Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRUKTUR ILMU
PENGETAHUAN

MATA KULIAH :
IlMU FILSAFAT

Dosen Pembimbing :
KURNIAWATI, S.Kom., M.Pd.

Oleh :
AIS ANANTA ARIFIN
3619110017

SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS IVET SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, Sehingga
penulis masih diberi kesempatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik..

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Suri Teladan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi
kita semua.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “FILSAFAT ILMU”. Makalah ini
merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami mata kuliah tersebut secara
mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa pada umumnya..

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan.

Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman- teman. Amin...

Demikianlah yang dapat penulis paparkan dalam makalah ini, apabila ada kata
yang kurang dan tidak berkenan mohon di maafkan sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 01 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

2.1 Metode Ilmiah ............................................................................................. 3


2.2 Teori ............................................................................................................ 4
2.3 Hipotesis……. ............................................................................................ 5
2.4 Logika......................................................................................................... 7
2.5 Data Informasi ............................................................................................ 7
2.6 Pembuktian ................................................................................................. 8
2.7 Evaluasi ...................................................................................................... 8
2.8 Paradigma ................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP............................................................................................10

3.1 Kesimpulan......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah perkembangan ilmu, peran Filsafat Ilmu dalam struktur


bangunan keilmuan tidak bisa diangsikan. Sebagai landasan filosofis bagi
tegaknya suatu ilmu, mustahil para ilmuan menafikan peran filsafat ilmu dalam
setiap kegiatan keilmuan.

Secara umum, manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sulit untuk
terpuaskan. Apabilasatu atau beberapa kebutuhannya tercapai, maka dia akan
berkeinginan untuk meraih kebutuhan lain yang lebih tinggi. Dalam usaha untuk
memenuhi rasa ingin tahu itu banyak jalan yang dapat ditempuh oleh manusia.
Usaha itu antara lain meliputi: penggunaan mitos, prasangka, pengamatan
indrawi, pengalaman pribadi, kata hati dan lain-lain. Usaha-usaha ini kurang
begitu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena hasil dari usaha-usaha
tersebut tidak dapat dikaji ulang, sebab adanya kelemahan dan keterbatasan yang
dimiliki manusia.

Dalam buku “filsafat ilmu pengetahuan, Jalaluddin”. Pengetahuan merupakan


hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan
pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut
membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.

Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni,


Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua
adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara
garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu


kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan
penalaran itu

1
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui
suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau
proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih (yang benar)”.

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia
empiris dan proses pendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan
metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu
kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu
itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah struktur ilmu pengetahuan itu ?
2. Apa saja langkah-langkah dari metode ilmiah?
3. Apakah itu logika, data informasi, pembuktian, evaluasi dan paradigma
1.3 Tujuan Penulisan.
1. Mengetahui ilmu pengetahuan
2. Mengetahui struktur ilmu pengetahuan
3. Mengetahui langkah-langkah metode ilmiah
4. logika, data informasi, pembuktian, evaluasi dan paradigma

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah sebuah prosedur yang digunakan ilmuan


dalam pencarian kebenaran baru. Dilakukan dengan cara kerja sistematis
terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali kepada
pengetahuan yang telah ada. Metode berpikir ilmiah adalah prosedur, cara
dan teknik memperoleh pengetahuan.

Metode adalah cara untuk mencapai kebenaran riil dan


membedakan karakteristik pengetahuan dengan ilmu pengetahuan yang
lebih khusus. Metode sangat perlu dalam lapangan pengetahuan, agar
tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif tercapai dan dapat
dibuktikan. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah
menjadi ilmu pengetahuan, yaitu lebih khusus dan terbatas lingkup
studinya. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu.

Pada dasarnya pola umum dalam metode ilmiah dapat dipakai


dengan melihat sejarah perkembangan ilmu itu sendiri yang telah
berlangsung dari abad ke abad. Sekaligus dengan melihat perkembangan
ilmu pengetahuan tersebut, dapat dipahami bahwa tersebarnya ilmu
pengetahuan menjadi banyak cabang antara lain juga bersangkutan dengan
metode ilmiah yang digunakan.

Jadi metode merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan


yang telah direncanakan sebelumnya, bisa juga diartikan dengan suatu
proses, prosedur atau cara/ langkah-langkah sistematis yang ditempuh
oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu.

Menurut Aristoteles penjelasan ilmiah hendaknya memenuhi


empat sebab. empat prinsip penjelasan, yaitu: 1). Sebab efisien yaitu lewat
mana suatu perubahan dibuat (that by which some change is wrought), 2).
3
Sebab final dipahami sebagai tujuan untuk apa sebuah perubahan
dihasilkan (that for which a change produced), 3). Sebab materiil (materil
cause) adalah sebab ketika perubahan dibuat, 4). Sebab formal sebagai
sebab kemana (into which) sesuatu itu diubah.

Metode ilmiah itu merupakan cara untuk mendapat pengetahuan


secara ilmiah dan gabungan antara berpikir rasional (bagaimana kita bisa
menyesuaikannya dengan materi) dan berakhir pada data yang empiris
(data-data dan fakta yang bisa diamati).

Emperis yang berlandaskan pada fakta-fakta, meski menjadi


abstraksi intelektual dengan pendekatan rasional. Einstein dalam konteks
ini berkata: “ apapun teori teori yang menjembatani antara empirisme dan
rasionalisme , ia akan menjadi penjelas rasional yang sesuai dengan objek
dari fakta-fakta yang ada”, gabungan dari pendekatan empirisme dan
rasionalisme disebutnya sebagai metode ilmiah, oleh karena itu teori
ilmiah harus memenuhi dua syarat utama, yaitu:

1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan


terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuwan secara keseluruhan

2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, teori seperti apapun


konsistennya, jika tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat
diterima kebenarannya secara ilmiah, begitu juga sebaliknya, seberapa
faktualnya fakta yang ada, tanpa didukung oleh asumsi rasional, maka
ia hanya akan menjadi fakta yang mati yang tidak memberikan
pengetahuan kepada manusia.

Metode ilmiah disini mencoba menggabungkan cara berfikir


deduktif dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuan.
Dalam metode ilmiah, penelitian dituntun dalam proses berfikir
yang menggunakan analisa, di situ hipotesa juga harus ada yang berguna
untuk memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga
hasil yang hendak diperoleh akan mencapai ssaran dengan tepat.

2.2 Teori
Ada banyak ahli yang memberikan definisi teori. Kaerlinger (1973)

4
menyatakan teori adalah sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang
saling kait mengkait yang menghadirkan suatu tinjauan secara sistematis atas
fenomena yang ada dengan menunjukkan secara sfesifik hubungan-hubungan
diantara variabel-variabel yang terkait dalam fenomena, dengan tujuan
memberikan ekplnasi dan prediksi atas fenomena tersebut. Gibbs (1972)
mendefinisikan teori sebagai suatu kumpulan tatemen yang mempunyai
kaitan logis, merupakan cermin dari kenyataan yang ada tentang sifat-sifat
atau ciri-ciri suatu khas, peristiwa atau sesuatu benda. Ahli lain Hage (1972)
menyatakan bahwa teori harus mengandung tidak hanya konsep dan statemen
tetapi juga definisi, baik definisi teoritis maupun definisi operasional dan
hubungan logis yang bersifat teoritis dan operasional antara konsep atau
statemen tersebut. Konsep dan definisi harus disusun kedalam “Primitive”
dan “Derived”, statemen dan hubungan harus disusun kedalam premis dan
persamaan.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa suatu teori harus :
a. Mengandung konsep, definisi, dan proposisi,
b. Ada hubungan logis antara konsep-konsep, definisi- definisi, dan
proposisi-proposisi,
c. Hubungan-hubungan tersebut menunjukkan atau meruapakan cermin
fenomena sosial,
d. Dengan demikian teori dapat digunakan untuk eksplanasi dan prediksi.
Proposisi merupakan suatu pernyataan yang mengandung dua konsep atau
lebih. Sedangkan sesuatu bisa digunakan untuk eksplanasi dan prediksi atas
sesuatu yang lain. Jikalau antara keduanya ada hubungan yang bersifat
kausal. Dengan demikian berdasarkan definisi- definisi diatas dapatlah
dikembangkan suatu definisi teori, yakni sekumpulan proposisi yang
menunjukkan hubungan kasusal diantara konsep atau variabel-variabel yang
terkandung dalam proposisi tersebut.
Suatu teori dapat diterima dengan dua kriteria a. Kriteria ideal dan b.
Kriteria pragmatis (Black and champion, 1976). Kriteria ideal
mengemukakan bahwa suatu teori akan dapat diakui apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Sekumpulan ide yang dikemukakan mempunyai hubungan logis dan
5
konsisten.
2. Sekumpulan ide-ide yang dikemukakan harus mencakup seluruh variabel
yang diperlukan untuk menerangkan fenomena yang dihadapi.
3. Kumpulan ide-ide tersebut mengandung proposisi- proposisi dimana ide
yang satu dengan yang lain tidak tumpang tindih.
4. Kumpulan ide-ide tersebut dapat dites secara empiris.
Sedangkan kriteria pragmatis mengemukakan bahwa ide-ide dikatakan
sebagai teori kalau ide-ide tersebut memiliki :
1. Asumsi dan paradigma.
2. Frame reference, yakni kerangka fikir yang mengidentifikasi aspek-aspek
kehidupan sosial yang akan diuji secara empiris.
3. Konsep-konsep, yakni abstraksi atau simbol sebagai ujud suatu ide.
4. Variabelm yakni penjabaran konsep yang mengandung dimensi.
5. Proposisi, yakni hubungan antara konsep.
6. Hubungan yang sistematis dan bersifat kausal diantara kosep-konsep dan
proposisi-proposisi tersebut.

2.3 Hipotesis
Pengertian Hipotesis Dalam Penelitian. Hipotesa berasal dari
penggalan kata ”hypo” yang artinya ”di bawah” dan thesa” yang artinya
”kebenaran”, jadi hipotesa yang kemudian cara menulisnya disesuaikan
dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembangan
menjadi Hipotesa.

Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA


tentang pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui
penelitian yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan
atas 2 hal sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu:

1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik,


dicapai melalui membaca.

2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik,

6
dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap
data.

Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya


dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat
suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah
kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya peneliti akan bekerja
berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang

paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data


yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan
dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai
hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.

Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap


dua hal:

1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak


terbukti (pada akhir penelitian).
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang
terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat
penelitian berlangsung).
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:

1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variable
penyebab dan variabel akibat.

2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang


ditimbulkan oleh penyebab itu.

3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang
bisa menimbulkan akibat tersebut.

Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang


dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun
tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun
hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis
penelitian eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development
biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini bukan
untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala
7
sebanyak-banyaknya.

2.4 Logika
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses bergikir itu harus dilakukan dengan cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalaw proses
penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas didefinisikan
sebagai ” pengkajian berfikir secara valid”.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan
pemikiran yang lurus, tempat dahn sehat. Logika menurut The Liang Gie
digolongkan menjadi 5 macam yakni:
1. Logika dalam pengertian luas dan sempit
2. Logika deduktif dan induktif
3. Logika formal dan material
4. Logika murni dan terapan
5. Logika filsafati dan matematik

2.5 Data Informasi


Tahapan ini merupakan suatu yang dikenal dalm metode keilmuan.
Disebab oleh banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada
pengumpulan data, maka banyak orang yang menyamakan keilmuan
dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian dituangkan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan dan klasifikasih data
tahapan metode keilmuan ini menekankan kepada penyusunan kata dalam
kelompok-kelompok, jenis-jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang
ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisia, membadingkan, dan
membedakan fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi yang
disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk
menyempurnakan taksonomi untuk bidang keilmuan mereka.
2.6 Pembuktian
Langkah selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji
hipotesis tersebut dengan mengonfrontasikannya dengan dunia fisik yang
nyata. Sering kali dalam hal ini kita harus melakukan perantara yakni
menentukan faktor yang kita uji dalam langka melakukan verifiasi
8
terhadap keseluruan hipotesis tersebut. Kadang-kadang kita membutuhkan
instrumen yang membantu panca indra kita umpamanya teleskop atau
mikroskop. Tidak jarang pula beberapa pembuktian ilmiah membutuhka
alat yang rumit sekali sehingga terjadi bahwa hipotesis baru dapat
dibuktikan beberapa lama setelah ditemukan alat yang dapat membantu
mengumpulkan fakta yang dibutuhkan.
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatif-
alternatif hipotesis dengan pengamatan kenyatan sebenarnya. Dalam
hubungan ini maka keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta satu
hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih dan diperoses ulang.
2.7 Evaluasi
Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang
merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak
atau diterima. Sekiranya dalam proses menguji hipotesis tidak terdapat
fakta yang cukup mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang
diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.
Evaluasi dapat berupa penjelasan dari seluruh rangakaian metode
ilmiah. Setelah ilmuan melakukan pengamatan membuat deskriptis yang
menurut dia adalah relevan dengan masalahnya, dia menghadapi salah
satu terpenting dari usahanya, yakni memberikan penjelasan. Penjelasan
ilmu pada dasarnya adalah mejawab pertanyaan “mengapa”. Terdapat
empat cara berbeda ynag digunakan dalam ilmu untuk menjawab
pertanyaan ini yakni, dekduktif probabilistik, genetis, dan fungsional.
2.8 Paradigma

struktur ilmu pengetahuan yang harus diketahui yang terakhir


adalah terkait dengan paradigma. Secara umum pengertian pradigma
adalah seperangkat kenyakinan atau dasar yang menuntut seseorang
dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Guba
pradigma ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat
kenakinan mendasar yang memandu tidakan-tindakan manusia dalam
keseharian atau penyelidikan ilmiah. Pandangan tetntang pradigma ilmu
pengetahuan berubah antar waktu. Perubahan pradigma dalam ilmu
pengetahuan mencakaup seluruh aspek pradigma.
9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu timbul berdasarkan atas hasil pengolahan secara metodologi
terhadap pengalaman-pengalaman yang dapat dikumpulkan. Dalam
kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997)
menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas,
dan metode. Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan
pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas,
metode, dan pengetahuan menyusun suatu ilmu.
struktur ilmu pengetahuan ini Terdapat suatu anggota yang luas
bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam
memperoleh ilmu pengetahuan.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuwan
adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian
prosedur tertentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari
pertanyan tertentu pula. Untuk memperoleh pengetahuan Kerangka dasar
prosedur dalam struktur ilmu pengetahuan antara lain :
1. metode ilmiah
2. logika
3. data informasi
4. pembuktian
5. evaluasi
6. paradigma

10
DAFTAR PUSTAKA

Iu Rusliana, S.Fil.I., M.Si., 2017. Filsafat Ilmu : Struktur Ilmu Pengetahuan.


Bandung : PT Refika Adiatama’

Https://www.rangkumanmakalah.com/struktur-ilmu-pengetahuan/

11

Anda mungkin juga menyukai