Anda di halaman 1dari 15

BAB V

GEOTEKNIK

5.1 Geoteknik
Geoteknik merupakan cabang dari ilmu geologi yang berhubungan
dengan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Untuk
melakukan kajian geoteknik perlu ilmu dasar seperti matematika, statistika, fisika,
biologi dan kimia. Kajian geoteknik ini berhubungan dengan pembanguan
infrastruktur seperti jalan tol, jalan kereta api, lereng tambang, terowongan, dll.
Geoteknik sangat penting pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah
dikarenakan geoteknik dapat merekomendasikan lereng maupun terowongan
yang aman untuk dilakukan kegiatan penambangan.
5.1.1 Akuisisi Data
5.1.1.1 Jenis Data
Pengambilan data yang dilakukan oleh PT. Aurum Tbk yaitu dengan
mengambil data kekar menggunakan metode scanline yang nantinya data
tersebut akan digunakan untuk mengetahui nilai RQD dari massa batuan,
rekomendasi penyangga, faktor keamanan front penambangan. Untuk
mengetahui kondisi keamanan front kerja yaitu dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Q-System.
5.1.1.2 Jumlah Data
Untuk melakukan analisa geoteknik membutuhkan beberapa data yaitu
dapat dengan menggunakan pemetaan geoteknik dengan menggunkana metode
scanline dengan panjang bentangan 10 meter dan banyak kekar pada
development tunnel sebanyak 140 kekar dan pada production tunnel sebanyak
109 kekar.
Tabel 5.1
Data Kekar
Hanging Wall (Dacite) Hanging Wall (Dacite)
Panjang Panjang
10 m 10 m
Scanline Scanline
No Strike Dip No Strike Dip
1 55 65 71 330 62
2 340 72 72 338 55
3 48 70 73 60 62
4 341 75 74 330 50
5 54 60 75 62 55
6 335 68 76 335 65
7 65 55 77 55 65
8 342 75 78 340 72
9 60 65 79 48 70
10 344 72 80 341 75
11 58 60 81 54 60
12 340 60 82 335 68
13 57 58 83 65 55
14 330 62 84 342 75
15 62 60 85 60 65
16 345 70 86 344 72
17 58 65 87 58 60
18 338 55 88 340 60
19 60 68 89 57 58
20 345 55 90 330 62
21 58 60 91 62 60
22 340 65 92 345 70
23 65 60 93 58 65
24 330 70 94 338 55
25 70 58 95 60 68
26 340 72 96 345 55
27 60 50 97 58 60
28 345 80 98 340 65
29 58 65 99 65 60
30 340 75 100 330 70
31 55 60 101 70 58
32 335 68 102 340 72
33 60 65 103 60 50
34 57 58 104 345 80
35 330 62 105 340 75
36 338 55 106 55 60
37 60 62 107 335 68
38 330 50 108 60 65
39 62 55 109 57 58
40 335 65 110 330 62
41 58 62 111 338 55
42 340 58 112 60 62
43 65 55 113 330 50
44 330 65 114 62 55
45 70 60 115 335 65
46 335 58 116 55 65
47 60 55 117 340 72
48 342 63 118 48 70
49 65 58 119 341 75
50 338 62 120 54 60
51 62 52 121 335 68
52 340 63 122 65 55
53 64 58 123 342 75
54 344 60 124 60 65
55 62 55 125 344 72
56 345 65 126 58 60
57 55 63 127 340 65
58 340 65 128 65 60
59 65 60 129 330 70
60 330 70 130 70 58
61 70 58 131 340 72
62 340 72 132 60 50
63 60 50 133 345 80
64 345 80 134 340 75
65 58 65 135 55 60
66 340 75 136 335 68
67 55 60 137 60 65
68 335 68 138 57 58
69 60 65 139 330 62
70 57 58 140 70 58
Sumber: PT. Aurum Tbk, 2023
Berdasarkan hasil mapping pada hanging wall, didapatkan kondisi kekar
kasar tidak teratur dan sangat terlapukkan, memiliki panjang rata-rata pada
bidang lemah sebesar 1,8 meter dengan bukaan sebesar 1 cm yang terisi oleh
kuarsa. Pada bagian dinding kekar agak berubah, dan tidak mengalami
pelunakan. Kondisi kekar pada hanging wall cenderung basah dengan memiliki
tekanan air sebesar 1,5 Mpa.
Tabel 5.2
Data Kekar
Foot Wall (Dacite) Foot Wall (Dacite)
Panjang Panjang
10 m 10 m
Scanline Scanline
No Strike Dip No Strike Dip
1 345 55 70 338 55
2 58 60 71 60 62
3 340 65 72 330 50
4 65 60 73 62 55
5 330 70 74 335 65
6 70 58 75 55 65
7 340 72 76 340 72
8 60 50 77 48 70
9 345 80 78 341 75
10 58 65 79 54 60
11 340 75 80 335 68
12 55 60 81 65 55
13 335 68 82 342 75
14 60 65 83 60 65
15 57 58 84 344 72
16 330 62 85 58 60
17 338 55 86 340 60
18 60 62 87 57 58
19 330 50 88 330 62
20 62 55 89 62 60
21 335 65 90 335 65
22 58 62 91 58 62
23 340 58 92 340 58
24 65 55 93 65 55
25 58 60 94 330 65
26 340 60 95 70 60
27 57 58 96 335 58
28 330 62 97 60 55
29 62 60 98 342 63
30 345 70 99 65 58
31 58 65 100 338 62
32 338 55 101 62 52
33 60 68 102 340 63
34 345 55 103 64 58
35 58 60 104 344 60
36 340 65 105 62 55
37 65 60 106 345 65
38 330 70 107 55 63
39 70 58 108 340 65
40 340 72 109 65 60
41 60 50 110 330 70
42 345 80 111 70 58
43 344 60 112 340 72
44 62 55 113 60 50
45 345 65 114 345 80
46 55 63 115 58 65
47 340 65 116 340 75
48 65 60 117 55 60
49 330 70 118 335 68
50 70 58 119 60 65
51 340 72 120 57 58
52 60 50 121 330 62
53 345 80 122 338 55
54 58 65 123 60 62
55 340 75 124 330 50
56 55 60 125 62 55
57 335 68 126 335 65
58 60 65 127 55 65
59 57 58 128 340 72
60 330 62 129 48 70
61 338 55 130 341 75
62 60 62 131 54 60
63 330 50 132 335 68
64 62 55 133 65 55
65 335 65 134 342 75
66 335 68 135 70 58
67 60 65 136 340 72
68 57 58 137 60 50
69 330 62 138 345 80
Sumber: PT. Aurum Tbk, 2023
Berdasarkan hasil mapping pada foot wall, didapatkan kondisi kekar
kasar tidak teratur dan sangat terlapukkan secara moderat, memiliki panjang
rata-rata pada bidang lemah sebesar 1,5 meter dengan bukaan sebesar 0,8 cm
yang terisi oleh kuarsa. Pada bagian dinding kekar agak berubah, dan tidak
mengalami pelunakan. Kondisi kekar pada hanging wall cenderung basah
dengan memiliki tekanan air sebesar 1,5 Mpa.
Tabel 5.3
Data Kekar
Vein/Kuarsa Vein/Kuarsa
Panjang Panjang
10 m 10 m
Scanline Scanline
No Strike Dip No Strike Dip
1 342 75 56 60 50
2 60 65 57 345 80
3 344 72 58 344 60
4 58 60 59 62 55
5 340 60 60 345 65
6 57 58 61 340 72
7 330 62 62 60 50
8 62 60 63 345 80
9 345 70 64 58 65
10 58 65 65 340 75
11 338 55 66 55 60
12 60 68 67 335 68
13 345 55 68 60 65
14 58 60 69 57 58
15 340 65 70 330 62
16 65 60 71 338 55
17 330 70 72 60 62
18 70 58 73 330 50
19 340 72 74 62 55
20 60 50 75 335 65
21 345 80 76 335 68
22 58 65 77 60 65
23 340 75 78 57 58
24 55 60 79 330 62
25 335 68 80 338 55
26 60 65 81 60 62
27 57 58 82 330 50
28 330 62 83 62 55
29 60 65 84 335 65
30 57 58 85 55 65
31 330 62 86 340 72
32 338 55 87 48 70
33 60 62 88 341 75
34 330 50 89 54 60
35 62 55 90 335 68
36 335 65 91 65 55
37 58 62 92 335 65
38 340 58 93 55 65
39 65 55 94 340 72
40 58 60 95 48 70
41 340 60 96 341 75
42 57 58 97 54 60
43 330 62 98 335 68
44 62 60 99 65 55
45 345 70 100 342 75
46 58 65 101 60 65
47 338 55 102 344 72
48 60 68 103 58 60
49 345 55 104 340 60
50 58 60 105 57 58
51 340 65 106 330 62
52 65 60 107 62 60
53 330 70 108 345 70
54 70 58 109 58 65
55 340 72
Sumber: PT. Aurum Tbk, 2023
Berdasarkan hasil mapping pada vein didapatkan kondisi kekar agak
kasar dan tidak teratur serta agak terlapukkan, memiliki panjang rata-rata pada
bidang lemah sebesar 1,2 meter dan tidak memiliki bukaan. Pada bagian dinding
kekar tidak beubah, permukaan kekar hanya tercemari. Kondisi kekar cenderung
lembap dengan memiliki tekanan air sebesar 0,05 MPa.
5.1.1.3 Sebaran Data
Pemetaan geoteknik ini dilakukan oleh PT. Aurum Tbk karena terdapat
beberapa sebaran data kekar yang terdapat pada hanging wall, footwall, vein
pada daerah tersebut. Diambilnya data kekar tersebut dikarenakan struktur kekar
sangat berpengaruh pada kestabilan daerah yang akan dilakukan kegiatan
penambangan. Dari data kekar tersebut, PT. Aurum Tbk dapat mengolah data
dan menganalisanya apakah daerah tersebut aman atau tidaknya untuk
dilakukan aktivitas penambangan.
5.1.2 Analisis Geoteknik
5.1.2.1 Kemampugalian dan Kemampugaruan
Kemampugalian dan kemampugaruan pada batuan dapat ditentukan
dengan menggunakan beberapa metode seperti metode grafis dan metode
grading. Dari metode grafis bisa dengan menggunakan klasifikasi Franklin (1971)
serta klasifikasi Pettifer & Fookes (1994). Sedangkan dari metode grading bisa
dengan menggunakan klasifikasi Weaver (1975), Kirsten (1982), Muftuoglu
(1983), Smith (1986), Singh et al (1987), Karpuz (1990), MacGregor et al (1994),
Karmadibrata (1996). Namun yang akan dibahas hanya Weaver (1975) dan
Kirsten (1982). PT Aurum Tbk melakukan analisis kemampugalian dan
kemampugaruan dengan menggunakan metode grafis klasifikasi Franklin (1971)
yang dimana dengan menggunakan data UCS yang di konversi menjadi data
Point Load Index dan menggunakan data Fracture Index.
5.1.2.2 Kestabilan Lubang Bukaan Bawah Tanah
Kegiatan penambangan pada bawah tanah ini memiliki resiko yang
sangat tinggi bagi pekerja sehingga sangat diperlukan sebuah penanganan yang
teliti dalam pengerjaannya. Karena pada saat akan membuka lubang bukaan
tambang, akan berpengaruh langsung terhadap kekuatan dan bentuk batuan
yang akan digali, oleh karena itu batuan tersebut mencari kestabilan setelah
adalnya gaya yang diperoleh. Kestabilan lubang bukaan tambang bawah tanah
ini sangat penting dan perlu diperhatikan, karena hal tersebut menjadi salah satu
faktor dapat dilakukannya kegiatan penambangan. Kestabilan pada lubang
bukaan tambang bawah tanah ini perlu memperhatikan faktor keamanannya.
Untuk melakukan analisis kestabilan lubang bukaan tambang, PT. Aurum Tbk ini
melakukan pendekatan menggunakan metode Q-System.
Untuk menentukan kualitas massa batuan ini membutuhkan beberapa
parameter diantaranya yaitu seperti nilai RQD (Rock Quality Designation), jumlah
joint set (Jn), joint roughness (Jr), Joint Alteration Number (Ja), Joint Water
Reduction (Jw), Stress Reduction Factor (SRF), dan Excavation Support Ratio
(ESR). Dibawah ini merupakan hasil dari paramter yang digunakan.
1. Rock Quality Designation (RQD)
Nilai RQD ini merepresentasikan struktur yang terdapat pada massa
batuan. PT. Aurum Tbk melakukan pemetaan geoteknik menggunakan
metode scanline dengan panjang bentangan 10 meter. Pemetaan
geoteknin ini dilakukan pada dua tunnel yaitu tunnel development dan
tunnel production. Pada tunnel development terdapat 140 jumlah kekar
dan pada production tunnel terdapat 109 jumlah kekar. Didapatkan nilai
RQD Priest & Huston (1976), yaitu dari hasil persamaan pada
development tunnel sebesar 59,5 dan pada production tunnel sebesar
70,26. Nilai RQD kedua tunnel tersebut menunjukan kelas
memadai/cukup.

Gambar 5.1
RQD
2. Joint Set (Jn)
Joint set number ini merupakan jumlah data kekar yang dimiliki oleh
orientasi yang sama. PT Aurum Tbk ini mendapatkan hasil dua bentuk
kekar.
Gambar 5.2
Joint Set Number (Jn)
3. Joint Roughnes (Jr)
Joint roughnes ini merupakan kekasaran dari bidang kekar yang
diapatkan dari hasil pemetaan geoteknik, diketahuinya kekasaran bidang
kekar dengan cara memegang permukaan kekar.

Gambar 5.34
Joint Roughnes (Jr)
4. Join Alteration Number (Ja)
Joint alteration number ini didapatkan dari spasi bidang kekar, apabila
terdapat spasi dan ada isian didalamnya maka kekar tersebut terdapat
alterasi. Pada kasus di PT. Aurum Tbk, terdapat 2 kondisi yaitu seperti
pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.4
Joint Alteration Number
5. Joint Water Reduction (Jw)
Joint water reduction ini didapatkan dari hasil tiap kekar apakah terdapat
air atau tidak. Dan pada lokasi penelitian, terdapat kondisi dimana pada
development tunnel terdapat tekanan air sebesar 1,5 MPa dan pada
production tunnel terdapat tekanan air sebesar 0,05 MPa maka
didapatkan nilai seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5.5
Joint Weathering
6. Stress Reduction Factor (SRF)
Stress reduction factor ini didapatkan dari peninjauan nilai pengujian kuat
tekan uniaksial dengan tegangan mayor atau sigma satu nya.
Gambar 5.6
Strength Reduction Factor
7. Excavation Support Ratio (ESR)
Nilai excavation support ratio ini didapatkan dari jenis terowongan apa
yang akan digunakan.
Gambar 5.7
Excavation Support Ratio

5.1.3 Rekomendasi Geoteknik


5.1.3.1 Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan

Gambar 5.8
Grafik Kemampugalian (Franklin et al, 1971)
Setelah dilakukan plotting pada grafik klasifikasi franklin menggunakan
data point load index dan fracture index didapatkan rekomendasi kemampugalian
untuk tunnel production dan tunnel development yaitu kedua nya dapat dengan
menggunakan peledakan retakan, didapatkan hasil tersebut karena pada daerah
tunnel production dan tunnel development terdapat banyak bidang lemah.
5.1.3.2 Rekomendasi Penyanggaan, Dimensi Front Produksi, Dimensi
Crown Pillar

Gambar 5.9
Excavation and Support of Rock

Gambar 5.10
5.1.3.3 Rekomendasi Pemantauan Geoteknik
Untuk rekomendasi pemantauan geoteknik pada PT. Aurum Tbk ini dapat
dilakukan dengan pemantauan menggunakan ekstensometer magnetik.
Pembacaan alat tersebut didapatkan dengan gambar dari sensor yang
ditempatkan pada pila yang terakses, ketika sensor memasuki medan magnet,
maka akan menyala pemberitahuan lampu merah dan dapat berbunyi dan
operator akan mencatat dengan mantuan gradasi yang terdapat pada kabel.
Pergerakan akan dihitung dengan membandingkan kedalaman terakhir
pengukuran dengan kedalaman saat awal pengukuran

Gambar 5.
Ekstensometer Magnetik

Anda mungkin juga menyukai