Anda di halaman 1dari 45
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Menimban } Mengingat NOMOR 41 TAHUN 1993 TENTANG ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan te- lah diatur ketentuan-ketentuan mengenai ang- kutan jalan; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagai- mana dimaksud dalam huruf a, dipandang perlu mengatur ketentuan mengenai angkutan jalan dengan Peraturan Pemerintah; : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Ne- gara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembar- an Negara Nomor 3480) jo. Undang-undang No- mor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Per- aturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Ta- hun 1992 tentang Penangguhan Mulai_ ber- lakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3494); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANGKUTAN JALAN. BABI KETETAPAN UMUM Pasal i Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. & 3. Angkvtan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari suatu empat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan; Kende-aan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, ter- diri da i kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor; Kenda ‘aan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh perala an teknik yang berada pada kendaraan itu; Kenda aan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disedi:kan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaren; Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua) atau 3 (tige) tanpa rumah-rumah, baik dengan atau tanpa kereta samping; Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk ti- dak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi; Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat du- duk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi; Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus dan kendaraan khusus; Taksi adalah kendaraan umum dengan jenis mobil penum- pang yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer; . Perusahaan angkutan umum adalah perusahaan yang menye- diakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan kendara- an umum di jalan; . Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta meng- atur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi; 12. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asai dan tujuan perjaianan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupua tidak berjadwal; 13. Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang men- jadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang; 14. Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan teratur, de- ngan je dwal tetap atau tidak berjadwal; iS. Menter adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang lalu jintas Gan angkutan jalan. BAB II ANGKUTAN ORANG Bagian Pertama Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Pasal 2 Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor dilakukan de- ngan menggunakan sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus dan kendaraan khusus. Pasal 3 (1) Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengangkutan orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilakukan dengan mobil barang (2 Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil barang se- bagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi per- syaratan : a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding yang tingginya sekurang-kurangnya 0,6 m; b. tersedia luas iantai ruang muatan sekurang-kurangnya 0,4 m2 per penumpang; c. memiliki dan membawa surat keterangan mobil barang mengangkut penumpang. Bagian Kedua Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum Pasal 4 Pengan jkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggt nakan mobil bus atau mobil penumpang. Pasal 5 Pengan:jkutan orang dengan kendaraan umum sebagaimana di- maksud dalam Pasal 4 dilayani dengan : a. traye< tetap dan teratur; atau b. tidak dalam trayek. Bagian Ketiga Angkutan Orang dengan Kendaraan Umum Dalam Trayek Tetap dan Teratur Pasal 6 (1) Untuk pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur, dilakukan dalam jaringan tra- yek. (2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dite- tapkan dengan Keputusan Menteri. Pasal 7 (1) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) terdiri dari: a. trayek antar kota antar propinsi yaitu trayek yang melalui le- bih dari satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat |; b. trayek antar kota dalam propinsi yaitu trayek yang melalui (2) (i) (2) antar Daerah Tingkat I! dalam satu wilayah Propinsi Daerah Tingkat |; c. trayek kota yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam satu wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II atau trayek dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta; d. trayek. pedesaan yaitu trayek yang seluruhnya berada da- lam satu wilayah Kabupaten Daerah Tingakt Il; e. tiayek lintas batas negara yaitu trayek yang meialui batas negara. Jarin jan trayek lintas batas antar negara ditetapkan dengan Kepttusan Menteri berdasarkan perjanjian antar negara. Pasal 8 Traye k antar kota antar propinsi dan trayek lintas batas negara disel2nggarakan dengan memenuhi ciri-ciri pelayanan seba- gai terikut : a. mempunyai jadwal tetap; b. pelayanan cepat; c. dilayani oleh mobil bus umum; d. tersedianya terminal penumpang tipe A, pada awal pem- berangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan; . prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas ja- lan. © trayek antar kota dalam propinsi diselenggarakan dengan me- menuhi ciri-ciri pelayanan sebagai berikut : a. mempunyai jadwal tetap; b. pelayanan cepat dan/atau lambat; c. dilayani oleh mobil bus umum; d. tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan; e. prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas ja- lan. (3) Trayek kota terdiri dari : a. Trayek utama yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pela- yanan : i) 2) mempunyai jadwal tetap; melayani angkutan antar kawasan utama, antara ka- wasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri me- lakukan perjalanan ulang-alik secara tetap dengan pengangkutan yang bersifat massal; diiayani oleh mobil bus umum; pelayanan cepat dan/atau lambat; jarak pendek; melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk me- naikkan dan menurunkan penumpang. t. Trayek cabang yang diselenggarakan dengan diri-ciri pela- yanan : 1) 2) 3) ay 5) 6) mempunyai jadwal tetap; melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung dan kawasan pemukiman; dilayani dengan mobil bus umum; pelayanan cepat dan/atau lambat; jarak pendek; melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk me- naikkan dan menurunkan penumpang. c. Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri pela- yanan : 1) 2) 3) Ay 5) melayani angkutan dalam kawasan pemukiman; dilayani dengan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum; pelayanan lambat; jarak pendek; melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk me- naikkan dan menurunkan penumpang. d. trayek langsung diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayan- an: 1) 2) 3) 4) 5) mempunyai jadwal tetap; melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat massal dan langsung; dilayani oleh mobil bus umum; pelayanan cepat; jarak pendek; (4) 6) melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk me- naikkan dan menurunkan penumpang. Trayek pedesaan diselenggarakan dengan ciri-ciri pelayanan sebagai berikut : a. mempunyai iadwal ietap dan/atau tidak berjadwal; b. pelayanan lambat; c. dilayani oleh mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum; d. tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe , 9ada awal pemberangkatan dan terminal tujuan, e. pr: sarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas ja- lar Bagian Keempat Angkutan Orang Dengan Kendaraan Umum Tidak Dalam Trayek Pasal 9 Pengangl.utan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek terdiri dari : a. pengangkutan dengan menggunakan taksi; b. pengangkutan dengan cara sewa; c. pengangkutan untuk keperluan pariwisata. (1) (2) Pasal 10 Pengangkutan orang dengan menggunakan taksi sebagaima- na dimaksud dalam Pasal 9 huruf a merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas. Wilayah operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meli- puti : a. wilayah administratif Kotamadya Daerah Tingkat II atau wi- layah administratif Daerah Khusus Ibukota Jakarta; b. dalam keadaan tertentu wilayah operasi taksi dapat melam- paui : q) (2) (1) (2) (3) 1 wilayah administratif Kotamadya Daerah Tingkat Il da- lam satu propinsi; 2) wilayah administratif Kotamadya Daerah Tingkat II dan melewati lebih dari satu propinsi; 3) wilayah administratif Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Wiiayah operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Pasal 11 Pen jangkutan dengan cara sewa sebagaimana dimaksud da- iam Pasal 9 huruf b merupakan pelayanan dari pintu ke pintu, den yan atau tanpa pengemudi, dengan wilayah operasi tidak terb atas. Pen.joperasian pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam aya! (1) dilakukan dengan mobil penumpang umum. Pasal 12 Pengangkutan untuk keperluan pariwisata sebagaimana di- maksud dalam Pasal 9 huruf c merupakan pelayanan ang- kutan ke dan dari daerah-daerah tujuan wisata. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk pengangkutan se- bagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib menggunakan mo- bi! bus umum dengan tanda khusus. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri setelah men-de- ngar pendapat Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pa- riwisata. qa (2 (3 (4 ) BAB Ill ANGKUTAN BARANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR Pasal 13 Pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan mobil barang. Pengangkutan barang sebagimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari: a. baring umum; b. bar.ing berbahaya, barang khusus, peti kemas, dan alat be- rat. Penga:igkutan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat jilakukan dengan menggunakan sepeda motor, mobil penum pang dan mobil bus dengan ketentuan jumlah barang yang ciangkut tidak melebihi daya angkut tipe kendaraanya. Penga igkutan barang dengan menggunakan sepeda motor sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus memenuhi persy: ratan : a. mempunyai ruang muatan barang dengan lebar tidak mele- bihi stang kemudi; b. tinggi ruang muatan tidak melebihi 900 milimeter dari atas tempat duduk pengemudi. Pasal 14 Pengangkutan bahan berbahaya diklasifikasikan menjadi pengangkutan bahan : a. mudah meledak; b. gas mampat, gas c: nginan tertentu; - Cairan mudah menyala; padatan mudah menyala; . oksidator, peroksida organik; racun dan bahan yang mudah menular; . radioaktif; . korosif; berbahaya lain. ir, gas terlarut pada tekanan atau pendi- -se-pao (2) (4) a (3) ) ) Kendaraan bermotor pengangkut bahan berbahaya harus : a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai sifat bahan ber- bahaya yang diangkut; b. diberi tanda-tanda tertentu sesuai bahan berbahaya yang diangkut. Pengemudi dan pembantu pengemudi kendaraan bermotor pengangkut bahan berbahaya, harus memilixi kualifikasi terteniu sesuai sifat bahan berbahaya yang diangkut. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pengangkutan be han berbahaya, tanda-tanda tertentu, kualifikasi pengemudi de 1 pembantu pengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri. Pasal 15 Pe gangkutan barang khusus diklasifikasikan atas : a. 2engangkutan barang curah; b. »engangkutan barang cair; c. pengangkutan barang yang memerlukan fasilitas pendi- aginan; d. pengangkutan tumbuh-tumbuhan dan hewan hidup; e. pengangkutan barang khusus lainnya. Pengangkutan barang khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus : a. memenuhi persyaratan pemuatan dan pembongkaran un- tuk menjamin keselamatan barang yang diangkut dan pe- makai jalan lain; b. menggunakan kendaraan bermotor yang memenuhi per- syaratan peruntukan sesuai jenis barang khusus yang diangkut. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pemuatan dan pembongkaran dan persyaratan peruntukan sebagaimana di- maksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri. qq) 2 (3) a (2 (3) Pasal 16 Pengankutan peti kemas diiakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor khusus angkutan peti kemas. Pengangkutan peti kemas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus : a. melalui iintas yang ditetapkan untuk angkuian peti kemas; b. memperhatikan persyaratan keselamatan muatan; c. parkir dan bongkar-muat pada tempat-tempai yang dite- tapkan Peng angkutan lebih lanjut mengenai lintas dan persyaratan peng ingkutan peti kemas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri Pasal 17 Peng angkutan alat berat diklasifikasikan atas : a. alzt berat yang karena sifatnya tidak dapat dipecah-pecah se iingga beban melampaui muatan sumbu terberat; b. ale t berat yang karena dimensinya melebihi ukuran maksi- mum yang telah ditetapkan. Pengangkutan alat berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi persyaratan : a. cara pemuatan dilakukan dengan baik agar alat berat yang diangkut tidak jatuh dari kendaraan bermotor selama pengangkutan; b. pemuatan dan pembongkaran dilakukan dengan alat tertentu; c. menyalakan lampu isyarat berwarna kuning selama perja- lanan; d. waktu pengoperasian kendaraan bermotor. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pengangkutan alat berat diatur dengan Keputusan Menteri. q) (2) (3) (4) BAB IV PERIZiINAN ANGKUTAN Bagian Pertama Izin Usaha Angkutan Pasal 18 Kegiatan usaha angkutan orang dan/atau angkutan barang dengan kendaraan umum dilakukan oleh : a. Badan usaha milik Negara atau badan usaha milik Daerah; b. £ adan usaha milik swasta nasional; c. F operasi; d. Ferorangan warga negara Indonesia. Unttik dapat melakukan kegiatan usaha angkutan sebagaima- na dimaksud dalam ayat (1) wajib memiliki izin usaha ang cutan. Izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan untuk jangka waktu selama perusahaan yang ber- san jkutan masih menjalankan usahanya. Ketentuan izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tidak berlaku untuk : a. perusahaan biro perjalanan umum untuk menunjang kegiat- an usahanya; b. perusahaan yang melaksanakan kegiatan pengangkutan orang sakit dengan mobil ambulans; c. kegiatan pengangkutan jenazah dengan mobil jenazah; d. kegiatan angkutan yang bersifat untuk pelayanan kemasyarakatan. Pasal 19 Usaha angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) terdiri dari : a. usaha angkutan orang dalam trayek tetap dan teratur; b. usaha angkutan orang tidak dalam trayek; c. usaha angkutan barang. Pasal 20 Untuk memperoleh izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 a b. a) (2) (3) (4) ayat (2) wajib dipenuhi persyaratan : memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); memiliki Akte Pen in Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a dan huruf b, akte pendirian koperasi bagi pemohon sebdagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf c dan tanda jati diri bagi pemohon sebagaimana dimaksud Ga- lam Pe sal 18 ayat (1) huruf d; . memili

Anda mungkin juga menyukai