satpolair Polres
LRE
TH 2010 TTG SOTK
POLDA SDH DIAJUKAN
PO
KE MENPANRB
S
LSE
* K
REN REVISI
PERKAP NOMOR
23 TH 2010 TTG
SOTK POLRES &
POLSEK
12
7) Data .....
7) Data Kesatuan Kewilyahan Polri
POLDA
( 34 )
A KHUSUS
POLRES
: 1
A ( 461 )
RESMETRO
:: 226
POLSEK
BRESTABES
( 4.872 )
METRO
:: 115
:RESTA7
POLSUBS
URBAN
EKTOR
: 19
:RES(752
791 )
RURAL
: 429
: 3.381
PRARURAL
: 732
c) Tujuan
PASAL 2
pengaturan syarat dan tata cara penetapan pembagian
daerah hukum kepolisian bertujuan untuk:
d) Prinsip
Pasal 3
Syarat dan tata cara penetapan pembagian daerah hukum
kepolisian dilaksanakan dengan prinsip:
a. Prosedural, yaitu dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme, tata cara, kaidah dan norma yang berlaku
dalam suatu organisasi;
b. Transparan, yaitu proses perencanaan, penetapan
pembagian daerah hukum, dilaksanakan secara terbuka
dengan mempertimbangkan saran masukan dan
pendapat dari internal dan eksternal polri;
c. Efektif dan efisien, yaitu dilakukan secara cepat, tepat dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
polri dan masyarakat;
d. Nesesitas yaitu berdasarkan kebutuhan organisasi dan
situasi yang dihadapi; dan
e. Proporsional yaitu berdasarkan pemenuhan kebutuhan
tugas, fungsi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan
oleh polri dan keserasian dengan pemerintahan daerah.
(2) Berdasarkan
(2) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, .....
kemampuan,
fungsi dan peran kepolisian, luas wilayah serta keadaan
penduduk, kapolri dapat menentukan daerah hukum
kepolisian di luar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 huruf b sampai dengan huruf d
(2) Polres
(a) Kapolres membentuk tim pokja diketuai Wakapolres
untuk menyusun telstaf dengan melibatkan fungsi
terkait
(b) Kapolres mengajukan usulan kepadaKapolda
(c) berdasarkan arahan Kapolda, Karorena melakukan
pengkajian dan membentuk tim studi kelayakan
dengan melibatkan fungsi terkait
(3) Polsek
(a) Kapolsek mengusulkan kepada Kapolres
(b) Kapolres membentuk tim pokja diketuai Kabagren
untuk menyusun telstaf dengan melibatkan fungsi
terkait
(c) Kapolres mengajukan usulan kepadaKapolda
(d) berdasarkan arahan Kapolda, Karorena melakukan
pengkajian dan membentuk tim studi kelayakan
dengan melibatkan fungsi terkait
(e) Asrena mengirimkan surat penolakan atu persetujuan
Kapolri kepada Kapolda
(f) Asrena membentuk tim studi kelayakan yang diketuai
oleh Karolemtala dengan melibatkan fungsi terkait
untuk melakukan pengkajian dan melaporkan hasilnya
kepada Kapolri disertai rekomendasi untuk penolakan
atau persetujuan
(g) apabila Kapolda menolak maka Kapolda membuat
16
(j) Berdaarkan
(j) berdasarkan Kep Kapolda, Kapolres .....
mengukuhkan
daerah hukum Polsek dan melaporkan
pelaksanaannya kepadaKapolda
i) Administrasi
Pasal 9 admnistasi dilampirkan dala usulan penetapan
daerah hukum
(1) Polda
(a) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah
administrasi pemerintahan daerah provinsi, kecuali
untuk penetapan daerah hukum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat (2);
(b) telaahan staf dan hasil studi kelayakan tentang
penetapan daerah hukum polda; dan
(c) laporan hasil koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Provinsi, dan DPRD;
(2) Polres
(a) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah
administrasi pemerintahan daerah kabupaten/kota,
kecuali untuk penetapan daerah hukum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat (2);
(b) telaahan staf dan hasil studi kelayakan tentang
penetapan daerah hukum polres; dan
(c) laporan hasil koordinasi dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD);
(3) Polsek
(a) peraturan perundang-undangan yang menetapkan
tentang pembentukan atau pemekaran suatu wilayah
administrasi kecamatan, kecuali untuk penetapan
daerah hukum sebagaimana dimaksud dlm pasal 5
ayat (2);
(b) telaahan staf dan hasil studi kelayakan serta hasil
pengkajian tentang penetapan daerah hukum Polsek;
17
dan
(c) laporan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah
kabupaten/kota dan kecamatan serta Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
3 (TIGA) POLDA
MENGUSULKAN 34 Polda .....
13 PENATAAN :
POLDA 10 (SEPULUH)
Polda BengkuluPOLDA
TIDAK ADA PERUBAHAN
MENGIRI PoldaSumut
Polda Jambi
Riau
MKAN Polda
34 JAWABA
PoldaSumbar
PoldaSumsel
N PoldaKalteng
POLDA YANG
POL 21
Polda
Polda
NTB PoldaSulteng
BELUM
Bali PoldaSulsel
MENGIRIMKAN
DA POLDA PoldaSultra
Polda AcehPoldaGorontalo
BELUM Polda Lampung
PoldaSulbar
MENGIRI PoldaKepriPolda Maluku
MKAN PoldaMetrojaya
PoldaMalut
JAWABA PoldaJateng
Polda Papua
N Polda DIY Polda Papua
PoldaJatimBarat
PoldaBanten
PoldaKaltara
Polda NTT
PoldaKalbar
PoldaSulut
a) tingkat Polda
(1) Polda Tipe A Khusus : >7.900
(2) Polda Tipe A : 4.500S.D 7.900
(3) Polda Tipe B : <4.500
.
b) tingkat .....
b) tingkat Polres
(1) Polres Tipe A : >5.000
(2) Polres Tipe B : 4.000 SD 5.000
(3) Polres Tipe C : <4.000
.
c) tingkat Polsek
(1) Polsek Tipe A : >3.000
(2) Polsek Tipe B : 2.501 SD 3.000
(3) Polsek Tipe C : 2.000 SD 2.500
(4) Polsek Tipe D : <2.000
3) Kriteria
a) Pembentukan Satwil
(1) Memenuhi kategori nilai yang ditentukan berdasarkan
klasifikasi kesatuan kewilayahan yang akan dibentuk;
(2) Adanya pembentukan atau pemekaran wilayah provinsi,
kabupaten/kota, dan kecamatan;
(3) Kebutuhan organisasi polri untuk penyetaraan dengan
pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan
serta penyesuaian dengan sistem peradilan pidana
terpadu;
(4) Perkembangan gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat setiap tahunnya meningkat;
(5) Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kepolisian
setiap tahunnya meningkat.
c) PenurunanTipe Satwil
(1) Tidak memenuhi nilai kategori sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (1);
(2) Kebutuhan organisasi polri untuk penyetaraan dengan
pemerintah provinsi, Kabupaten/Kota, dan kecamatan
serta penyesuaian dengan sistem peradilan pidana
terpadu;
(3)berkurang;
(3) Pelayanan kepolisian kepada masyarakat Pelayanandan
.....
(4) Jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat berkurang.
4) Persyaratan
a) pembentukan satwil
(1) Adanya peraturan perundang-undangan yang
menetapkan tentang pembentukan atau pemekaran
wilayah administrasi pemerintahan daerah;
(2) Adanya usulan pembentukan kesatuan kewilayahan;
(3) Terpenuhinya kriteria ;
(4) Adanya dukungan dari Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat secara
tertulis;
(5) Tersedia lahan untuk kantor, rumah dinas/asrama,
fasilitas umum dan sosial sesuai kebutuhan berdasarkan
hasil penilaian tim studi kelayakan; dan
(6) Adanya dukungan pimpinan kesatuan diatasnya.
d) penurunantipe satwil
(1) terpenuhinya kriteria;
(2) adanya hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh tim yang
dibentuk:
(3) kapolri, untuk penurunan tipe kesatuan kewilayahan
tingkat Polda dan Polres; dan
(4) Kapolda, untuk penurunan tipe kesatuan kewilayahan
tingkat Polsek. (4) Kapolda .....
PENILAIAN PENDUKUNG
i. Dimensi kemampuan kesatuan, dengan indikator
(1) Persentase jumlah personel riil berdasarkan daftar
susunan personel(dsp);
(2) Rasio jumlah personel polri dengan penduduk;
(3) Rasio jumlah personel polri dengan luas wilayah;
(4) Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (akip);
(5) Nilai Indeks Tata Kelola (ITK)Polri;
(6) Jumlah regulasi, konvensi dan nota kesepahaman;
(7) Persentase pemenuhan kebutuhan fasilitas (6) Jumlah .....
dan sarana
prasarana;
(8) Persentase pemenuhan kebutuhan anggaran.
1) Pengertian:
a) ABK adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara
sistematis untuk menetapkan waktu bagi seorang pegawai
negeri pada polri dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan/tugas, program dan kegiatan yang dilaksanakan
baik dalam jabatan maupun oleh unit kerjanya masing
masing, guna memperoleh informasi mengenai tingkat
efektivitas dan efisiensi kerja jabatan dan unit kerja yang ada
berdasarkan objek dari pada analisis beban kerja
b) beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target
hasil pekerjaan yang harus dicapai dalam satu satuan waktu
tertentu
c) unit kerja adalah struktur organisasi rinci yang merupakan
bagian dalam sebuah organisasi polri sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya
d) jam kerja adalah jam kerja formal yang ditetapkan oleh polri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
e) jam kerja efektif adalah jam kerja yang harus dipergunakan
oleh setiap unit kerja di lingkungan polri dalam
melaksanakan pekerjaan, program dan kegiatan
f) waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang sesuai dengan
jam kerja efektif dalam melaksanakan pekerjaan, program,
26
dan kegiatan
g) hari kerja efektif adalah hari kerja yang benar-benar
dilaksanakan oleh setiap unit kerja di lingkungan polri dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, program dan kegiatan sesuai
dengan jumlah hari dalam kalender
h) waktu luang adalah jam kerja yang diperkenankan untuk
dipergunakan secara tidak produktif oleh setiap pejabat/staf di
lingkungan polri
i) pekerjaan rutin adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam setiap bulan
j) pekerjaan insidentil adalah pekerjaan atau kegiatan yang
tidak dilaksanakan dalam setiap bulan
3) metode ABK
a) ABK menggunakan metode membandingkan beban kerja
dengan waktu kerja efektif selama 1 (satu) bulan
b) beban kerja merupakan target pekerjaan yang ditentukan
waktu penyelesaiannya
c) ABK dilaksanakan pada setiap jabatan atau unit kerja di
satuan fungsi secara berjenjang sesuai dengan struktur
organisasi polri pada:
(1) tingkat Mabes Polri;
(2) tingkat Polda;
(3) tingkat Polres; dan
(4) tingkat Polsek.
d) ABK dilaksanakan dalam periode waktu 1 (satu) bulan dengan
masa berlaku tidak terbatas, kecuali ada perubahan struktur
organisasi dan tata kerja di lingkungan Polri
7) Format ABK
INSIDENTIL
JUMLAH
8) Rumus ABK
a) Hari Kerja
28
b)Jam .....
b) Jam Kerja
(1) JAM KERJA FORMAL PER MINGGU:
Senin s.d. Kamis07.00-15.00 (8 jam x 4 hari)= 32 jam
Jumat 07.00-15.30 = 8 jam30 menit
Jam kerja formal per minggu = 32jam + 8jam 30 menit
= 40 jam 30 menit
= 2.430 menit
(2) JAM KERJA EFEKTIF PER HARI
= Jam kerja formal per minggu dibagi hari kerja:
= 2.430 menit/5 hari = 486 menit
Waktu Luang 30%
Jam Kerja Efektif per hari:
70x 486 menit = 340,20 menit = 5 jam 40 menit
100
(dibulatkan menjadi 6 jam)
Catatan
HARI KERJA PER TAHUN = 235 HARI
JAM KERJA FORMAL PER MINGGU = 40 JAM 30 MENIT
JAM KERJA EFEKTIF PER HARI = 6 JAM
JAM KERJA EFEKTIF PER MINGGU = 30 JAM
JAM KERJA EFEKTIF PER BULAN = 120 JAM
29
c)Rumus .....
c) Rumus Perhitungan jumlah personel
METODE/RUMUS PENGHITUNGAN
JUMLAH jumlahwaktu
PERSONEL
Jumlahpersonel =
yang diperlukan
jumlahwaktukerjaefektif
METODE/RUMUS PENGHITUNGAN
Efektivitas dan EfisiensiDAN
EFEKTIVITAS Jabatan (EEJ)
EFISIENSI KERJA
jumlahbeban kerja
EEJ =
jumlahwaktukerjaefektif
b. Efektivitas dan Efisiensi Unit (EEU)
EEU = jumlahbeban kerja
jumlah personel unit x jumlah waktu kerja efek
JENJANG KATEGORI PENILAIAN
KategoriPenilaianEfektivitasdanEfisiensiJabatan
ANALISIS BEBAN KERJA Unit (EEU)
(EEJ) atauEfektivitasdanEfisiensi
EEJ atau EEU diatas 1,00
dilakukandenganpedomansebagaiberikut:
= A (sangatbaik)
EEJ atau EEU antara 0,90
- 1,00= B (baik)
EEJ atau EEU antara 0,70
- 0,89= C (cukup)
EEJ atau EEU antara 0,50
- 0,69= D (sedang)
EEJ atau EEU dibawah
0,50 = E (kurang)
NO URAIAN
1 ketahui dan pahami perkap nomor 15 tahun 2014 tentang ABK di
lingkungan Polri;
2 ketahui dan pahami organisasi;
3 ketahui dan pahami tupoksi;
4 petakan jabatan dan unit kerja yg akan dihitung;
5 susun pertelaahan tugas jabatan atau unit kerja berdasarkan tupoksi;
6 uraikan secara rinci tahapan pekerjaan pada masing-masing kegiatan dlm
pertelaahan tugas;
7 hitung jumlah beban kerja dari tiap-tiap uraian pekerjaan
8 tentukan waktu yg diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dari masing-
masing uraian pekerjaan;
9 hitung jumlah personel = jumlah waktu yg diperlukan dibagi jumlah waktu
kerja efektif);
10 hitung EEJ = jumlah bebean kerja dibagi jumlah waktu kerja efektif;
11 hitung EEU = jumlah beban kerja dibagi (jumlah personel unit x jumlah
waktu kerja efektif)
1 LAMBANG
2) Tujuan HTCK
b) b)mengoptimalkan
mengoptimalkan fungsi dan peran satuan-satuan .....
fungsi pada
unit organisasi polri guna pencapaian sasaran yang telah
direncanakan; dan
c) meningkatkan kecepatan, ketepatan dan kualitas pelayanan
polri kepada masyaraka
3) Prinsip HTCK
4) Bentuk HTCK
a) hubungan vertikal
hub kerja antara unsur pimp dgn unsur-unsur dibawahnya
dan/atau sebaliknya secara berjenjang
b) hubungan horisontal
hub kerja antar sesama unsur pd struktur orgs polri dlm
rangka koordinasi & kelancaran kerja dlm bentuk
sejajar/setingkat
c) hubungan diagonal
hub kerja lintas unsur satuan fungsi pada struktur orgs polri
dlm rangka kordinasi dan kelancaran kerja
d) hubungan lintas sektoral
hub kerja antara polri dgn badan, lembaga, instansi di dlm
negeri (unsur-unsur pemda, penegak hukum, lembaga serta
masyarakat) dan di luar negeri didasarkan atas sendi-sendi
hubungan fungsional, saling menghormati, saling membantu,
mengutamakan kepentingan umum serta memperhatikan
hierarki
5) Sifat Hubungan
a) perintah adalah kewenangan pimpinan untuk memberikan
perintahkepada setiap pejabat yang berada dibawahnya.
b) laporan adalahkewajibanstaf yang berada dibawahnya
melaporkan tugas dan tanggung jawab kepada pimpinan.
UNSUR
UNSUR PIMPINAN
PENGAWAS V
DAN V V V
H
PEMBANTU D VERTIKAL
UNSUR (V)
PIMPINAN/Y PELAKSANA
AN
H
D
perintah/
D UNSUR
TUPOK D
arahan
H PENDUKUN laporan
D
D G UNSUR
H KEWILAYAH-
LINSEK INSTANSI/ AN HORIZON
LEMBAGA
TAL(H)/
DIAGONA
L (D)
-
koordinas
i
- kerma
LINSEK
-
koordinas
i
- kerma
8) Wasdal
a) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK di
lingkungan Polri dilaksanakan oleh kapolri dan pengemban
fungsi pengawasan tingkat mabes polri.
b) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK tingkat
satfung mabes polri dilaksanakan oleh kasatfung tingkat
Mabes Polri.
c) pengawasan dan pengendalian pelaksanaan HTCK tingkat
polda dilaksanakan oleh kapolda dan pengemban fungsi
pengawasan tingkat Polda.
d) kasatfung tingkat mabes polri dan kapolda melaporkan hasil
temuan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan htck
kepada Kapolri untuk bahan evaluasi.
34
III. REKOMENDASI
8. Saran dan masukan
a. mengajukan usulan pembentukan atau peningkatan tipe satuan
kewilayahan agar melengkapi data dukung indikator dan dimensi
sesuai dengan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 tentang Pembentukan dan Perubahan Tipe Kesatuan
Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. dalam melengkapi data dukung indikator dimensi untuk usulan
peningkatan tipe satuan wilayah agar melakukan koordinasi dengan
satker internal maupun eksternal seperti BPS, Dinas
Kesbanglinmaspol, Dewan Adat setempat dan instansi terkait.
c. dalam pengisian data indikator dimensi agar sesuai data rill yang ada
tidak melakukan manipulasi data hanya karena ingin memenuhi syarat
peningkatan, karena data yang diisi pada indikator akan dilakukan
pengecekan langsung oleh timdari Srena Polri dan Menpan RB baik
data-datanya dan pendukungnya(sumber data);
d. perlu dilakukan sosialisasi ke Polres dan Polsek jajaran Polda Kalteng
sebagai tindak lanjut untuk diketahui oleh semua personel Polda
Kalteng.
e. diharapkan kepada Kapolres memfasilitasi jaringan internat bagi
Polsek-Polsek yang jauh dan tidak mempunyai jaringan internet
35
IV. PENUTUP
Demikian Laporan ini dibuat sebagai gambaran pelaksanan kegiatan
sosialisasi Peraturan Kepolisian Bidang Lemtala (SOTK dan HTCK), penggunaan
Aplikasi SI-ABK dan SIK3 pada Satker Polda dan Polres Jajaran Polda
Kaltengsebagai bahan masukan kami lampirkan materi yang disampaikan.