MAKALAH - KEL 2 - PENGEMBANGAN KARAKTER - HUBUNGAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN MANUSIA - Kel 2
MAKALAH - KEL 2 - PENGEMBANGAN KARAKTER - HUBUNGAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN MANUSIA - Kel 2
Kelompok 2 - 1A
Disusun Oleh:
1. Ulfatun Khasanah P1337420423002
2. Lintang Muhammad Putra P1337420423077
3. Noval Dwi Prasetyo P1337420423140
4. Felly Dwi Anggi P1337420423152
5. Siti Nur Halisah P1337420423163
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
4. Apa yang dimaksud dengan farmakokinetik Diazepam ?
1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui jenis - jenis obat yang diberikan melalui rute rektal
v
6.
vi
BAB II
PEMBAHASAN
Pemberian obat per rektal adalah prosedur medis dimana obat dicampur dengan
zat lilin yang larut atau mencairkan setelah itu dimasukkan ke dalam rektum. Karena
dinding rektum adalah tipis dan kaya pasokan darah, obat ini mudah diserap.
Supositoria diresepkan untuk orang-orang yang tidak bisa menggunakan obat oral
karena mereka mengalami mual, tidak bisa menelan, atau memiliki pembatasan makan,
seperti yang diperlukan sebelum dan setelah operasi bedah. Obat-obatan yang dapat
diberikan secara rektal termasuk asetaminofen atau parasetamol (untuk demam),
diazepam (untuk kejang), dan obat pencahar (konstipasi). Obat yang membuat perih
dalam bentuk supositoria mungkin harus diberikan melalui suntikan.
1. Keuntungan
bentuk sediaan relatif besar dapat ditampung dalam rektum
rute rektal aman dan nyaman bagi pasien usia lanjut dan muda
pengenceran obat diminimalkan karena volume
rektum umumnya kosong
adjuvant absorpsi memiliki efek lebih jelas daripada di saluran
pencernaan bagian atas
enzim degradatif dalam lumen rektal berada pada konsentrasi
yang relatif rendah
Terapi dapat dengan mudah dihentikan
eliminasi lintas-pertama (first-pass elimination) obat oleh hati
dihindari sebagian
7
2. Kerugian
Dapat menimbulkan peradangan bila digunakan terus menerus
Absorpsi obat tidak teratur
Tidak menyenangkan
Onset of action lebih lama
1. Pengertian Farmakokinetik
Secara umum ada empat hal yang dipelajari dalam farmakokinetik, yaitu
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Keempat faktor tersebut
ditentukan oleh sifat fisiko kimia obat dan variasi fisiologik serta adanya
penyakit, interaksi obat dan faktor lingkungan.
2. Farmakokinetik Diazepam
a) Absorpsi
Diazepam dapat diberikan melalui oral, rektal, dan parenteral secara
injeksi intravena dan intramuskular. Setelah pemberian secara oral, >90%
diazepam akan diserap dengan cepat melalui gastrointestinal. Waktu untuk
mencapai konsentrasi plasma puncak adalah 1−1,5 jam pada pemberian oral,
10−30 menit pada pemberian rektal, kira-kira 1 menit pada pemberian intravena,
dan 0,25−2 jam pada pemberian intramuskular. Penyerapan diazepam akan
melambat apabila diberikan bersamaan dengan makanan berlemak, yaitu
8
menjadi sekitar 45 menit dibandingkan jika dalam kondisi perut kosong dapat
diserap dalam waktu 15 menit. Makanan juga menyebabkan peningkatan waktu
untuk mencapai konsentrasi plasma puncak, yaitu menjadi 2,5 jam. Absorbsi
diazepam pada injeksi intramuskular kurang baik dan sulit diperkirakan,
sehingga hanya dilakukan apabila cara pemberian lain tidak bisa dilakukan.
b) Distribusi
Pada laki-laki usia muda yang sehat, volume distribusi diazepam adalah
0,8−1 L/kg. Sebanyak 98% dari diazepam peroral, atau 95−98% dari per rektal,
terikat erat pada protein plasma terutama albumin dan alpha1-acid glycoprotein.
Diazepam dapat menembus sawar darah otak, plasenta, dan air susu ibu (ASI).
Konsentrasi diazepam pada ASI diperkirakan sebesar 1/10 dari konsentrasi
plasma ibu, pada hari 3−9 setelah melahirkan. Diazepam bersifat larut dalam
lemak dan terdistribusi dengan cepat pada lemak dan jaringan lain. Distribusi
diazepam kepada berbagai jaringan diperkirakan memiliki waktu paruh 1 jam,
hingga mencapai >3 jam. Volume distribusi diazepam adalah 1,1 L/kg pada
pemberian oral, 1,2 L/kg intravena, dan 1 L/kg per rektal. Secara
terminologis, definisi kepribadian dirumuskan secara berbeda oleh para ahli
berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang
mereka kembangkan.
c) Metabolisme
Oksidasi dari diazepam dimediasi oleh sitokrom P450. N-demetilasi dari
diazepam dilakukan oleh CYP3A4 dan CYP2C19, kemudian membentuk
metabolit aktif N-desmethyldiazepam. Zat ini lalu dihidroksilasi oleh CYP3A4
menjadi metabolit aktif temazepam. Temazepam dan N-desmethyldiazepam
kemudian dimetabolisme lagi menjadi oxazepam, dan dieliminasi melalui
konjugasi pada asam glukoronat melalui glukoronidase.
d) Ekskresi
Diazepam dan metabolitnya diekskresikan melalui urine sebagai konjugat
glukoronidase. Waktu klirens diazepam mencapai 20−30 mililiter/menit pada
dewasa muda. Waktu paruh eliminasi diazepam dapat mencapai 48 jam pada
9
pemberian oral, 33−45 jam intravena, 60−72 jam intramuskular, dan 45-46 jam
per rektal. Metabolit aktif N-desmethyldiazepam memiliki waktu paruh
eliminasi yang mencapai 100 jam. Waktu paruh diazepam memanjang pada
neonatus, geriatri, dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
10