Tugas Tutorial 3 Ppabk-Tria Nency (856087671)
Tugas Tutorial 3 Ppabk-Tria Nency (856087671)
Uraian Tugas
1. Sebutkan dan jelaskan penyebab terjadinya tunagrahita dan bagaimana alternatif upaya
pencegahan terjadinya tunagrahita!
Jawab :
Tunagrahita adalah kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan intelektual atau kekurangan
mental yang signifikan. Penyebab tunagrahita dapat bervariasi dan melibatkan faktor genetik,
lingkungan, atau kombinasi dari keduanya. Berikut adalah beberapa penyebab umum tunagrahita:
a. Penyebab Genetik: Beberapa kasus tunagrahita disebabkan oleh kelainan genetik yang
diturunkan dari orang tua. Contohnya adalah sindrom Down, sindrom Fragile X, dan sindrom
Angelman.
b. Gangguan Kromosom: Perubahan atau gangguan pada struktur kromosom dapat menyebabkan
tunagrahita. Misalnya, keberadaan tambahan kromosom pada sindrom Down (trisomi 21) dapat
menyebabkan keterbatasan intelektual.
c. Kondisi Prenatal: Faktor-faktor yang terjadi selama kehamilan juga dapat berperan dalam
terjadinya tunagrahita. Beberapa faktor prenatal yang dapat menyebabkan tunagrahita meliputi
infeksi selama kehamilan, keracunan zat kimia, kekurangan gizi, serta penggunaan alkohol atau
obat-obatan terlarang.
d. Komplikasi Kelahiran: Komplikasi selama proses kelahiran, seperti asfiksia (kekurangan
oksigen) atau trauma pada otak bayi, dapat menyebabkan kerusakan otak dan berkontribusi
terhadap tunagrahita.
Alternatif upaya pencegahan terjadinya tunagrahita melibatkan tindakan di berbagai tingkatan, baik
pada tingkat individu maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan yang dapat
dilakukan:
a. Perawatan Pranatal yang Baik: Menghindari faktor risiko selama kehamilan dan memastikan
kesehatan ibu hamil sangat penting. Pemeriksaan pranatal yang teratur, pola makan sehat,
menghindari zat berbahaya seperti alkohol dan obat-obatan terlarang, serta mengelola kondisi
medis yang mungkin berdampak buruk pada perkembangan janin dapat membantu mengurangi
risiko tunagrahita.
b. Pemeriksaan Genetik dan Konseling: Pemeriksaan genetik dan konseling dapat membantu
mengidentifikasi risiko genetik yang mungkin dialami pasangan yang berencana memiliki anak.
Dalam beberapa kasus, tindakan pencegahan seperti tes genetik pra-kehamilan atau pemilihan
reproduksi dapat direkomendasikan.
c. Perawatan Bayi yang Baik: Memberikan perawatan yang baik dan stimulasi yang tepat pada
bayi dan anak balita sangat penting untuk perkembangan otak yang sehat. Stimulation early in
life can help promote cognitive development. Merawat dan mengasuh anak dengan cinta,
memberikan nutrisi yang baik, dan memastikan stimulasi yang tepat dapat membantu
mengurangi risiko tunagrahita.
d. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
perawatan pranatal yang baik.
2. Jelaskan dampak tunagrahita terhadap kemampuan akademik, sosial/emosional, dan
fisik/kesehatan!
Jawab :
Tunagrahita dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan akademik,
sosial/emosional, dan fisik/kesehatan seseorang. Berikut adalah penjelasan tentang dampak-dampak
tersebut:
a. Kemampuan Akademik: Tunagrahita umumnya ditandai dengan keterbatasan intelektual yang
signifikan. Individu dengan tunagrahita mungkin mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep abstrak, menguasai keterampilan matematika, membaca, menulis, dan
memecahkan masalah. Kemampuan belajar mereka umumnya lebih lambat dibandingkan
dengan rekan-rekan sebayanya.
b. Keterampilan Sosial/Emosional: Individu dengan tunagrahita sering menghadapi tantangan
dalam berinteraksi sosial dan mengembangkan keterampilan sosial. Mereka mungkin
mengalami keterbatasan dalam memahami aturan sosial, membaca ekspresi emosi orang lain,
dan memahami persepsi orang lain terhadap mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan
mereka dalam membentuk dan mempertahankan hubungan interpersonal yang sehat, serta
berpartisipasi dalam aktivitas sosial dengan lancar.
c. Kesehatan Fisik/Kesehatan: Beberapa individu dengan tunagrahita juga dapat menghadapi
tantangan fisik atau masalah kesehatan tertentu. Beberapa jenis tunagrahita dapat disertai
dengan masalah kesehatan seperti kelainan jantung, gangguan pendengaran atau penglihatan,
gangguan motorik, atau masalah kesehatan lainnya
3. Jelaskan bagaimana profil pendidikan anak tunagrahita yang meliputi materi, strategi
pembelajaran, media, sarana, fasilitas pendukung dan evaluasi!
Jawab :
Profil pendidikan anak tunagrahita mencakup berbagai aspek seperti materi, strategi pembelajaran,
media, sarana, fasilitas pendukung, dan evaluasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan individu. Berikut adalah penjelasan mengenai setiap komponen dalam profil
pendidikan anak tunagrahita:
a. Materi: Materi pembelajaran untuk anak tunagrahita harus disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan kemampuan mereka. Pendekatan pembelajaran yang lebih konkret, visual, dan
praktis umumnya lebih efektif. Isi pembelajaran harus relevan dengan kehidupan sehari-hari dan
dapat diterapkan dalam konteks nyata. Misalnya, materi dapat mencakup keterampilan sosial,
aktivitas kehidupan sehari-hari, keterampilan kemandirian, dan keterampilan akademik dasar
seperti membaca, menulis, dan berhitung.
b. Strategi Pembelajaran: Strategi pembelajaran yang efektif untuk anak tunagrahita melibatkan
pendekatan yang terpadu dan berfokus pada kebutuhan individu. Pendekatan visual, praktik
langsung, penggunaan bahan manipulatif, dan penggunaan pengulangan dan penguatan positif
sering kali efektif. Penggunaan model peran, visualisasi, dan penggunaan teknologi pendukung
juga dapat membantu dalam proses pembelajaran dan bimbingan yang lebih intensif.
c. Media: Media pembelajaran harus dipilih dengan cermat untuk mendukung pemahaman dan
partisipasi anak tunagrahita. Penggunaan gambar, grafik, papan tulis interaktif, buku cerita
dengan ilustrasi yang jelas, bahan manipulatif, dan permainan pembelajaran dapat membantu
memvisualisasikan konsep dan memfasilitasi pemahaman.
d. Sarana dan Fasilitas Pendukung: Sarana dan fasilitas pendukung harus disesuaikan untuk
mendukung kebutuhan anak tunagrahita. Ruang kelas harus terorganisir dengan baik,
memungkinkan akses yang mudah terhadap materi pembelajaran dan bahan pendukung.
Penggunaan bantuan fisik seperti kursi yang nyaman, meja yang sesuai, papan tulis yang mudah
terlihat, dan lingkungan yang mendukung keamanan dan kebersihan dapat meningkatkan
kenyamanan dan konsentrasi anak.
e. Evaluasi: Evaluasi dalam pendidikan anak tunagrahita harus dilakukan secara individual dan
berfokus pada kemampuan dan perkembangan anak. Evaluasi dapat mencakup pengamatan
langsung, penilaian keterampilan akademik dan sosial, dan penggunaan instrumen penilaian yang
disesuaikan.Hasil evaluasi harus digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan
individu serta untuk merancang program pendidikan yang lebih efektif.
5. Sebutkan empat kebutuhan khusus anak tunadaksa, serta berikan masing-masing contohnya?
Jawab :
a. Kebutuhan Aksesibilitas Fisik: Anak tunadaksa membutuhkan aksesibilitas fisik yang
memadai untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dan pembelajaran. Contohnya:
Rampa dan lift yang memungkinkan akses kursi roda atau alat bantu mobilitas ke ruang
kelas atau bangunan sekolah.
Meja dan kursi yang sesuai dengan tinggi dan kebutuhan postur anak tunadaksa.
Alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk, atau walker yang membantu anak tunadaksa
bergerak dengan lebih mandiri.
b. Kebutuhan Teknologi Asistif: Anak tunadaksa dapat memanfaatkan teknologi asistif untuk
meningkatkan aksesibilitas, komunikasi, dan pembelajaran. Contohnya:
Kursi roda listrik atau kursi roda yang dilengkapi dengan teknologi yang memungkinkan
pengendalian dengan mudah.
Komputer atau tablet dengan perangkat lunak bantu dan perangkat keras yang
memungkinkan anak tunadaksa mengakses informasi, berkomunikasi, atau menyelesaikan
tugas akademik.
c. Alat bantu dengar atau perangkat penerjemah bahasa isyarat untuk anak tunadaksa dengan
gangguan pendengaran.
Kebutuhan Dukungan dan Terapi: Anak tunadaksa membutuhkan dukungan dan terapi
yang sesuai untuk mengoptimalkan kemampuan fisik dan perkembangan mereka.
Contohnya:
Terapi fisik yang melibatkan latihan dan aktivitas fisik yang dirancang untuk
meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi motorik anak tunadaksa.
Terapi okupasi yang membantu anak tunadaksa mengembangkan keterampilan sehari-hari
seperti berpakaian, makan, atau menulis.
Terapi bicara dan bahasa yang membantu anak tunadaksa dalam komunikasi verbal atau
menggunakan alat bantu komunikasi alternatif seperti komunikasi menggunakan isyarat.
d. Kebutuhan Dukungan Sosial dan Emosional:
Anak tunadaksa membutuhkan dukungan sosial dan emosional yang memungkinkan
mereka berinteraksi, merasa diterima, dan membangun hubungan yang bermakna dengan
orang lain. Contohnya:
Dukungan dari teman sebaya dan lingkungan sekolah yang inklusif, yang memfasilitasi
partisipasi dan integrasi anak tunadaksa dalam aktivitas sosial.
Program dukungan psikologis atau konseling yang membantu anak tunadaksa dalam
mengelola emosi, meningkatkan kepercayaan diri, dan mengatasi tantangan yang mereka
hadapi.
Pelatihan atau dukungan untuk guru dan staf sekolah dalam memahami kebutuhan khusus
anak tunadaksa serta cara memberikan lingkungan pendidikan yang inklusif dan ramah
tunadaksa.
Penting untuk mengakui bahwa setiap anak tunadaksa memiliki kebutuhan yang unik, dan
dukungan yang disesuaikan secara individual sangat penting dalam memenuhi kebutuhan
mereka.
Penting untuk dicatat bahwa setiap anak tunalaras memiliki faktor penyebab yang unik dan
kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan biologis yang berperan dalam perkembangan kondisi
tersebut. Klasifikasi dan penyebab anak tunalaras harus dievaluasi dan didiagnosis oleh profesional
kesehatan mental yang berkualifikasi, seperti psikolog atau psikiater, berdasarkan evaluasi yang
komprehensif terhadap anak dan riwayat perkembangannya.
7. Sebutkan dan jelaskan model pendekatan kepada anak tunalaras yang dikemukakan oleh
Kauffman (1985)!
Jawab :
Model pendekatan kepada anak tunalaras yang dikemukakan oleh Kauffman (1985) adalah Model
Integratif Perilaku-Kognitif. Model ini menggabungkan pendekatan perilaku dan kognitif dalam
membantu anak tunalaras. Berikut adalah penjelasan singkat tentang pendekatan ini:
Pendekatan Kognitif: Pendekatan kognitif berfokus pada pemahaman dan pengaruh pola pikir,
keyakinan, dan pemikiran anak tunalaras. Pendekatan ini melibatkan identifikasi dan
penggantian pola pikir yang negatif atau tidak adaptif dengan pola pikir yang lebih positif dan
adaptif. Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan kognitif meliputi terapi kognitif,
pengajaran strategi pemecahan masalah, dan pemberian dukungan emosional untuk membantu
anak tunalaras mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih efektif.
8. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dikemukakan oleh
Hallahan dan Kauffman (1991)!
Jawab :
Hallahan dan Kauffman (1991) mengidentifikasi beberapa faktor penyebab kesulitan belajar.
Berikut adalah beberapa faktor yang mereka kemukakan beserta penjelasannya:
a. Faktor Neurologis: Faktor neurologis melibatkan kelainan atau gangguan dalam sistem saraf
yang dapat mempengaruhi proses belajar. Contohnya termasuk gangguan perkembangan
seperti disleksia (kesulitan membaca), diskalkulia (kesulitan dalam matematika), gangguan
pemrosesan sensori, atau gangguan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
b. Faktor Psikologis: Faktor psikologis melibatkan aspek psikologis individu yang dapat
mempengaruhi kemampuan belajar. Misalnya, gangguan emosional seperti kecemasan,
depresi, atau masalah perilaku yang dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi belajar.
c. Faktor Lingkungan: Faktor lingkungan mencakup faktor-faktor di sekitar individu yang dapat
memengaruhi belajar. Contohnya termasuk lingkungan keluarga yang tidak mendukung atau
kurangnya dukungan pendidikan di rumah.
d. Faktor Sosial dan Budaya: Faktor sosial dan budaya mencakup pengaruh dari lingkungan sosial
dan budaya individu yang dapat mempengaruhi belajar. Hal ini termasuk kesenjangan sosial-
ekonomi, perbedaan budaya, bahasa, atau norma sosial yang berbeda yang dapat memengaruhi
akses, motivasi, dan dukungan belajar individu.
e. Faktor Kognitif: Faktor kognitif melibatkan kemampuan kognitif individu yang dapat
mempengaruhi belajar. Misalnya, kemampuan memori, pemrosesan informasi, pemecahan
masalah, atau kemampuan berpikir abstrak yang terganggu dapat menyebabkan kesulitan
dalam memahami dan menerapkan materi pelajaran.
9. Menurut Clement, terdapat sepuluh gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitan
belajar. Namun, pada perkembangannya para peneliti mengelompokkan sepuluh gejala
tersebut menjadi enam dengan menggabungkan hal- hal yang sejenis. Sebutkan dan jelaskan!
Jawab :
Pada perkembangannya para peneliti mengelompokkan sepuluh gejala pada anak berkesulitan
belajar menjadi enam dengan menggabungkan hal- hal yang sejenis yaitu:
a. Masalah Persepsi dan Koordinasi
Hallahan (1975) mengemukakan bahwa beberapa anak berkesulitan belajar menunjukkan
gangguan dalam persepsi penglihatan dan pendengaran. Masalah ini tidak sama dengan
masalah ketajaman penglihatan dan ketajaman pendengaran, seperti yang dialami oleh seorang
tunanetra atau tunarungu. Di samping mengalami masalah dalam persepsi pada anak
berkesulitan belajar ada yang mengalami masalah dalam koordinasi motorik, yaitu gangguan
keterampilan motorik halus seperti gangguan dalam menulis dan keterampilan motorik kasar
seperti tidak dapat melompat dan menendang bola secara tepat.
b. Gangguan dalam Perhatian dan Hiperaktif
Sebagian anak yang berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian
dan mengalami hiperaktif. Meskipun terdapat anak yang mengalami masalah dalam perhatian
dan hiperaktif tanpa disertai kesulitan belajar, munculnya kesulitan belajar sangat tinggi di
antara anak yang mengalami masalah perhatian dan hiperaktif.
c. Mengalami Gangguan dalam Masalah Mengingat dan Berpikir
Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk mengingat sesuatu dan
juga mendapat kesulitan untuk mengingat materi secara verbal.
d. Kurang Mampu Menyesuaikan Diri
Anak berkesulitan belajar menunjukkan gejala kurang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Pada umumnya, anak yang mengalami kesulitan belajar sering mengalami
kegagalan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Dampak dari kegagalan tersebut yaitu anak
menjadi kurang prcaya diri, merasa cemas, dan takut melakukan kesalahan yang akan menjadi
bahan cemoohan teman-temannya, sehingga ia menjadi raguragu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya atau ia mengasingkan diri.
e. Menunjukkan Gejala sebagai Siswa yang Tidak Aktif
Anak berkesulitan belajar kurang mampu melakukan strategi untuk memecahkan masalah
akademis secara spontan. Hal ini terjadi karena mereka sering mengalami kegagalan.
f. Pencapaian Hasil Belajar yang Rendah
Sebagian anak berkesulitan belajar memiliki ketidakmampuan dalam berbagai bidang
akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan, tulisan, berhitung, dan sebagian anak
lainnya hanya pada satu atau dua aspek.