Revisi 20370

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

“Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Akuntabilitas Pemerintah di

Provinsi Papua terhadap Kesejahteraan Masyarakat


(Studi pada Inspektorat 2019-2022)”
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah Daerah mempunyai tujuan untuk menjalankan pembangunan

dan melakukan kepentingan suatu masyarakat dengan mengadakan program

Otonomi Daerah. UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, didalam

Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa otonomi daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah indonesia dalam pelaksanaan otonomi

daerah dan desentralisasi aspek yang paling penting melakukan pengelolaan

keuangan daerah dan anggaran daerah untuk mewujudkan otonomi daerah dan

desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Dengan adanya Otonomi Daerah Pemerintah Daerah harus melakukan

suatu pengelolaan keuangan secara ekonomis, efisien dan efektif atau memenuhi

prinsip value for money serta partisipatif, transparasi, akuntabilitas, dan keadilan

akan dapat mengembangkan ekonomi dan kemandirian suatu daerah. Untuk

membuktikan kewenangan yang menjadi hak daerah dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan melakukan pembangunan dan pelayanan publik.

Laporan kinerja pemerintah sangat penting untuk menilai akuntabilitas

pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan kauangan daerah. Dengan

menganalisis laporan keuangan dari pemerintah daerah akan dapat diketahui

apakah kinerja keuangan pemerintah daerah terdapat peningkatan atau penurunan


2

dalam setiap tahunnya. Selain itu, setelah dianalisisnya laporan keuangan

pemerintah daerah diharapkan kinerja keuangan pada tahun berikutnya dapat lebih

baik sehingga berdapak positif kepada kesejahteraan masyarakat. kinerja

keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu

perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan

keuangan secara baik dan benar.

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) merupakan salah satu

bagian isu kebijakan yang strategis di Indonesia saat ini karena perbaikan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berdampak pada upaya terciptanya good

governance. Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di

Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas dapat diartikan

sebagai kewajiban – kewajiban dari individu atau penguasa yang dipercayakan

untuk mengelola sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk

dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya sebagai

instrument untuk kegiatan 3 control terutama dalam pencapaian hasil pada

pelayanan publik (Rinatiarno dan Azlina, 2011).

Berdasarkan peraturan perundangan berupa Instruksi Presiden Nomor 7

Tahun 1999 tanggal 15 juni 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP) yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

meningkatkan pelaksanaan pemerintah yang lebih berdaya guna, berhasil guna,

bersih dan bertanggungjawab (Pamungkas, 2012). Perwakilan BKKBN Provinsi

Papua sebagai instansi pemerintah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Hasil evaluasi SAKIP


3

Perwakilan BKKBN Provinsi Papua Tahun 2019 adalah 75,50 yang mengalami

peningkatan dari periode sebelumnya seperti disajikan dalam gambar berikut.

81.21
75.50
69.24

55.16

2017 2018 2019 2020


Tahun

Gambar 1.1
Rincian Hasil Evaluasi SAKIP Provinsi Papua (2017-2020)

Sumber: Perwakilan BPKP Povinsi Papua (2020)

Provinsi Papua menjadi salah satu provinsi yang mengalami peningkatan

SAKIP sejak tahun 2017 sampai tahun 2020, di mana tahun 2020 memiliki nilai

SAKIP sebesar 81,21 yang dapat dikategorikan dalam “Predikat A”. Pada tanggal

22 April 2021 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi melaksanakan kegiatan penyerahan hasil evaluasi pelaksanaan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan Reformasi Birokrasi Tahun 2020

atau “SAKIP-RB Award” kepada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota di seluruh

Indonesia. Melalui hasil evaluasi dan pemeringkatan SAKIP, Provinsi Papua tidak
4

masuk kandidat yang mendapat predikat AA, A maupun BB (Inspektorat Kota

Medium, 2021), sehingga hal ini menjadi pertanyaan mengenai kebenaran

mengenai hasil evaluasi SAKIP Provinsi Papua periode 2017 – 2020.

Pemerintah daerah adalah sebagai pihak yang ditugaskan untuk

menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib

melaporkan suatu pertanggungjawaban keuangan daerahnya agar dinilai apakah

suatu daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak untuk

menganalisis suatu pertanggungjawaban kinerja pemerintah daerah dalam

mengelola keuangannya dengan cara menganalisis rasio terhadap laporan

keuangan yang digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada publik

melalui Inspektorat.

Berbagai faktor yang menjadi penyebab tingkat AKIP berbeda-beda

masing-masing wilayah. Berbagai penelitian juga telah menunjukkan bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi AKIP yaitu penerapan akuntansi sektor publik

(Pamungkas, 2012; Mandasari, 2015; Fariana, 2018). Penerapan akuntansi yang

baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas

laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan akan dapat memperbaiki

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan

urusan-urusan pemerintahan dapat optimal (Santoso & Pambelum, 2008).

Penerapan akuntansi sektor publik, memberikan sumbangan bagi peningkatan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam hal penyajian informasi

pertanggungjawaban mengenai tujuan, fungsi dan obyek pengeluaran

(Pamungkas, 2012).
5

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan

penelitian tentang penilaian kinerja keuangan Inspektorat Provinsi Papua tahun

anggaran 2019-2022 untuk mengetahui seberapa Derajat Desentralisasi, efektif,

efesien dan mandirinya pelaporan keuanganya. Dalam hal ini penulis melakukan

penilitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Akuntabilitas

Pemerintah Provinsi Papua terhadap Kesejahteraan Masyarakat. (Studi pada

Inspektorat tahun 2019-2022)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Kinerja Keuangan Daerah Inspektorat Provinsi Papua melalui

Rasio Kemandirian, Rasio Desentralisasi Fisikal, Rasio Efektifitas PAD

dan Rasio Efesiensi Keuangan Daerah?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kinerja keuangan Inspektorat Provinsi Papua Tahun

2019-2022 dengan Rasio Kemandirian, Rasio Desentralisasi Fisikal, Rasio

Efektifitas PAD dan Rasio Efesiensi Keuangan Daerah.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi instansi:
6

1. Dapat digunakan sebagai contoh kebijakan keuangan pada tahunn

anggaran berikutnya.

2. Dapat meningkatkan efektifitas sektor publik dalam memberikan

pelayanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

a. Makna Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kinerja Keuangan Daerah daerah adalah tingkat pencapaian hasil kerja di

bidang keuangan daerah yang mencakup penerimaan dan pengeluaran daerah

selama periode anggaran dengan menggunakan indikator keuangan yang

ditetapkan oleh kebijakan atau peraturan perundang-undangan. Kinerja ini

diwakili oleh rasio keuangan yang berasal dari komponen Laporan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah, yang terdiri dari perhitungan APBD.

b. Tujuan Pengukuran Keuangan Pemerintah Provinsi

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja, dan arus kas entitas. Sebagian besar orang yang

menggunakan laporan keuangan untuk membuat keputusan ekonomi mengambil

manfaat dari informasi ini. Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan pemerintah

provinsi adalah untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah untuk membiayai

operasi otonomi daerahnya sendiri, mengevaluasi seberapa efektif dan efisien

mereka menghasilkan pendapatan, dan mengevaluasi sejauh mana aktivitas

pemerintah daerah membelanjakan pendapatannya.


8

c. Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi

Tujuan menunjukkan suatu organisasi pemda harus mencakup pengukuran

kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja individual dikatakan berhasil

ketika mereka dapat mencapai tujuan mereka. Jika seseorang mampu

mencapai standar yang ditentukan atau diputuskan oleh atasan atau

bawahannya, seseorang dianggap berhasil dalam pekerjaannya. Standar

menentukan apakah suatu tujuan dapat dicapai atau tidak. Tanpa standar,

tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai. Umpan balik adalah

input yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan kinerja, pencapaian

tujuan, dan standar kinerja. Dengan umpan balik, evaluasi kinerja

dilakukan dan perbaikan dapat dilakukan.

Faktor yang membantu mencapai tujuan adalah alat atau sarana.

Tanpa sumber daya, tugas pekerjaan tertentu tidak dapat diselesaikan dan

tujuan tidak dapat diselesaikan secara efektif. Kemampuan seseorang

untuk menjalankan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik dikenal

sebagai kompetensi. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan

tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.

2.1.2 APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah): APBD adalah rencana

keuangan pemerintah daerah yang menghitung perkiraan biaya untuk kegiatan dan
9

proyek di daerah selama satu tahun, dan menunjukkan perkiraan dan sumber

penerimaan daerah untuk menutupi pengeluaran tersebut.

Dalam pemerintah daerah, APBD berfungsi sebagai rencana perkiraan

biaya pemasukkan dan pengeluaran untuk kegiatan dan proyek selama periode

anggaran satu tahun. Anggaran daerah memiliki unsur-unsur berikut dalam

APBD:”

1. Rencana, jenis, dan bentuk proyek dalam bentuk angka maupun uraian

dalam satu periode.

2. Batas minimal target dan batas maksimal target pendanaan maupun

pengeluaran aktivitas.

2.1.3 Kinerja Keuangan APBD

Kinerja keuangan daerah untuk pemerintah daerah adalah tingkat

pencapaian hasil kerja atau pengelolaan di bidang keuangan, yang mencakup

anggaran dan realisasinya dengan menggunakan indikator keuangan yang

ditetapkan oleh kebijakan atau perundang-undangan selama periode anggaran.

Dalam penelitian ini, pengukurannya dilakukan dengan menilai kinerja keuangan

APBD dengan menggunakan analisis perbandingan laporan keuangan, analisis

trend atau tendensi, dan analisis rasio. Menurut buku Mahmudi Analisis Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (2016), analisis kinerja keuangan APBD dapat

dilakukan dalam tiga bagian:

1. Analisis Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah: Ini adalah analisis

kinerja keuangan pendapatan daerah yang biasanya menilai


10

perbandingan besar kecil antara anggaran dan realisasi pendapatan.

Analisis kinerja keuangan pendapatan daerah dikatakan baik karena

melihat apakah realisasi pendapatan keuangan melampaui anggaran

atau target yang telah ditentukan. Analisis ini juga melihat apakah

realisasi pendapatan keuangan telah melampaui target anggaran atau

tidak, serta komponen pendapatan lain yang lebih berpengaruh. Kita

dapat melakukan Analisis Kinerja Keuangan Pendapatan Daerah

berdasarkan realisasi anggaran.

2.2 Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

2.2.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan seberapa bergantung

daerah pada dana dari luar. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin rendah

ketergantungan daerah terhadap bantuan dari luar, terutama dari pemerintah pusat

dan provinsi, dan demikian sebaiknya (Halim, 2002). Selain itu, rasio kemandirian

menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Tingkat

partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang lebih

tinggi akan menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.

(Nurul, 2014).

Pembagian pendapatan asli daerah dengan pendapatan dari pinjaman

daerah dan transfer pemerintah pusat dan provinsi dapat digunakan untuk

menghitung kemandirian keuangan daerah. Menurut Mahmudi, semakin banyak

perbandingan, khususnya dari pendapatan asli daerah, semakin jelas bahwa daerah

memiliki kemandirian dalam pengelolaan keuangan daerah.


11

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan

suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan, dan

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Pendapatan Asli Daeah


Rasio Kemandirian = x 100%
Pendapatan Transfer

Tabel 2. 2 Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Daerah

Kemampuan Daerah Kemandirian % Pola Hubungan

Rendah Sekali 0 – 25 Instruktif

Rendah 25 – 50 Konsultatif

Sedang 50 – 75 Partisipatif

Tinggi 75 – 100 Delegatif

Sumber: M. Agung Satryo Utomo(2015)

1. Pola Hubungan Konsultatif, campur tangan pemerintah pusat mulai

berkurang, karena daerah sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi

daerah.

2. Pola Hubungan Delegatif, campur tangan pemerintah pusat sudah tidak

ada karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam

melaksanakan urusan otonomi daerah.

3. Pola Hubungan Instruktif, peranan pemerintah pusat dominan daripada

kemandirian pemerintah daerah. (Daerah tidak mampu

melaksanakanotonomi daerah).
12

4. Pola Hubungan Partisipatif, peranan pemerintah pusat semakin

berkurang, daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya

mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi.

2.2.2 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Rasio derajat desentralisasi fiskal adalah rasio keuangan yang

menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan

pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan. Rasio derajat

desentralisasi fiskal juga menggambarkan besarnya campur tangan pemerintah

pusat dalam pembangunan daerah yang menunjukkan tingkat kesiapan pemerintah

daerah dalam melaksanakan otonomi daerah (Yulitiawati, 2017).

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dihitung berdasarkan perbandingan

antara jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah.

Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap Total Pendapatan

Daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan

pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi (Hony, 2013).

Rasio ini menunjukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalakan

wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan. Semakin tinggi

kontribusi PAD maka akan semakin tinggi juga kemampuan daerah dalam

menyelenggarakan desentralisasi (Sri Wulandari, 2017).

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Desentralisasi Fisikal = x 100%
Total Pendapatan Daerah
13

Tabel 2. 1 Kriteria Kemampuan Desentralisasi Fiskal


Kemampuan Kinerja Keuangan Persentase Desentralisasi %

Sangat Kurang 0,00 – 10,0

Kurang 10,01 – 20,00

Sedang 20,01 – 30,00

Cukup 30,01 – 40,00

Baik 40,01 = 50,00

Sangat Baik >50

Sumber: Sri Wulandari (2017).

2.2.3 Rasio Efektifitas PAD

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam

merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan

target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Agung, 2015).

Rasio efektivitas menunjukkan seberapa baik kinerja pemerintah daerah

dalam mencapai PAD yang direncanakan dan target yang ditetapkan berdasarkan

potensi riil daerah. Rasio yang lebih tinggi menunjukkan seberapa baik kinerja

pemerintah daerah. (Safira, 2020).

Menurut Christian (2017), pengertian efektivitas berhubungan dengan

derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya.


14

Realisasi PAD
Rasio Efektifitas = x 100%.
Anggaran PAD

Table 2.3 Kriteria Penilaian Efektivitas Pengelolaan Keuangan


Daerah

Presentase Kinerja Kriteria

Keuangan

>100% Sangat Efektif

100% Efektif

90%-99% Cukup Efektif

75%-89% Kurang Efektif

<75% Tidak Efektif

Sumber: Mahmudi (2010:143)

2.2.4 Rasio Efisiensi Keuangan Daerah

Analisis tingkat efisiensi keuangan daerah dapat dihitung dengan

menggunakan rasio efisiensi,yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan

anatara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pedapatan dengan

realisasi pendapatan yang diterima. Menurut Abdul Halim (2007: 234). Efisien

yang dimaksud disini ialah merupakan pencapaian hasil program dengan target

yang telah ditetapkan (Taufik, 2017).

Rasio Efisiensi Keuangan Daerah (REKD) menggambarkan perbandingan

antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan

realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah

dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio


15

yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil Rasio

Efisiensi Keuangan Daerah berarti Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah semakin

baik (Hony, 2013).

Untuk itu pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besar

biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang

diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pemungutan

pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Hal itu perlu dilakukan karena

meskipun pemerintah daerah berhasil merealisasikan target penerimaan

pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang

memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan target

penerimaan pendapatannya itu lebih besar daripada realisasi pendapatan yang

diterimanya (Hony, 2013).

Realisasi Belaja Daerah


Rasio Efisiensi = x 100%,
Realisasi Pendapatan Daerah

Table 2.4 Kriteria Penilaian Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah

Presentase Kinerja Kriteria

Keuangan

>100% Sangat Efisien

100% Efisien

90%-99% Cukup Efisien

75%-89% Kurang Efisien

<75% Tidak Efisien

Sumber: Mahmudi (2010:143)


16

Dalam rasio-rasio diatas dapat menganalisa baik atau buruknya keadaan

atau posisi keuangan suatu laporan keuangan pemerintah dari suatu period ke

periode berikutnya. Dan rasio keuangan tersebut sebagai satu alat untuk

mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah sudah maksimal

atau belum.

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 5 Penelitian Terdahulu


No. Penulis Judul Hasil Penelitian
Muhammad Analisis Rasio Efisiensi Rasio Efisiensi pada
Taufik dan Kemandirian Keuagan pemerintahan Kabupaten
Hidayat, Daerah untuk Menilai Langkat cukup efisien
2017 Kinerja Keuangan Daerah dari tahun 2011 sampai
1
pada Pemerintahan dengan tahun 2015.
Kabupaten Langkat Sehingga pembelanjaan
pemerintah selalu
meningkat setiap tahun.
M. Agung Analisis Penggunaan 1. Rsio Kemandirian
Satryo Rasio Kemandirian, memiliki pola hubungan
Utomo, 2015 Efektivitas, Efisiensi, parsipatif karena
Aktivitas dan dikisaran interval 50-
2
Pertumbuhan Sebagai 75%.
Alternatif Pengukuran
Kinerja Keuangan Pada
Pemda DKI Jakarta
Safira Analisis Rasio Keuangan 1. Rasie efektivitas PAD
Maulia, 2020 Daerah Dalam Kota Langsa pada tahun
Meningkatkan Kinerja 2018-2020 tergolong
3 Pengelolaan APBD Tahun cukup efektif yaitu
2020 Masa Pandemi dengan rata-rata berada
Covid-19 di Kota Langsa pada angka 83,55%.
Provinsi Aceh
4 J. Marsudi Tingkat Kemandirian, 1. kemandirian tidak
dkk, 2019 Efisiensi, Efektifitas, dan memiliki pengaruh
Pertumbuhan Pendapatan dengan nilai thitung
Asli Daerah: Kajian Pada sebesar -1,178.
Provinsi Jawa Barat 2. efektifitas
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
PPAD dengan nilai
17

sebesar 0,00 lebih kecil


dri 0,05 dengan thitung
8,434.
Sri Analisis Rasio Faktor-faktor yang
Wulandari, Kemandirian, Rasio menyebabkan rendahnya
2017 Desentralisasi dan Rasio rasio kemandirian dan
Efisiensi Dalam Mengukur rasio desentralisasi,
5 Kinerja Keuangan untuk rasio kemandirian
Pemerintah Daerah disebabkan oleh kurang
Kabupaten Langkat berkembangnya
pemanfaatan Sumber
Daya Alam
Nurul Amin, Analisis Kinerja 1. rasio kemandirian
2014 Pengelolaan Keuangan keuangan daerah
Daerah dan Tingkat Kabupaten Bengkalis
6 Kemandirian Daerah di bersifat instruktif karena
Era Otonomi Darerah: memiliki rata-rata
Studi Kasus Kabupaten 18,76%
Bengkalis
Christian D. Analisis Pengukuran untuk pertumbuhan
Sumual, dkk. Kinerja Keuangan Pada kemandirian dan
2017 Pemerintahan Kota efesiensi Kota Tomohon
Tomohon belum memenuhi sesuai
7 standar yang diinginkan.
Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa kinerja
keuangan Kota Tomohon
kurang baik
Anike Analisis Kinerja Berdasarkan rasio
Deswira, Pengelolaan Keuangan efektivitas pendapatan
2022 Daerah: Studi Kasus Pada asli daerah Kabupaten
Pemerintah Daerah Tanah Datar berjalan
Kabupaten Tanah Datar masih cukup efektiv
8
dimana bisa dilihat
pertahunnya tingkat
efektivitas pendapatan
asli daerah adalah
sebesar 96,50 %.
9. Yuliawati, Analisis Rasio Derajat 1. Kinerja keuangan
2017 Desentralisasi Fiskal, Pemerintah Daerah
Kemandirian Keyangan Kabupaten Ogan
Daerah, dan Debt Service Komering Ulu di ukur
Coverage Ratio (DSCR) dengan rasio derajat
Dalam Mengukur Kinerja desentralisasi fiskal
Keuangan Pemerintaha selama TA 2013 sampai
Daerah Kabupaten Ogan dengan TA 2017
18

Komring Ulu Tahun persentase rata-rata


Anggaran 2013-2017 diperoleh sebesar 8,49%
berada pada skala
interval 00,00 - 10,00%
dengan kriteria
kemampuan keuangan
daerah sangat kurang.
Hony Analisis Kinerja Keuangan 1. Kinerja Keuangan
Adhiantoko, Pemerintah Kabupaten Rasio Derajat
2013 Blora (Studi Kasus Pada Desentralisasi Fiskal
Dinas Pendapatan dapat dikategorikan
10. Pengelolaan Keuangan dan Sangat Kurang, karena
Aset Daerah Kabupaten masih berada dalam
Blora Tahun 2007-2011. skala interval 00,00%-
10,00%

Sumber Data Olahan

2.4 Kerangka Pikir

Kinerja Keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan Rasio Keuangan

yaitu Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menurut Halim (2012) Menyatakan

bahwa rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap

sumber dana eksternal, adapun rasio efektivitas keuangan daerah. Menurut Halim

(2012) menyatakan bahwa Rasio efektivitas keuangan merupakan rasio yang

dapat menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

program jika hasil program lebih tinggi dibandingkan dengan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Dan rasio efesiensi keuangan daerah

menurut Mardiasmo (2013) menyatakan bahwa bila semakin kecil rasio efisien

berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Dengan melihat analisis

tersebut,dapat diketahui bagaimana hasil kinerja keuangan (Inspektorat) Di

Provinsi Papua.
19

Berdasarkan uraian di atas dapat di susun suatu skema kerangka pikir atas

rencana penelitian ini sebagai berikut :

Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (X1)

Laporan Keuangan Inspektorat


Provinsi Papua (X2)

Analisis Kinerja Keuangan


Dengan Rasio Keuangan (Y)

Rasio Kemandirian Rasio Desentralisasi Rasio Efektifitas Rasio Efesiensi


H1 H2 H3 H4

Kinerja Keuangan
Inspektorat Provinsi Papua
Perumusan Hipotesis

Pengaruh Derajat Desentralisasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Semakin tinggi Derajat Desentralisasi yang dimiliki suatu daerah, maka

semakin tinggi pula kemampuan daerah dalam menyediakan fasilitas bagi

daerahnya, sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan semakin tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, hipotesis sementara penulis adalah sebagai

berikut:

H1: Derajat desentralisasi berpengaruh positif terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh Rasio Kemandirian terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Semakin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah, maka semakin tinggi

pula kemampuan suatu daerah untuk membiayai pembangunan dan

kegiatannya, sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat.

Maka, berdasarkan pada hal tersebut, hipotesis awal penulis adalah

sebagai berikut:

H2: Rasio Kemandirian berpengaruh positif terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh Rasio Efektivitas PAD terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Ketika sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah telah mencukupi

dan pemerintah mampu memobilisasi sumber daya tersebut dengan baik,


21

maka diharapkan kesejahteraan masyarakat akan tercapai. Dengan

berdasarkan pada hal tersebut, hipotesis awal penulis adalah sebagai

berikut:

H3: Rasio efektivitas PAD berpengaruh positif terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh Rasio Efesiensi PAD terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Semakin tinggi hasil pemeriksaan BPK atas suatu Pemerintah Daerah,

maka hal tersebut akan mengindikasikan terjadinya ketidakefektivan

dalam penyerapan anggaran, sehingga mengakibatkan pembiayaan bagi

pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat akan terganggu

dan berkurang. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil hipotesis

pertama sebagai berikut:

H4: Hasil Pemeriksaan berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan

masyarakat.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inspektorat di

Provinsi Papua.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 kabupaten

dan kota di Provinsi Papua. Metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive sampling, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi kabupaten dan kota di Papua.

3.3 Jenis data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Dengan metode penelitian ini dapat mendeskripsikan hasil

analisis rasio keuangan Inspektorat Provinsi Papua.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan

keuangan Pemerintah Daerah Inspektorat Provinsi Papua. Data sekunder adalah

data yang didapat dari buku dan majalah berupa laporan keuangan publikasi

perusahaan, laporan penerintah, artikel, buku sebagai teori dan lain sebagainya

(sujarweni 2015:89).
23

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada

objek penelitian dan melakukan dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang

digunakan dalam melakukan penelitian. Dokumentasi adalah dokumen yang dapat

memberikan bukti yang berkaitan dengan pengumpulan dan pengelolaan dokumen

secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai informasi tersebut.

Kemudian data tersebut akan diolah sebagai bahan penelitian kinerja keuangaan.

Data tersebut yang akan diperlukan adalah data laporan keuangan Pemerintah

Daerah Inspektorat Provinsi Papua Tahun 2019-2022.

3.5 Variabel Penelitian

a) Variabel Independen (Variabel Bebas)

Yusuf (2014:109) memberikan penjelasan mengenai variabel


bebas yaitu variabel yang menjelaskan variabel lainnya. Variabel
bebas dalam penelitian ini diantaranya yaitu Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah, Penerapan Good Governance, dan Kompetensi
Aparatur Sipil Negara.

A. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah, Standar Akuntansi Pemerintahan
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dimensi yang digunakan dalam pengukuran variabel Standar
Akuntansi Pemerintah adalah indikator yang dikemukakan
berdasarkan Pemerintah No 71 Tahun 2010 terdiri dari:
1. PSAP 1 Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP 2 Laporan Realisasi Anggaran.
24

3. PSAP 3 Laporan Arus Kas.


4. PSAP 4 Catatan Atas Laporan Keuangan.
5. PSAP 5 Akuntansi Persediaan.
6. PSAP 6 Akuntansi Investasi.
7. PSAP 7 Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP 8 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan.
9. PSAP 9 Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasi.
B. Penerapan Good Governance
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan definisi Good
Governance

menurut Permen PANRB No.25 tahun 2020 yaitu:


“Good Governance adalah prasyarat utama pembangunan
nasional. Kualitas tata kelola pemerintahan akan memberikan
dampak yang baik pada pelaksanaan program-program
pembangunan nasional. Semakin bagus penerapan Good
Governance, maka semakin bagus pula kualitas suatu laporan
kinerja pemerintah”. Menurut penjelasan UNDP (United Nations
Development Program) dalam Mardiasmo (2009), karakteristik
good governance diantaranya meliputi:
1. Accountability.
2. Efficiency and effectiveness.
3. Consensus orientation.
C. Kompetensi Aparatur Sipil Negara
Menurut Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 3 Tahun 2017, kompetensi Aparatur Sipil Negara adalah
karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi
jabatan. Dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel
Kompetensi Aparatur Sipil Negara sesuai Permenko No. 3 Tahun
25

2017 terdiri dari:

1. Kompetensi manajerial yang meliputi Planning, Art of


Delivering, Leadership, Cognitif, dan Personal Effectiveness
2. Kompetensi teknis yang meliputi pengetahuan dan keterampilan.

b) Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang


menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018:59).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Sesuai amanat dalam Instruksi Presiden no 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan /
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan
dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat
pertanggungjawaban secara periodik. Indikator - indikator yang
digunakan dalam pengukuran Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah sebagai berikut (Mardiasmo, 2002):
1. Akuntabilitas Hukum.
2. Akuntabilitas Proses.
3. Akuntabilitas Program.
4. Akuntabilitas Kebijakan.

3.6 Definisi Operasional

Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah suatu pencapaian dari hasil kerja

dalam bidang keuangan yang meliputi penerimaan dan belanja daerah

menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau

ketentuan perundang-undangan selama satu periode.


26

Pengelolaan keuangan daerah keseluruhan kegiatan yang meliputi

pertanggung jawaban, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan.”

3.7 Pengukuran

Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif

yaitu ,membuat rincian terhadap data keuangan yang akan dianalisis. Rasio yang

digunakan oleh peneliti dalam menganalisi kinerja keuangan pemerintah daerah

Inspektorat Provinsi Papua pada penelitian ini adalah: Rasio kemandirian

keuangan daerah, Rasio derajat desentralisasi, Rasio efektivitas dan efesiensi

pendapatan asli daerah.

Data yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laporan

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua yang

diperoleh dari Inspektorat Provinsi Papua. Dari data tersebut akan diketahui

Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Papua.

Mekanisme perhitungan kinerja keuangan dan pengeloalaan keuangan daerah

dengan menggunakan rumus rasio sebagai berikut :

a. Rasio kemandirian keuangan :

Pendapatan Asli Daeah


Rasio Kemandirian = x 100%
Pendapatan Transfer

b. Rasio derajat desentralisasi :

Pendapatan Asli Daerah


Rasio Desentralisasi Fisikal = x 100%
Total Pendapatan Daerah

c. Rasio efektivitas :
27

Realisasi PAD
Rasio Efektifitas = x 100%.
Anggaran PAD

d. Rasio Efisiensi :

Realisasi Belaja Daerah


Rasio Efisiensi = x 100%,
Realisasi Pendapatan Daerah

3.8 Pengujian Instrumen

Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif akan


dikhususkan mengenai nilai rata-rata (mean), standar deviasi, variasi,
nilai maksimum, minimum dan jumlah.

3.1.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana


kevalidan suatu pernyataan dari penyebaran kuesioner. Pengujian ini
dilakukan dengan Pearson Corelation. Suatu data dikatakan valid
apabila r-hitung > r-tabel maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid.

3.1.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah instrumen untuk mengukur variabel dalam


suatu kuesioner. Reliabilitas menjelaskan yakni instrumen digunakan
dalam hal penelitian karena telah memiliki track record yang baik.
Instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Menurut Suharsimi (2016) dalam
(Maryani, 2016) uji reliabilitas digunakan untuk menilai konsistensi
dari instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha berada diatas 0,70.

3.1.3 Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis korelasi dan regresi, perlu


dilakukan kelayakan model regresi yang digunakan dengan cara uji
28

asumsi klasik. Hal ini dapat menjadi acuan apakah model yang
digunakan mewakili atau mendekati kenyataan yang ada. Dalam uji
asumsi klasik ini, penulis menggunakan uji normalitas.

Uji normalitas bertujuan untuk meninjau apakah distribusi


data normal ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kolmogorov –smirnov. Dengan
menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai pvalue (sig.) Di
atas nilai signifikan 5% dapat disimpulkan bahwa data diambil dari
populasi yang berdistribusi normal.
29

REFERENSI

Christian D. dkk. 2017. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Pada


Pemerintahan Kota Tomohon. Universitas Sam Ratulangi. Indonesia.

Deswira. Anike. 2022. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah: Studi


Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar. Akuntansi dan
Manajemen Vol. 17 No. 1 2022. Tanah Datar, Indonesia.

Fahmi, I. 2018. Analisis Kinerja Keuangan: Panduan bagi Akademisi, Manajer,


dan Investor dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Alfabeta.

Halim, 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi.


Yogyakarta: YKPN

Halim. 2012. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP


STIM YKPN.

Halim dan Kusufi. 2014. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat.

Hony. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Blora (Studi


Kasus Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Blora Tahun 2007-2011. Universitas Negeri Yogyakarta.
Indonesia.

Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Edisi Dua.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Marsudi, J. dkk. 2019. Tingkat Kemandirian, Efisiensi, Efektifitas, dan


Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah: Kajian Pada Provinsi Jawa
Barat. Indonesia.

Nurul. 2014. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat


Kemandirian Daerah di Era Otonomi Darerah: Studi Kasus Kabupaten
Bengkalis. Jurnal Iqtishaduna. Bengkalis, Indonesi.

Sujarweni. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis Dan Ekonomi. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Safira. 2020. Analisis Rasio Keuangan Daerah Dalam Meningkatkan Kinerja


Pengelolaan APBD Tahun 2020 Masa Pandemi Covid-19 di Kota
Langsa Provinsi Aceh. Asdaf Kota Langsa, Provinsi Aceh. Aceh.
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai