Notulensi SDGs Nola
Notulensi SDGs Nola
LATAR BELAKANG
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun
2016 - 2030 merupakan komitmen lanjutan dari Tujuan Pembangunan Milenium/Millennium
Developmnet Goals (MDGs) yang telah berakhir pada tahun 2015. TPB/SDGs bertujuan
untuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, melawan ketimpangan, memastikan
perlindungan terhadap alam dan sumber daya yang terkandung didalamnya dan menciptakan
kondisi untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adil. TPB/SDGs merupakan
kerangka kerja pembangunan yang mengintegrasikan secara seimbang dari tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerangka hasil
TPB/SDGs terformulasikan ke dalam 17 Goals, 169 Target/Sasaran, dan 241 Indikator.
Pemerintah Provinsi Riau telah membentuk Tim Koordinasi SDGs melalui Surat Keputusan
Gubernur Riau Nomor: Kpts.187/II/2017 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Daerah
Pelaksanaan SDGs Provinsi Riau 2017-2019 dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan
yang terdiri dari unsur pemerintah provinsi, sektor usaha, philanthropy, organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, media dan akademisi. Salah satu tugas dari
Tim ini adalah menyusun Rencana Aksi Daerah SDGs.
Dalam rangka penyusunan RAD SDGs di tingkat daerah, sesuai dengan proses yang juga
dilakukan pada tingkat nasional, sebelum menyusun rencana aksi, hal yang terlebih dahuku
dilakukan adalah adalah menentukan indikator SDGs yang mana indikator ini nantinya
digunakan sebagai ukuran keberhasilan SDGs di tingkat daerah. Bappeda melalui tim ahli
telah mempersiapkan draft awal termasuk juga konsep penentuan teknis dan daftar indikator
daerah untuk kemudian dibahas dan disepakati bersama dengan kelompok kerja SDGs
Provinsi Riau.
1. Adanya kesepahaman bersama tentang teknis penentuan indikator SDGs provinsi Riau;
2. Adanya daftar indikator SDGs Provinsi Riau yang disepakati bersama oleh kelompok
kerja masing-masing pilar pembangunan SDGs.
PESERTA
Peserta dari kegiatan ini adalah kelompok kerja dari masing-masing pilar pembangunan
SDGs yang tertuang dalam Surat keputusan Gubernur Riau Nomor: Kpts.187/II/2017 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Daerah Pelaksanaan SDGs Provinsi Riau 2017-2019.
METODE KEGIATAN
Metode kegiatan ini adalah:
1. Pengantar;
2. Paparan tentang teknis penentuan indikator daerah;
3. Pembahasan penentuan indikator provinsi Riau.
PENYELENGGARA KEGIATAN
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pelaksanaan SDGs di Provinsi Riau yang
merupakan kerjasama antara Bappeda Provinsi Riau, UNDP dan Tanoto Foundation.
Untuk informasi terkait dengan kegiatan ini dapat menghubugi Saudari Tuti Rahmawati, Staff
Bidang Pemerintah dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Riau. Melalui kontak
phone: +62-81365919975. atau email: t_rachma@yahoo.co.uk.
AGENDA KEGIATAN
WAKTU AGENDA ACARA KETERANGAN
08:30 - 09:00 Registrasi Peserta
09:00 – 09.15 Pengantar Bappeda Provinsi Riau
09:15 – 09.45 Paparan Teknis Penentuan Indikator Daerah Bappenas RI
09:45 - 12:20 Pembahasan Penentuan Indikator SDGs Provinsi Tim Ahli
Riau
12:20 - 12:30 Penutupan Bappeda Provinsi Riau
NOTULENSI PENYUSUNAN INDIKATOR
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/
SUISTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)
BAPPEDA PROVINSI RIAU, SENIN-SELASA / 22-23 MEI 2017
Kedua dokumen ini disusun dengan menggunakan prinsip inklusif dan keterbukaan, bahwa
semua memiliki posisi yang sama, memiliki suara yang sama. Metadata ini terdiri dari
indikatornya di global 241 metadata, isinya khusus indikator SDGs indonesia.
Melalui proses yang akan saya ceritakan yang hasilnya itu khusus untuk pilar sosial dan
ekonomi, pada pilar sosial lebih dari 80 indikator l, jadi total SDGs 321 yang akan muncul di
SDGs nasional. Sudah termensrtrem di dalam RPJM dari sejak penyusunan RPJMD sudah
terinternalisasi bila nanti akan menyusun RPJMD berikutnya, jadi jiwa SDGs harus sudah
ada di dalamnya. Awalnya dengan memetakan antara target nasional dengan target global.
selanjutnya berdasar dari ini kami mencocokkkan apakah indikator-indikator yang ada di
target nasioanl relevan tidak dengan indikator pusat, seberapa selarasnya penentuan indikator
dengan menggunakan SMART. Itu pembahasan umum untuk memechingkan. Kita tidak
hanya melihat indikatornya saja, namun kita lihat target nasional, print peta data ambil
contoh sosial dan ekonomi adanya terget global disampingnya indikator nasional dan
indikator global.
Metadata pengertian secara umum adalah kumpuan data data informasi yang terangkum
memiliki makna makna dan informasi tertentu. Sebuah indikator disusun tidak hanya makna
pasti sudah pasti punya makna. Cara penghitungannta ada , tidak hanya konsep namun
memilik makna, pengumpulan data dan sumbernya siapa sudah jelas instansinya jelas dan
memberikan laporan itu jelas karena sumbernya dari berbagai macam instansi dan dinas.
Lalu adanya frekusensi, frekuensi tidak harus 1 tahun, atau 2 tahun yang relevan apabila
dilaporkan dalam 3 tahun, lalu pusat database untuk dokumen rencana aksi, saya yakin bapak
ibuk pasti lebih berpengalaman dari saya dalam menyusun rencana aksi. Rencana aksi dengan
menyiapkan data terlebih dahulu serta mensosialisasikannya apa itu SDGs. Dalam
penyususan rencana aksi yang menunjang pencapaian indikator maka itu yang akan
dikerjakan. Jadi sebenarnya SDGs bukan milik pemerintah tapi milik semua platform.
Pertemuan ini melibatkan semua sektor dan disepakati bersama membahas semua pilar baik
pilar ekonomi, sosial, lingkungan, maupun pilar hukum dan tata kelola. Pertemuan pertama
yaitu penjelasan tentang daftar indikator global dan nasional TPB untuk setiap tujuan dan
kesepakatan, pertemuan kedua penyempurnaan draf metadata indikator yang sudah disiapkan
olek K/L dan stakeholder lain. Hasil pertemuan kedua akan disempurnakan olej sekretariat
dan akan menjadi bahan pembahasan pada pertemuan ketiga, kemudian pertemuan ketiga
diskusi utuk finalisasi draf metadata setiap indikator TPB, pertemuan keempat kompilasi
metadata indikator antar pilar oleh tim perumus.
Lalu indikator global dan nasional yang diterima secara penuh bahwa ditingkat nasional
sumber data sudah jelas ada dan tersedia berkesinambungan untuk mengukur indikator
global. Kemudian indikator diterima tapi diukur dengan menggunakan indikator nasional
(proxy-nya) bahwa ditingkt nsional sumber data dan data berkesinambungan yang tersedia
hanya dapat untuk mengukur indikator nasional dan indikator sudah diukur ditingkat nasional
seterusnya indikator global diterima namun akan dikembangkan bahawa hanya di tingkt
nasional sumber daa belum jelas atau data tersebar di beberapa sumber, ketersediaan data
belum berkesinambungan tapi indikator global ini disepakati akan diukur hingga 2030.
Sebisa mungkin indikator kita yang diterima harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
kejelasan tentang instansi yang gertanggung jawab menghasilkan data indikator , kejelasan
konsep dan defenisi, kejelasan metode penghitungan, kejelasan manfaat indikator (rasional
diukurnya indikator), kejelasan tentang disagregasi data dari setiap indikator, kejelasan waktu
untuk dapat menyediakan data indikator (frekuensi indikator).
Beberapa tahun ini sebenarnya sudah dilewatkan dan sudah ada hasilnya di riau, pemetaan
target SDGs nasioanl dengan RPJMN. Kemudian matcing indikator adalah mencocokkan
pada target daerah sesuai dan selaras dengan RPJMN dan selaras dengan target global, lalu
menentukan klasifikasi yang akan menjadi salah satu output yang akan disesuaikan dengan
proxy atau tidak, kita akan melihat indikator ada metadata nasional bisa jadi indikator
nasionalnya masih akan dikembangkan.
Rencana pengusunan indikator yang akan dikembangkan meliputi dari 124 indikator SDGs
UNSTAT Desember 2016, terdapat 75 (+3) indikator yang perlu dikembangkan di indonesia
dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) ditingkat global metadata belum jelas atau tidak
ada, (b) ditingkat nasional indikator yang tersedia belum setara dengan indikator global, (c)
ditingkat nasional pada RPJMN 2015-2019 baru mencakum 96 dari 169 target global.
Kerangka waktu penyusunan indikator yang perlu dikembangkan adalah sebagi berikut : a.
Indikator global diperkirakan akan diselesaikan metadatanya pada tanhun 2017. b) target dan
RPJMN akan di mutakhirkan melalui mekanisme Mid-tern review RPJMN yang akan
dilaksanakan pertengahan 2018.c) rencana pengembangan dituangkan pada renaksi.
Proses penyusunan indikator dan RAD TPB/SDGs hal yang pertama kali kita lakukan yaitu
dengan melakukan pemetaan Target SDGs Global dan Nasional dengan target daerah
(RPJMD), kemudian mencocokkan indikator pada target daerah yang relavan dengan
indikator global dan indikator nasional. Selanjutnya menentukan kalsifikasi indikor sesuai
proxy yang dikembangkan berdasarkan kemampuan penyediaan data dan yang tercntung di
dalam buku perencanaan pembangunan. Selanjutnya dengan penyusunan metadata untuk
indikator daerah yang mengacu pada metadata nasional, seterusnya penyiapan database jadi
seluruh indikator daerah yang akan di ukur disesuaikan dengan indikator global. Dan
dilanjutkan dengan penyusunan RAD kemudian di sahkan oleh pimpinan daerah. Dokumen
yang harus disiapkan untuk penyusunan indikator daerah yaitu : RPJMD, Renstra Daerah,
RKPD, pedoman metadata SDGs Indonesia.
Dokumen metadata SDGS indonesia adalah sebagai panduan RPJMD. Jika kita memilki
metadata maka kita jadi tau apa alat ukur, mau dia level indikatornya itu kegiatan ataupun
program sampai output dan outcome. Dalam menyususn indikator daerah, ada kemungkinan
indikator global masih akan dirubah dan di daerah lebih maju serta instansinya lebih baik.
Sekian dari saya, maka saya serahkan kepada moderator.
Nasoka : Diskusi ini merupakan proses awal dalam membuat SDGs sebaiklah akan saya
jelaskan, jadi untuk proses selanjutnya yang perlu kita bangun yaitu metadata, terlebih
dahulu kita menyiapkan sebuah dokumen baik di provinsi ataupun di daerah, draf ini
hanyalah sebuah penetapan indikator SDGs Provinsi yang mengacu pada indikator Global
dan Nasional yang belum disepakati, kita mencoba bersama-sama untuk meperbaiki ataupun
merubah indiktor tersebut sesuai dengna kebutan Provinsi masing-masing, bukan draf yang
telah di sepakati secara bersama, kalau ada yang perlu di perbaiki kita dapat melakukan
secara bersama untuk mendapatkan kesepakatan. Jadi diharapakan kita semua berperan aktif
dalam penyusunan SDGs ini. Yang kedua mengapa hal ini muncul karena baru berdasarkan
dokumen. Kita disini mempunyai posisi yang sama kita musyawarakna bersama untuk
mencapai kesepakatan indikator. Dan selanjutkan kita akam mengadakan pertemuan lanjutan
membahas Goal dari masing-masing pilar, diskusi ini tidak hanya samai disini saja.
Ermayani dari badan kependuduka dan keluarga berencana : terimakasih atas kesempatan
yang diberikan perkenalkan nama saya Ermayani. Sekilas mungkin dari kami dan juga dinas
kesehatan kami mencoba berkontribusi dalam penyusuna SDGs ini. Untuk itu kami berada
dalam Goal ketiga yaitu terkait kesehatan, untuk sumber data mungkin lebih banyak pada
dinas kesehatn dibandingkan di dinas kami BKKBN. Namun ada sedikit yang saya diskusi
Indikator 1.4.1.b itu adalah terkait dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan BPS survei Demografi dan kesehatan Indonesia,
bahwa BKKN tidak mempunyai data tentang imunisasi dasar, namun sepertiya ada data
tersebut di Dinas kesehatan Provinsi. Kami berusaha memahami dan berkonstribusi dengan
data-data yang kami miliki di instansi masing-masing. Mungkin sumber data nya di dinas
kesehatan terkait dengan angka kelahiran maupun kematian. Selanjutnya saya lihat akan
meshare datanya.
Nasoka : jadi, ada beberapa goal yang tidak ada datanya di KKBn tapi datanya di dinas lain,
seperti di dinas kesehatan ada beberapa data yang sabetulnya ada namun tidak lengkap
namun juga harus berkolaborasi dengan dinas lain. Bagaimana di Badan Pusat Statistik
(BPS)?
BPS : terima kasih atas kesempatan yang diberikan, melanjutkan pada indikator 1.2.2 dari
sumber data pertama BPS survei Sosial ekonomi nasional (susenas) kor, kami memiliki data
tersebut. kami sendiri juga agak sedikit bingung, sumber datanya di tulis.
Nasoka : ini merupakan sebuah dokumen ataupun draf yang dirangkum oleh para ahli dan
melihat dari RPJM maupun RPJMD. Saya kira masing-masing dinas datanya apakah sudah
ada di dinas, kita harus menyepakati berapa lama kita dapat mengumpulkan indikator indiktor
yang sudah disepakati masing-masing dinas, kemudian melakukan review di masing-masing
instansi, kira-kira 3 mingggu apakah memungkinkan untuk membahas hasil dari diskusi ini,
Terimakasih pak sebaiknya draf ini kami bawa pulang terlebih dahulu untuk mendiskusikan
draf ini, deadline kita untuk mengumulkan bahan, kemudian baru melakukan direvisi.
Kita membuat kesepakatan, dengan memastikan alamat email, nope, kemudian membuat
deadline dari bappeda, deadline kita untuk mengumpulkan bahan pihak bapeda, jadi Bappeda
mempunyai waktu untuk merevisi.
Sarah : dalam mengumpulkan data untuk menjawab indikator, seperti di paparkan di draf ini
ada beberapa macam survei, semua bentuk survei tolong dipelajari sesuai bidang masing-
masing. Datanya dapat di laporkan supaya dapat dihitung per provinsi, jadi secara teliti dan
mengupdate informasi-informasi. BPS harus aktif dan melaporkan data ke provinsi.
PPA : Kegiatan indikator global ataupun nasional sumber datanya kurang riil, oleh karena tu
perlu di cek lagi, terkait dengan pemberdayan perempuan kami agak kesuliatan dengan data,
mungkin dari pusat dapat membantu, kemudian misalnya dari kepolisin juga dapat meminta
data misalnya, dari kementrian pemberdayaan perempuan pun kami sulit menemukan data,
terkait kejahatan yang dilakukan oleh anak.
Mbak sarah : kita dengan mudah dapat mengakses, cukup dengan download dari BPS datanya
sudah akurat karena melalui survei. Melihat berbagai macam publikasi dan datanya data
diambil kemudian analisisnya sesuai dengan dinas provinsi. Yang tercantum hanyalah
sumber data, secara valid dapat diambil datanya. Mencoba melihat kedapan menyusun
rencana aksi daerah, didalam menyusun aksi daerah bukan hanya program kkbn namun akan
banyak instansi yang akan bertanggug jawab. Setiap dinas dapat update terhadap survei yang
dilakukan secara nasional.
Nasoka : Banyaknya pertanyaan kita terkait data-data masing instansi. Tadi di tawarkan oleh
pak wawan kapan kira-kira kita dapat mengumpulkan hasil dari indikator yang telah di
musyawarahkan, kemudian hasil review dari masing instansi, kita akan ada diskusi kilat,
terkait data bebicacara tetang kesesuaian indikator apakah memungkin untuk kita sinkronsasi,
yang menjadi catatan apakah pada periode 5 tahun ini akan menumpu pada data. Kita
terfokus Untuk data yang belum punya pada peride petama ini, kemudian di periode
selanjutkan kita akan memverifikasi kembali indikator-indikator yang telah dikumpulkan.
hasil tahun pertama proses pencapaiannya. Kita dapat menyiapkan target pencapaiannya, ada
dua jenis untuk mencapai target, yang pertama yaitu bagaimana kita menyiapkan data itu
sendiri, oleh karena itu adanya diskusi internal yang disiapkan di dinas masing-masing, tidak
hanya melakukan diskusi pada level pemerintah saja.
Dompet duafa : Baik terimakasih Pak Nasokah dan kawan-kawan dari Bappeda dan
Bapennas. ada 7 program goal 1.2.3.4.6.10.11. yang terferifikasi dalam bentuk dokumen hasil
dari kajian rapat kita. Yang saya pertanyakan disini apakah bisa kami menambahkan
indikator yang sudah ada, yang kedua bagaimana tugas taupun peran yang harus kita
layangkan sehingga menjadi terlengkapi indiktor ini.
Sarah : berbagai pengalaman, saya mencoba menanggapi, contohnya didalam FBI yang
merupakan asosiasi bisnis yang terdiri dari forum bisnis didalam, bahwa di dalam organisasi
FBI terrgabung beberapa bisnis ada 12 asosiasi yang bergabung, jadi yang kita lihat apakah
indikator sama dengan global, bisa berkonribusi dalam indikator itu, kalau seandainya bisa
berkontribusi dalam indikator maka dapat diajadikan sebagai penunjang dalam penyusunan
SDGs. Di CSO nasioanal seperti dompet duafa, apakah program meraka berkontribsi untuk
mencapai program tujuan SDGs ini.
Nasoka : ada yg lain bapak ibu sekalian
KPAI : apakah kami bisa membreak down indikator-indikator yang sudah ada.
Nasoka : Bisa, konsekuensi kita tidak bisa menyumbang data di level nasional, jadi
tergantung kepada kemampuan kita untuk meminformasikan. Laporan untuk nasional
menjadi tambahan. Ketika kita membahas indikator yang dipakai Bapedda, angka kematian
ibu dan anak per 100.000, sebaiknya kita memakai proksi sesuai proksi nasional. Sehingga
dengan mudah dapat menghitung pert tahunya. Rumusan indikatornya seperti apa, Kita
perlu menyiapkan indikator dan kemampuan kita, guna untuk melengkapi data-data tersebut.
Semua indikator yang ada atas kesepakatan kita bersama.
Bapedda : kami berterimakasih kepada masing-masing instansi telah ikut berpartisipasi dalam
diskusi ini, untuk menghemat waktu langsung saja kita sepakati bahwa tanggal 5 juni 2017
batas terakhir untuk memasukkan indikator pada masing-masing instansi. Kita dapat
mengumpulkan indikator dan kemudian kita lanjutkan dengan memverifikasi. Kemudaian
melanjutkan diskusi untuk selanjutnya. Kami tutup dengan Hamdallah
Nasoka : Bapak ibuk kami akan kirimkan email soft copynya, selanjutnaya kita lanjutkan
review tanggal 5 juni 2017, setelah menyusun indikator kita akan menyusun rencana aksi,
kira-kira program sesuai dengan target-target SDGs. Ada time line permerintha dan non
pemerintah.
Hari kedua,
Selasa, 23 Mei 2017
PEMBUKAAN
Oleh : Bappeda Provinsi Riau
Assalamualaikum wr.wb
Langsung saja bahwa pada hari khusus membahas Pokja pilar Lingkungan dan pilar
pembangunan hukum dan tata kelola. Selanjutnya pemaparan dari sekretarian SDGs Nasional
terkait SDGs yang sudah disusun oleh INDRIANA.
Terimakasih kami sampaikan kepada Buk Ana Dengan adanya program SDGs ini, maka
dapat membangun komitmen kita bersama terkait rencana pembangunan program
terkhususnya Provinnsi Riau kedepannya dengan terperioritas. Yang telah disusun oleh ahli
masing-masing pilar dan pokja yang telah di susun. Oleh karena itu kita hanya tinggal
menyepakati indikator-indikator yang telah di disusun oleh ahli.
Bapak Uir
Kami tim ahli terdiri dari 4 orang, kami telahmencoba untuk mendesain terkait dengan SDGs
ini. jadi ada dua tahapan yang sudah kami lakukan yang pertama yaitu memetakan dari 4 pilar
tersebut kedalam indikator yang sudah ada pada RPJMD Provinsi Riau, melalui dokumen
tersebut kami mencoba mereviewnya. Dari 241 SDGs hanya beberapa jumlah yang terdapat
dalam RPJMD, kemudian dokumen SKPD sampai dengan SKPDN. Dari 4 pilar yang ada
yaitu pilar ekonomi, sosial, lingkungan tata kelola dan hukum, maka hanya 12 persen yang
benarbenar metching antara indikator SDGs dengan perencanaan kita Provinsi Riau. Ada
persoalan indikator yang 241, karena tidak semua terkait wewenng dan hubungan vertikal.
Pada pilar sosial hanya 18 persen, pilar ekonomi 12 persen, pilar lingungan 11 persen
sedangkan di pilar hukum dan tata kelola 0 persen. Di pilar hukum 0 persen karen indikator
tersebut sebenarnya menyangkut tentang kewenangan vertikal. Misalnya di kepolisian
indikatornya tidak ada di RPJMD, oleh karena itu kita hari ini mencoba menstreser dari
empat pilar tersebut dimana indikator tersebut terdapat apakah di instansi kepolisian atau di
instansi lainnya. Kami dari tim mohon bantuan terkait indikto hukum dan tata kelola ini
untuk membantu dalam mengdentifikasi persoalan yang ada. Pentingnta SDGs ini untuk
kemajuan Provinsi Riau kedepannya demi untuk anak cucu kita kedepannya. Mungkin hanya
itu yang dapat saya sampaikan, terimakasih atas perhatiannya, saya kembalikan kepada
moderator.
Moderator : setelah ini kita langsung saja untuk mendiskusi kan indikator-indiktor yang tepat
untuk pembangunan berklanjutan. Pada hari ini dibagi kedala 2 pilar yaitu pilar bagian
lingkungan dan pilar pembangunan hukum dan tata kelola. Untuk itu kami mengharpkan
partisipasi dari Bapak ibuk sekalian dengan berperan aktif. Program ini tidak hanya
komitmen dari pemerintah pusat saja namun kepada semua instansi dan stakeholder terkait
juga sangan dibutuhkan peran aktif dari mereka. Karena tujuannya untuk kebaikan Provinsi
Riau kedepannya. Sekian dari saya,
Pembangunan hukum dan tata kelola di bantu oleh Bapak Dodi Haryono dari Fakultas
Hukum Universitas Riau.
Bapak Dodi : dalam meating kita kali ini fokus pada pilar pembangunan hukum dan tata
kelola. Goalya yaitu Perdamaian keadilan kelembagaan yang tanggu. Sebelum kita masuk
kepada pembahasan, perlu kami sampaikan bahwa berdasarkan analisis kami tim ahli untuk
sementara di pilar hukum dan tata kelola banyak bersinggungan dengan instansi vertikal,
serta kewenangannya lebih banyak di tingkat pusat dibandingkan kewenangan di tingkat
provinsi. 23 indikator persis sama di RPJM Provinsi kami temukan kosong tidak ada
persentase di bagian hukum dan tata kelola ini. jadi yang dapat di kembangkan hanyalah 16
indikator karena itu merupakan kewenangan di pemerintahan provinsi namun itu merupakan
kewenangan di pemerintahan pusat. Oleh karena itu kita sama-sama mendudukan indikator
yang ditetapkan. Jadi kita membahasnya per indikator dicek dan di diskusikan. Draf yang
kami susun ini banyak mengabil dokumen metadata nasional dan memakai indikator tersebut.
Langsung saja kita lihat
Indikator 16.1.1 secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan dan angka kematian
terkait dimanapun, indikator globalnya angka korban kejahatan pembunuhan berencana per
100.000 penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin, ditingkat nasional dalam meta data
screening indikator meliputi jens kelamin dan umur korban, jenis kelamin dan umur pelaku,
hubungan antara korbn dan pelaku, alat yang digunakan, wilayah, kewarganegaraan korban,
jadi menurut kami ini bisa di kembangkan di tingkat provinsi dengan indikatornya jumlah
kasus kejahatan pembunuhan pada satu tahun terahir. Dan susmber datanya dapat di lihat di
kepolian daerah.
Hasil diskusi :
datanya dapat di lihat di kepolisian daerah pada Biro Operasional sedangkan di Polres ada
pada bagian Operasional. Jadi Indikator ini dapat di terima.
Saran (Angga LBH) : dis-agregasinya memasukkan data tentang sebab atau motif terjadinya
kejahatan tersebut.
Indikator 16.1.2
Indikator SDGs Global kematian disebabkan konflik per 100.000 pedududk terpilah
berdasarkan jenis kelamin, umur, penyebab kematian, sedangkan indikator SDGs nasional
kematian disebabkan konflik per 100.000 penduduk, pada metadata yang pertama yaitu
jumlah korban berdasarkan konflik, jenis kelamin korban, umur korban, tempat kejadian
perkara atau wilayah, jenis komflik, namun indikator di tingkt provinsi menjadi kematian
disebabkan konflik per 100.000 penduduk.
Hasil diskusi :
Indikator 16.1.2 indikator provinsi sama dengan indikator global yaitu kematian disebabkan
konflik per 100.000 penduduk, jadi data dapat diterima. Perlu adanya informasi jenis dan
sumber konfilk ataupun motive. Datanya dapat ditemukan di kepolisian daerah/kepolisian
resort. Dapat diterima
Indikator 16.1.3 proporsi penduduk yang mengalami kekerasan secara fisik, psikologi, atau
seksual dalam 12 bulan terakhir, SDGs nasioanl proporsi penduduk yang menjadi korban
kejahatan dalam 12 bulan terakhir, metadatanya jenis kelamin, umur, wilayah, namun seelah
di bawa kepada indikator provinsi menjadi proporsi penduduk yang menjadi korban
kejahatan dalam 12 bulan terakhir.
Hasil diskusi :
Indikator 16.1.3 indikator Provinsi sama dengan indikator Global, lebih membedakan kepada
kejahatan. Datanya dapat diterima dari Badan Pusat Statistik (BPS) Susenas dan data
Kepolisian. Dapat diterima
Indikator 16.1.4 indikator Global sama dengan indikator provinsi namun utntuk memperoleh
metadata dari jumah penduduk, jumlah penduduk yang merasa aman berjalan sendiri di area
tempat tinggal, wilayah (nasional dan provinsi).
Hasil diskusi :
Indikator 16.1.4 Indikator provinsi proporsi penduduk yang merasa aman berjalan sendirian
di area tempat tinggal. Data dapat diterima di BPS adanya 3 tahun sekali, Susenas, modul
ketahanan sosial. Dapat diterima
Indikator 16.2.1 target SDGs yaitu menghentikan perlakuan kejam, eksploitasi, perdagangan,
dan segala bentuk kekerasan, dan penyiksaan terhadap anak, indikatro globalnya proporsi
anak umtu 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik dan/atau tekanan psikologis dari
pengasuh dalam bulan terakhir. Indikatornta berbeda dengan provinsi yaitu proporsi rumah
tangga yang memiliki anak umu 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik dan/atau agresi
psikologis dari pengasuh dalam setahun terakhir. Metadatanya dapat di lihat dari peresentase
anak umur 1-17 tahun yang mengalami hukuma fisik dan/atau agresi psikologis dari
pengasuh, wilayah, kuintil pengeluaran.
Hasil diskusi :
Indikator 16.2.1 perlunya disinkronisasi sumber data dari berbagi sumber menjadi satu data
yang dapat dipakai untuk mengukur indikator. Data dapat di BPS serta data pendukungnya
dapat di temukan di P2TP2A dan Kepolisian. Dapat diterima
Indikator 16.2.3 dari indikator global proporsi perempuan dan laki-laki muda umur 18-29
tahun yang mengalami kekerasan seksual sebelum berumur 18 tahun, sedangkan indikator
provinsi proporsi perempuan dan laki-laki muda umur 18-24 tahun yang mengalami
kekerasan seksual sebelum umur 18 tahun. Untuk metadatanya dapat di lihat dari jenis
kelamin, dan wilayah (desa/kota).
Hasil diskusi :
Indikator 16.2.3 data dapat di dapatkan dari P2TP2A, KPAI Provinsi Riau, Kanwil
Kemenkum HAM. Data diterima
Indikator 16.3.1 target dari SDGs yaitu menggalakkan (kedaulatan) aturan hukum di tingkat
nasional dan internasional dan menjamin akses yang sama terhadap keadilan bagi semua.
Indikator global yaitu proporsi korban kekerasn dalam 12 bulan lalu yag melaporkan kepada
pihak berwajib atau pihak berwenang yng diakui dalam mekanisme resolusi konflik,
sedangkan indikator provisnis meiputi proporsi korban kekerasan dalam 12 ulan terakhir
yang melaporkan kepada polisi. Jadi metadatanya dapat dilihat dari nasional, provinsi,
kabuapaten/kota, jenis kelamin, kuintil, dan umur.
Hasil diskusi :
Indikator 16.3.1 (b) data dapat di peroleh di Kanwil Kemenkum Ham, namun di konfirmasi
terlebih dahulu pada pengadilan, kepolisian, kanwil kemenkum ham terkait dengan data.
Data diterima
Indikator 16.3.2 indiktor global yaitu proporsi tahanan yang belum diputus terhadap seluruh
jumlah tahanan dan napi, kemudian indikator provinsi meliputi proporsi tahanan yang
melebihi masa tahanan terhadap seluruh jumah tahanan. Metadatanya dapat diperoleh dari
jenis kelamin, umur, lama waktu penahanan.
Hasil diskusi :
Data awal diterima dari kepolisian, kanwil kemenkum ham. Data diterima
Indikator 16.4.1 bahwa indikator globalnya total nilai penggelapan uang masuk dan keluar
negeri.
Hasil diskusi :
Bahwa indikator ditolak karena tidak relavan di daerah. Data di tolak
Indikator 16.4.2 bahwa indikator global meliputi proporsi senjata api dan senjata ringan yang
terdaftar dan terlacak yang sesuai dengan standar internasional dan ketentuan hukum.
Hasil diskusi :
Bahwa indikator ditolak karena tidak relavan di daerah. Data di tolak
Indikator 16.5.1 bahwa indikator global proporsi penduduk yang memiliki paling tidak satu
kontak hubungan dengan petugas, yang membayar suap kepada petugas atau meminta ntuk
menyuap petugas ersebut dalam 12 bulan terakhir. Sedangkan indikator provinsi Indeks
perilaku anti korupsi (IPAK), nilai RAD PPK Provinsi , jumlah SKPD yang ditetapkan
sebagai zona integritas.
Hasil diskusi :
Memasukkan turunan dari IPAK. Kemudian tidak adanya data di ombudsman terkait hal ini
kerana ombudsman tidak termasuk dalam cyber pungli sebagai data pendukung. Namun data
dapat diperoleh darai Bapenas dan KPK. Data diterima
Indikator 16.5.2 bahawa indikator provinsi yang diusulkan terkait Corruption Perception
Indexs (CPI). Metadata IPK yang ada pada saat in unggul dalam hal komparasi level dan
peringkat korupsi antarnegara. Datanya dari sekretarian daerah inspektorat daerah (tahunan)
Hasil diskusi :
Bahwa indikator ini dihapus karena tidak sesuai dengan konsep di tingkat daerah. Dihapus
Indikator 16.6.2 bahwa indikator global yaitu proporsi penduduk yang puas terhadap
pengalaman terakhir atas layanan publik. Sedangkan indikator provinsi yang disulkan
persentase kepatuhan pelaksanan UU pelayanan publik pemerintahan daerah
(provinsi/kabuapaten/kota). Metadatanya dapat dilihat dari tingakat pemerintahan terkait
kementrian/lembaga, provinsi, kabupaten, daerah. Data dapat diterima di tingkat kepatuhan
pada sekretariat daerah inspketorat daerah dan ombudsman.
Hasil diskusi :
Indikator 16.6.2 (a) Pada level Provinsi dan Kabupaten , termasuk data di instansi vertikal
lantas, pelayanan Kemenkum Ham, Imigrasi, adanya usulan indikator persentase tingkat
kepatuhan instansi pemerintah terhadap rekomendasi ombudsman. Data diterima
Indikator 16.9.1 indikator global yaitu proporsi anak umur dibawah 5 tahun yang dicatat oleh
lembaga pencatatan sipil terpilah menurut umur. Kemudian indikator usulan provisni yaitu
proporsi anak umur dibawah 5 tahun yang kelahirannya dicatat oleh lembaga pencaatan sipil.
Metadataya dapat diperoleh dari jenis kelamin, wilayah (nasional, provinsi, kabuoaten/kota).
Hasil diskusi :
Indikator provinsi hanya memastikan anak dibawah umur 5 tahun. Data konsolidasi dar
kabupaten/kota setelah diverivikasi. Data diperoleh dari dinas kependudukan pencatatan sipil,
dan pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Data diterima
Indikator 16.9.1. (a) indikator uuslan dari provinsi yaitu persentase kepemilikan akte lahir
untuk penduduk 40% berpendapatan bawah.
Hasil diskusi :
Data dapat diterima dari BPS dan susenas. persentase kepemilikan akte lahir untuk penduduk
40% berpendapatan bawah 0-5 tahun di data konsolidasi. Data diterima
Indikator 16.9.1. (b) indikator usulan provinsi yaitu persentase anak yang memiliki akta
kelahiran. Metadatanya dari jenis kelamin, wilayah (nasional, provinsi, kabupaten/kota).
Hasil diskusi :
Datanya dapat diperoeh dari BPS. Data diterima
Indikator 16.10.1. (a) indikator global yaitu jumlah kasus pembunuhan penculikan dan
penangkapan secara paksa enyiksaan dan perlakuan sewenang-wenang terhadap jurnalis,
awak media, serikat pekerja, dan pembela ham dalam 1 2 bualan terakhir. Sedangkan
indikator usulan provinsi yaitu jumlah penanganan pengaduan pelanggaran HAM.
Hasil diskusi :
Datanya di Komnas HAM. Indikatornya menjadi batas provinsi tidak pada pelanggaran berat
namun dalam pelanggaran non berat. Data diterima
Indikator 16.10.1. (b) indikator global dan indikator usulan provinsi sama yaitu jumah
penanganan pengaduan pelanggaran HAM perempuan terutama kekerasan terhadap
perempuan.
Hasil diskusi :
Pada indikator provinsi ditambahkan anak tidak hanya perempuan saja. Datanya tidak ada
pada biro hukum, namun datanya terdapat pada kanwil kemenkum HAM. Data diterima
Indikator 16.10.2 (b) indikator usulan provinsi yaitu tersedianya badan publik yang
menjalanan kewajiban sebagaimana diatur dalam UU no 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
Hasil diskusi :
Indikator 16.10.2 (b) data tidak ada di Ombudsam namun data ada pada KIP. Indikator
diterima
Indikator 16.10.2. (c) indikator global yaitu jumlah kepemilikan sertifikat pejabat pengelola
informasi dan dokumentasi untuk mengukur kualitas PPID dalam menjalankan tgas dan
fungsi sebagaimana diataur dalam peraturan. Sedangkan indikator usulan provinsi jumlah
kepemilikan sertifikat pejabat pengelola informasi dokumentasu (PPID) dalam menjalankan
tugas dan fungsi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Hasil diskusi :
Indikator 16.10.2 (c) masukan pembentukan PPID setiap dinas dan menyediakan layanan
informasi yang dapat di akses oleh semua kalangan. Tersedianya PPID di setiap SKPD di
Provinsi Riau. Indikator diterima
Indikator 16.b.1 indikator global yaitu proporsi penduduk yang melaporkan mengalami
diskriminasi dan pelecehan dalam 12 bulan lalu berdasarkan pada pelarangan diskriminasi
menurut hukum HAM internasional. Edangkan indikator usuan provinsi yaitu jumah
kebijakan yang diskriminatif dalam 12 bulan lalu berdasarkan pelarangan diskriminasi
menurut hukum HAM internasional.
Hasil diskusi :
Belum adanya data pada biro hukum, mungkin disebagaian kota sudah ada akan
dikoordinasikan lagi dengan kanwil kemenkum HAM.