Anda di halaman 1dari 23

KERANGKA ACUAN

PERTEMUAN KELOMPOK KERJA UNTUK PENYUSUNAN INDIKATOR


SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGS) PROVINSI RIAU

Pekanbaru, 15-16 Mei 2017

LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun
2016 - 2030 merupakan komitmen lanjutan dari Tujuan Pembangunan Milenium/Millennium
Developmnet Goals (MDGs) yang telah berakhir pada tahun 2015. TPB/SDGs bertujuan
untuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, melawan ketimpangan, memastikan
perlindungan terhadap alam dan sumber daya yang terkandung didalamnya dan menciptakan
kondisi untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adil. TPB/SDGs merupakan
kerangka kerja pembangunan yang mengintegrasikan secara seimbang dari tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerangka hasil
TPB/SDGs terformulasikan ke dalam 17 Goals, 169 Target/Sasaran, dan 241 Indikator.

Pemerintah Provinsi Riau telah membentuk Tim Koordinasi SDGs melalui Surat Keputusan
Gubernur Riau Nomor: Kpts.187/II/2017 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Daerah
Pelaksanaan SDGs Provinsi Riau 2017-2019 dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan
yang terdiri dari unsur pemerintah provinsi, sektor usaha, philanthropy, organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, media dan akademisi. Salah satu tugas dari
Tim ini adalah menyusun Rencana Aksi Daerah SDGs.

Dalam rangka penyusunan RAD SDGs di tingkat daerah, sesuai dengan proses yang juga
dilakukan pada tingkat nasional, sebelum menyusun rencana aksi, hal yang terlebih dahuku
dilakukan adalah adalah menentukan indikator SDGs yang mana indikator ini nantinya
digunakan sebagai ukuran keberhasilan SDGs di tingkat daerah. Bappeda melalui tim ahli
telah mempersiapkan draft awal termasuk juga konsep penentuan teknis dan daftar indikator
daerah untuk kemudian dibahas dan disepakati bersama dengan kelompok kerja SDGs
Provinsi Riau.

TUJUAN DAN KELUARAN


Kegiatan ini bertujuan untuk membahas dan menyepakati bersama indikator SDGs Provinsi
Riau.

Adapun keluaran kegiatan ini adalah:

1. Adanya kesepahaman bersama tentang teknis penentuan indikator SDGs provinsi Riau;
2. Adanya daftar indikator SDGs Provinsi Riau yang disepakati bersama oleh kelompok
kerja masing-masing pilar pembangunan SDGs.

PESERTA
Peserta dari kegiatan ini adalah kelompok kerja dari masing-masing pilar pembangunan
SDGs yang tertuang dalam Surat keputusan Gubernur Riau Nomor: Kpts.187/II/2017 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Daerah Pelaksanaan SDGs Provinsi Riau 2017-2019.

WAKTU DAN TEMPAT


Pertemuan akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Senin-Selasa, 15-16 Mei 2017


1. Senin, 15 Mei 2017
(Pokja Pilar Sosial dan Ekonomi)
2. Selasa, 16 Mei 2017
(Pokja Pilar Lingkungan dan Pilar Hukum dan Tata Kelola)
Jam : Pukul 09:00 - 12:30 WIB
Tempat : Ruang Rapat Lantai II, Bappeda Provinsi Riau
Jl. Gajah Mada No. 200, Kota Pekanbaru, Riau

METODE KEGIATAN
Metode kegiatan ini adalah:

1. Pengantar;
2. Paparan tentang teknis penentuan indikator daerah;
3. Pembahasan penentuan indikator provinsi Riau.

PENYELENGGARA KEGIATAN

Kegiatan ini merupakan bagian dari program pelaksanaan SDGs di Provinsi Riau yang
merupakan kerjasama antara Bappeda Provinsi Riau, UNDP dan Tanoto Foundation.

Untuk informasi terkait dengan kegiatan ini dapat menghubugi Saudari Tuti Rahmawati, Staff
Bidang Pemerintah dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Riau. Melalui kontak
phone: +62-81365919975. atau email: t_rachma@yahoo.co.uk.

AGENDA KEGIATAN
WAKTU AGENDA ACARA KETERANGAN
08:30 - 09:00 Registrasi Peserta
09:00 – 09.15 Pengantar Bappeda Provinsi Riau
09:15 – 09.45 Paparan Teknis Penentuan Indikator Daerah Bappenas RI
09:45 - 12:20 Pembahasan Penentuan Indikator SDGs Provinsi Tim Ahli
Riau
12:20 - 12:30 Penutupan Bappeda Provinsi Riau
NOTULENSI PENYUSUNAN INDIKATOR
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/
SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)
BAPPEDA PROVINSI RIAU, SENIN-SELASA / 22-23 MEI 2017

PEMBUKAAN oleh Bapak HADISON


Assalamualaikum wr.wb,
Selamat Pagi semuanya, saya doakan kita semua dalam keadaan sehat walafiat serta sukses
dalam menjalankan tugas masing-masing. Amin...
Langsung saja bahwa pada hari kita akan membahas mengenai penyusunan indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Suistainable Development Goals (SDGs) Provinsi Riau.
Acara pada hari ini dirancang dengan dua sesi yang pertama yaitu dengan paparan teknis
tentang indikator SDGs yang langsung di paparkan oleh SDGs Bappenas Pusat yaitu mbak
Indriana, dan kemudian dilanjutkan dengan pembagian masing-masing Pokja yang mana hari
ini membahas mengenai Pokja Sosial dan Pokja Ekonomi, yang langsung di pandu oleh tim
ahli masing-masing Pokja. Langsung saja kita serahkan kepada Mbak Indriana untuk
memaparkan persentasenya terkait SDGs.

Pemaparan Mbak Indriana dari Bappenas


Assalamualaikum wr.wb
Perkenalkan nama saya Indriana, saya adalah pilar hukum di sekretarian SDGs kesekretariat
Nasional. Saya ucapkan terima kasih kepada para undangan yang telah sempat hadir pada
pagi ini, terimaksih kepada Bapeda Provinsi Riau yang telah mengundang kami dalam
penyusunan SDGs Provinsi Riau.
Saya mohon izin akan memaparkan persentase, bahwa khusus Provinsi Riau adanya support
dari UNDP, Tanoto Foundation untuk penyusunan SDGs ini, kami dari pusat yakin sebagian
besar dari bapak ibu sudah mendapat persentase yang hampir sama dengan apa yang saya
paparkan pada pagi ini. Jadi saya tidak banyak mengulang-ngulang lagi apa itu SDGs erana
udh termenstream di dalam benak bapak-bapak ibuk semua. SDGs bukan merupakan suatu
Proyek dari UNDP maupun Tanoto Faundation. Tahun 2016 telah diadakan pertemuan
dengan bapak Rahman beliau merupakan maneger di pilar lingkungan, dan pada tanggal 27
Februari 2017 juga telah diundang Bapak Arum yang mana beliau merupaka maneger khusus
pilar sosial, yang menyamapaikan beberapa hal terkait SDGs, beliau juga telah melakukan
diskusi-diskusi dengan dinas, serta menetapkan indikator-indikator. Ini merupakan
pemaparan awal tentang apa itu SDGs, apa indikator-indikatornya baik di tingkat global
maupun nasional. Bahwa ini merupaka workshop teknis kita akan melokalisasikan SDGs di
tingkat internalii dan kemudian memberikan informsasi ini ke tingkat kabupaten maupun
kota. Partisipasi dari dinas maupun dari stacholder lainnya sangat di butuhkkan, dalam
menyusun SDGs setiap prosesmya harus inkslusif.
Hanya 2 hal yang kami sampaikan pada siang hari ini yang pertama yaitu proses penyusunan
indikator dan serta memeta data, karena hal ini yang diharapkan dari pusat bagaimana
seharusnya indiktor-indikator tersebut sesuai dengan keadaan setiap daerah, yang mana
program-program tersebut telah termensrtem di LPJMD Provinsi Riau. Dari pertemuan
sebelumnya bagaimana telah didiskusikan terkait SDGs Indonesia. Bagaimana komitmen
nasional di tingkat daerah baik kabupaten maupun kota, perlu adanya meta data, peta jalan
rencana aksi daerah nasional dan daerah. Peta jalan akan dicapai sampai 2030 pada tingkat
pusat yang nantinya akan lahir perpres. SDgs sebuah metode yang digunakan dalam
perencana pembangunan berkelanjutan. Kita harus optimis dalam menyusun SDGs ini.
SDGs adalah suatu agenda ruh dalam pembangunan yang melibatkan 4 platform, tidak semua
negara bisa melaksanakan 4 platform ini. Pernah adanya mapping antara target lokal dengan
RPJM dan RPJMD, apakah sudah ada target tersebut? Bagaimana tingkat pusat akhirnya
mengeluarkan SDGs pada tingkat pusat. Yang pertama harus selaras dengan target SDGs itu
yang diharapka oleh pemerintahan Pusat. Jadi hasil yang akan didapat dari pertemuan ini
adalah pedoman teknis metadata TPB/SDGS indonesia, pedoman teknis penyusunan rencana
aksi dan panduan stategis komunikasi. Salah satu prinsip SDGs adalah inklusif dan
keterbukaan. Karena dalam prinsip SDGs tidak ada satupun yang tertinggal bukan hanya
dalam proses namun dalam pelaksaananya. Siapa saja dapat mengkses karena telah di share
di web kami.
Goal dari SDGs ini ada 17, Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia, Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta
mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan, Menjamin kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur, Menjamin
pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua
orang, Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan,
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang,
Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan
modern untuk semua orang, Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan,
lapangan kerja yang produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang, Membangun
infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri yang berkelanjutan serta
mendorong inovasi, Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di
antara negara-negara di dunia, Membangun kota-kota serta pemukiman yang berkualitas,
aman dan bekelanjutan, Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, Melestarikan dan
menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan yang
berkelanjutan, Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian
ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar
guling tanah, Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan
bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, Memperkuat implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Kedua dokumen ini disusun dengan menggunakan prinsip inklusif dan keterbukaan, bahwa
semua memiliki posisi yang sama, memiliki suara yang sama. Metadata ini terdiri dari
indikatornya di global 241 metadata, isinya khusus indikator SDGs indonesia.
Melalui proses yang akan saya ceritakan yang hasilnya itu khusus untuk pilar sosial dan
ekonomi, pada pilar sosial lebih dari 80 indikator l, jadi total SDGs 321 yang akan muncul di
SDGs nasional. Sudah termensrtrem di dalam RPJM dari sejak penyusunan RPJMD sudah
terinternalisasi bila nanti akan menyusun RPJMD berikutnya, jadi jiwa SDGs harus sudah
ada di dalamnya. Awalnya dengan memetakan antara target nasional dengan target global.
selanjutnya berdasar dari ini kami mencocokkkan apakah indikator-indikator yang ada di
target nasioanl relevan tidak dengan indikator pusat, seberapa selarasnya penentuan indikator
dengan menggunakan SMART. Itu pembahasan umum untuk memechingkan. Kita tidak
hanya melihat indikatornya saja, namun kita lihat target nasional, print peta data ambil
contoh sosial dan ekonomi adanya terget global disampingnya indikator nasional dan
indikator global.
Metadata pengertian secara umum adalah kumpuan data data informasi yang terangkum
memiliki makna makna dan informasi tertentu. Sebuah indikator disusun tidak hanya makna
pasti sudah pasti punya makna. Cara penghitungannta ada , tidak hanya konsep namun
memilik makna, pengumpulan data dan sumbernya siapa sudah jelas instansinya jelas dan
memberikan laporan itu jelas karena sumbernya dari berbagai macam instansi dan dinas.
Lalu adanya frekusensi, frekuensi tidak harus 1 tahun, atau 2 tahun yang relevan apabila
dilaporkan dalam 3 tahun, lalu pusat database untuk dokumen rencana aksi, saya yakin bapak
ibuk pasti lebih berpengalaman dari saya dalam menyusun rencana aksi. Rencana aksi dengan
menyiapkan data terlebih dahulu serta mensosialisasikannya apa itu SDGs. Dalam
penyususan rencana aksi yang menunjang pencapaian indikator maka itu yang akan
dikerjakan. Jadi sebenarnya SDGs bukan milik pemerintah tapi milik semua platform.
Pertemuan ini melibatkan semua sektor dan disepakati bersama membahas semua pilar baik
pilar ekonomi, sosial, lingkungan, maupun pilar hukum dan tata kelola. Pertemuan pertama
yaitu penjelasan tentang daftar indikator global dan nasional TPB untuk setiap tujuan dan
kesepakatan, pertemuan kedua penyempurnaan draf metadata indikator yang sudah disiapkan
olek K/L dan stakeholder lain. Hasil pertemuan kedua akan disempurnakan olej sekretariat
dan akan menjadi bahan pembahasan pada pertemuan ketiga, kemudian pertemuan ketiga
diskusi utuk finalisasi draf metadata setiap indikator TPB, pertemuan keempat kompilasi
metadata indikator antar pilar oleh tim perumus.

Lalu indikator global dan nasional yang diterima secara penuh bahwa ditingkat nasional
sumber data sudah jelas ada dan tersedia berkesinambungan untuk mengukur indikator
global. Kemudian indikator diterima tapi diukur dengan menggunakan indikator nasional
(proxy-nya) bahwa ditingkt nsional sumber data dan data berkesinambungan yang tersedia
hanya dapat untuk mengukur indikator nasional dan indikator sudah diukur ditingkat nasional
seterusnya indikator global diterima namun akan dikembangkan bahawa hanya di tingkt
nasional sumber daa belum jelas atau data tersebar di beberapa sumber, ketersediaan data
belum berkesinambungan tapi indikator global ini disepakati akan diukur hingga 2030.
Sebisa mungkin indikator kita yang diterima harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
kejelasan tentang instansi yang gertanggung jawab menghasilkan data indikator , kejelasan
konsep dan defenisi, kejelasan metode penghitungan, kejelasan manfaat indikator (rasional
diukurnya indikator), kejelasan tentang disagregasi data dari setiap indikator, kejelasan waktu
untuk dapat menyediakan data indikator (frekuensi indikator).
Beberapa tahun ini sebenarnya sudah dilewatkan dan sudah ada hasilnya di riau, pemetaan
target SDGs nasioanl dengan RPJMN. Kemudian matcing indikator adalah mencocokkan
pada target daerah sesuai dan selaras dengan RPJMN dan selaras dengan target global, lalu
menentukan klasifikasi yang akan menjadi salah satu output yang akan disesuaikan dengan
proxy atau tidak, kita akan melihat indikator ada metadata nasional bisa jadi indikator
nasionalnya masih akan dikembangkan.
Rencana pengusunan indikator yang akan dikembangkan meliputi dari 124 indikator SDGs
UNSTAT Desember 2016, terdapat 75 (+3) indikator yang perlu dikembangkan di indonesia
dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) ditingkat global metadata belum jelas atau tidak
ada, (b) ditingkat nasional indikator yang tersedia belum setara dengan indikator global, (c)
ditingkat nasional pada RPJMN 2015-2019 baru mencakum 96 dari 169 target global.
Kerangka waktu penyusunan indikator yang perlu dikembangkan adalah sebagi berikut : a.
Indikator global diperkirakan akan diselesaikan metadatanya pada tanhun 2017. b) target dan
RPJMN akan di mutakhirkan melalui mekanisme Mid-tern review RPJMN yang akan
dilaksanakan pertengahan 2018.c) rencana pengembangan dituangkan pada renaksi.
Proses penyusunan indikator dan RAD TPB/SDGs hal yang pertama kali kita lakukan yaitu
dengan melakukan pemetaan Target SDGs Global dan Nasional dengan target daerah
(RPJMD), kemudian mencocokkan indikator pada target daerah yang relavan dengan
indikator global dan indikator nasional. Selanjutnya menentukan kalsifikasi indikor sesuai
proxy yang dikembangkan berdasarkan kemampuan penyediaan data dan yang tercntung di
dalam buku perencanaan pembangunan. Selanjutnya dengan penyusunan metadata untuk
indikator daerah yang mengacu pada metadata nasional, seterusnya penyiapan database jadi
seluruh indikator daerah yang akan di ukur disesuaikan dengan indikator global. Dan
dilanjutkan dengan penyusunan RAD kemudian di sahkan oleh pimpinan daerah. Dokumen
yang harus disiapkan untuk penyusunan indikator daerah yaitu : RPJMD, Renstra Daerah,
RKPD, pedoman metadata SDGs Indonesia.
Dokumen metadata SDGS indonesia adalah sebagai panduan RPJMD. Jika kita memilki
metadata maka kita jadi tau apa alat ukur, mau dia level indikatornya itu kegiatan ataupun
program sampai output dan outcome. Dalam menyususn indikator daerah, ada kemungkinan
indikator global masih akan dirubah dan di daerah lebih maju serta instansinya lebih baik.
Sekian dari saya, maka saya serahkan kepada moderator.

Dikembalikan ke moderator Bapak


Setelah kita mendengarkan pemaparan dari mbak Ana maka dilanjutkan dengan

TEKNIS PENENTUAN INDIKATOR SDGs PEKANBARU


Pengganti Bapak Hazaruddin dari Bappeda Provinsi Riau
Dalam menyusun RPJMD terlebih dahulu kita harus memiliki metdata, dalam beberapa
pertemuan sebelumnya kita telah melaksanakan diskusi dengan mensinkronkan dokumen
kita dengan SDGs, ini bertujuan untuk memudahkan kita dalam menentukan indikator-
indikator. Dalam penyususna SDGs di daerah kewajiban kita harus mengaju kepada indikator
nasional, karena tidak semua di indikator nasioal dapat kita penuhi sesuai dengan keadaan
dan situasi daerah masing-masing. Kemudian juga kita akan pisahkan kedalam provisi,
kabupaten kota, dan desa. Memberikan sebuah kesimpulan dari sebuah diskusi sehingga
menjadi indikator daerah. Kemudian jika ada yang kurang jelas kita minta dari Bappenas
untuk membantu, saya sangat berharap bantuan dan masukkannya agar tercapai indikator
daerah. Jika kita pahami bersama perencanaan Kabupaten Kota RPJMN itu jauh dari
indikator SDGs, mungkin dengan adanya indikator daerah ini bisa membantu RPJMD
Kabupaten Kota atau melakukan review dan revisi yang akan dilakukan. Saya pikir dan sama
sama kita bahas dalam bentuk panel di antai 3 pilar sosial dan di lantai 2 pilar ekonomi nanti
dapat kita diskusikan bersama.

Dikembalikan kepada moderator Bapak Hadison


Sesi ini akan kita selesaikan pada jam 12.30, saya kira diskuinya dapat kita laksanakan secara
langsung serta menyusun, menyepakati indikator-indikator yang telah dibuat. Sebelumnya
kita cek kehadirannya telebih dahulu. Yang pertama Pokja Pilar Pembangunan Sosial yang
hadir dari Dari Dinas kesehatan Provinsi Riau, Komisi penanggulangan HIV dan AIDS
Daerah Provinsi Riau, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi
Riau, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Riau, Dinas Sosial Provinsi Riau,
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Riau, Ketua Badan
Pengurus SIKLUS, Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Provinsi
Riau, Tanoto Foundation, Dompet Duafa Cabang Riau, Kepala Pusat Studi Kependudukan
dan Peranan Wanita Universitas Riau, DPW Muslimah NU Provinsi Riau.
Sedangkan yang hadir dari Pokja Pilar Pembangunan Ekonomi yaitu Kepala Bidang Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Riau, Badan Pusat Statistik
Provinsi Riau, Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam Sekretarian Daerah
Provinsi Riau, Bank Riau Kepri.
Dari pilar ekonomi banyaknya kawan-kawan yang tidak hadir, untuk itu kami mohon bantuan
dari kawan-kawan untuk menutup kekurangan kehadiran. Kami rasa cukup, terimaksih dan
moho maaf apabila ada kekurangan.

Untuk selanjutnya diserahkan kepada Bapak Nasoka


Bapak ibuk sekalian untuk pilar ekonomi dilantai 2 dan untuk pilar sosial di sini. Nanti akan
di pimpin oleh para ahli masing-masing Pokja Pilar ekonomi dan Pokja Pilar Sosial untuk
membahas, mendiskusikan indikator-indikator yang akan kita sepakati nantinya. Pokja pilar
sosial Dipimpin oleh Bapak Dari Bappeda dan dibanu oleh Mba Sarah dari Bappenas.
Diserahkan kepada Bapak dari Bappeda
Assalamualaikum wr,wb
Langsung saja kita mulai dalam pilar sosial ini bahwa ada beberapa goal yang akan kita
sepakati pada siang hari ini Goal yang pertama yaitu Kemiskinan, kedua kelaparan, ketiga
kesehatan, keempat pendidikan kemudian yang kelima yaitu gender. Sebagaimana
sebelumnya telah dijelaskan bagaimana prosesnya, bahwa dalam menyepakati indiktor-
indiktornya tidak dengan sepihak namun bersama stakeholder kita sepakati sesuai dengan
pilar sosial.
Pertama kita bahas Goal 1 yaitu kemiskinan
Disini ita mencoba mengambil indiktor nasional, nanti kita coba diskusi bersama mana yang
kita sepakati menjadi indiktor daerah kita.
untuk tekniknya kita serahkan kepada Buk Sarah. Setelah saya melhat kehadiran baanyaknya
peserta yang tidak hadir, jadi nanti kita yang menjadi perwakilan dapat membantu
menyepakati indikator yang telah ada. Kita tidak bisa menyepakati tanpa ada data dan
dokumen. Indiktor 1.1.1 kita skip, 1.1.2 yang dimaksud dengan kemiskinan berbagai dimensi
indikatprnya berbeda seharusnya ini haris di print out, saya sebenarnya ingin bertanyaan
pemetaan indikator 1.2.2 mengapa tingkat kemiskinan, provinsi yang di taroh untuk
menjawab indikator daerah seperti pa ? mungkin ada yng dapat menjelasknnya seperti apa ?.
mungkin tidak isa dijawab disini.
mungkin setiap perwakilan dalam menyampaikan indikator, mana yang sudah sesuai dan
mana yang belum sesuai.
Moderator : Diharapkan kepada dinas kesehatan untuk menanggapai proporsi 1.3.1 terkait
Perlindungan sosial, menurut jenis kelamin, untuk kategori kelompok anak berkebutuhan
khusus, Penganggu RAP, Lansia, Penyandang disabilitas, ibu hamil/ malahirkan, korban
kecelakaan kerja. Bagaiman buk dinas kesehatan?
Dari dinas kesehatan : begini Pak kalau seandainya menghadiri diskusi ini pimpinan kami,
mungkin bisa memberikan kesepakatn langsung, namun kami disposisikan lagi kebawah,
tidak bisa mewakili satu orang pak, dan kami mewakili dinas kesehatan tidak dapat
memutuskan dan meyepakati secara sepihak terhadap indiktor ini, namun sebaiknya kami
bawa dulu ke dinas masing-masing kita pelajari, kemudian kami musyawarahkan terlebih
dahulu.
Moderator : Mungkin kita kebalikan kepada panitia, bagaimana prosesnya
Mbak Sarah : Sepertinya indikatornya ini memang tidak bisa langsung kita sepakati saat ini,
lebih tepatnya memang dimusyawarahkan terlebih dahulu kepada kepada masing-masing
dinas terkait pilar sosial ini. Pertemuan pertama di informasikan dulu indikor-indiktor yang
ada. Selanjutya baru di review lagi.
Untuk contoh lainnya saya coba memaparkan indikator pelayanan dasar,disini sebenarnya
dalam indikator global SDGs 1.4.1 seperti yang disampaikan mba ana tidak semua indikator
global itu dapat kita digunakan di indikator daerah. Pertanyaannya apakah di propinsi riau
mampu menghtung proporsi 1.4.1 ? kita juga mempunyai catatan tidak dapat di simpulkan
dalam diskusi ini. Bagaimana dengan dinas provins riau menanggapi hal tersebut.

Nasoka : Diskusi ini merupakan proses awal dalam membuat SDGs sebaiklah akan saya
jelaskan, jadi untuk proses selanjutnya yang perlu kita bangun yaitu metadata, terlebih
dahulu kita menyiapkan sebuah dokumen baik di provinsi ataupun di daerah, draf ini
hanyalah sebuah penetapan indikator SDGs Provinsi yang mengacu pada indikator Global
dan Nasional yang belum disepakati, kita mencoba bersama-sama untuk meperbaiki ataupun
merubah indiktor tersebut sesuai dengna kebutan Provinsi masing-masing, bukan draf yang
telah di sepakati secara bersama, kalau ada yang perlu di perbaiki kita dapat melakukan
secara bersama untuk mendapatkan kesepakatan. Jadi diharapakan kita semua berperan aktif
dalam penyusunan SDGs ini. Yang kedua mengapa hal ini muncul karena baru berdasarkan
dokumen. Kita disini mempunyai posisi yang sama kita musyawarakna bersama untuk
mencapai kesepakatan indikator. Dan selanjutkan kita akam mengadakan pertemuan lanjutan
membahas Goal dari masing-masing pilar, diskusi ini tidak hanya samai disini saja.

Ermayani dari badan kependuduka dan keluarga berencana : terimakasih atas kesempatan
yang diberikan perkenalkan nama saya Ermayani. Sekilas mungkin dari kami dan juga dinas
kesehatan kami mencoba berkontribusi dalam penyusuna SDGs ini. Untuk itu kami berada
dalam Goal ketiga yaitu terkait kesehatan, untuk sumber data mungkin lebih banyak pada
dinas kesehatn dibandingkan di dinas kami BKKBN. Namun ada sedikit yang saya diskusi
Indikator 1.4.1.b itu adalah terkait dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan BPS survei Demografi dan kesehatan Indonesia,
bahwa BKKN tidak mempunyai data tentang imunisasi dasar, namun sepertiya ada data
tersebut di Dinas kesehatan Provinsi. Kami berusaha memahami dan berkonstribusi dengan
data-data yang kami miliki di instansi masing-masing. Mungkin sumber data nya di dinas
kesehatan terkait dengan angka kelahiran maupun kematian. Selanjutnya saya lihat akan
meshare datanya.
Nasoka : jadi, ada beberapa goal yang tidak ada datanya di KKBn tapi datanya di dinas lain,
seperti di dinas kesehatan ada beberapa data yang sabetulnya ada namun tidak lengkap
namun juga harus berkolaborasi dengan dinas lain. Bagaimana di Badan Pusat Statistik
(BPS)?

BPS : terima kasih atas kesempatan yang diberikan, melanjutkan pada indikator 1.2.2 dari
sumber data pertama BPS survei Sosial ekonomi nasional (susenas) kor, kami memiliki data
tersebut. kami sendiri juga agak sedikit bingung, sumber datanya di tulis.

Nasoka : ini merupakan sebuah dokumen ataupun draf yang dirangkum oleh para ahli dan
melihat dari RPJM maupun RPJMD. Saya kira masing-masing dinas datanya apakah sudah
ada di dinas, kita harus menyepakati berapa lama kita dapat mengumpulkan indikator indiktor
yang sudah disepakati masing-masing dinas, kemudian melakukan review di masing-masing
instansi, kira-kira 3 mingggu apakah memungkinkan untuk membahas hasil dari diskusi ini,

Terimakasih pak sebaiknya draf ini kami bawa pulang terlebih dahulu untuk mendiskusikan
draf ini, deadline kita untuk mengumulkan bahan, kemudian baru melakukan direvisi.
Kita membuat kesepakatan, dengan memastikan alamat email, nope, kemudian membuat
deadline dari bappeda, deadline kita untuk mengumpulkan bahan pihak bapeda, jadi Bappeda
mempunyai waktu untuk merevisi.

Sarah : dalam mengumpulkan data untuk menjawab indikator, seperti di paparkan di draf ini
ada beberapa macam survei, semua bentuk survei tolong dipelajari sesuai bidang masing-
masing. Datanya dapat di laporkan supaya dapat dihitung per provinsi, jadi secara teliti dan
mengupdate informasi-informasi. BPS harus aktif dan melaporkan data ke provinsi.

Bapedda: kami mengusulkan selama 2 minggu untuk menargetkan indikator-indikator ini


dapat dikumpulkan supaya kami dapat merevisi kembali indikator-indikator ini.

PPA : Kegiatan indikator global ataupun nasional sumber datanya kurang riil, oleh karena tu
perlu di cek lagi, terkait dengan pemberdayan perempuan kami agak kesuliatan dengan data,
mungkin dari pusat dapat membantu, kemudian misalnya dari kepolisin juga dapat meminta
data misalnya, dari kementrian pemberdayaan perempuan pun kami sulit menemukan data,
terkait kejahatan yang dilakukan oleh anak.

Mbak sarah : kita dengan mudah dapat mengakses, cukup dengan download dari BPS datanya
sudah akurat karena melalui survei. Melihat berbagai macam publikasi dan datanya data
diambil kemudian analisisnya sesuai dengan dinas provinsi. Yang tercantum hanyalah
sumber data, secara valid dapat diambil datanya. Mencoba melihat kedapan menyusun
rencana aksi daerah, didalam menyusun aksi daerah bukan hanya program kkbn namun akan
banyak instansi yang akan bertanggug jawab. Setiap dinas dapat update terhadap survei yang
dilakukan secara nasional.

Nasoka : Banyaknya pertanyaan kita terkait data-data masing instansi. Tadi di tawarkan oleh
pak wawan kapan kira-kira kita dapat mengumpulkan hasil dari indikator yang telah di
musyawarahkan, kemudian hasil review dari masing instansi, kita akan ada diskusi kilat,
terkait data bebicacara tetang kesesuaian indikator apakah memungkin untuk kita sinkronsasi,
yang menjadi catatan apakah pada periode 5 tahun ini akan menumpu pada data. Kita
terfokus Untuk data yang belum punya pada peride petama ini, kemudian di periode
selanjutkan kita akan memverifikasi kembali indikator-indikator yang telah dikumpulkan.
hasil tahun pertama proses pencapaiannya. Kita dapat menyiapkan target pencapaiannya, ada
dua jenis untuk mencapai target, yang pertama yaitu bagaimana kita menyiapkan data itu
sendiri, oleh karena itu adanya diskusi internal yang disiapkan di dinas masing-masing, tidak
hanya melakukan diskusi pada level pemerintah saja.

Dompet duafa : Baik terimakasih Pak Nasokah dan kawan-kawan dari Bappeda dan
Bapennas. ada 7 program goal 1.2.3.4.6.10.11. yang terferifikasi dalam bentuk dokumen hasil
dari kajian rapat kita. Yang saya pertanyakan disini apakah bisa kami menambahkan
indikator yang sudah ada, yang kedua bagaimana tugas taupun peran yang harus kita
layangkan sehingga menjadi terlengkapi indiktor ini.

Sarah : berbagai pengalaman, saya mencoba menanggapi, contohnya didalam FBI yang
merupakan asosiasi bisnis yang terdiri dari forum bisnis didalam, bahwa di dalam organisasi
FBI terrgabung beberapa bisnis ada 12 asosiasi yang bergabung, jadi yang kita lihat apakah
indikator sama dengan global, bisa berkonribusi dalam indikator itu, kalau seandainya bisa
berkontribusi dalam indikator maka dapat diajadikan sebagai penunjang dalam penyusunan
SDGs. Di CSO nasioanal seperti dompet duafa, apakah program meraka berkontribsi untuk
mencapai program tujuan SDGs ini.
Nasoka : ada yg lain bapak ibu sekalian

KPAI : apakah kami bisa membreak down indikator-indikator yang sudah ada.

Nasoka : Bisa, konsekuensi kita tidak bisa menyumbang data di level nasional, jadi
tergantung kepada kemampuan kita untuk meminformasikan. Laporan untuk nasional
menjadi tambahan. Ketika kita membahas indikator yang dipakai Bapedda, angka kematian
ibu dan anak per 100.000, sebaiknya kita memakai proksi sesuai proksi nasional. Sehingga
dengan mudah dapat menghitung pert tahunya. Rumusan indikatornya seperti apa, Kita
perlu menyiapkan indikator dan kemampuan kita, guna untuk melengkapi data-data tersebut.
Semua indikator yang ada atas kesepakatan kita bersama.

Bapedda : kami berterimakasih kepada masing-masing instansi telah ikut berpartisipasi dalam
diskusi ini, untuk menghemat waktu langsung saja kita sepakati bahwa tanggal 5 juni 2017
batas terakhir untuk memasukkan indikator pada masing-masing instansi. Kita dapat
mengumpulkan indikator dan kemudian kita lanjutkan dengan memverifikasi. Kemudaian
melanjutkan diskusi untuk selanjutnya. Kami tutup dengan Hamdallah

Nasoka : Bapak ibuk kami akan kirimkan email soft copynya, selanjutnaya kita lanjutkan
review tanggal 5 juni 2017, setelah menyusun indikator kita akan menyusun rencana aksi,
kira-kira program sesuai dengan target-target SDGs. Ada time line permerintha dan non
pemerintah.
Hari kedua,
Selasa, 23 Mei 2017

PEMBUKAAN
Oleh : Bappeda Provinsi Riau
Assalamualaikum wr.wb
Langsung saja bahwa pada hari khusus membahas Pokja pilar Lingkungan dan pilar
pembangunan hukum dan tata kelola. Selanjutnya pemaparan dari sekretarian SDGs Nasional
terkait SDGs yang sudah disusun oleh INDRIANA.

Pemaparan oleh Indriana


Pada hari kedua workshop kali ini, merupakan kehormatan bagi kami selalu di libatkan oleh
Bappeda Provinsi Riau untuk sharing dan menyampaikan infromasi-informasi yang
membantu bapak dan/ ibu di Provinsi Riau dalam pelaksanaan persiapan SDGs. Pada
kesemapatan kali ini saya sampaikan terkait penyusunan indikator tujuan pembangunan
berkelanjutan (TPB)/ Suistainable Development Goals (SDGs). Apa yang saya sampaikan
sekarang telah saya sampaikan juga kemaren. SDGs sebelumnya telah dilakukan Bappeda
Provinsi Riau satu tahun belakangan ini. Di Indonesia sendiri kurang lebih setengah tahun
kita telah mempersiapkan ini. Setelah kita absen kehadiran maka 1 banding 10 dari peserta
telah telah mengetahui tujuan pembangunan berkelanjtan/SDGs ini, pada pertemuna
sebelumnya yang diadakan Provinsi Riau seperti sosialisasi. SDGs merupakan suatu
komitmen negara untuk tujuan pembangunan, bagaimana kita membuat negara ini lebih baik
untuk anak cucu kita kedepannya. SDGs yang terdiri dari 17 tujuan yaitu Tidak ada
kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia, Tidak ada lagi kelaparan,
mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang
berkelanjutan, Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk
seluruh masyarakat di segala umur, Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, Mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan kaum ibu dan perempuan, Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua orang, Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang, Mendukung
perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, lapangan kerja yang produktif serta pekerjaan
yang layak untuk semua orang, Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong
peningkatan industri yang berkelanjutan serta mendorong inovasi, Mengurangi
ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia,
Membangun kota-kota serta pemukiman yang berkualitas, aman dan bekelanjutan, Menjamin
keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, Melestarikan dan
menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan yang
berkelanjutan, Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian
ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar
guling tanah, Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan
bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, Memperkuat implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.
SDGs tidak hanya di susun oleh Bapedda saja namun melibatkan semua pihak yang
berkepentingan. Tujuan 1 s/d 5 dikelompokkan kedalam pilar sosial. SDGs ini berguna Untuk
mencapain tujuan dunia yang lebih baik di tahun 2030 adanya 160 target yang disepakati
semua negara yang harus dicapai. Indonesia mempunya 94 target SDGs yang sudah ada di
RPJM. Provinsi Riau sudah memiliki SDGs dari tahun lalu, serta telah memasang target
untuk pencaain SDGs. Untuk mencapai RPJM maka adanya indikator-indikator yang harus di
sepakati. Untuk saat ini kita mmebahas mengenai pedoman teknis metadata TPB/SDGs,
pedoman teknis penyusunan Rencana aksi, dan panduan strategis komunikasi dengan cara
pemetaan target, matching indikator, penentuan klasifikasi indikator, penyusunan run TPB,
penyiapan database, penyusunan metadata untuk indikator sesuai proksi. Untuk mengukur
indikator global yang mendekati ukurannya untuk indikator nasional. Metadata secara umum
mengumpulkan informasi-informasi dari sebuah data. Metadata berguna untuk memonitoring
indikator dengan mudah dipahami supaya lebih mudah dan dapat menyalurkan indikator-
indikator untuk memahami makna dari indikator, sehingga kita dapat dengan membuat
Undang-undang dengan mudah, dan gamang menghitungnya serta membuat perencanaan
pembangunan dengan mudah. Setelah itu kita menyiapkan data base, dan selanjutnya
rencana aksi. Pertemuan pada saat ini merupakan pertemuan yang pertama yang menjelaskan
tentang indikator global dan nasional TPB untuk setiap tujuan dan kesepakatan. Bila ada
indikator yang spesifik di daerah, oleh karen itu susun meta data sendiri sesuai indikator
daerah. Selain di pemerintah di CSO –CSO lainnya pasti memili renstra masing-masing.
Diserahkan kepada Bapak HAPRIADI BAPEDDA sebagai Moderator

Terimakasih kami sampaikan kepada Buk Ana Dengan adanya program SDGs ini, maka
dapat membangun komitmen kita bersama terkait rencana pembangunan program
terkhususnya Provinnsi Riau kedepannya dengan terperioritas. Yang telah disusun oleh ahli
masing-masing pilar dan pokja yang telah di susun. Oleh karena itu kita hanya tinggal
menyepakati indikator-indikator yang telah di disusun oleh ahli.

Bapak Uir
Kami tim ahli terdiri dari 4 orang, kami telahmencoba untuk mendesain terkait dengan SDGs
ini. jadi ada dua tahapan yang sudah kami lakukan yang pertama yaitu memetakan dari 4 pilar
tersebut kedalam indikator yang sudah ada pada RPJMD Provinsi Riau, melalui dokumen
tersebut kami mencoba mereviewnya. Dari 241 SDGs hanya beberapa jumlah yang terdapat
dalam RPJMD, kemudian dokumen SKPD sampai dengan SKPDN. Dari 4 pilar yang ada
yaitu pilar ekonomi, sosial, lingkungan tata kelola dan hukum, maka hanya 12 persen yang
benarbenar metching antara indikator SDGs dengan perencanaan kita Provinsi Riau. Ada
persoalan indikator yang 241, karena tidak semua terkait wewenng dan hubungan vertikal.
Pada pilar sosial hanya 18 persen, pilar ekonomi 12 persen, pilar lingungan 11 persen
sedangkan di pilar hukum dan tata kelola 0 persen. Di pilar hukum 0 persen karen indikator
tersebut sebenarnya menyangkut tentang kewenangan vertikal. Misalnya di kepolisian
indikatornya tidak ada di RPJMD, oleh karena itu kita hari ini mencoba menstreser dari
empat pilar tersebut dimana indikator tersebut terdapat apakah di instansi kepolisian atau di
instansi lainnya. Kami dari tim mohon bantuan terkait indikto hukum dan tata kelola ini
untuk membantu dalam mengdentifikasi persoalan yang ada. Pentingnta SDGs ini untuk
kemajuan Provinsi Riau kedepannya demi untuk anak cucu kita kedepannya. Mungkin hanya
itu yang dapat saya sampaikan, terimakasih atas perhatiannya, saya kembalikan kepada
moderator.

Moderator : setelah ini kita langsung saja untuk mendiskusi kan indikator-indiktor yang tepat
untuk pembangunan berklanjutan. Pada hari ini dibagi kedala 2 pilar yaitu pilar bagian
lingkungan dan pilar pembangunan hukum dan tata kelola. Untuk itu kami mengharpkan
partisipasi dari Bapak ibuk sekalian dengan berperan aktif. Program ini tidak hanya
komitmen dari pemerintah pusat saja namun kepada semua instansi dan stakeholder terkait
juga sangan dibutuhkan peran aktif dari mereka. Karena tujuannya untuk kebaikan Provinsi
Riau kedepannya. Sekian dari saya,

Pembahasan Matadata Indikator TPB/SDGs Bagian Pilar Pembangunan Hukum Dan


Tata Kelola

Pembangunan hukum dan tata kelola di bantu oleh Bapak Dodi Haryono dari Fakultas
Hukum Universitas Riau.

Bapak Dodi : dalam meating kita kali ini fokus pada pilar pembangunan hukum dan tata
kelola. Goalya yaitu Perdamaian keadilan kelembagaan yang tanggu. Sebelum kita masuk
kepada pembahasan, perlu kami sampaikan bahwa berdasarkan analisis kami tim ahli untuk
sementara di pilar hukum dan tata kelola banyak bersinggungan dengan instansi vertikal,
serta kewenangannya lebih banyak di tingkat pusat dibandingkan kewenangan di tingkat
provinsi. 23 indikator persis sama di RPJM Provinsi kami temukan kosong tidak ada
persentase di bagian hukum dan tata kelola ini. jadi yang dapat di kembangkan hanyalah 16
indikator karena itu merupakan kewenangan di pemerintahan provinsi namun itu merupakan
kewenangan di pemerintahan pusat. Oleh karena itu kita sama-sama mendudukan indikator
yang ditetapkan. Jadi kita membahasnya per indikator dicek dan di diskusikan. Draf yang
kami susun ini banyak mengabil dokumen metadata nasional dan memakai indikator tersebut.
Langsung saja kita lihat
Indikator 16.1.1 secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan angka kematian
terkait dimanapun, indikator globalnya angka korban kejahatan pembunuhan berencana per
100.000 penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin, ditingkat nasional dalam meta data
screening indikator meliputi jens kelamin dan umur korban, jenis kelamin dan umur pelaku,
hubungan antara korbn dan pelaku, alat yang digunakan, wilayah, kewarganegaraan korban,
jadi menurut kami ini bisa di kembangkan di tingkat provinsi dengan indikatornya jumlah
kasus kejahatan pembunuhan pada satu tahun terahir. Dan susmber datanya dapat di lihat di
kepolian daerah.
Hasil diskusi :
datanya dapat di lihat di kepolisian daerah pada Biro Operasional sedangkan di Polres ada
pada bagian Operasional. Jadi Indikator ini dapat di terima.
Saran (Angga LBH) : dis-agregasinya memasukkan data tentang sebab atau motif terjadinya
kejahatan tersebut.

Indikator 16.1.2
Indikator SDGs Global kematian disebabkan konflik per 100.000 pedududk terpilah
berdasarkan jenis kelamin, umur, penyebab kematian, sedangkan indikator SDGs nasional
kematian disebabkan konflik per 100.000 penduduk, pada metadata yang pertama yaitu
jumlah korban berdasarkan konflik, jenis kelamin korban, umur korban, tempat kejadian
perkara atau wilayah, jenis komflik, namun indikator di tingkt provinsi menjadi kematian
disebabkan konflik per 100.000 penduduk.

Hasil diskusi :
Indikator 16.1.2 indikator provinsi sama dengan indikator global yaitu kematian disebabkan
konflik per 100.000 penduduk, jadi data dapat diterima. Perlu adanya informasi jenis dan
sumber konfilk ataupun motive. Datanya dapat ditemukan di kepolisian daerah/kepolisian
resort. Dapat diterima

Indikator 16.1.3 proporsi penduduk yang mengalami kekerasan secara fisik, psikologi, atau
seksual dalam 12 bulan terakhir, SDGs nasioanl proporsi penduduk yang menjadi korban
kejahatan dalam 12 bulan terakhir, metadatanya jenis kelamin, umur, wilayah, namun seelah
di bawa kepada indikator provinsi menjadi proporsi penduduk yang menjadi korban
kejahatan dalam 12 bulan terakhir.
Hasil diskusi :
Indikator 16.1.3 indikator Provinsi sama dengan indikator Global, lebih membedakan kepada
kejahatan. Datanya dapat diterima dari Badan Pusat Statistik (BPS) Susenas dan data
Kepolisian. Dapat diterima

Indikator 16.1.4 indikator Global sama dengan indikator provinsi namun utntuk memperoleh
metadata dari jumah penduduk, jumlah penduduk yang merasa aman berjalan sendiri di area
tempat tinggal, wilayah (nasional dan provinsi).
Hasil diskusi :
Indikator 16.1.4 Indikator provinsi proporsi penduduk yang merasa aman berjalan sendirian
di area tempat tinggal. Data dapat diterima di BPS adanya 3 tahun sekali, Susenas, modul
ketahanan sosial. Dapat diterima
Indikator 16.2.1 target SDGs yaitu menghentikan perlakuan kejam, eksploitasi, perdagangan,
dan segala bentuk kekerasan, dan penyiksaan terhadap anak, indikatro globalnya proporsi
anak umtu 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik dan/atau tekanan psikologis dari
pengasuh dalam bulan terakhir. Indikatornta berbeda dengan provinsi yaitu proporsi rumah
tangga yang memiliki anak umu 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik dan/atau agresi
psikologis dari pengasuh dalam setahun terakhir. Metadatanya dapat di lihat dari peresentase
anak umur 1-17 tahun yang mengalami hukuma fisik dan/atau agresi psikologis dari
pengasuh, wilayah, kuintil pengeluaran.

Hasil diskusi :
Indikator 16.2.1 perlunya disinkronisasi sumber data dari berbagi sumber menjadi satu data
yang dapat dipakai untuk mengukur indikator. Data dapat di BPS serta data pendukungnya
dapat di temukan di P2TP2A dan Kepolisian. Dapat diterima

Indikator 16.2.3 dari indikator global proporsi perempuan dan laki-laki muda umur 18-29
tahun yang mengalami kekerasan seksual sebelum berumur 18 tahun, sedangkan indikator
provinsi proporsi perempuan dan laki-laki muda umur 18-24 tahun yang mengalami
kekerasan seksual sebelum umur 18 tahun. Untuk metadatanya dapat di lihat dari jenis
kelamin, dan wilayah (desa/kota).
Hasil diskusi :
Indikator 16.2.3 data dapat di dapatkan dari P2TP2A, KPAI Provinsi Riau, Kanwil
Kemenkum HAM. Data diterima

Indikator 16.3.1 target dari SDGs yaitu menggalakkan (kedaulatan) aturan hukum di tingkat
nasional dan internasional dan menjamin akses yang sama terhadap keadilan bagi semua.
Indikator global yaitu proporsi korban kekerasn dalam 12 bulan lalu yag melaporkan kepada
pihak berwajib atau pihak berwenang yng diakui dalam mekanisme resolusi konflik,
sedangkan indikator provisnis meiputi proporsi korban kekerasan dalam 12 ulan terakhir
yang melaporkan kepada polisi. Jadi metadatanya dapat dilihat dari nasional, provinsi,
kabuapaten/kota, jenis kelamin, kuintil, dan umur.
Hasil diskusi :
Indikator 16.3.1 (b) data dapat di peroleh di Kanwil Kemenkum Ham, namun di konfirmasi
terlebih dahulu pada pengadilan, kepolisian, kanwil kemenkum ham terkait dengan data.
Data diterima
Indikator 16.3.2 indiktor global yaitu proporsi tahanan yang belum diputus terhadap seluruh
jumlah tahanan dan napi, kemudian indikator provinsi meliputi proporsi tahanan yang
melebihi masa tahanan terhadap seluruh jumah tahanan. Metadatanya dapat diperoleh dari
jenis kelamin, umur, lama waktu penahanan.
Hasil diskusi :
Data awal diterima dari kepolisian, kanwil kemenkum ham. Data diterima

Indikator 16.4.1 bahwa indikator globalnya total nilai penggelapan uang masuk dan keluar
negeri.
Hasil diskusi :
Bahwa indikator ditolak karena tidak relavan di daerah. Data di tolak

Indikator 16.4.2 bahwa indikator global meliputi proporsi senjata api dan senjata ringan yang
terdaftar dan terlacak yang sesuai dengan standar internasional dan ketentuan hukum.
Hasil diskusi :
Bahwa indikator ditolak karena tidak relavan di daerah. Data di tolak

Indikator 16.5.1 bahwa indikator global proporsi penduduk yang memiliki paling tidak satu
kontak hubungan dengan petugas, yang membayar suap kepada petugas atau meminta ntuk
menyuap petugas ersebut dalam 12 bulan terakhir. Sedangkan indikator provinsi Indeks
perilaku anti korupsi (IPAK), nilai RAD PPK Provinsi , jumlah SKPD yang ditetapkan
sebagai zona integritas.
Hasil diskusi :
Memasukkan turunan dari IPAK. Kemudian tidak adanya data di ombudsman terkait hal ini
kerana ombudsman tidak termasuk dalam cyber pungli sebagai data pendukung. Namun data
dapat diperoleh darai Bapenas dan KPK. Data diterima

Indikator 16.5.2 bahawa indikator provinsi yang diusulkan terkait Corruption Perception
Indexs (CPI). Metadata IPK yang ada pada saat in unggul dalam hal komparasi level dan
peringkat korupsi antarnegara. Datanya dari sekretarian daerah inspektorat daerah (tahunan)
Hasil diskusi :
Bahwa indikator ini dihapus karena tidak sesuai dengan konsep di tingkat daerah. Dihapus
Indikator 16.6.2 bahwa indikator global yaitu proporsi penduduk yang puas terhadap
pengalaman terakhir atas layanan publik. Sedangkan indikator provinsi yang disulkan
persentase kepatuhan pelaksanan UU pelayanan publik pemerintahan daerah
(provinsi/kabuapaten/kota). Metadatanya dapat dilihat dari tingakat pemerintahan terkait
kementrian/lembaga, provinsi, kabupaten, daerah. Data dapat diterima di tingkat kepatuhan
pada sekretariat daerah inspketorat daerah dan ombudsman.
Hasil diskusi :
Indikator 16.6.2 (a) Pada level Provinsi dan Kabupaten , termasuk data di instansi vertikal
lantas, pelayanan Kemenkum Ham, Imigrasi, adanya usulan indikator persentase tingkat
kepatuhan instansi pemerintah terhadap rekomendasi ombudsman. Data diterima

Indikator 16.9.1 indikator global yaitu proporsi anak umur dibawah 5 tahun yang dicatat oleh
lembaga pencatatan sipil terpilah menurut umur. Kemudian indikator usulan provisni yaitu
proporsi anak umur dibawah 5 tahun yang kelahirannya dicatat oleh lembaga pencaatan sipil.
Metadataya dapat diperoleh dari jenis kelamin, wilayah (nasional, provinsi, kabuoaten/kota).
Hasil diskusi :
Indikator provinsi hanya memastikan anak dibawah umur 5 tahun. Data konsolidasi dar
kabupaten/kota setelah diverivikasi. Data diperoleh dari dinas kependudukan pencatatan sipil,
dan pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Data diterima

Indikator 16.9.1. (a) indikator uuslan dari provinsi yaitu persentase kepemilikan akte lahir
untuk penduduk 40% berpendapatan bawah.
Hasil diskusi :
Data dapat diterima dari BPS dan susenas. persentase kepemilikan akte lahir untuk penduduk
40% berpendapatan bawah 0-5 tahun di data konsolidasi. Data diterima

Indikator 16.9.1. (b) indikator usulan provinsi yaitu persentase anak yang memiliki akta
kelahiran. Metadatanya dari jenis kelamin, wilayah (nasional, provinsi, kabupaten/kota).
Hasil diskusi :
Datanya dapat diperoeh dari BPS. Data diterima

Indikator 16.10.1. (a) indikator global yaitu jumlah kasus pembunuhan penculikan dan
penangkapan secara paksa enyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang terhadap jurnalis,
awak media, serikat pekerja, dan pembela ham dalam 1 2 bualan terakhir. Sedangkan
indikator usulan provinsi yaitu jumlah penanganan pengaduan pelanggaran HAM.
Hasil diskusi :
Datanya di Komnas HAM. Indikatornya menjadi batas provinsi tidak pada pelanggaran berat
namun dalam pelanggaran non berat. Data diterima

Indikator 16.10.1. (b) indikator global dan indikator usulan provinsi sama yaitu jumah
penanganan pengaduan pelanggaran HAM perempuan terutama kekerasan terhadap
perempuan.
Hasil diskusi :
Pada indikator provinsi ditambahkan anak tidak hanya perempuan saja. Datanya tidak ada
pada biro hukum, namun datanya terdapat pada kanwil kemenkum HAM. Data diterima

Indikator 16.10.2 (b) indikator usulan provinsi yaitu tersedianya badan publik yang
menjalanan kewajiban sebagaimana diatur dalam UU no 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
Hasil diskusi :
Indikator 16.10.2 (b) data tidak ada di Ombudsam namun data ada pada KIP. Indikator
diterima

Indikator 16.10.2. (c) indikator global yaitu jumlah kepemilikan sertifikat pejabat pengelola
informasi dan dokumentasi untuk mengukur kualitas PPID dalam menjalankan tgas dan
fungsi sebagaimana diataur dalam peraturan. Sedangkan indikator usulan provinsi jumlah
kepemilikan sertifikat pejabat pengelola informasi dokumentasu (PPID) dalam menjalankan
tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Hasil diskusi :
Indikator 16.10.2 (c) masukan pembentukan PPID setiap dinas dan menyediakan layanan
informasi yang dapat di akses oleh semua kalangan. Tersedianya PPID di setiap SKPD di
Provinsi Riau. Indikator diterima

Indikator 16.b.1 indikator global yaitu proporsi penduduk yang melaporkan mengalami
diskriminasi dan pelecehan dalam 12 bulan lalu berdasarkan pada pelarangan diskriminasi
menurut hukum HAM internasional. Edangkan indikator usuan provinsi yaitu jumah
kebijakan yang diskriminatif dalam 12 bulan lalu berdasarkan pelarangan diskriminasi
menurut hukum HAM internasional.
Hasil diskusi :
Belum adanya data pada biro hukum, mungkin disebagaian kota sudah ada akan
dikoordinasikan lagi dengan kanwil kemenkum HAM.

13.36 sesi untuk hari ini kita tutup

Anda mungkin juga menyukai