Proses Produksi Bakery
Proses Produksi Bakery
PRODUKSI BAKERY
Pembuatan e-book ini tentu saja bukan merupakan hasil kerja dari satu dua
orang, melainkan hasil kolaborasi dari banyak pihak yang telah memberikan
kontribusi, masukan, serta saran yang sangat berharga. Oleh karena itu, tak
lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga e-book ini dapat terwujud.
Kepada para pembaca, penulis berharap buku ini dapat memberikan manfaat
dan inspirasi. Masukan dan kritik sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan edisi-edisi selanjutnya. Semoga apa yang disajikan di dalam
buku ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat, khususnya dalam
meningkatkan kualitas produksi di industri bakery di tanah air.
Salam hangat,
[ebookedukasi.com]
Melihat kebutuhan akan panduan yang jelas dan rinci, buku "SOP Proses
Produksi Bakery" ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pelaku industri
bakery, baik skala besar maupun UMKM, dalam meningkatkan kualitas
produksinya. Dengan adanya SOP yang jelas, diharapkan setiap tahapan
produksi dapat dilaksanakan dengan konsisten, menghasilkan produk
berkualitas tinggi yang memenuhi standar keamanan pangan, dan tentunya
disukai oleh konsumen.
Dalam konteks inilah buku ini hadir, sebagai refleksi dari kebutuhan industri dan
harapan konsumen akan produk bakery yang berkualitas. Semoga dengan
adanya buku ini, industri bakery di tanah air dapat terus berkembang dan
berinovasi, memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Diharapkan dengan tujuan-tujuan di atas, buku "SOP Proses Produksi Bakery" ini
dapat memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan industri bakery,
meningkatkan standar kualitas, dan memenuhi harapan konsumen di tanah air.
Dalam dunia bakery, terdapat berbagai istilah teknis yang mungkin kurang
B. Strategi Pembelian
1. Pemasok Terpercaya: Buat daftar pemasok yang telah terverifikasi dan
memiliki rekam jejak baik dalam menyediakan bahan baku berkualitas.
2. Pembelian dalam Jumlah Besar vs Kecil: Pertimbangkan frekuensi produksi
dan kapasitas penyimpanan sebelum memutuskan untuk membeli dalam
jumlah besar atau kecil.
3. Negosiasi Harga: Lakukan negosiasi harga dengan pemasok, terutama jika
pembelian dilakukan dalam jumlah besar.
4. Ketentuan Pengiriman: Pastikan ada kesepakatan jelas mengenai jadwal
pengiriman, biaya pengiriman, serta tanggung jawab pemasok jika bahan
baku yang diterima tidak memenuhi standar.
B. Prinsip Penyimpanan
1. First In First Out (FIFO): Bahan yang lebih dulu dibeli harus lebih dulu
digunakan untuk memastikan rotasi bahan baku yang efektif.
2. Suhu dan Kelembaban Optimal: Sesuaikan suhu dan kelembaban
berdasarkan jenis bahan. Misalnya, tepung harus disimpan di tempat kering,
sementara telur harus disimpan di refrigerasi.
3. Pisahkan Bahan Berdasarkan Jenis: Hindari menyimpan bahan beraroma
kuat di dekat bahan lain untuk mencegah transfer aroma.
A. Tepung Terigu
Suhu: 10°C - 21°C
Kelembaban: 55% - 65%
C. Telur
Suhu: 0°C - 4°C (disimpan di bagian dalam kulkas)
Kelembaban: 75% - 80%
D. Mentega
Suhu: 0°C - 4°C
Kelembaban: 80% - 85%
E. Ragi Kering
Suhu: 4°C - 8°C
Kelembaban: Kurang dari 60%
F. Ragi Segar
Suhu: 0°C - 4°C
Kelembaban: 80% - 85%
I. Pewarna Makanan
Suhu: Ruang suhu (sekitar 20°C - 25°C)
Kelembaban: Kurang dari 60%
Dengan menerapkan rotasi bahan baku yang efektif, bisnis bakery dapat
meminimalkan pemborosan bahan akibat kedaluwarsa dan memastikan bahwa
produk yang dihasilkan selalu menggunakan bahan dengan kualitas terbaik.
Selain itu, ini juga membantu dalam mengoptimalkan biaya penyimpanan
dengan mengurangi risiko kerugian akibat bahan yang tidak dapat digunakan.
A. Metode Penggabungan
1. Kriming: Proses mengocok lemak (seperti mentega) dengan gula sampai
halus dan mengembang. Umumnya digunakan untuk kue dan cookies.
2. Muffin Method: Menggabungkan bahan kering dan basah secara terpisah,
kemudian mencampur keduanya. Biasanya digunakan untuk muffin atau
pancake.
3. Metode Telur dan Gula: Mengocok telur dan gula sampai mengembang.
Cocok untuk sponge cake atau mousse.
4. Metode Sifon: Menggunakan putih telur yang dikocok sampai mengembang
untuk memberikan tekstur ringan pada adonan.
B. Urutan Penggabungan
1. Bahan Kering Pertama: Tepung, garam, pengembang, dan bahan kering
lainnya biasanya disaring atau disatukan terlebih dahulu.
2. Tambahkan Lemak: Untuk metode kriming, tambahkan lemak setelah
bahan kering disiapkan.
3. Bahan Basah: Ini bisa berupa telur, susu, esens, atau bahan cair lainnya.
4. Pengadukan: Hindari overmixing yang bisa membuat adonan menjadi
keras. Campur hingga bahan tergabung dengan baik.
D. Kesalahan Umum
1. Pengadukan Berlebih: Ini bisa menghasilkan tekstur yang keras atau karet
pada produk akhir.
2. Mengabaikan Urutan: Tidak mengikuti urutan yang dianjurkan dalam
resep dapat mempengaruhi hasil akhir.
3. Tidak Menyaring Bahan Kering: Ini bisa menyebabkan adanya gumpalan
dalam adonan.
A. Teknik Pengadukan
1. Folding: Teknik lembut yang digunakan untuk mencampur bahan tanpa
menghilangkan udara, biasanya digunakan saat mencampur putih telur
kocok atau whipped cream.
2. Beating: Menggunakan mixer atau whisk untuk mengocok bahan dengan
kecepatan tinggi untuk menambahkan udara dan volume.
3. Stirring: Mengaduk dengan lembut untuk menggabungkan bahan tanpa
menambahkan udara.
4. Kneading: Teknik mengolah adonan dengan tangan atau mesin untuk
mengembangkan gluten pada tepung.
B. Alat Pengadukan
1. Mixer Stand: Alat listrik yang kuat, cocok untuk mengaduk adonan berat
seperti adonan roti.
2. Hand Mixer: Portabel dan fleksibel untuk berbagai tugas, tetapi kurang
kuat dibandingkan mixer stand.
3. Whisk: Digunakan untuk mengocok bahan seperti telur atau krim.
4. Spatula: Berguna untuk folding atau menggosok bahan di dinding
mangkuk.
D. Kesalahan Umum
1. Pengadukan Berlebih: Mengaduk terlalu lama dapat menghasilkan produk
yang keras atau karet.
2. Menggunakan Alat yang Salah: Contohnya, menggunakan whisk untuk
mengaduk adonan roti tebal akan kurang efektif.
3. Tidak Menyesuaikan Teknik: Setiap resep memerlukan teknik
pengadukan tertentu; mengabaikannya dapat mengubah hasil akhir
produk.
E. Kesalahan Umum
1. Istirahat yang Terlalu Singkat: Hasilnya, adonan kurang mengembang
dan tekstur menjadi padat.
2. Istirahat yang Terlalu Lama: Dapat menyebabkan adonan runtuh atau
memiliki rasa ragi yang kuat.
3. Lingkungan yang Terlalu Kering: Mengakibatkan permukaan adonan
kering dan retak.
B. Metode Penyimpanan
1. Refrigerasi (Pendinginan): Adonan disimpan di lemari es dengan suhu
sekitar 2°C-6°C. Ini memperlambat fermentasi ragi tetapi tidak
menghentikannya sepenuhnya.
2. Beku: Menghentikan semua aktivitas fermentasi dengan menyimpan
adonan pada suhu di bawah titik beku. Cocok untuk penyimpanan jangka
panjang.
E. Kesalahan Umum
1. Penyimpanan Terlalu Lama: Adonan yang disimpan terlalu lama dapat
kehilangan kualitasnya, terutama rasa dan tekstur.
2. Suhu Tidak Stabil: Fluktuasi suhu dapat mempengaruhi aktivitas ragi dan
kualitas adonan.
3. Kurangnya Ventilasi: Adonan yang disimpan dalam wadah yang tidak
memiliki ventilasi dapat menjadi basah atau lembab.
Mengerti bagaimana cara menyimpan adonan dengan benar untuk jangka waktu
sementara dapat sangat meningkatkan efisiensi operasi dan menjaga kualitas
produk akhir. Penyimpanan adonan sementara yang tepat memastikan bahwa
setiap batch produk mempertahankan standar kualitas yang konsisten.
A. Tujuan Pembentukan
1. Pembuatan Bentuk: Menciptakan bentuk roti yang diinginkan, seperti
bulat, panjang, atau bentuk khusus lainnya.
2. Distribusi Gas: Mengatur distribusi gelembung udara di dalam adonan
untuk tekstur yang seragam.
3. Penguatan Struktur: Membantu dalam pengembangan gluten yang
memberikan tekstur dan bentuk pada roti.
B. Teknik-teknik Pembentukan
1. Pounding dan Folding: Menghancurkan gelembung gas yang besar dan
mengaduk kembali ragi dengan nutrisi baru.
2. Pembulatan: Menggulung adonan menjadi bola untuk meningkatkan
tegangan permukaan.
3. Pengulenan: Mengulur dan memotong adonan untuk membuat bentuk
baguette, batard, atau bentuk panjang lainnya.
4. Rolling: Menggunakan rolling pin untuk menciptakan lembaran adonan
untuk roti lapis atau cinnamon rolls.
5. Filling dan Sealing: Mengisi adonan dengan isian seperti cokelat, kacang,
atau buah dan kemudian menutupnya dengan rapi.
E. Kesalahan Umum
1. Pembentukan yang Tidak Rata: Mengakibatkan baking yang tidak merata
dan hasil dengan tekstur yang bervariasi.
2. Tidak Memadatkan Adonan: Mengakibatkan lubang udara besar di dalam
roti.
3. Overworking Adonan: Dapat mengakibatkan roti yang padat dan keras.
Pembentukan roti yang tepat adalah kunci untuk mendapatkan hasil yang
seragam dan memenuhi ekspektasi pelanggan. Selain itu, pemahaman dan
penerapan teknik pembentukan yang tepat memastikan bahwa setiap roti
memiliki rasa, tekstur, dan penampilan yang konsisten.
A. Tujuan Pembentukan
1. Menentukan Bentuk: Menciptakan bentuk kue sesuai dengan keinginan,
seperti bulat, persegi, atau bentuk khusus lainnya.
2. Pengaturan Tekstur: Mencapai tekstur yang diinginkan, mulai dari yang
padat seperti brownies hingga yang ringan seperti sponge cake.
3. Penyajian Estetika: Membuat kue yang menarik secara visual melalui
hiasan dan detail lainnya.
B. Teknik-teknik Pembentukan
1. Tuangan: Menuangkan adonan kue cair ke dalam cetakan atau loyang.
2. Pemotongan: Membentuk adonan kue yang lebih padat dengan pisau atau
cutter khusus.
3. Pemipihan: Menggunakan rolling pin untuk menggulung adonan kue
seperti pie atau tart.
4. Hiasan: Menambahkan hiasan seperti fondant, glaze, atau dekorasi lainnya.
E. Kesalahan Umum
1. Mengisi Loyang Terlalu Penuh: Adonan kue akan mengembang saat
dipanggang, jadi hindari mengisi loyang lebih dari 2/3 penuh.
2. Tidak Meratakan Adonan: Jika adonan tidak diratakan dengan baik di
loyang, kue mungkin tidak memanggang secara merata.
3. Terlalu Banyak Hiasan: Walaupun hiasan membuat kue terlihat menarik,
terlalu banyak hiasan dapat mengaburkan rasa kue asli.
A. Tujuan Pembentukan
1. Lapisan yang Banyak: Membentuk lapisan-lapisan tipis dalam pastri yang
akan mengembang dan menjadi renyah saat dipanggang.
2. Bentuk Estetik: Menghasilkan pastri yang indah dan menarik, baik dalam
bentuk maupun presentasi.
3. Kekonsistenan Tekstur: Memastikan bahwa setiap bagian dari pastri
memiliki tekstur yang sama.
B. Teknik-teknik Pembentukan
1. Lipatan: Melipat adonan berulang kali untuk menciptakan lapisan. Teknik ini
umum digunakan untuk croissant dan puff pastry.
2. Pengulenan: Menggunakan rolling pin untuk mengulur adonan menjadi
lembaran tipis.
3. Pemotongan: Menggunakan pisau atau cutter pastri untuk memotong
bentuk yang diinginkan.
4. Isian dan Pelipatan: Memasukkan isian seperti buah, krim, atau daging, dan
kemudian melipat atau menutup adonan.
E. Kesalahan Umum
1. Adonan Terlalu Hangat: Jika adonan menjadi terlalu hangat, lemaknya
akan meleleh dan menghancurkan lapisan.
2. Overworking Adonan: Mengolah adonan terlalu banyak dapat membuat
pastri menjadi keras dan tidak renyah.
3. Ketebalan Tidak Konsisten: Jika adonan diulur dengan ketebalan yang
tidak konsisten, pastri akan memanggang dengan tidak merata.
A. Fungsi Utama
1. Optimasi Proses Fermentasi: Membantu dalam perkembangan ragi atau
agen fermentasi lainnya.
2. Pengembangan Tekstur: Memberikan adonan kesempatan untuk
membentuk tekstur yang diinginkan.
3. Perkembangan Rasa: Waktu fermentasi yang tepat dapat meningkatkan
rasa dan aroma produk jadi.
C. Komponen Utama
1. Pemanas: Mengatur suhu ruangan sesuai kebutuhan.
2. Pengatur Kelembaban: Membantu menjaga kelembaban pada tingkat yang
diinginkan.
3. Sistem Ventilasi: Menciptakan sirkulasi udara yang stabil.
4. Rak atau Shelving: Untuk menempatkan tray atau loyang adonan selama
proses fermentasi.
E. Kesalahan Umum
1. Fermentasi Berlebihan: Membiarkan adonan terlalu lama di ruang
fermentasi dapat menyebabkan over-proofing, yang akan mengakibatkan
tekstur yang tidak diinginkan dan rasa yang terlalu asam.
2. Fermentasi Kurang: Jika adonan tidak diberi waktu cukup untuk
fermentasi, hasil akhirnya mungkin padat dan tidak memiliki tekstur yang
diinginkan.
3. Tidak Menyesuaikan Kondisi: Adonan yang berbeda mungkin
memerlukan kondisi fermentasi yang berbeda. Selalu sesuaikan suhu dan
kelembaban berdasarkan resep yang Anda gunakan.
Mengerti cara kerja dan pentingnya ruang fermentasi adalah kunci untuk
memproduksi produk bakery yang berkualitas tinggi. Seiring dengan
pengalaman, baker akan semakin mahir dalam menentukan waktu dan kondisi
fermentasi yang tepat untuk setiap jenis produk.
E. Kesalahan Umum
1. Over-proofing: Fermentasi yang terlalu lama dapat menyebabkan adonan
overproofed yang mengakibatkan tekstur yang tidak diinginkan dan rasa yang
terlalu asam.
2. Under-proofing: Fermentasi yang terlalu singkat akan menghasilkan adonan
yang padat dan tidak mengembang dengan baik saat dipanggang.
3. Suhu yang Tidak Stabil: Fluktuasi suhu dapat mengganggu aktivitas ragi dan
mempengaruhi hasil fermentasi.
A. Jenis-jenis Oven
1. Oven Konveksi: Menggunakan sirkulasi udara paksa untuk memanggang
secara merata.
2. Oven Dek: Cocok untuk memanggang roti dan memiliki kontrol suhu yang
presisi.
3. Oven Rotary: Berputar untuk memastikan pemanasan yang seragam, sering
digunakan dalam produksi skala besar.
4. Oven Tandoor, Oven Batu, dan lainnya: Jenis oven khusus yang memberikan
karakteristik tertentu pada produk jadi.
D. Kesalahan Umum
1. Tidak Memanaskan Oven Cukup Lama: Ini bisa mengakibatkan produk
tidak matang dengan baik atau tidak mengembang dengan maksimal.
2. Mengandalkan Indikator Oven: Banyak oven memiliki lampu indikator yang
menunjukkan kapan oven telah dipanaskan, tetapi ini mungkin tidak selalu
akurat.
3. Mengabaikan Pembersihan: Sisa-sisa makanan yang tertinggal di oven
dapat mengeluarkan asap atau aroma yang tidak diinginkan dan
mempengaruhi rasa produk.
Persiapan oven yang tepat adalah kunci untuk memastikan produk bakery
dipanggang dengan sempurna. Melalui pemahaman dan pengalaman, baker
dapat memastikan oven selalu siap untuk menghasilkan produk berkualitas
tinggi.
E. Kesalahan Umum
1. Mengandalkan Waktu Resep Saja: Setiap oven berbeda; gunakan waktu
yang diberikan dalam resep sebagai panduan, tetapi selalu andalkan
pengamatan dan pengujian untuk menentukan kapan suatu produk selesai.
2. Membuka Oven Terlalu Sering: Ini dapat menyebabkan kehilangan panas
dan mengganggu proses pemanggangan.
3. Mengabaikan Oven Termometer: Mengandalkan pengaturan suhu oven
tanpa memeriksa dengan oven termometer.
B. Prinsip Penyusunan
1. Jarak Antara Produk: Pastikan ada ruang antara setiap produk untuk
sirkulasi udara yang baik dan pemanasan merata.
2. Posisi Rak: Gunakan rak tengah untuk kebanyakan produk, tetapi jika Anda
memanggang beberapa loyang sekaligus, pastikan untuk mengrotasi mereka
setengah jalan melalui waktu pemanggangan.
3. Hindari Menumpuk Terlalu Banyak Loyang: Menumpuk loyang bisa
menghambat sirkulasi udara dan menyebabkan pemanggangan yang tidak
merata.
E. Kesalahan Umum
1. Menyusun Terlalu Rapat: Produk yang disusun terlalu rapat dapat
mengakibatkan pemanggangan yang tidak merata.
2. Mengabaikan Rotasi: Terutama di oven tradisional, penting untuk
mengrotasi produk untuk pemanggangan yang merata.
3. Tidak Menyesuaikan untuk Oven Konveksi: Kipas pada oven konveksi
dapat membuat bagian atas produk cepat kering atau gosong jika tidak
disusun dengan benar.
B. Praktik Terbaik
1. Gunakan Rak Pendingin: Menyediakan sirkulasi udara yang merata di
sekitar produk, mempercepat proses pendinginan.
2. Hindari Penutupan: Menutup produk yang masih panas dapat
menyebabkan kondensasi, yang dapat membuat produk menjadi lembab
atau basah.
3. Posisikan di Area yang Terlindung: Tempatkan produk di area yang bebas
dari hembusan angin atau suhu yang fluktuatif untuk mencegah pengeringan
yang cepat atau pembentukan kulit.
E. Kesalahan Umum
1. Penyimpanan Dalam Wadah Tertutup: Sebelum benar-benar dingin dapat
menyebabkan kondensasi dan membuat produk menjadi lembek.
2. Mengabaikan Sirkulasi Udara: Produk yang disimpan di permukaan yang
tidak memungkinkan sirkulasi udara (seperti meja) akan memiliki bagian
bawah yang lembap.
3. Penyimpanan di Area Panas: Ini dapat mempengaruhi kualitas dan tekstur
produk.
B. Praktik Terbaik
1. Gunakan Rak Pendingin dengan Sirkulasi Udara: Mempercepat proses
pendinginan dan mencegah bagian bawah produk menjadi lembek.
2. Posisikan Produk dengan Jarak: Memberikan sirkulasi udara yang merata
di sekitar setiap produk.
3. Hindari Area dengan Suhu Fluktuatif: Tempatkan di area dengan sirkulasi
udara stabil tanpa panas atau angin langsung.
E. Kesalahan Umum
1. Penyimpanan Produk di Lemari Pendingin saat Masih Panas: Ini dapat
meningkatkan suhu di dalam lemari pendingin dan mempengaruhi produk
lain.
2. Mengabaikan Proses Pendinginan: Menghias atau menyimpan produk
sebelum benar-benar dingin dapat merusak tekstur atau rasa.
3. Penyimpanan di Area dengan Kelembaban Tinggi: Ini dapat menyebabkan
kondensasi dan membuat produk menjadi lembek.
B. Metode Penyimpanan
1. Suhu Ruangan: Cocok untuk roti dan produk yang akan dikonsumsi dalam
beberapa hari.
2. Lemari Pendingin (Refrigerasi): Untuk produk dengan isian, krim, atau
bahan yang mudah busuk.
3. Beku (Freezer): Solusi terbaik untuk penyimpanan jangka panjang, tetapi
memerlukan prosedur pembekuan dan pencairan yang benar.
F. Kesalahan Umum
1. Overstocking: Menyimpan terlalu banyak produk dapat mengurangi
sirkulasi udara yang baik di lemari pendingin atau freezer.
2. Penyimpanan Tanpa Label: Menyebabkan keraguan tentang kapan produk
dibuat atau kapan harus dikonsumsi.
3. Mengabaikan Kebersihan: Area penyimpanan yang tidak bersih dapat
menyebabkan kontaminasi produk.
E. Kesalahan Umum
1. Overpacking: Menggunakan terlalu banyak bahan kemasan dapat
meningkatkan biaya dan tidak ramah lingkungan.
2. Kurangnya Perlindungan: Kemasan yang tidak tepat dapat menyebabkan
produk cepat basi atau rusak selama pengiriman.
3. Desain yang Tidak Menarik: Kemasan yang kurang menarik visualnya dapat
mengurangi daya tarik produk di mata konsumen.
4.
Memilih bahan kemasan yang tepat adalah langkah kritis dalam proses produksi
bakery. Dengan mempertimbangkan kebutuhan produk, ekspektasi konsumen,
dan dampak lingkungan, bakery dapat memilih kemasan yang optimal untuk
produk mereka.
A. Tujuan Pelabelan
1. Informasi Produk: Menyediakan informasi penting tentang produk kepada
konsumen.
2. Promosi: Membantu membedakan produk dari pesaing dan menarik
perhatian konsumen.
3. Pemenuhan Regulasi: Memastikan bahwa produk mematuhi regulasi dan
standar industri yang berlaku.
D. Pertimbangan Khusus
1. Alergen dan Sensitivitas: Informasi tentang bahan yang mungkin
menimbulkan alergi (mis. kacang, gluten) harus jelas ditampilkan.
2. Klaim Kesehatan: Klaim seperti "bebas gluten" atau "rendah lemak" harus
akurat dan mematuhi regulasi.
3. Kode Batch: Membantu dalam pelacakan produk jika diperlukan.
F. Kesalahan Umum
1. Ketidakakuratan Informasi: Memberikan informasi yang salah atau
menyesatkan dapat mengakibatkan denda atau tuntutan hukum.
2. Desain yang Overloaded: Terlalu banyak informasi atau desain yang
berantakan dapat membuat label sulit dibaca.
3. Pengabaian Regulasi: Tidak mematuhi regulasi setempat dapat
mengakibatkan penarikan produk atau sanksi lainnya.
C. Cara Penyajian
1. Tabel Nutrisi: Format tabular dengan daftar nutrien dan jumlahnya per
porsi atau per 100 gram.
2. Persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi): Menunjukkan kontribusi produk
terhadap asupan harian yang disarankan.
3. Pernyataan Khusus: Misalnya, "rendah gula" atau "tinggi serat" harus
didasarkan pada kriteria tertentu.
E. Kesalahan Umum
1. Informasi yang Menyesatkan: Misalnya, jika produk diklaim sebagai "bebas
gula" tetapi mengandung pemanis buatan.
2. Penggunaan Ukuran Porsi yang Tidak Realistis: Misalnya, menyatakan
informasi untuk ukuran porsi yang terlalu kecil untuk mengurangi angka
kalori yang ditampilkan.
3. Tidak Memperbarui Informasi: Jika resep atau bahan berubah, informasi
nutrisi harus diperbarui sesuai.
Informasi nutrisi yang akurat dan jelas tidak hanya memastikan pemenuhan
regulasi, tetapi juga memberikan transparansi kepada konsumen,
memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik tentang
makanan yang mereka konsumsi.
E. Pertimbangan Khusus
1. Produk dengan Shelf Life yang Sangat Singkat: Produk seperti roti segar
mungkin hanya memiliki shelf life beberapa hari.
2. Penyimpanan: Beberapa produk mungkin memerlukan penyimpanan khusus,
seperti di dalam kulkas, untuk memastikan ketahanannya.
3. Perubahan Resep atau Bahan: Jika ada perubahan pada bahan atau proses
produksi, mungkin diperlukan peninjauan ulang tanggal kadaluarsa.
F. Kesalahan Umum
1. Penentuan Tanggal yang Tidak Akurat: Berisiko merugikan kesehatan
konsumen atau menyebabkan pemborosan.
2. Tidak Memperbarui Tanggal: Terutama jika ada perubahan dalam proses
produksi atau bahan.
3. Ketidakjelasan Informasi: Mengakibatkan kebingungan bagi konsumen.
Menyediakan tanggal kadaluarsa yang akurat dan jelas merupakan tanggung jawab
penting bagi produsen untuk memastikan keselamatan dan kepuasan konsumen.
Setelah produk bakery selesai diproses dan dikemas, langkah selanjutnya adalah
memastikan penyimpanannya dilakukan dengan benar untuk menjaga kualitas,
kesegaran, dan menjaga agar tetap aman untuk dikonsumsi. Penyimpanan yang
tepat juga memastikan bahwa produk dapat mencapai konsumen dalam kondisi
terbaiknya.
A. Jenis Penyimpanan
1. Penyimpanan Suhu Ruang: Untuk produk yang stabil pada suhu kamar,
seperti roti kering atau biskuit.
2. Penyimpanan Dingin: Untuk produk yang memerlukan suhu lebih rendah,
seperti kue dengan krim atau filling.
3. Penyimpanan Beku: Untuk produk yang perlu disimpan dalam jangka
waktu yang lebih lama atau yang rawan terhadap kerusakan.
E. Pertimbangan Khusus
1. Perubahan Musim: Kelembaban dan suhu bisa berubah tergantung musim,
mempengaruhi cara penyimpanan.
2. Produk Spesial: Produk edisi terbatas atau musiman mungkin memerlukan
penyimpanan khusus.
F. Transportasi Produk
1. Kendaraan dengan Kontrol Suhu: Untuk produk yang memerlukan suhu
tertentu selama pengiriman.
2. Pengepakan: Memastikan produk terlindungi dari kerusakan fisik dan
kontaminasi selama transportasi.
Dengan penyimpanan yang tepat dan perawatan yang cermat, produk bakery
dapat mencapai konsumen dalam kondisi terbaiknya, memastikan kepuasan
pelanggan dan mengurangi pemborosan.
B. Teknik Penyusunan
1. Layering: Menggunakan lapisan pelindung atau pemisah antara setiap
produk atau layer produk.
2. Penggunaan Dukungan: Untuk produk yang memerlukan dukungan
tambahan, seperti box khusus atau kisi-kisi.
3. Tidak Menumpuk Terlalu Tinggi: Untuk mencegah kerusakan akibat berat
produk di atasnya.
C. Bahan Pelindung
1. Bubble Wrap: Untuk produk yang sangat rapuh.
2. Kertas Tisu atau Pergament: Cocok untuk mencegah produk saling
menempel.
3. Plastik Makanan atau Film Stretch: Untuk produk yang memerlukan
perlindungan tambahan dari udara.
E. Kesalahan Umum
1. Overpacking: Memasukkan terlalu banyak produk ke dalam satu kotak,
meningkatkan risiko kerusakan.
2. Kurangnya Bahan Pelindung: Tidak menggunakan cukup bahan pelindung
sehingga produk saling bersentuhan atau berpotensi rusak.
3. Mengabaikan Kebutuhan Suhu: Misalnya, tidak menggunakan box
pendingin untuk produk yang harus tetap dingin.
Dengan SOP penyusunan produk yang tepat untuk pengiriman, bisnis bakery
dapat memastikan bahwa produknya sampai ke tangan konsumen dalam kondisi
terbaik, meningkatkan kepuasan pelanggan dan mempertahankan reputasi bisnis.
C. Kestabilan Kendaraan
1. Pengendalian Guncangan: Menggunakan suspensi yang baik untuk
mengurangi guncangan yang dapat merusak produk.
2. Pengaturan Rak dalam Kendaraan: Rak harus stabil dan aman, dengan
pemisah untuk produk yang berbeda.
D. Kebersihan Kendaraan
1. Rutinitas Pembersihan: Memastikan interior kendaraan selalu bersih dari
debu, kotoran, atau hama.
2. Pencegahan Kontaminasi: Menggunakan penutup atau pelindung tambahan
jika diperlukan.
F. Pelatihan Sopir
1. Pengetahuan Produk: Memahami kebutuhan setiap produk yang diangkut.
2. Kemampuan Mengemudi yang Baik: Mengemudi dengan hati-hati untuk
mencegah kerusakan produk.
3. Pengetahuan Dasar First Aid: Untuk situasi darurat.
G. Pertimbangan Lain
A. Sistem Pelacakan
1. Teknologi GPS: Memungkinkan pelacakan lokasi real-time dari kendaraan
pengiriman.
2. Barcode atau QR Code: Saat produk dikemas, kode ini dapat discan untuk
memasukkan informasi pengiriman ke dalam sistem.
3. Notifikasi Otomatis: Memberikan update kepada pelanggan atau pihak
terkait mengenai status pengiriman melalui email, SMS, atau aplikasi.
B. Dashboard Monitoring
1. Lokasi Kendaraan: Tampilan peta yang menunjukkan posisi kendaraan dalam
real-time.
2. Status Pengiriman: Seperti sedang dalam perjalanan, tiba di tujuan, atau
mengalami keterlambatan.
3. Laporan Kondisi Kendaraan: Termasuk informasi tentang suhu, kelembaban,
dan kondisi lain yang relevan bagi produk yang diangkut.
C. Monitoring Kondisi
1. Sensor Suhu: Untuk memonitor suhu dalam kendaraan dan memastikan
produk tetap dalam kondisi optimal.
2. Sensor Kelembaban: Penting untuk produk yang sensitif terhadap
kelembaban.
3. Kamera Interior: Untuk memonitor kondisi produk selama transportasi,
terutama untuk pengiriman volume besar.
Dengan pelacakan dan monitoring yang tepat, bisnis bakery dapat meningkatkan
efisiensi pengiriman, memaksimalkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi
risiko kerugian akibat masalah selama transportasi.
A. Area Produksi
1. Meja Kerja dan Stasiun:
Pembersihan setiap kali selesai sesi produksi dengan lap bersih dan
desinfektan makanan.
Pembersihan mendalam seminggu sekali.
2. Peralatan (mixer, oven, dll):
Pembersihan setelah setiap penggunaan.
Pembersihan mendalam seminggu sekali atau sesuai frekuensi penggunaan.
3. Lantai Produksi:
Sapu bersih setiap hari setelah produksi.
Pel dengan desinfektan setiap hari.
Pembersihan mendalam dengan mesin scrub seminggu sekali.
B. Area Penyimpanan
1. Rak dan Lemari Penyimpanan:
Pembersihan seminggu sekali untuk menghilangkan debu atau sisa bahan.
Pembersihan mendalam sebulan sekali.
2. Kulkas dan Freezer:
Cek dan bersihkan setiap minggu untuk mencegah pembentukan es dan
jamur.
Defrost dan pembersihan mendalam setiap bulan.
F. Jadwal Pemeliharaan
1. Peninjauan Alat dan Peralatan:
Cek kondisi dan kebersihan peralatan setiap hari.
Jadwalkan servis atau pemeliharaan sesuai kebutuhan.
2. Audit Kebersihan:
Lakukan audit bulanan untuk memastikan kebersihan sesuai standar.
Perbaiki dan revisi jadwal pembersihan jika diperlukan berdasarkan hasil
audit.
B. Oven
1. Pembersihan Rutin: Setelah setiap pemakaian, bersihkan sisa-sisa
makanan dengan lap basah dan sedikit sabun.
2. Pembersihan Mendalam: Gunakan pembersih oven khusus untuk
membersihkan noda atau kotoran yang sulit dihilangkan. Pastikan untuk
membilasnya dengan baik.
3. Pembersihan Rak Oven: Lepaskan rak dan rendam dalam air sabun, lalu
sikat. Bilas dan keringkan.
F. Mesin Pengemas
1. Pembersihan Luar: Gunakan lap basah dan sabun ringan untuk
membersihkan bagian luar mesin.
2. Pembersihan Bagian Dalam: Lepaskan komponen yang dapat dilepas, cuci,
bilas, dan keringkan. Untuk bagian yang tidak dapat dilepas, gunakan sikat
dengan sabun dan air untuk membersihkan, lalu bilas dengan lap basah.
G. Pemeliharaan Umum
1. Pelumasan: Beberapa peralatan mungkin memerlukan pelumasan periodik
untuk menjaga performa optimal.
2. Pengecekan Rutin: Lakukan pengecekan berkala untuk memastikan tidak
ada kerusakan atau aus pada peralatan.
3. Desinfeksi: Terutama untuk peralatan yang kontak langsung dengan
makanan, lakukan desinfeksi periodik dengan solusi desinfektan makanan.
A. Pemeriksaan Rutin
1. Frekuensi: Tentukan jadwal pemeriksaan berkala untuk setiap peralatan,
misalnya mingguan, bulanan, atau tahunan tergantung jenis dan intensitas
penggunaannya.
2. Daftar Pemeriksaan: Buat daftar pemeriksaan untuk setiap peralatan yang
mencakup:
Kondisi fisik (aus, retak, karat)
Fungsi operasional (apakah beroperasi dengan benar dan efisien)
Keberadaan kebocoran atau kerusakan pada kabel dan plug
Kondisi aksesori dan komponen tambahan
3. Dokumentasi: Catat hasil pemeriksaan dalam logbook atau sistem digital
untuk referensi masa depan dan audit.
B. Perawatan Preventif
1. Pelumasan: Sesuaikan dengan rekomendasi produsen untuk pelumasan
peralatan seperti mixer atau oven yang memerlukan pelumasan rutin.
2. Penggantian Komponen: Gantilah komponen yang sudah aus atau rusak,
seperti belt, seal, atau bearing sebelum mereka menyebabkan kerusakan
lebih lanjut.
3. Pembersihan Mendalam: Selain pembersihan sehari-hari, lakukan
pembersihan mendalam untuk mencegah akumulasi kotoran di area yang
sulit dijangkau.
D. Pelatihan Staf
1. Instruksi Operasional: Pastikan setiap anggota tim terlatih untuk
mengoperasikan peralatan dengan benar dan aman.
2. Protokol Keselamatan: Ajarkan protokol keselamatan, seperti pemutusan
aliran listrik saat perbaikan atau pembersihan.
3. Prosedur Darurat: Latih staf untuk menangani situasi darurat, seperti
kebakaran, kebocoran gas, atau cedera.
E. Penyimpanan Peralatan
1. Tempat yang Sesuai: Pastikan peralatan disimpan di tempat yang kering
dan bebas dari kontaminan. Peralatan elektronik harus disimpan jauh dari
area yang basah.
2. Pemeliharaan alat kecil: Pastikan alat-alat kecil seperti pisau, spatula, dan
cetakan disimpan dengan benar dan terjaga kebersihannya.
A. Pemeriksaan Visual
1. Warna Produk: Pastikan bahwa warna produk sesuai dengan standar, tanpa
tanda-tanda pembakaran atau kekurangan warna.
2. Ukuran dan Bentuk: Produk harus memiliki ukuran dan bentuk yang
konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
3. Permukaan Produk: Tidak ada retakan, gelembung udara yang berlebihan,
atau ketidaksempurnaan lainnya pada permukaan produk.
4. Dekorasi dan Penyelesaian: Pastikan bahwa setiap dekorasi atau garnish
ditempatkan dengan benar dan sesuai standar.
B. Pemeriksaan Sensorik
1. Aroma: Produk harus memiliki aroma yang khas dan sesuai dengan jenis
produk tersebut, tanpa aroma yang tidak diinginkan seperti terlalu hangus
atau bau asing lainnya.
2. Tekstur: Evaluasi tekstur produk, baik itu kerapuhan, keempukan, elastisitas,
atau karakteristik tekstur lain yang relevan dengan produk tersebut.
3. Rasa: Produk harus memiliki rasa yang seimbang, sesuai dengan deskripsi,
dan tanpa rasa yang tidak diinginkan.
4. Suhu: Dalam beberapa kasus, seperti dengan beberapa jenis pastry atau
dessert, suhu konsumsi mungkin penting untuk kualitas sensorik optimal.
D. Tindak Lanjut
1. Produk yang Tidak Memenuhi Standar: Tentukan protokol untuk produk
yang tidak memenuhi standar, seperti pemusnahan, pengolahan ulang, atau
penurunan harga.
2. Umpan Balik: Berikan umpan balik kepada tim produksi berdasarkan hasil
pemeriksaan untuk memastikan perbaikan kualitas di masa mendatang.
Dengan melakukan pemeriksaan visual dan sensorik secara rutin, bakery dapat
memastikan bahwa produk yang dihasilkan selalu memenuhi ekspektasi
konsumen dan standar kualitas yang telah ditetapkan.
A. Jenis Pengujian
1. Analisis Mikrobiologi:
Uji cemaran bakteri patogen, seperti Salmonella, Listeria, dan E.coli.
Uji total plate count untuk mengetahui jumlah bakteri total.
Uji untuk jamur dan ragi.
2. Analisis Kimia:
Uji kadar air.
Uji kadar lemak, protein, dan karbohidrat.
Uji kandungan aditif, jika ada.
3. Analisis Fisik:
Uji tekstur menggunakan alat seperti texturometer.
Uji volume dan densitas produk.
E. Tindak Lanjut
1. Produk yang Tidak Memenuhi Standar: Seperti dalam pemeriksaan visual
dan sensorik, tentukan tindakan yang harus diambil jika produk tidak
memenuhi standar, misalnya pemusnahan, pengolahan ulang, atau
penurunan harga.
2. Optimasi Proses: Gunakan data dari pengujian laboratorium untuk
melakukan peningkatan dan optimasi proses produksi.
A. Identifikasi Penyimpangan
1. Sumber Pelaporan: Baik dari pemeriksaan internal, umpan balik konsumen,
atau laporan dari pihak ketiga.
2. Dokumentasi Awal: Catat detail penyimpangan, termasuk tanggal,
deskripsi, sumber informasi, dan produk atau batch yang terpengaruh.
B. Investigasi Penyimpangan
1. Tim Investigasi: Bentuk tim yang terdiri dari personel yang berkompeten
dari berbagai departemen terkait.
2. Analisis Sebab Akar: Gunakan teknik seperti diagram fishbone atau 5 Whys
untuk menemukan sebab akar dari penyimpangan.
3. Dokumentasi Hasil: Catat temuan investigasi, bukti yang dikumpulkan, dan
sebab akar yang telah diidentifikasi.
A. Tujuan Pelatihan
1. Meningkatkan kompetensi karyawan dalam proses produksi bakery.
2. Memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas dan regulasi industri.
3. Mengurangi kesalahan produksi dan meningkatkan efisiensi.
4. Menjamin keselamatan karyawan dan mengurangi risiko kecelakaan kerja.
B. Materi Pelatihan
1. Teknik dan Proses Produksi Baru: Pengenalan alat baru, teknologi, atau
teknik produksi.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Praktik kerja aman, penggunaan alat
pelindung diri, dan tanggap darurat.
3. Kontrol Kualitas: Teknik inspeksi, pengujian produk, dan manajemen
penyimpangan.
4. Higienis dan Keamanan Pangan: Penanganan bahan baku, sanitasi, dan
pencegahan kontaminasi.
A. Keselamatan Pribadi
1. Pakaian Kerja: Menggunakan seragam yang sesuai, seperti sepatu
keselamatan, topi rambut, sarung tangan (jika diperlukan), dan masker.
2. Alat Pelindung Diri (APD): Penggunaan kacamata keselamatan, penutup
telinga, dan masker debu di area tertentu.
3. Hygiene Pribadi: Cuci tangan sebelum memulai kerja, setelah istirahat, dan
setelah mengunjungi toilet.
C. Pelatihan Keselamatan
1. Orientasi Keselamatan: Semua karyawan baru harus menjalani orientasi
keselamatan sebelum memulai pekerjaan.
2. Latihan Tanggap Darurat: Simulasi keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa bumi, atau kebocoran gas.
3. Pelatihan Peralatan: Karyawan harus dilatih sebelum diizinkan
menggunakan peralatan baru atau berbahaya.
A. Respons Awal
1. Penilaian Situasi: Segera evaluasi situasi untuk menentukan tingkat
keparahannya dan tindakan yang harus diambil.
2. Pemberian Pertolongan Pertama: Setiap karyawan harus tahu lokasi kotak
P3K dan cara memberikan pertolongan pertama dasar.
3. Evakuasi Area: Jika diperlukan, evakuasi area kecelakaan untuk mencegah
cedera tambahan.
4. Notifikasi: Beritahu supervisor atau manajemen tentang insiden tersebut
secepat mungkin.
B. Laporan Kecelakaan
1. Dokumentasi: Catat detail kecelakaan, termasuk waktu, lokasi, individu
yang terlibat, dan deskripsi kejadian.
2. Saksi Mata: Jika ada, kumpulkan kesaksian dari saksi mata untuk
mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
3. Foto: Ambil foto dari lokasi kecelakaan dan cedera yang diderita (jika
memungkinkan dan sesuai).
C. Penanganan Medis
1. Pemanggilan Ambulans: Dalam kasus cedera serius, segera hubungi
layanan darurat.
2. Pemeriksaan Medis: Bahkan jika cedera tampak ringan, korban harus
dianjurkan untuk mendapatkan pemeriksaan medis.
Dengan merespons dengan cepat dan efektif saat kecelakaan terjadi, serta
dengan mengambil langkah-langkah pencegahan di masa depan, perusahaan
dapat melindungi karyawan dan memastikan lingkungan kerja yang lebih aman.
A. Pencegahan Kebakaran
1. Pemeriksaan Rutin: Memastikan semua peralatan dalam kondisi baik dan
tidak ada tanda-tanda kerusakan yang bisa menimbulkan kebakaran.
2. Pelatihan Keselamatan: Melatih karyawan tentang pencegahan
kebakaran, termasuk cara penggunaan peralatan dan bahan dengan benar.
3. Larangan Merokok: Menetapkan area khusus untuk merokok dan
memastikan tidak ada area merokok di dekat bahan mudah terbakar.
B. Deteksi Dini
1. Pemasangan Alarm Kebakaran: Memiliki alarm kebakaran yang berfungsi
dengan baik di seluruh area fasilitas.
2. Detektor Asap: Memasang detektor asap di area kritis untuk mendeteksi
tanda-tanda awal kebakaran.
A. Tujuan Audit
1. Pemahaman: Memastikan bahwa semua karyawan memahami dan
mengikuti SOP yang telah ditentukan.
2. Keselamatan: Memeriksa apakah semua protokol keselamatan diikuti.
3. Sanitasi: Memastikan kebersihan dan sanitasi peralatan dan tempat kerja.
4. Kualitas Produk: Mengaudit kualitas produk untuk konsistensi dan
kepatuhan terhadap standar.
B. Frekuensi Audit
1. Audit Harian: Dilakukan oleh manajer atau supervisor untuk memeriksa
kebersihan, keselamatan, dan operasional harian.
2. Audit Mingguan: Fokus pada sanitasi, pemeliharaan peralatan, dan review
kualitas produk.
3. Audit Bulanan: Melibatkan pemeriksaan mendalam terhadap persediaan,
kualitas bahan baku, pelatihan karyawan, dan pelaksanaan SOP.
4. Audit Tahunan: Audit komprehensif yang meninjau semua aspek
operasional, termasuk keuangan, kualitas produk, keselamatan, dan
kepatuhan terhadap peraturan pemerintah.
C. Area Audit
1. Bahan Baku: Penyimpanan, rotasi, dan kualitas bahan.
2. Proses Produksi: Pengukuran, pengadukan, fermentasi, dan proses baking.
3. Peralatan: Kebersihan, pemeliharaan, dan fungsionalitas peralatan.
4. Karyawan: Kepatuhan terhadap protokol keselamatan, pelatihan, dan
kebersihan pribadi.
E. Pelatihan Auditor
1. Pelatihan Internal: Pelatihan dasar untuk auditor internal perusahaan.
2. Pelatihan Eksternal: Mengirim auditor untuk pelatihan eksternal untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
F. Review Audit
1. Evaluasi: Mengumpulkan feedback dari karyawan dan manajemen tentang
proses audit.
2. Perbaikan: Membuat perubahan pada proses audit berdasarkan feedback
dan temuan audit sebelumnya.
E. Manajemen Karyawan
1. Pelatihan:
Frekuensi dan relevansi pelatihan.
Kepatuhan karyawan terhadap pelatihan.
2. Kinerja:
Efisiensi dan produktivitas karyawan.
Kepatuhan terhadap SOP.
Setiap kriteria di atas harus dinilai dengan skala tertentu, misalnya skala 1-10
atau dengan label "Memuaskan", "Cukup", dan "Kurang". Selain itu, penting
untuk menyediakan ruang komentar di setiap kriteria agar auditor dapat
memberikan catatan atau penjelasan tambahan mengenai penilaian mereka.
F. Dokumentasi
1. Pencatatan: Mendokumentasikan seluruh proses tindak lanjut, mulai dari
temuan, rekomendasi, hingga tindakan yang telah diambil.
2. Pengarsipan: Menyimpan dokumen terkait tindak lanjut dengan baik untuk
referensi di masa mendatang atau audit selanjutnya.
Mengambil tindak lanjut atas hasil audit dengan serius dan sistematis
memastikan bahwa perusahaan terus meningkatkan kualitasnya, mematuhi
standar yang berlaku, serta memperbaiki kesalahan dan kelemahan yang
mungkin ada.
B. Proses Adonan
1. Mixer Adonan: Peralatan untuk mengaduk adonan roti, kue, dan pastri.
2. Dough Sheeter: Mesin yang digunakan untuk meratakan dan menggiling
adonan menjadi lembaran tertentu.
3. Dough Divider: Untuk membagi adonan menjadi potongan-potongan sesuai
ukuran yang diinginkan.
4. Dough Rounder: Membulatkan potongan adonan agar siap dibentuk.
C. Proses Pembentukan
1. Mesin Cookie Cutter: Untuk membentuk adonan kue sesuai pola atau
desain.
2. Mesin Bread Molder: Untuk membentuk adonan roti.
3. Mesin Pastri: Untuk membentuk berbagai jenis pastri.
D. Proses Fermentasi
1. Proofer (Ruang Fermentasi): Ruangan dengan suhu dan kelembaban
terkontrol untuk fermentasi adonan.
F. Proses Pendinginan
1. Rack Cooling: Rak pendingin untuk mendinginkan produk setelah
dipanggang.
2. Cooling Conveyor: Conveyor yang digunakan untuk mendinginkan produk
secara otomatis.
G. Proses Penyelesaian
1. Mesin Icing: Untuk menghias produk dengan glasir atau icing.
2. Mesin Chocolate Enrober: Untuk melapisi produk dengan cokelat.
3. Sprinkler: Alat untuk menyebarkan hiasan seperti meses, kacang, atau
sprinkles.
H. Proses Pengemasan
1. Mesin Pengemas (Sealer): Untuk mengemas produk dalam plastik atau
kemasan lainnya.
2. Vacuum Sealer: Mengemas dengan mengeluarkan udara, mempertahankan
kesegaran lebih lama.
I. Penyimpanan
1. Freezer: Untuk menyimpan bahan atau produk yang memerlukan
penyimpanan di suhu sangat rendah.
2. Chiller: Untuk menyimpan adonan atau produk jadi di suhu dingin tetapi
tidak beku.
K. Lain-lain
1. Work Tables: Meja kerja stainless steel.
2. Rack Penyimpanan: Rak untuk menyimpan bahan baku dan alat-alat.
3. Thermometer dan Hygrometer: Untuk memonitor suhu dan kelembaban.
Ini hanyalah daftar dasar dari peralatan yang mungkin dibutuhkan dalam
industri bakery. Peralatan spesifik yang diperlukan dapat bervariasi tergantung
pada jenis produk yang dibuat, skala produksi, dan teknologi yang digunakan.
A. Bahan Dasar
1. Tepung Terigu: Digunakan sebagai dasar pembuatan adonan untuk hampir
semua produk bakery. Ada berbagai jenis tepung terigu, seperti high protein
(untuk roti) dan low protein (untuk kue).
2. Air: Diperlukan untuk menghidrasi tepung dan membantu dalam
pembentukan gluten.
3. Gula: Menambah rasa manis pada produk dan mempengaruhi tekstur
produk jadi.
4. Garam: Meningkatkan rasa dan berfungsi sebagai pengawet alami.
B. Bahan Pengembang
1. Yeast (Ragi): Mikroorganisme yang menghasilkan gas karbon dioksida,
membuat adonan mengembang, khususnya untuk roti.
2. Baking Powder: Campuran bahan kimia yang menghasilkan gas saat
dipanaskan, biasa digunakan pada kue.
3. Baking Soda (Sodium Bicarbonate): Bahan pengembang yang memerlukan
asam (seperti cuka atau lemon) untuk aktif.
Bahan-bahan ini merupakan dasar dari apa yang paling umum ditemukan
dalam resep bakery. Namun, tergantung pada variasi produk dan inovasi resep,
daftar ini bisa berkembang dengan bahan-bahan khusus atau unik lainnya.
I. INFORMASI DASAR
Nama Produk: [Nama produk yang diperiksa]
Batch No.: [Nomor batch atau lot]
Tanggal Produksi: [Tanggal pembuatan]
Estimasi Tanggal Kadaluarsa: [Tanggal estimasi kadaluarsa]
V. TINDAKAN
1. Jumlah Produk yang Lolos: [xx produk]
2. Jumlah Produk yang Ditolak: [xx produk]
3. Rekomendasi: [Deskripsi tindakan yang harus diambil, misalnya: produk
yang lolos dapat dikirim, produk yang tidak lolos harus diperbaiki atau
dibuang, dll.]