Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PERAN NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN


KARAKTER DI LINGKUNGAN KELUARGA”

Disusun oleh :

Christopher Galang Rayindra Baramastira

11211022

Kelas Pancasila A – Jenjang S1

SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN VISI INDONESIA,


YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta
berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas
tentang PERAN NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR
PENDIDIKAN KARAKTER DI LINGKUNGAN KELUARGA dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan penelitian yang


berkaitan dengan Pancasila, dan serta informasi dari media massa yang
berhubungan dengan Pancasila. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Yogyakarta, 22 Juni 2022

Christopher Galang Rayindra B.

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………….... 3

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 3


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Pembahasan…………………………………………….... 4

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………… 5

2.1 Landasan Teori………………………………………………….... 5


2.1.1 Pengertian Nilai…………………………………………….. 5
2.1.2 Pengertian Pancasila………………………………………... 6
2.1.3 Penjelasan Tentang Nilai-Nilai pada Pancasila……………. 7
2.1.4. Pengertian Pendidikan Karakter…………………………… 11
2.1.5 Pengertian Keluarga………………………………………… 11

2.2 Uraian Materi……………………………………………………... 12

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………................ 18

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….. 18
3.2 Saran……………………………………………………………… 18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….............. 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar Negara yang sudah diajarkan oleh orang tua
dan guru sejak masa kanak-kanak. Sebagai pondasi yang kuat, Pancasila selalu
tertanam di dalam benak setiap orang sebagai sebuah pedoman yang harus
dipegang, sebagai bentuk setia terhadap Bangsa dan Negara.

Pancasila memiliki 5 nilai dasar dan garis besar yang sudah sejak dulu
diperjuangkan oleh para pahlawan serta negarawan dalam membangun Indonesia
agar menjadi suatu kesatuan yang utuh. Nilai-nilai dasar itulah yang sampai saat
ini bisa digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk mendidik karakter generasi
muda.

Dalam pelaksanaannya, peran orang tua sangatlah besar dalam mendidik


anak-anak mereka supaya menjadi pribadi yang selalu mengamalkan Pancasila.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga
adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua. Anak yang sejak kecil dididik
dengan baik akan meningkatkan kemungkinan disaat dewasa nanti perilaku
mereka akan bertambah baik. Dengan menggunakan 5 sila dalam Pancasila,
sebagai dasar, generasi baru diharapkan bisa memiliki pegangan atau pondasi
dalam berkehidupan di masyarakat.

Dewasa ini pendidikan karakter semakin dibutuhkan. Mengingat


kencangnya globalisasi yang membawa budaya-budaya baru ke Indonesia,
terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila?


2. Mengapa pendidikan karakter begitu penting dalam lingkungan
keluarga?
3. Bagaimana peran dan penerapan Pancasila dalam mengajarkan
pendidikan karakter di lingkungan keluarga?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila


2. Mempelajari ke-lima sila dalam Pancasila
3. Mengetahui seberapa pentingnya pendidikan karakter dalam keluarga
4. Dapat menerapkan Pancasila dalam pendidikan karakter di lingkungan
keluarga

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

Di dalam mewujudkan Pancasila sebagai cita-cita dan pedoman bangsa,


maka memiliki Negara yang kuat adalah prioritas. Negara dan bangsa yang kuat
tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan butuh keterlibatan setiap aspek
Negara, khususnya bimbingan orang tua yang diberikan kepada anak-anaknya
agar bisa membangun bangsa. Untuk membahas nilai-nilai Pancasila dan
pendidikan karakter, baiknya dijabarkan satu persatu pengertian dari setiap aspek

2.1.1 Pengertian Nilai

Menurut Steeman (dalam Adisusilo, 2013:56) nilai adalah sesuatu


yang memberi makna dalam hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan
tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat
mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar
keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada
hubungan yang amat erat antara nilai dan etika,

Definisi lainnya dipaparkan oleh Soerjono Soekanto, nilai adalah


konsepsi abstrak yang ada dalam diri manusia, hal ini dikerenakan nilai
dapat dianggap baik dan dapat pula dianggap sebagai jelek. Nilai baik
selalu menjadi simbul kehidupan yang dapat mendorong ontegritas sosial
sedangkan nilai yang buruk akan memberikan dampak yang berarati
seperti halnya dampak yang terjadi pada konflik

Menurut Robert Lawang, definisi nilai ialah gambaran mengenai


apa yang diinginkan, berharga, pantas, dan juga dapat memengaruhi
perilaku sosial setiap individu yang memiliki nilai tersebut. Nilai ini
menjadi cerminan serta menjadi pedoman tata tertip kehidupan
masyarakat.

5
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, pengertian nilai adalah suatu
bentuk budaya yang memiliki fungsi sebagai sebuah pedoman bagi setiap
manusia dalam masyarakat. Bentuk budaya ini dikehandaki dan bisa juga
dibenci tergantung daripada anggapan baik dan buruk dalam masyarakat.

Setelah melihat beberapa definisi yang dipaparkan oleh para ahli


diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sebuah pedoman, acuan,
juga merupakan cerminan dari perilaku sosial setiap individu yang
memiliki nilai tersebut.

2.1.2 Pengertian Pancasila

Pancasila sebagai dasar Negara memiliki sebuah makna. Menurut


Damanhuri dkk (2016:183) secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa
sansekerta yang di artinya Pancasila berarti lima dan sila berarti batu
sendi, alas dan dasar. Pancasila memiliki arti lima dasar, sedangkan sila
sendiri sering diartikan sebagai kesesuaian atau peraturan tingkah laku
yang baik. Ke lima sila tersebut adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan


Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu : “panca” yang artinya “lima “
dan “syila” dengan vokal (i) pendek yang artinya “batu sendi”, atau “alas”,
atau “dasar, dan “syiila” dengan vokal (i) panjang, yang artinya “peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”.(Kaelan,
2004:21).

Sedangkan pengertian Pancasila menurut Soekarno ialah isi jiwa


bangsa Indonesia secara turun-temurun yang sekian abad lamanya

6
terpendam bisu oleh kebudayaan barat, dengan demikian Pancasila tidak
saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.

Dengan penjabaran definisi Pancasila di atas, dapat disimpulkan


bahwa Pancasila merupakan lima dasar yang berperan sebagai peraturan
untuk tingkah laku yang baik dan berada di jiwa bangsa Indonesia secara
turun temurun.

2.1.3 Penjelasan tentang Nilai-Nilai pada Pancasila

Pancasila digunakan sebagai sumber nilai dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berarti bahwa seluruh
masyarakat menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma atau
tolok ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan
tingkah laku bangsa Indonesia

Melansir Kompas.com Pancasila memiliki 3 nilai, yaitu :

1. Nilai dasar
Nilai dasar Pancasila merupakan nilai ideal yang sifatnya
tetap. Nilai dasar merupakan hakikat dari kelima sila Pancasila
itu sendiri yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Nilai dasar inilah yang menjadi dasar dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk menghadapi
perkembangan zaman. Nilai dasar Pancasila tidak bisa dirubah
karena berisikan identitas, tujuan, dan juga cita-cita bangsa
Indonesia. Nilai dasar ini masih berupa pemikiran, sehingga
sifatnya masih abstrak. Sifatnya yang masih belum operasional,
membuat nilai dasar membutuhkan penjabaran yang lebih
lanjut untuk bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Nilai instrumental
Menurut A. Aco Agus dalam jurnal Relevansi Pancasila
sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi (2016), nilai
instrumenral merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai

7
dasar sebagai penyesuaian dalam pelaksanaan nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila. Baca juga: Sikap Kapitan Pattimura
Mencerminkan Nilai Sila Kelima Pancasila Nilai instrumental
menjabarkan nilai dasar Pancasila menjadi norma-norma yang
sesuai dengan perubahan zaman. Contoh norma yang lahir dari
penjabaran nilai dasar Pancasila menjadi nilai instrumental
adalah perundang-undangan. Perundang-undangan berisikan
aturan yang relevan dengan zaman, sehingga bisa dirubah
sesuai dengan kebutuhan. Namun, bagaimanapun perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar
Pancasila.
3. Nilai praksis
Menurut Elly M. Setiadi dalam buku berjudul Pendidikan
Pancasila untuk Perguruan Tinggi (2005), nilai praksis
merupakan perwujudan nilai instrumental yang berlaku dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai praksis
diwujudkan dalam pengamalan Pancasila secara subjektif dan
objektif dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, nilai praksis
adalah nilai yang dilakukan sebagai suatu perilaku dalam
kehidupan berwarga dan negara. Misalnya membantu teman
yang sedang kesulitan, turut serta dalam kerja bakti, melakukan
ibadah sesuai dengan agama yang diyakini, tidak
mendiskriminasi orang lain, dan juga menjalankan hukum dan
norma yang berlaku..

Dilansir dari Kompas.com, adapun nilai-nilai yang terkandung


pada setiap sila dalam Pancasila. Nilai-nilai tersebut adalah :

1. Nilai Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai ini mengacu pada keterkaitan individiu dengan


sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci,
agung dan mulai.

8
Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah
mewujudkan masyarakat yang berketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun
semangat untuk mencapai ridho Tuhan dalam setiap perbuatan
baik yang dilakukannya. Sedang dari sudut pandang etis
keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu
adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat menurut
agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula,
bahwa suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia
menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan
masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan
mereka.

2. Nilai Kemanusiaan (Moralitas)

Nilai dalam sila kedua adalah kemanusiaan. Nilai yang ada


merupakan pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan,
sebagai asa kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai
potensi untuk menjadi manusia yang beradab.

Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun


kehidupan masyarakat dan alam semesta untuk mencapai
kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat
diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni
penuh toleransi dan damai.

3. Nilai Persatuan Indonesia (Kebangsaan)

Nilai persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa


bagian, kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini
bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari
Sabang sampai Merauke.

9
4. Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup


berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya
terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama.

Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama


untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi
mereka dalam dunia modern, yakni kerakyatan yang mampu
mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam
kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan.

Sedang hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang


menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi
sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu
pemikiran berasaskan kelompok dan aliran tertentu yang
sempit.

5. Nilai Keadilan Sosial

Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila sila kelima


ialah nilai keadilan. Nilai keadilan adalah nilai yang
menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihak kan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal.
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa.

Penjabaran nilai-nilai Pancasila diatas memunculkan sebuah esensi


dimana Pancasila memiliki tujuan dasar yang utama yaitu sebagai sebuah
pedoman, atau dasar atau acuan masyarakat dalam berbangsa dan
bernegara.

10
2.1.4 Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan hal yang penting untuk dilakukan


demi kemajuan moral di Indonesia. Menurut Samani dan Hariyanto
(2013:45) dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah
proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan
karsa. Selanjutnya pendidikan karakter menurut Salahudin dan
Alkrienciechie (2013:42) dapat dimaknai sebagai pendidikan moral atau
budi pekerti untuk mengembangakan kemampuan seseorang untuk
berperilaku yang baik dalam kehidupan sehariharinya.

Sedangkan pendidikan karakter menurut Zubaedi (2012:19) yaitu


segala perencanaan usaha yang dilakukan oleh guru yang dapat
mempengaruhi pembentukan karkater peserta didiknya, memahami,
membentuk, dan memupuk nilai-nilai etika secara keseluruhan.

Dari beberapa definisi pendidikan karakter oleh para ahli di atas,


dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter merupakan proses
pendidikan moral atau budi pekerti yang dilakukan oleh guru demi
mengembangkan kemampuan seseorang untuk berperilaku baik.

2.1.5 Pengertian Keluarga

Menurut pasal 1 Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun


1974, menjelaskan bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Anggota keluarga terdiri dari Suami, Istria tau orang tua
(ayah dan ibu) serta anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “Keluarga”


adalah : ibu bapak dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat
mendasar di masyarakat.

11
2.2 Uraian Materi

Setelah mengetahui dan memahami definisi-definisi mengenai aspek-


aspek yang dibahas, tahap selanjutnya adalah mengetahui bagaimana cara
menerapkan nilai-nilai Pancasila pada pendidikan karakter dalam lingkungan
keluarga.

Untuk mengetahui itu, baiknya penulis menjabarkan mengenai pendidikan


karakter dalam keluarga yang dikutip dari Jurnal Tarbawi Vol. 14 No. 2 Juli-
Desember 2017.

“Pendidikan karakter merupakan rangkaian sistem penanaman


nilai-nilai karakter yang meliputi aspek pengetahuan, kesadaran dan
kemauan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Sistem penanaman nilai
karakter dilakukan secara berkelanjutan dan terus-menerus sampai muncul
pembiasaan pada sikap dan perilaku anak sesuai nilai norma dalam
masyarakat. Hal ini juga mengandung maksud agar anak memperoleh
pengalaman hidup yang utuh sejak perkembangan pertamanya yang dapat
membentuk karakter pada anak. Karakter dari setiap anak harus dapat
dikembangkan. Melalui pembiasaan yang diterapkan kepada anak mulai
dini di dalam keluarga diharapkan guru dapat memberikan arah dan
pedoman bagi anak untuk bersikap dan berperilaku sebagaimana mestinya.

Karakter yang dibentuk pada anak melalui pembiasaan penanaman


nilai-nilai lebih menekankan tentang nilai kebaikan serta memberikan
arahan dan pemahaman tentang nilai perbuatan yang dianggap buruk. Nilai
kebaikan dan keburukan dibangun melalui pemahaman, penghayatan dan
pengalaman langsung pada kehidupan sehari- hari, sehingga nilai kebaikan
dan keburukan bukan hanya sebagai pengetahuan. Harapan dari penekanan
pada nilai kebaikan adalah terbentuknya anak yang mempunyai
kemampuan pemahaman dan penerapan tentang nilai-nilai kebaikan
sehingga menjadi sebuah tahapan terbentuknya karakter pada anak yaitu
tahu, paham kemudian mau melaksanakan karakter yang baik dalam
kehidupan sehari- hari.” (Setiardi, 2017, h. 140-141)

12
Penulis melihat bahwa pendidikan karakter dan Pancasila pada dasarnya
memiliki esensi yang sama, yaitu mengarahkan individu ke arah yang baik dan
benar. Sehingga membuat Pancasila tidak terlalu sulit untuk dijadikan satu, atau
menjadi acuan pendidikan karakter sejak dini. Tentunya dengan bekal orang tua
yang memahami dan mengerti apa esensi Pancasila bagi anak. Tidak semata-mata
memberi doktrin atau ancaman yang dapat membuat anak menjadi sulit
menerima.

Dengan menggunakan nilai-nilai Pancasila, dapat didapatkan cara


pengajan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Cara tersebut adalah dengan
menarik satu persatu dasar dari setiap sila yang kemudian diterapkan kepada anak
dengan metode pengajaran melalui teladan, pembiasaaan, nasehat, hukuman serta
pemberian motivasi.

2.2.1 Penanaman Pancasila dalam Pendidikan Karakter di Keluarga

Penulis menemukan nilai Pancasila dapat masuk kedalam metode


pendidikan karakter, yaitu :

1. Nilai Ketuhanan

Sejak kecil individu diperkenalkan dengan adanya konsep ‘Tuhan’


dan agama. Walaupun ada perbedaan dalam setiap agama, namun konsep
yang ada adalah sama, yaitu Tuhan sebagai entitas yang maha agung dan
maha tinggi.
Hal pertama yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Dimulai dari kepala keluarga sebagai
pemimpin untuk mencontohkan bagaimana cara kita bersyukur kepada
Tuhan dan selalu mengutamakan Tuhan dalam segala hal. Dengan adanya
teladan, anggota keluarga lain akan mengikuti dan akhirnya memahami.
Sehingga kemudian dapat dilakukan pembiasaan untuk selalu
berpegang kepada Tuhan, namun juga jangan mengabaikan sesama dan
menganggap rendah individu atau pihak lain yang berbeda keyakinan.
Karena adanya Pancasila yang utuh, lahir dari proses toleransi dalam masa

13
pembuatannya. Dimana walaupun berberda-beda keyakinan, semua harus
tetap mengutamakan Tuhan dan menjaga relasi antar seseama manusia.
Pemberian nasehat dan hukuman juga penting dilakukan oleh
orang tua. Ketika anak tidak mengikuti pedoman agama, orang tua bisa
melakukan tindakan untuk menegur serta memberi tahu manfaat adanya
pedoman tersebut. Contoh konkritnya adalah saat anak tidak taat
menjalankan ibadah, orang tua memberi nasehat bahwa ibadah itu penting
sebagai pengingat kita terhadap Tuhan. Juga bagi keluarga yang beragama
Muslim, saat puasa anak mulai bolong, orang tua dapat memberikan
hukuman seperti dibatasinya pembelian mainan, sebaliknya jika anak
berhasil puasa secara utuh maka akan ada hadiah bagi mereka.

2. Nilai Kemanusiaan

Sebagai mana orang tua yang baik, perilaku mereka terhadap


sesama juga harus baik. Sehingga menjadi teladan bagi anak-anak tentang
bagaimana cara memperlakukan sesama. Orang tua yang jujur akan
meningkatkan kemungkinan anak-anak menjadi pribadi yang jujur pula.
Pembiasaan perilaku adil ke anak-anak merupakan bibit bagi
mereka dalam berlaku adil di masyarakat. Tidak membeda-bedakan orang
lain adalah hal yang ingin dibangun oleh orang tua terhadap anaknya.
Sejak kecil anak sudah dinasihati agar tidak membeda-bedakan dalam
memilih teman.
Orang tua juga bisa membantu mempererat hubungan anak dengan
teman-temannya. Caranya bisa mengundang mereka untuk makan siang
bersama sepulang sekolah dirumah anak tersebut. Hal itu akan
membentuk relasi yang lebih intim serta kuat antar sesama teman dan
membangun kepercayaan diantara mereka. Sehingga anak makin terbiasa
berteman dengan orang lain.

14
3. Nilai Persatuan Indonesia

Melanjutkan gagasan dari sila kedua, persatuan Indonesia lebih


merujuk pada toleransi terhadap keberagaman. Orang tua harus
memberikan teladan seperti memperlakukan tetangga yang berbeda secara
baik.
Pembiasaan akan toleransi perbedaan juga merupakan hal penting
yang dapat dilakukan. Anak-anak sejak dini diharapkan sudah mengerti
bahwa setiap individu, suku, agama, dan ras memiliki perberdaan, dan
perbedaan tersebut bukan merupakan keburukan melainkan keberagaman.
Hal ini juga merupakan pokok Pancasila yang utama sebagai dasar Negara
yang mengutamakan kesatuan bangsa.
Jika anak-anak mulai tidak bisa menerima perbedaan, orang tua
memberikan nasehat agar mereka dapat menghargai sesama. Pendidikan
yang tertanam dalam keluarga nantinya akan berguna di lingkungan
sekolah. Tentang bagaimana mereka menerima anak-anak lain yang
berbeda.

4. Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan

Masyarakat Indonesia kental akan gotong royong dan


kebersamaanya dalam memutuskan suatu hal. Budaya itu juga dapat
diterapkan di keluarga. Seperti mulai untuk membiasakan adanya diskusi
antara anak dan orang tua. Sehingga tidak ada keputusan sepihak.
Hal ini membangun pribadi anak yang dapat berpikir secara luas
dan tidak egois. Karakter pemimpin juga dapat terbangun karena teladan
yang diberikan oleh kepala keluarga saat memimpin diskusi. Anak-anak
akan cenderung melihat konteks yang lebih luas akan adanya aturan dalam
masyarakat.
Pemberian nasehat dan hukuman juga dapat diterapkan di dalam
diskusi tersebut. Orang tua dan anak mendiskusikan apa konsekuensi yang
paling baik saat salah satunya melanggar aturan dalam keluarga. Tentu

15
bagi anak yang masih sangat kecil, hal ini dimulai dari yang paling
sederhana dulu. Contohnya orang tua memberi tahu anak bahwa jika ia
nakal maka konsekuensinya ia tidak akan diajak pergi berkeliling. Jika
anak mengiyakan maka orang tua akan memberlakukan hukuman tersebut.
Namun jika anak keberatan, hukuman tersebut dapat diganti dengan yang
lebih ringan dan bisa diterima.

5. Nilai Keadilan Sosial

Pemerataan pembangunan dan ekonomi belum terlalu terwujud di


Indonesia. Orang tua bisa mengajarkan anak-anaknya akan adanya
perbedaan tersebut. Jika keluarga tersebut berada di kalangan menengah
ke bawah, maka orang tua harus mengajarkan anaknya bahwa walaupun
dari kalangan yang tidak kaya, keluarga harus bisa menemukan
kebahagian mereka sendiri dan suatu saat anak-anak mereka bisa
melakukan mobilitas sosial secara vertical atau berpindah menjadi
kalangan menengah ke atas. Sehingga tidak timbul perasaan iri di dalam
diri anak dan malah memotivasi anak agar menjadi pribadi yang lebih baik
dari keluarganya. Orang tua juga harus terbuka akan kondisi mereka
terhadap anaknya, sehingga anak-anak tidak meminta hal yang berlebihan
melainkan realistis sesuai kondisi keluarganya.
Jika keluarga tersebut merupakan keluarga yang berada di
kalangan menengah ke atas, orang tua bisa mengajarkan bahwa selain
kondisi keluarganya yang mapan, ada keluarga lain yang berkekurangan.
Orang tua harus menjadi teladan agar tidak bersikap sombong terhadap
individu maupun kelompok lain. Sehingga anak-anak bisa menjadi pribadi
yang mengerti adanya kesenjangan sosial, malah dikemudian hari bisa
melahirkan pemikiran bahwa setiap keluarga berhak mendapatkan
kesejahteraan.

16
Keluarga yang baik sebagai sebuah wadah, dan orang tua yang menjadi
pedoman serta teladan, merupakan aspek penting dalam perkembangan anak.
Penanaman Pancasila yang berakar dari orang tua akan lebih efektif jika
dilakukan sejak dini kepada anak. Pendidikan karakter ini yang kemudian akan
membentuk pribadi anak yang baik dan dapat mengurangi kemungkinan
penyimpangan sosial di masa remajanya.
Nilai-nilai dasar Pancasila yang digunakan juga diharapkan membuat
pribadi anak tetap cinta tanah air kelak menjadi Sumber Daya Manusia
berkualitas yang nantinya dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik.

17
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagaimana kita ketahui, Pancasila sebagai dasar Negara diharapkan


tertanam pada tiap individu dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara.
Keluarga sebagai kelompok sosial paling kecil dan mendasar dapat menjadi aspek
yang penting dalam menanamkan nilai-nilai dasar Pancasila. Orang tua sebagai
teladan juga harus memahami dan mengerti Pancasila sebelum mengajarkan
kepada anak-anaknya. Sehingga bekal yang dimiliki keluarga dimasyarakat
menjadi kuat dan kokoh.

3.2 Saran

Setelah mempelajari nilai-nilai Pancasila, diharapkan bahwa setiap lapisan


masyarakat Indonesia, khususnya keluarga, tidak melupakan Pancasila sebagai
acuan dan pedoman dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara. Kemudian
keluarga juga harus menerapkan pendidikan karakter sejak dini, agar anak yang
kemudian menjadi dewasa bisa menjadi pribadi yang utuh dan memegang teguh
Pancasila.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fara, Ayura. (2020). Makalah Pancasila “Nilai – Nilai Pancasila” , 4-5 Dengan
link : https://staff.universitaspahlawan.ac.id/upload/pengabdian/125-pengabdian.pdf

Putri, Agniya. (2020). Makalah “Penerapan Nilai-Nilai Dalam Kehidupan


Sehari-Hari dan Sebagai Pendidikan karakter Pancasila”, 3-7 Dengan link :
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1914290090/10Makalah%20PKN%20Pert
emuan%20Ke-10.pdf

Sari, Ratna & Najicha Ulfatun. (2022). “Memahami Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar
Negara Dalam Kehidupan Masyarakat”. 54 Dengan link :
file:///D:/S1/sem%203/matkool/punkcasila/56445-Article%20Text-163669-2-10-20220527.pdf

Setiardi, Dicky. (2017). Jurnal Tabawi Vol. 14. No. 2, 140-145 Dengan link :
https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/viewFile/619/913#:~:text=Usaha%20pendidikan
%20karakter%20melalui%20lingkungan,menerus%20dan%20berlangsung%20secara%2
0konsisten.

Link Website :

https://smkwidyanusantara.sch.id/read/5/pendidikan-karakter-pengertian-fungsi-
tujuan-dan-urgensinya

http://etheses.uin-malang.ac.id/1362/6/06210052_Bab_2.pdf

https://plus.kapanlagi.com/arti-pancasila-menurut-para-ahli-dan-makna-simbol-
pada-setiap-sila-0d6219.html

https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/13/133940269/3-sistem-nilai-
pancasila-sebagai-ideologi-terbuka

https://edukasi.kompas.com/read/2022/08/09/150700471/nilai-nilai-yang-
terkandung-dalam-pancasila-info-bagi-siswa?page=all

https://www.studocu.com/id/document/universitas-samudra-langsa/ekonomi-
manajemen/makalah-nilai-nilai-pancasila/13491525

19

Anda mungkin juga menyukai