Anda di halaman 1dari 51

i

AKTUALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM


PEMBANGUNAN PEKON DI PEKON GUNUNG TERANG
KECAMATAN BULOK KABUPATEN TANGGAMUS

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Dakwah

Oleh :
DARMA STIAWAN
NPM : 1741020034

Prodi: Pengembangan Masyarakat Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022
AKTUALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM
PEMBANGUNAN PEKON DI PEKON GUNUNG TERANG
KECAMATAN BULOK KABUPATEN TANGGAMUS

Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Dakwah

Oleh :
DARMA STIAWAN
NPM : 1741020034

Prodi: Pengembangan Masyarakat Islam

Pembimbing I : Dr. Faizal M.Ag


Pembimbing II : Drs. Mansur Hidayat, M.Sos. I

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022

2
ABSTRAK

Lampung merupakan salah satu daerah yang ada dipulau Sumatera.


Lampung sendiri kaya akan nilai-nilai kearifan lokal serta salah satu
suku yang memilki kearifan budaya seperti bahasa, tradisi dan lain-lain.
Kearifan lokal sendiri dapat dimaknai sebagai gagasan-gagasan atau
nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat atau lokal yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya serta telah diyakini oleh masyarakat secara
turun-temurun dan dilaksanakan. Begitupun di pekon Gunung Terang
Kecamatan Bulok kabupaten Tanggamus juga memilki kearifan lokal
yang masih terjaga dan diimplemesntasikan hingga saat ini termasuk
dalam aspek pembangunan.
Penenlitian ini meneliti tentang aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal
dalam pembangunan pekon di Pekon Gunung Terang Kecamatan Bulok
Kabupaten Tanggamus. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode penelitian
lapangan partisipan (field research). Adapun metode pengumpulan data
dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa kearifal lokal yang ada
di pekon Gunung Terang yakni musyawarah dan gotong royong.
Pertama kearifan lokal Musyawarah atau dalam istilah setempat
mufakat di aktualisasikan dalam kegiatan perencanaan pembangunan
pekon antara lain seperti dalam proses perencanaan kemajuan pekon,
dimana dalam kegiatan yang dimaksud para aparatur pekon dan tokoh
masyarakat bermusyawarah dengan berpedoman pada nilai-nilai budaya
lokal dengan tujuan untuk merumuskan pelaksanakan pembangunan
pekon dan tercapainya keputusan bersama demi kemajuan pekon
Gunung Terang. Kedua Kearifan lokal gotong royong atau dalam istilah
setempat beguai jejama di aktualisasikan dalam kegiatan pembangunan
pekon seperti dalam pembangunan infrastruktur pekon, dimana ketika
terdapat pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum yang berkaitan
dengan pekon Gunung Terang seperti pembuatan gedung pekon,
pembuatan masjid, lapangan dan jalan yang menghubungkan antar RT
maupun antar dusun yang ada di pekon Gunung Terang maka
masyarakat senantiasa bergotong royong untuk menyelesikan
pembangunan tersebut secara bersama-sama dengan tujuan dapat
terselesaikan dengan sebaiknya dan pekerjaan tersebut menjadi ringan.

Kata Kunci: Aktualisasi, Nilai Kearifan Lokal dan Pembangunan

ii
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Darma Stiawan
NPM : 1741020034
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Aktualisasi Nilai-Nilai


Kearifan Lokal dalam Pembangunan Pekon di Pekon Gunung Terang
Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus” adalah benar-benar
merupakan hasil karya penyusunan sendiri bukan duplikasi dari kaya
orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam
footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya
penyimpangan dalam karya ini, maka tanggungjawab sepenuhnya ada
pada penyusun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, Juli 2022


Penulis,

Darma Stiawan
NPM: 1741020034

iii
MOTTO

ّ ‫ِا َّن ه‬
‫ّللاَ ََل يُ َغيِّ ُر َما ِبقَ ْى ٍم َح هتّى ي ُ َغيِّر ُْوا َما ِبا َ ْنف ُ ِس ِه ْم‬
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri

( Q.S Ar- Rad Ayat 11)

vi
PERSEMBAHAN

Penelitian ini peneliti persembahkan kepada:


1. Kedua orang tua, Ayah Sudarso dan Emak Hasbiyah yang telah
melahirkan, membesarkan, merawat, menjaga, mendidik,
mendoakan dan selalu mengusahakan semaksimal mungkin untuk
anak-anaknya untuk terus tumbuh.

2. Saudara peneliti, Abangku Reindra Pratama, kakak Ipar Liza


Ratna Sari, Ponakanku sicantik Binar Hanggumi dan Adikku Roz
Romaeda Yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan,
motivasi, dan nasehat hingga saat ini.

3. Keluarga Besar Alm. Datuk Sa’ari Adi dan Kakek Hi Fathir,


beserta semua keluarga, yang selalu memberikan doa, semangat
dan dukunganya selama ini.

4. Almamater Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

vii
RIWAYAT HIDUP

Darma Stiawan, lahir di Pekon Gunung Terang Kecamatan


Bulok Kabupaten Tanggamus. Peneliti merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara yang lahir pada tanggal 03 Maret 1998 dari pasangan
Bapak Sudarso dan Ibu Hasbiyah.
Pendidikan yang peneliti tempuh mulai dari SD Negeri 1
Gunung Terang Tahun 2004 selesai pada tahun 2010, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bulok yang diselesaikan pada tahun
2013, selanjutnya melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bulok
yang diselesaikan pada tahun 2016. Pada tahun 2017 peneliti
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung dan mengambil program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam, pada tahun 2018 peneliti mengikuti
organisasi kampus yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa
Raden Intan Pencinta Alam (MAHARIPAL). Selama masa
perkuliahan juga peneliti bekerja sampingan sebagai Kurir Freelance
J&T dari tahun 2021.

Bandar Lampung, Juli 2022


Peneliti

Darma Stiawan

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat
yang sangat melimpah dan memberikan kesehatan serta umur panjang
kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul Aktualisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam
Pembangunan Pekon di Pekon Gunung Terang Kecamatan Bulok
Kabupaten Tanggamus. Selesainya skripsi ini merupakan suatu
hadiah yang luar biasa bagi peneliti karena dengan selesainya skripsi
ini, selesai juga pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Shalawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi
besar Rasulullah SAW, keluarga dan sahabat, semoga kita semua akan
mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir. Dengan selesainya tugas
skripsi ini, peneliti menghaturkan ucapan terimkasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Abdul Syukur, M.Ag selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Drs. Mansur Hidayat, M.Sos.I selaku Ketua Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam serta Bapak H. Zamhariri,
S.Ag, M.Sos.I selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Dr. Faizal, M.Ag selaku Dosen Pembimbning
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan
terkait perkuliahan dari semester awal sampai semester akhir.
4. Bapak Dr. Faizal, M.Ag selaku pembimbing skripsi I dan Drs.
Mansur Hidayat, M.Sos.I selaku pembimbing skripsi II yang
telah memberikan bimbingan, arahan serta bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Abangku Reindra Pratama dan istrinya Liza Ratna Sari serta
adekku Roz Romaeda yang selalu mendokan, dan memberi
semangat kepada peneliti hingga dapat menghantarkan
peneliti menyelesaikan hingga ke jenjang ini.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat bagi peneliti.

ix
7. Kepala dan staf karyawan Perpustakaan Pusat dan
Perpustakaan Fakultas UIN Raden Intan Lampung yang telah
membantu dalam mencari referensi baik itu jurnal maupun
buku yang berkaitan dengan judul skripsi.
8. Kepala Pekon, Aparatur dan Masyarakat Pekon Gunung
Terang yang telah bersedia memberikan data-data dan
informasi terkait kebutuhan skripsi penulis.
9. Teman-teman Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
angkatan 2017 atas saling support dan mendoakan selama ini
10. Sahabat-sahabatku desi, mita, mamat, nada, nanak, yasin serta
grub banyak acara yang tak hentinya menyemangati
11. Teman rasa sodara muhamad nasrudin atas segala bantuanya
dan teman-teman UKM MAHARIPAL yang selalu
menyemangati
12. Terimakasih untuk diri sendiri yang sudah menjadi salah satu
sistem pendukung yang memberi energi untuk tetap mampu
melewati berbagai strugle dalam menyelesaikan pendidikan.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada seluruh


pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, atas bantuan dan
dukunganya kepada peneliti selama studi hingga saat penyelesaian
skripsi ini. Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda
atas kebaikan yang telah di berikan. Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2022


Peneliti

Darma Stiawan

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I : Pedoman Wawancara


2. Lampiran II : Pedoman Observasi
3. Lampiran III : Kisi-Kisi Instrumen Observasi dan
Wawancara
4. Lampiran IV : Surat Keterangan Telah Melaksanakan
Penelitian
5. Lampiran V : Lemabar Konsultasi Bimbingan
6. Lampiran VI : Surat Keterangan Hasil Turnitin
7. Lampiran VII : Dokumentasi

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . ....................................................................... i


ABSTRAK . ....................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN . ......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN . ........................................................ iv
MOTTO . ........................................................................................... v
PERSEMBAHAN . ............................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP . ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah. ...................................................... 3
C. Identifikasi Masalah ............................................................. 9
D. Fokus dan Sub Fokus Penelitian .......................................... 9
E. Rumusan Masalah ................................................................ 10
F. Tujuan Penelitian ................................................................. 10
G. Manfaat Penelitian ............................................................... 10
H. Kajian PenelitianTerdahulu yang Relevan ........................... 11
I. Metode Penelitian ................................................................ 13
J. Sistematika Pembahasan ...................................................... 19
BAB II NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DAN
PEMBANGUNAN PEKON
A. Nilai Kearifan Lokal
1. Pengertian nilai kearifan lokal.......................................... 21
2. Macam-macam kearifan lokal .......................................... 23
3. Bentuk-bentuk kearifan lokal ........................................... 23
B. Pembangunan Pekon
1. Pengertian pembangunan pekon....................................... 25
2. Tujuan pembangunan pekon ............................................ 27
3. Stategi pembangunan pekon ............................................ 28

xii
BAB III AKTUALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL
DALAM PEMBANGUNAN PEKON
A. Deskripsi Pekon Gunung Terang
1. Sejarah Singkat Pekon Gunung Terang ............................ 33
2. Keadaan Geografis Pekon Gunung Terang ...................... 35
3. Keadaan Monografi Pekon Gunung Terang ..................... 36
B. Aktualisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Di Pekon Gunung
Terang
1. Kearifan Lokal Di Pekon Gunung Terang ........................ 41
2. Aktualisai Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam
Pembangunan Pekon Di Pekon Gunung Terang .............. 44

BAB IV AKTUALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL


DALAM PEMBANGUNAN PEKON
A. Aktualisasi nilai kearifan lokal musyawarah dalam
pembangunan pekon di pekon Gunung Terang ...................... 57
B. Aktualisasi nilai kearifan lokal gotong royong dalam
pembangunan pekon di pekon Gunung Terang ...................... 59

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 63
B. Rekomendasi .......................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Untuk lebih mempertegas judul dalam proposal ini
maka akan dijelaskan terlebih dahulu tentang istilah-istilah
yang terkandung dalam proposal yang berjudul “Aktualisasi
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Pembangunan Pekon di
Pekon Gunung Terang Kecamatan Bulok Kabupaten
Tanggamus” agar menghindari kesalah pahaman dalam
memahami istilah yang ada didalam proposal tersebut, maka
perlu ditegaskan beberapa istilah yang dimaksud dalam judul
tersebut.
Aktualisasi menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah perihal pengaktual, dalam hal ini aktualisasi yang
dimaksud sesuai dengan arti kata adalah pelaksanaan. 1
Aktualisasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Secara sederhana aktualisasi bisa diartikan
pelaksanaan atau penerapan. 2 Yang di maksud aktualisasi
dalam penelitian ini yaitu suatu tindakan atau pelaksanaan
dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci berdasarkan kearifan lokal demi pembangunan
pekon.
Nilai adalah sesuatu yang memberi makna dalam
hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup yang
di junjung tinggi serta dapat mewarnai dan menjiwai tindakan
seseorang.Nilai juga lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu
menyangkut pola pikir tindakan, sehingga ada hubungan yang
amat erat antara nilai dan etika.3 Yang di maksud nilai dalam
penelitian ini adalah tujuan hidup yang di junjung tinggi oleh

1
Alwi Hasan Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2010), 103
2
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Bandung:
CV Sinar Baru, 2002), 70
3
AdiSusilo. Sutarjo, Pembelajaran Nilai Karakter Kontruksi dan VCT
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Efektif. (Jakarta: Raja Grfainfo Persada),
56.

1
2

masyarakat dalam hal ini yaitu musyawarah, tolong


menolong, kerjasama dan gotong royong yang ada di Pekon
Gunung Terang.
Kearifan lokal atau local wisdom merupakan
gagasan-gagasan atau nilai-nilai, pandangan pandangan
setempat atau lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang
baik dan telah diyakini oleh masyarakat secara turun-temurun
dan dilaksanakan.4 Yang dimaksud kearifan lokal yang ada di
pekon Gunung Terang adalah musyawarah dan gotong
royong.
Pembangunan desa adalah pembangunan berbasis
pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan
pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat,
karekteristik sosial budaya, karekteristik fisik/geografis, pola
kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota,
sektor perkembangan desa, dan karekteristik kawasan
permukiman.5Pembangunan desa juga dapat dipandang
sebagai suatu program pembangunan yang dilakukan secara
berencana untuk meningkatkan produksi, pendapatan, dan
kesejahteraan dalam arti peningkatan kualitashidup dibidang
pendidikan, kesehatan dan perumahan.6 Pekon adalah
pembagian wilayah administratif yang terdapat pada beberapa
kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia, seperti di
Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten
Lampung Barat dan Kabupaten Pesisir Barat. Dengan kata
lain pekon ialah sebutan lain dari desa. 7 Yang dimaksud
pembangunan pekon dalam penelitian ini adalah suatu
4
Cendy Lidya Lalu dkk, “Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal di Desa
TemboaKecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa,” Jurnal Eksekutif, 1,No.
1(2017):
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/16789/16291
5
Daldjoeni dan Suyitno, Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan
(Bandung: PT. Alumni), 45.
6
Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta : PT.
Pustaka Cidesindo, 1996). 392.
7
Widjaja, HAW,Pemerintahan Desa?Marga (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada,2013), 3
3

program pembangunan yang dilakukan secara berencana


untuk meningkatkan produksi, pendapatan, dan kesejahteraan
dalam arti peningkatan kualitashidup dibidang pendidikan,
kesehatan dan perumahan yang mengedepankan kearifan lokal
yang ada di pekon Gunung Terang.
Berdasarkan pengertian yang telah di jabarkan
sebelumnya dapat dipahami bahwa yang dimaksud aktualisasi
nilai-nilai kearifan lokal dalam pembangunan pekon di pekon
Gunung Terang adalah pelaksanaan atau perwujudan nyata
dari nilai-nilai tradisional yang ada pada masyarakat setempat
berupa musyawarah dan gotong royong dalam pengembangan
kualitas kehidupan masyarakat disegala bidang di pekon
Gunung Terang.
B. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat
besar, yang dihuni oleh bermacam-macam suku, etnis, dan
budaya serta kekayaan alam yang berbeda. Kekayaan tersebut
menjadi modal penting dalam pembangunan bangsa. Masing-
masing wilayah di Indonesia memiliki keunggulannya sendiri
termasuk potensi alamnya. Di Dunia Internasional, Indonesia
memang terkenal dengan potensi pariwisata yang beraneka
macam. Hal ini tentunya sangat menguntungkan dalam bidang
kepariwisataan. Dengan banyaknya potensi alam yang
dimiliki tersebut akan menarik banyak wisatawan asing untuk
berkunjung ke Indonesia dan akan memberi keuntungan
sendiri bagi negara.
Karakteristik masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang majemuk. Kemajemukan suatu masyarakat
dapat dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan
kemajemukan sosial. Kemajemukan budaya ditentukan oleh
indikator-indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku), budaya
(kultur, nilai, kebiasaa), bahasa, agama, kasta, ataupun
wilayah. Kemajemukan sosial ditentukan indikator-indikator
seperti kelas, status, lembaga, ataupun power. Kemajemukan
dan keanekaragaman bangsa Indonesia, adalah aset yang
harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya. Kemajemukan dan
keberagaman itulah yang memperkuat persatuan dan kesatuan
4

bangsa dalam bingkai NKRI. Sehingga kehidupan berbangsa


dan bernegara dapat berjalan dengan aman dan damai menuju
Indonesia maju.
Mempunyai kearifan lokal masing-masing, dalam
konteks pemeberdayaan masyarakat kearifan lokal menjadi
modal dalam pembangunan. Pembangunan akan lebih efektif
dan efisien jika mengikutsertakan kearifan lokal dalam
daerahnya masing masing. Pembangunan yang telah
menerapkan kearifan lokal salah satunya yakni pekon Gunung
Terang.
Bangsa Indonesia di masa lalu terkenal dengan
karakteristik masyarakat yang ramah, arif, suka menolong,
toleransi, saling menghormati dan berbagai perilaku moralitas
positif lainnya. Sifat-sifat seperti itu hampir merata dalam
semua lapisan masyarakat yang ada dalam kehidupan bangsa
ini. Sehingga terkenal istilah bahwa orang Indonesia memiliki
nilai-nilai luhur yang terpelihara dalam kehidupannya. Oleh
karena itu tidak heran jika ada komentar dari hampir setiap
bangsa asing yang berkunjung ke Indonesia dengan
menyatakan bahwa bangsa Indonesia itu ramah, baik dan
bersahabat.
Terbentuknya nilai-nilai luhur yang mampu mempola
perilaku masyarakat Indonesia adalah karena adanya peran
adat-istiadat yang begitu kuat, yang menjadi budaya dalam
kehidupan masyarakat. Walaupun adat dan budaya dari setiap
daerah itu berbeda-beda, namun secara umum memiliki nilai-
nilai esensi yang sama. Falsafah adat dan budaya yang
berkembang di berbagai pelosok tanah air bangsa Indonesia,
rata-rata menanamkan sikap dan perilaku moralitas yang baik
dan positif. Sehingga bagaimana bersikap dan berperilaku
kepada orang tua, anak, saudara, tetangga, tamu, orang asing,
masyarakat dan bahkan bagaimana bersikap terhadap alam,
tumbuhan dan hewan ada tata aturannya. Ada tuntunan
adatnya, ada bentukan budayanya, ada anjuran-anjuran dan
5

pantangan-pantangannya. Dan fenomena tersebut begitu


kental dalam kehidupan bangsa Indonesia.8
Dengan demikian, disadari atau tidak pembentukan
karakter Bangsa Indonesia ini sangat kuat dipengaruhi oleh
nilai-nilai lokal budaya dan adat istiadat yang ada di setiap
daerah. Kepercayaan terhadap kebiasaan dan keyakinan para
leluhur yang terbangun dalam kehidupan masyarakat mampu
menjadi media penanaman nilai-nilai dalam setiap diri
individu di dalam masyarakat. Sehingga hal tersebut menjadi
kepribadian, sifat, perilaku, kebiasan dan sikap hidup yang
cukup mengkarakter dalam kehidupan sosial mereka yang
berakar dari kearifan lokal yang tumbuh di sekelilingnya.
Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai
identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan
mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lai
menjadi watak dan kemampuan sendiri. Identitas dan
kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan
pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi
pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah satu sarana
dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari
kebudayaan asing yang tidak baik.
Kearifan lokal juga dapat di maknai sebagai
pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering
juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat Local wisdom
atau pengetahuan setempat “Local knowledge” atau
kecerdasan setempat Local genious. Berbagai strategi
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga
kebudayaannya9. Dalam hal ini strategi sangat di butuhkan

8
Hermanto suaib, Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dan Modal Sosial Dalam
Pemberdayaan Masyarakat (malang: an1mage,2017), 8
9
Fajarini, U.Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. Skripsi.
(Universitas Islam Negeri Jakarta. 2014), 125.
6

dalam menjaga kearifan lokal serta untuk pembangunan


sebuah pekon.
Kearifan lokal menjadi pengetahuan dasar dari
kehidupan, didapatkan dari pengalaman ataupun kebenaran
hidup, bisa bersifat abstrak atau konkret, diseimbangkan
dengan alam serta kultur milik sebuah kelompok masyarakat
tertentu. Kearifan lokal juga dapat ditemukan, baik dalam
kelompok masyarakat maupun pada individu. Kearifan lokal
digunakan oleh masyarakat sebagai pengontrol kehidupan
sehari-hari dalam hubungan keluarga, dengan sesama saudara,
serta dengan orang-orang dalam lingkungan yang lebih luas.
Era globalisasi saat ini kearifan lokal sangat
diperlukan. Bukan saja untuk objek promosi dan sebagainya,
tetapi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tertentuyang
tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh hukum formal kita.
Kearifan lokal juga bisa menyelesaikan konflik yang bertema
keagamaan. Biasanya para pihak yang bertikai mempunyai
agama, aliran, dan mazhab yang berbeda tetapi memiliki
budaya luhur yang sama. Budaya luhur inilah yang berpotensi
menjembatani para pihak yang bertikai. Budaya luhur yang
merupakan istilah lain dari kearifan lokal ini dapat
mencairkan kembali hubungan yang renggang satu sama lain.
Serta dapat di membantu proses pembangunan suatu pekon.
Pada hakikatnya pengertian pembangunan secara
umum adalah proses perubahan yang terus menerus untuk
menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma
tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli
memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya
perencanaan. Istilah pembangunan dapat diartikan berbeda
oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah yang lainnya, Negara satu dengan Negara yang
lain.Menurut Siagian pembangunan adalah Suatu usaha atau
rangkain usaha pertrumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
7

pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan


bangsa (nation building).10
Pembangunan desa adalah pembangunan berbasis
pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan
pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat,
karekteristik sosial budaya, karekteristik fisik/geografis, pola
kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota,
sektor perkembangan desa, dan karekteristik kawasan
permukiman.11 Pembangunan desa juga dapat dipandang
sebagai suatu program pembangunan yang dilakukan secara
berencana untuk meningkatkan produksi, pendapatan, dan
kesejahteraan dalam arti peningkatan kualitashidup dibidang
pendidikan, kesehatan dan perumahan. 12 Dengan demikian
pembangunan desa dapat dimaknai sebagai pembangunan
berbasis pedesaan yang mengedepankan kearifan lokal yang
ada di desa tersebut.
Pada setiap daerah memilki berbagai macam kearifan
lokal masing-masing, dalam konteks pemeberdayaan
masyarakat kearifan lokal menjadi modal dalam
pembangunan. Pembangunan akan lebih efektif dan efisien
jika mengikutsertakan kearifan lokal dalam daerahnya masing
masing. Pembangunan yang telah menerapkan kearifan lokal
salah satunya yakni pekon Gunung Terang.
Pekon Gunung Terang merupakan salah satu pekon
yang ada di Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus. Di
Kecamatan Bulok terdapat 10 pekon, salah satunya yaitu
pekon Gunung Terang. Pekon Gunung Terang merupakan
salah satu pekon yang masih kental dengan adat istiadat dan
filosofi kehidupan yang diwariskan leluhur sebagai bentuk
kearifan lokal yang menjadi jati diri pekon tersebut.

10
Siagian, Sondang P, Administrasi Pembangunan . Konsep, Dimensi dan
Strateginya, (Jakarta: Gunung Agung, 2007), 2.
11
Daldjoeni dan Suyitno, Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan
(Bandung: PT. Alumni), 45.
12
Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat, (Jakarta : PT.
Pustaka Cidesindo, 1996). 392.
8

Haryanto menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal


adalah Kerukunan beragaman dalam wujud praktik sosial
yang dilandasi suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk
kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa budaya (nilai,
norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan
aturan-aturan khusus). Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal
meliputi cinta kepada Tuhan, alam semester beserta isinya,
tanggungjawab, disiplin,mandiri, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang dan peduli, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan
pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan
rendah hati, toleransi,cinta damai, dan persatuan.13Adapun
bentuk kearifan lokal di pekon Gunung Terangseperti
musyawarahdan gotong royong.
Masyarakat yang ada di pekon Gunung Terang
memiliki bermacam-macam suku seperti suku Lampung,
Sunda, Jawa Serang, dan Jawa. Adapun masyarakat yang ada
di pekon Gunung Terang didominasi oleh suku Lampung
dengan persentase suku lampung 36%, jawa 31%, sunda 15%,
Serang 11%, Padang 3%, Palembang 2%, dll 2% . Sehingga
berkembang budaya atau tradisi lampung seperti gotong
royong, dan musyawarah14
Fenomena saat ini, masyarakat kurang menerapkan
nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari yang
salah satunya di sebabkan oleh dampak globalisasasi dan
teknologi canggih sehingga menjadikan fungsi nilai kearifan
lokal luntur. Sedangkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam
pembangunan pekon, karena dalam pembangunan pekon akan
lebih mudah jika dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai
kearifan lokal seperti, musyawarah dan gotong royong.Yang
menjadi permasalahan dalam masa modern ini yakni adanya
sistem memperkerjakan/diupahkan dalam pembangunan

13
Haryanto, Triu Joko. “Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama
Pada Komunitas Tengger Malang Jatim”.Jurnal Analisa, 21. No, 02, (2014). 201-
213.
14
Dahromi, Kepala Pekon Gunung Terang, Wawancara Pada 27 Febuari
2022
9

pekon, sehingga masyarakat hanya menjadi penonton dalam


proses pembangunan pekon dan nilai-nilai kearifan lokal
lambat laun akan hilang. 15
Pada dahulu sebelum adanya sistem
upah/memperkerjakan dalam proses pembangunan pekon atau
membangun rumah masyarakat atau bahkan memindahkan
rumah yang sedang berdiri kokoh dalam hitungan hari akan
cepat selesai karena menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan
lokal seperti gotong royong dan kerjasama anatar masyarakat.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “AKTUALISASI
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM
PEMBANGUNAN PEKON DI PEKON GUNUNG
TERANG KECAMATAN BULOK KABUPATEN
TANGGAMUS”.
C. Identifikasi Masalah
1. Kurang maksimalnya penerapan nilai-nilai kearifan lokal
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pekon Gunung
Terang.
2. Dalam pembangunan pekon nilai-nilai kearifan lokal tidak
di terapkan sehingga menjadikan fungsi dari nilai-nilai
kerifan lokal tidak berjalan sebagaimana mestinya.
D. Fokus dan subfokus penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan untuk
meneliti terkait aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam
pembangun Pekon di Pekon Gunung Terang Kecamatan
Bulok Kabupaten Tanggamus. Sudut tinjau atau sub fokus
dalam penelitian ini adalah:
Aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam
pembangunan pekondi Pekon Gunung Terang Kecamatan
Bulok Kabupaten Tanggamus.

15
Dahromi, Kepala Pekon Gunung Terang, Wawancara Pada 27 Febuari
2022
10

E. Rumusan masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis
dapat merumuskan masalah yaitu :
Bagaimana aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam
pembangunan pekon di Pekon Gunung Terang Kecamatan
Bulok Kabupaten Tanggamus?
F. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas terdapat
beberapa tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini yaitu:
Untuk mengetahui aktualisasi nilai-nilai kearifan
lokal dalam pembangunan Pekon di Pekon Gunung Terang
Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus.
G. Manfaat penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi
atau sumbangsih pemikiran khususnya kepada masyarakat
tentang nilai-nilai kearifan lokal dalam pembangunan
Pekon Sebagai Ilmu Pengetahuan dan dapat dijadikan
referensi dalam bahan keilmuan, juga memenuhi
persyaratan akademik dalam menyelesaikan studi pada
program studi pengembangan masyarakat islam fakultas
dakwah dan ilmu komunikasi.
2. Kegunaan praktis
1) Bagi peneliti
Menambah cakrawala tentang aktualisasi
masyarakat dalam pembangunan pekon dan untuk
memperluas pengetahuan di dunia kerja.
2) Bagi pemerintah pekon dan masyarakat pekon
Gunung Terang.
Memberikan saran dan masukan bagi
masyarakat pekon Gunung Terang tentang aktualisasi
nilai-nilai kearifan lokal dalam pembangunan pekon.
11

H. Kajian Terdahulu Yang Relevan


1. Jurnal yang ditulis oleh Kristyanto pada tahun 2017
dengan judul “Kedudukan Kearifan Lokal dan Peranan
Masyarakat dalam Penataan Ruang di Daerah (Local
Wisdom Position and Role of Society in Spatial Planning
in the Region)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kearifan lokal (Localwisdom)
digunakan dalam penataan ruang di daerah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa di beberapa daerah
pembangunan berbasis kearifan lokal sudah diakomodir
melalui daerah, dimana partisipasi masyarakat menjadi
sangat penting dalam proses ini, mengakomodir kearifan
lokal berarti mengakui juga eksistensi masyarakat hukum
adat seperti apa yang dikehendaki oleh konstitusi.16
Sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan, bahwa
kearifan lokal sangat memegang peran dalam sebuah
perencanaan wilayah. Perbedaan penelitian terletak
dimana peneliti akan fokus pada aktualisasi nilai-nilai
kearifan lokal dalam pembangunan pekon.
2. Tesis yang ditulis oleh Melya Purnama Sari 2018, dengan
judul penelitian, “Pembangunan Masyarakat Berbasis
Kearifan Lokal Melalui Badan Usaha Milik Desa”.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
bagaimana proses pembangnan masyarakat berbasis
kerifan lokal di desa Mulyosari Kecamatan Way Ratai
Kabupaten Pesawaran. Hasil penelitan menunjukan
bahwa pembangunan masyarakat yang berbasiskan
kerifan lokal kerifan lokal melalui BUMN desa di desa
Mulyosari telah berjalan efektif sesuai dengan potensi
desa dan kerifan lokal yang ada di masyarakat desa
Mulyosari dan sesuia dengan tujuan BUM desa itu
sendiri, yakni meningkatkan perekono mian desa,

16
Kristyanto, “Kedudukan Kearifan Lokal dan Peranan Masyarakat dalam
Penataan Ruang di Daerah (Local Wisdom Position and Role of Society in Spatial
Planning in the Region)”Jurnal Rechtsvinding 6, No. 2. (2017):
https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/172
12

meingkatkan pendapatkan asli dasa, meningkatkan


pengelolaan potensi desa sesuia dengan kebutuhan
masyarakat. Meskipun program ini belum berjalan secara
maksimal, arena bias dikatakan BUM desa baru
berjalan.17 Dalam penelitian ini terdapat persamaan yakni
sama-sama membahas tentang pembangunan desa
melalui kearifan lokal. Namun terdapat perbedaan yakni
dalam latar belakang, objek penelitian dan fokus
penelitian nya.
3. Skripsi yang ditulis oleh Hilda, dengan judul penelitian
“Kearifan Lokal Masyarakat Hukum Adat Dalam
Pelestarian Hutan Di Desa Kaluppini Keacamatan
Enrekang Kabupaten Enrengkang”.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kerfian lokal
hokum adat yang terapkan dalam menajaga kelstarian
alam di Desa Kalippuni. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kerfian lokal yang diterapkan pada hokum adat
kulippini dalam menjaga kelestarian alam adalah dengan
menerapkan stategi Nassuun Simana, dengan beberapa
sangsi adat anatara lain, sangsi denda, sangsi melakukan
permohonan maaf kepada alam, dan sangsi sosial.
Penerapan ukum adat bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kepedualian, dan sikap tanggung jawab yang
tertanam didalam diri masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkunganya serta peraturan secara lisan,
tindakan, dan mencintai nilai-nilai yang terkandung
dalam tradisisi.18 Dalam penelitian ini terdapat persamaan
yakni sama-sama membahas tentang kearifan lokal.
Namun terdapat perbedaan yakni dalam permasalahan
dan fokus penelitian nya.

17
Melya Purnama Sari, “Pembangunan Masyarakat Berbasis Kearifan
Lokal Melalui Badan Usaha Milik Desa”, Tesis. (Uninversitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung. Bandar Lampung)
18
Hilda“Kearifan Lokal Masyarakat Hukum Adat Dalam Pelestarian
Hutan Di Desa Kaluppini Keacamatan Enrekang Kabupaten
Enrengkang”.Skripsi.(Program Studi Kehutanan Fakltas PertanianUniversitas
Muhamadiyah Makasar. Makasar)
13

4. Jurnal yang ditulis oleh Pupung Arifin dan Nicolaus Nino


Ardhiansyah, dengan judul penelitian “Penerapan
Komunikasi Pembangunan Berkelanjutan Dalam
Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal di
Yogyakarta”, penelitian ini menunjukan bahwa prinsip
utama dalam pembangunan berkelanjutan adalah
manusia. Pelatihan dan diskusi oleh pengelola wisata
pinus pengger bertujuan sebagai opsi ekologis dalam
pengelolaaan. Salah satunya adalah dengan mengganti
bahan baku spot foto dengan bamboo. Promosi yang
mnegnadalkan media sosial juga terus dilaukan untuk
mengurangi penggunaan plastik dan kertas sebagai media
promosi. Budaya lokal kolektivisme dan gotong royong
sudah lama berada didesa tersebut, menjadi salah satu
pilar modal sosial untuk suksesnya prinsip pembangunan
berkelanjutan di desa wisata.19 Penelitian berfokus pada
pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan desa
wisata berbasis kearifan lokal, beda penelitian dengan
yang akan peneliti lakukan adalah dimana peneliti lebih
berfokus pada akutualisasi nilai-nilai kearifan lokal
dalam pembangunan pekon.
I. Metode penelitian
Untuk penyusunan dan pelaksanaan penelitian ini
dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang
memuaskan maka diperlukan suatu metode yang diperlukan
dalam penelitian, adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif
dengan metode penelitian lapangan partisipan (field
research). Didasarkan pada data yang diperoleh dari
tempat dimana penelitian ini dilaksanakan di pekon
Gunung Terang Kecamatan Bulok Kbupaten Tanggamus.

19
Pupung Arifin dan Nicolaus Nino Ardhiansyah, “Penerapan Komunikasi
Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Kearifan
Lokal di Yogyakarta”, Jurnal Nomosleca 6, no. 1, (2020): 74,
https://doi.org/10.26905/nomosleca.v6i1.3958
14

Selain itu penelitian kualitatif adalah penelitian


yang menggunakan latar alamiah yang bermaksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan yang telah
dilakukan dengan jalan yang melibatkan berbagai metode
yang ada.20
2. Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisipan adalah pelibatan seseorang atau
beberapa orang dalam setiap bentuk aktivitas, baik itu
keterlibatan secara mental dan emosi serta fisik dalam
menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya
(berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan
serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab
atas segala keterlibatan. 21
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempuyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 22 Adapun
yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
aparatur Pekon Gunung Terang sebanyak 16 orang, Badan
Himpun Pemekonan (BHP) sebanyak 7 orang dan Rukun
Tetangga (RT) sebanyak 8 orang dan beserta masyarakat
Pekon Gunung Terang sebanyak 618 Kepala Keluarga
(KK). Jadi, total populasi dalam penelitian berjumlah 649
orang.
Sampel adalah suatu bagian untuk diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. 23 Dalam proses pengambilan sampel
pada penelitian ini, maka penulis menggunaan teknik
purposivle sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek
yang didasarkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi

20
Sanapiah Faisal, Format Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010), 29
21
Saifudin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 23
22
Sugiono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta: Alfabeta,
2014), 83
23
Ibid, 174.
15

yang sudah di ketahui. Ciri-ciri populasi yang dijadikan


sampel pada penelitian ini adalah:
a. Pengurus pemerintahan Pekon Gunung Terang
1) Aparatur Pekon yang mengetahui tentang
perencanaan pembangunan Pekon Gunung Terang
tahun 2021.
2) Aparatur Pekon yang ikut dalam pelaksanaan
pembangunan Pekon Gunung Terang
Berdasarkan kriteria di atas maka yang
menjadi sampel adalah kepala pekon, sekertaris
pekon, kaur umum, kepala dusun, ketua RT.
b. Masyarakat Pekon Gunung Terang
1) Masyarakat yang ikut serta dalam musyawarah
dalam pembangunan Pekon Gunung Terang
2) Masyarakat yang ikut dalam pelaksanaan
pembangunan di Pekon Gunung Terang
3) Masyarakat Pekon Gunung Terang yang ikut
dalam tahap evaluasi setelah pembangunan.
Berdasarkan kriteria di atas yang menjadi
sampel adalah 3 orang perangkat Pekon dan 4 orang
yang ikut dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Pekon Gunung Terang, sehingga yang
menjadi total keseluruhan sempel yang diambil oleh
peneliti berjumlah 7 orang.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memudahkan dalam pengambilan data di
lapangan, maka penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Interview/Wawancara
Interview merupakan metode yang digunakan
untuk memperoleh informasi secara langsung,
mendalam, tidak terstruktur, dan individual. 24
Interview adalah percakapan dengan maksud tertentu,
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

24
Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005), 110.
16

pewawancara, yang mengajukan pertanyaan dan yang


terwawancara yang memeberikan jawaban atas
pertanyaan itu.25 Apabila dilihat dari sifat atau bentuk
tekhnik pelaksanaannya interview dapat dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu:26
1) Interview terstruktur adalah wawancara dimana
daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah
disiapkan dari pewawancara.
2) Interview semi terstruktur dalah peneliti diberi
kebebasan sebebas bebasnya dalam bertanya dan
memiliki kebebasan dalam mengatur alur, dan
setting wawancara, biasanya dengan pertanyaan
terbuka, namun ada batasan tema dan alur
pembicaraan.
3) Interview tidak terstruktur adalah hampir mirip
dengan bentuk interview semi terstrukur, hanya
saja interview tidak terstruktur memiliki
kelonggaran dalam banyak hal termasuk dalam
hal pedoman interview. Salah satu ciri interview
tidak struktur adalah pertanyaan yang diajukan
bersifat sangat terbuka, jawaban subjek bersifat
sangat meluas dan bervariasi.
Dalam penelitian ini, interview yang
digunakan adalah interview semi struktur, karena
peneliti memiliki kebebasan dalam bertanya dan
memiliki kebebasan dalam mengatur alur, dan setting
wawancara, biasanya dengan pertanyaan terbuka,
namun ada batasan tema dan alur pembicaraan yang
berkaitan dengan aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal
gotong royong dan musyawarah dalam pembangunan
pekon di pekon Gunung Terang.
Metode pengumpulan data menggunakan
interview peneliti lakukan agar mengetahui secara
tidak langsung terakiat bentuk kearifan lokal dan

25
Asfi Manzilati, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode,
dan Aplikasi (Malang: Universitas Brawijaya, 2017),69-70.
26
Ibid., 63.
17

kegiatan aktualisasi nilai kearifan lokal dalam


pemabngunan pekon di pekon Gunung Terang.
Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian
ini terdiri dari aparatur pekon dan masyarakat pekon
Gunug Terang.
b. Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena
yang di selidiki dalam penelitian ini penulis
menggunakan obervasi non partisipan dimana
observasi tidak melibatkan peneliti secara langsung
dalam kegiatan pengamatan dilapangan.27 Observasi
yang di gunakan dalam penelitian ini yakni observasi
non pastisipan. Observasi non partisipan adalah jika
peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan
yang di teliti melainkan hanya menjadi pengamat
dalam kegiatan aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal
gotong royong dan musyawarah dalam pembangunan
pekon di pekon Gunung Terang.
Metode observasi dalam penelitian ini peneliti
gunakan untuk mendapatkan informasi yang berkiatan
dengan aktualisasi nilai kearfian lokal dalam
pemabngunan pekon yang ada di pekon Gunung
Terang.
c. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah untuk
melengkapi data yang diperoleh dengan
menggunakan metode interview dan metode
observasi. Penulis juga menggunakan metode
dokumentasi. Metode Dokumentasi adalah surat yang
tertulis atau tercetak tentang fakta-fakta yang akan
dijadikan sebagai bukti fisik penelitian dan hasil
penelitian dan hasil dokumentasi ini menjadi sangat
akurat dan sangat kuat kedudukannya. 28

27
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial, (Bandung : Bumi Aksara, 2017), 56
28
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial..., 107.
18

Dokumentasi pada penelitian ini terkait


dengan dokumen yang diperoleh dari penelitian untuk
memastikan ataupun menguatkan fakta-fakta tertentu,
yaitu berupa dokumentasi terkait aktulisasi nilai-nilai
kearifan lokal dalam pembangunan desa, diantaranta
struktur pekon, data pekon dan dokumen-dokumen
lainya yang berkaitan dengan pembangunan pekon.
4. Metode analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 29
a. Reduksi data
Reduksi data yaitu proses pemilihan data
kasar dan masih mentah yang berlangsung terus
meneruh selama penelitian berlangsung melalui
tahapan pembuatan ringkasan, memberikan kode,
menelusuri tema, dan menyusun ringkasan. 30
Tahap reduksi data yang dilakukan penulis
adalah menelaah secara keseluruhan data yang
dihimpun dari lapangan mengenai aktualisasi nilai-
nilai kearifan lokal di Pekon Gunung Terang tentang
program pembangunan Pekon.
b. Penyajian data
Seperangkat hasil reduksi data kemudian
diorganisasikan kedalam bentuk matriks (display
data) sehingga terlihat gambarnya secara lebih utuh.
Penyajian data dilakukan dengan cara penyampaian
informasi berdasarkan data yang dimiliki dan disusun

29
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet.
Ke-1 (Sukabumi :CV Jejak, 2018), 89.
30
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015),
75.
19

secara runtut dan baik dalam bentuk naratif, sehingga


mudah dipahami. 31Dalam tahap ini peneliti membuat
rangkuman secara deskriptif dan sistematis sehingga
tema sentral dalam penelitian ini yaitu aktualisasi
nilai-nilai kearifan lokal dalam pembangunan pekon.
5. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan (verifikasi) data penelitin
yaitu menarik simpulan berdasarkan data yang diperoleh
dari berbagai sumber kemudian peneliti mengambil
simpulan dengan cara deduktif.32
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengkajian
tentang simpulan yang telah diambil dengan data
pembandingan teori tertentu.Pengujian ini di maksudkan
untuk melihat kebenaran hasil analisis yang melahirkan
simpulan yang dapat dipercaya.
Setelah data diolah dan diklasifikasi, maka tahap
berikutnya data tersebut akan dianalisa dengan
menggunakan cara berfikir induktif, yaitu dari rangkaian
yang bersifat khusus yang di ambil dari individu
kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. 33
J. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-
langkah dalam proses penyusunan tugas akhir ini seanjutnya
yaitu :
BAB I PENDAHULUAN : bab ini berisikan uraian dari
penegasan udul, latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian terdahulu yang relevan, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI : Bab ini berisikan tentang
kajian terhadap beberapa teori yang menjadi landasan
dalam mendukung studi penelitian ini. Seperti kearifan
lokal dan pembangunan Pekon

31
Ibid, 75.
32
Ibid, 75.
33
Ibid, 75.
20

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN : Bab ini


berisikan mengenai gambaran umum yang menjelaskan
kondisi wilayah yang diteliti yakni Pekon Gunung Terang.
BAB IV ANALISIS : Bab ini berisikan mengenai
pembahasan dari berbagai hasil temuan data dan
mengenai hasil tersebut.
BAB V PENUTUP : Bab ini berisikan mengenai temuan studi
beupa kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan
rekomendasi dari hasil kesimpulan tersebut.
BAB II
NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DAN PEMBANGUNAN
PEKON

A. NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL


1. Pengertian Nilai Kearifan Lokal
Kearifan lokal atau lokal wisdom merupakan suatu
kekayaan lokal yang berkaitan dengan pandangan hidup yang
mengakomodasikan kebijakan berdasarkan tradisi yang berlaku
pada suatu daerah, sehingga kearifan lokal tidak hanya berupa
norma-norma dan nilai-nilai budaya saja melainkan juga segala
unsur gagasan, termasuk yang berimplikasi pada teknologi,
penanganan kesehatan, pembangunan dan estetika, dengan
pengertian tersebut maka yang termasuk sebagai penjabaran
kearifan lokal, disamping peribahasa dan segala ungkapan
kebahasaan yang lain juga berbagai pola tindakan dan hasil
budaya materialnya1
Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai identitas
atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah
kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lagi menjadi watak
dan kemampuan sendiri. Identitas dan kepribadian tersebut
tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat
sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal
adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan
mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.
Kearifan lokal juga dapat di maknai sebagai pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan
yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat Local wisdom atau
pengetahuan setempat “Local knowledge” atau kecerdasan

1
Hermanto Suaib, Suku Moi : Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dan Modal Sosial
Dalam Pemberdayaan Masyarakat, (An Image, 2017), 66

21
22

setempat Local genious. Berbagai strategi dilakukan oleh


masyarakat setempat untuk menjaga kebudayaannya 2.
Rahyono adalah kecerdasan manusia yang dimiliki oleh
kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman
masyarakat, artinya kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat
tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami
oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat
sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui
perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan
masyarakat tersebut. 3
Kearifan lokal merpakan modal utama masyarakat
dalam mebangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial adaptif
dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal di bangun
dari nilai-nilai sosial yang di junjung dalam struktur sosial
masyarakat sendiri dan memilki fungsi sebagai pedoman,
pengontrol dan rambu-rambu untuk berperilaku dalam berbagai
kehidupan baik saat berhubungan dengan sesama maupun
dengan alam.4
Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-
kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama.
Keberalangsungan kerifan lokal akan tercermin dalam nilai-
nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-
nilai out menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang
biasnaya akan menjadi bagian hidup yang dapat diamanti
melalui sikap dan perlauan mereka sehari-hari.5
Berdasarkan pengertian yang telah di jabarkan dapat di
pahami bahwa nilai kearifan lokal adalah sesuatu yang meiliki
kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan layak terus digali,
dikembangkan, serta dilestarikan sebagai perubahan sosial
budaya dan modernisasi. Kearifan lokal produk budaya masa
lalu yang runtut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup,

2
Fajarini, U.Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter.
Skripsi.(Universitas Islam Negeri Jakarta. 2014), 125.
3
Rahyono, Kerifan Budaya Dalam Kata, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra,
2009), 4
4
Aprilia Theresia, dkk, Pembangunan Berbasis Maysrakat, (Bandung:
Alfabeta, 2015),66
5
Ibid, 8
23

meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung


didalamnya dianggap sangat universal. Kearifan lokal terbentuk
sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun
kondisi geografis dalam arti luas, sehingga kearifan lokal harus
tetap terjaga kelestarianya.
2. Macam Macam Kearifan Lokal
Dalam bahasa asing, “kearifan lokal dikonsepsikan
sebagai “Local wisdom” atau pengetahuan setempat“Local
knowledge” atau kecerdasan setempat“Local genious”.
Kearifan lokal samajuga halnya dengan nilai budaya yang
dipegangoleh masyarakat yang dijadikan sebagai pandangan
hidup. Akan tetapi, walaupun masa sejarahnya nilai-nilai
kearifan lokal menjadi senjata utama dalam bermasyarakat,
seiring dengan waktu berjalan, mengalami juga perubahan.
Dengan adanya keanekaragaman bangsa Indonesia,sehingga
kearifan lokal pun ikut mengalamiperbedaan juga. Suku Melayu
terkenal dengan kearifan lokalnya dengan “lain lubuk lain
ikannya,di mana bumi diinjak di situ langit dijunjung”.
Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk
kepada karaktreristik masing-masing keragaman bangsa
Indonesia. Pada sisi yang lain karakteristik itu mengandung
nilai-nilai luhur memilki sumber daya kearifan, di mana pada
masa-masa lalu merupakan sumber nilai dan inspirasi dalam
strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri dan
merajut kesejahteraan kehidupan mereka. Artinya masing-
masing etnis itu memilki kearifan lokal tersendiri, begitupun
adalm masyarakat suku Lampung.
3. Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal
Bentuk-bentuk kearifan lokal menurut Haryanto ialah
kedamaian dalam menjalankan agama dalam bentuk kegiatan
sosial yang didasari pada suatu kearifan lokal budaya. Budaya
dalam hal ini yaitu nilai, norma, etika, kepercayaan, adat
istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus merupakan
bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat. Nilai tertinggi
yangberhubungan dengan Local wisdom misalnya adanya rasa
cinta kepada pencipta alam semesta beserta yang ada
24

didalamnya dan juga bertangunggjawab, selalu jujur, selalu


disiplin, , dan juga mempunya rasa hormat menghormati,
mempunyai rasa sayang dan juga peduli , dan tidak mudah
menyerah, berkeadilan , dan juga mempunyai toleransi dan juga
rasa persatuan. 6
Local wisdom ialah suatu bentuk aturan-aturan yang
berupa lisan yang dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan
masyarakat, yang mana mencakup semua aspek-aspek
kehidupan, misalnya aturan-aturan yang berkaitan hubungan-
hubungan diantara sesama masyarakat. Contohnya adalah
hubungan sosial yang baik diantara perorangan ataupun
kelompok-kelompok di dalam suatu pemerintahan, adat istiadat,
aturan-aturan perkawinan dalam kehidupan sehari-hari dalam
suatu masyarakat.7
Aspek kehidupan meliputi spiritual, kecerdasan,
emosional manusia, fisikal (tubuh manusia), dan sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antar individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya
interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama.
Aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan
alam, mahluk hidup (binatang dan tumbuhan) dengan tujuan
untuk perlindungan terhadap alam sedangkan bentuk aturan-
aturan yang mempunyai hubungan-hubungan dengan manusia
yang mana mempunyai sifat yang gaib, contohnya sang
pencipta (Tuhan) dan juga roh yang dianggap gaib, Local
wisdom bisa berbentuk adat kebiasaan.
Adapun bentuk kearifan local yang ada di pekon
Gunung Terang yakni gotong royong dan musyawarah.
a. Musyawarah
Musyawarah dalam kamus besar bahasa Indonesia
musywarah diartikan sebagai pembahasan bersama dengan

6
Haryanto, Triu Joko.“Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan Beragama
Pada Komunitas Tengger Malang Jatim”. Jurnal Analisa, 21 No.02, (2014), 201-213.
7
Wahyudi, Agung.. “Implementasi Sekolah Berbasis kearifan Lokal Di SD
Negeri Sendangsari Pajangan”. Skripsi, (Universitas Negeri Yogyakarta. 2014), 14.
25

maksud mencapai keputusan atas penyelesaian bersama.


Selain itu, kata musyawarah juga berarti berunding atau
berembuk.8
Musyawarah dapat berarti nasehat, perunfingsn
pikiran, konsideran permufakatan atau konsultasi dengan
cara meminta nasehat atau pendapat kepada orang lain
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Selain itu, musyawarah juga dapat
diartikan sebagai konsultasi timbal balik antara khalifah dan
umatnya. Dalam konteks tersebut berarti warga memiliki
kemerdekaan dan kebebasan untuk mengkritik dan
mengeluarkan pendapat.9
b. Gotong Royong
Gotong royong merupakan sikap positif yang
mendukung dalam perkembangan desa dan juga perlu
dipertahankan sebagai suatu perwujudan kebiasaan
melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama.10 Secara
umum pengertian gotong royong dapat dikemukakan dalam
kamus besar bahasa Indonesia yang menyebutrkan sebgai
“bekerja bersama-sama atau tolong menolong, bantu
membantu”.
Dalam perspektif antropologi pembangunan,
Koentjaraningrat mengemukakakn bahwa gotong royong
adalah sebagai pengerahan tenaga manusia tanpa bayaran
untuk suatu proyek atau pekerjaan yang bermanfaat bagi
umum atau yang berguna bagi pembangunan.11
B. PENGERTIAN PEMBANGUNAN PEKON
1. Pengertian Pembangunan Pekon
Pada hakikatnya pengertian pembangunan secara
umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus

8
Depatemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 603
9
Syamzan Syukur, “Petunjuk Rasulullah Mengenai Musyawarah Dalam
Perspektif Sejarah, Jurnal”, Jurnal: Farabi, Vol. X. No 2, (Maret, 2022), 133
10
Kusnaedi, Pengertian Gotong Ryong, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 16.
11
Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian
Rakyat, 1974), 60
26

menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan


norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan,
para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan dapat
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah
yang satu dengan daerah yang lainnya, Negara satu dengan
Negara yang lain.
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo pembangunan
merupakan suatu usaha perubahan dan pembangunan dari
suatu keadaan dan kondisi kemasyarakatan tertentu kepada
suatu keadaan dan kondisi kemasyarakatan yang dianggap
lebih baik (lebih diinginkan).12 Sedangkan menurut Rostow
yang diambil dalam Mansor Fakih mendefinisikan
pembangunan yang dikaitkan dengan perubahan sosial
yakni suatu pembangunan semata hanyalah untuk merubah
kehidupan masyarakat itu sendiri atau perubahan
masyarakat dari tradisional kemodern. Dalam
perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan
masyarakat tradisonal, prakondisi lepas landas, gerak
menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran.
Kunci diantara tahapan ini adalah tahap tinggal landas yang
didorong oleh satu sektor atau lebih.13
Menurut Siagian pembangunan adalah Suatu usaha
atau rangkain usaha pertrumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation building). 14
Adapun pembangunan Pekon meruapakan upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Pekon. Pembangunan

12
Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan LP3ES,
Cet. Ke-3 (Jakarta:PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), 189.
13
Masril Karim , Partsisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan Pekon KaiyasaKecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan, (Skripsi
Progam Studi Ilmu Adminitrasi, ProgramUniversitas Tidore), Ternate, 2010.
14
Siagian, Sondang P, Administrasi Pembangunan . Konsep, Dimensi dan
Strateginya,
(Jakarta: Gunung Agung, 2007), 2
27

Pekon tidak terlepas dari konteks manajemen pembangunan


daerah baik di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi
karena kedudukan Pekon dalam konteks yang lebih luas
(sosial, ekonomi, akses pasar, dan politik) harus melihat
keterkaitan antar Pekon, Pekon dalam kecamatan,
antarkecamatan dan kabupaten dan antar kabupaten. 15
Pembangunan Pekon memiliki sebuah peran yang
cukup penting dalam projek pembangunan nasional. Karena
pembangunan Pekon ini cakupannya sangat luas karena
merupakan dasar dari sebuah pembangunan. Pembangunan
Pekon ditujukan untuk sebuah peningkatan kualitas hidup
dan kehidupan masyarakat Pekon.
2. Tujuan Pembangunan Pekon
Dalam sebuah pembangunan Pekon, maka akan
terlaksana dengan baik dan terarah sesuai dengan tujuan
awal. Secara khusus dari pembangunan Pekon sebagai
berikut.16
a. Meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat di
tingkat Pekon dalam penyusunan perencanaan
pembangunan secara partisipatif.
b. Meningkatkan keterlibatan seluruh elemen masayarakat
dalam memberikan makna dalam perencanaan
pembangunan.
c. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pembangunan;.
d. Menghasilkan keterpaduan antar bidang/sektor dan
kelembagaan dalam kerangka.
Menurut pendapat lain menjelaskan bahwa tujuan
dari pembangunan Pekon di bagi menjadi 2, yaitu
pembangunan Pekon jangka panjang dan pembangunan
Pekon jangka pendek. Tujuan pembangunan jangka panjang
yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat
Pekon yang secara langsung dilakukan melalui peningkatan

15
Wahjudin, dalam Nurman, Strategi Pembangunan Daerah, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, Cetakan ke-1, 2015), 267
16
Adisasmita, Rahardjo, Pembangunan Pekon dan Perkotaan, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), 3
28

kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan


berdasarkan pada pendekatan bina lingkungan, bina usaha,
dan bina manusia, dan secara tidak langsung adalah
meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan
nasional. Sedangkan tujuan pembangunan Pekon jangka
pendek yaitu peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam
pelaksanaan kegiatan ekonomi dan dalam pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya alam.17
Memaknai beberapa pendapat mengenai tujuan
pembangunan Pekon menurut beberapa teori para ahli,
bahwasannya hakikat tujuan dari pembangunan Pekon
adalah meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat Pekon
melalui kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan dari berbagai
bidang (sosial, ekonomi, pendidikan, sarana kesehatan,
budaya, agama, politik, dan keamanan) secara
berkesinambungan dengan tetap mengedepankan kesamaan
hak sekaligus tetap menjunjung tinggi keadilan seluruh
masyarakat.
3. Strategi Pembangunan Pekon
Pemerintah dinegara-negara sedang berkembang
termasukIndonesia, telah mencanangkan berbagai macam
program pembangunan pekon.Program-program
pembangunan pekon tersebut antara lain terkemas dalam apa
yang disebut dengan istilah:
a. Pembangunan pertanian (agricultural development)
Tujuan yang hendak dicapai oleh pembangunan
pertanian adalah memperbaiki kondisi kehidupan
masyarakat Pekon dengan cara meningkatkan output dan
pendapatan mereka. Peningkatan produksi pertanian
dianggap sangat strategis, karena tidak hanya diperlukan
untuk kebutuhan pangan (baik dipekon maupun
diperkotaan), tetapi sekaligus juga untuk memenuhi
kebutuhan dasar industri kecil dan kerumah tanggaan,

17
Adisasmita, Raharjo, Pembangunan Pekon; Pendekatan Partisipatif,
Tipologi, Strategi, Konsep Pekon Pusat Pertumbuhan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), 57
29

serta untuk menghasilkan produk pertanian ekspor yang


dibutuhkan oleh negara maju.
Implementasi program pembangunan pertanian
ini telah merombak sistem pertanian dan model usaha
tani. Karena itu, lahir sebutan green revolution (revolusi
hijau). Di Indonesia, seperti telah diutarakan dalam uraian
terdahulu, program pembangunan pertanian yang
dicanangkan pemerintah Orde Baru secara intensif pada
Pelita 1 telah membuahkan hasil yang spektakuler.
Indonesia yang semula tergolong pengimpor beras nomor
satu didunia menjadi negara berswasembada pangan. 18
b. Industralisasi Pekon (rural industrialization)
Tujuan utama program industralisasi pekon
adalah mengembangkan industri kecil dan kerajinan.
Industrialisasi pekon merupakan alternatif yang sangat
strategis bagi upaya menjawab persoalan semakin
sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan persoalan
semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan
lahan dipekon serta keterbatasan elastisitas tenaga kerja.
Prospek program ini diyakini cukup cerah antara lain
karena alasan-alasan sebagai berikut:
1) Persyaratan dan keterampilan yang dibutuhkan
tidaklah terlalu sukar sehingga mudah mengajak
anggota masyarakat untuk berpartisiapsi aktif.
2) Kebutuhan investasinya terjangkau oleh sebagian
besar anggota masyarakat Pekon sehingga bisa merata
kesegenap lapisan masyarakat.
3) Bahan baku produksi dapat ditekan,
4) Dapat dikerjakan secara komplementer dengan
kegiatan produksi lainnya (sambil bertani).
Program ini dalam implementasinya menjumpai
beberapa hambatan sehingga sukar mencapai hasil
yangsesuai dengan yang diharapkan. Hambatan tersebut
antara lain terletak pada nilai-nilai sosial yang

18
Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,
(Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset, 2003), 40-41.
30

berkembang dalam masyarakat Pekon sendiri. Anggota


masyarakat Pekon terkesan kurang siap menyongsong
industrialisasi. Mereka pada umumnya mudah merasa
puas dengan hasil produksi yang pernah dicapai. Mereka
juga kurang berani mengambil resiko, dan oleh karenanya
sulit didorong untuk melakukan reinvestasi. Keterampilan
mereka yang dipergunakan sederhana, kapasitas
produksinya terbatas, dan manajemennya pun lemah
sehingga sangat sukar meningkatkan kualitas
produksinya.19
c. Pembangunan Masyarakat Pekon Terpadu (Integrated
Development)
Tujuan utama program pembangunan masyarakat
Pekon terpadu adalah meningkatkan produktivitas,
memperbaiki kualitas hidup penduduk pekon serta
memperkuat kemandirian. Menurut Waterston, ada enam
elemen dasar yang melekat dalam program pembangunan
semacam ini, yaitu:
1) pembangunan pertanian dengan mengutamakan padat
karya (labour intensive),
2) memperluas kesempatan kerja,
3) intensifikasi tenaga kerja skala kecil, dengan cara
mengembangkan industri kecil di pekon.
4) mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan,
5) mengembangkan daerah perkotaan yang mampu
memberi dukungan pada pembangunan pekon, dan
6) membangun kelembagaan yang mampu melakukan
koordinasi proyek multisector.

19
Ibid, 44
31

d. Strategi Pusat Pertumbuhan (growth centre strategy)


Salah satu elemen yang terabaikan dalam
program-program pembangunan pekon yang telah
didiskusikan (terutama program pembanguann
masyarakat Pekon terpadu) adalah ruang
(space).Program-program tersebut lebih memberi tekanan
pada perencanaan dan implementasi proyek saja, dan
kurang memperhatikan keterkaitan letak proyek tersebut
dengan ruang pengembangan ekonomi yang lebih luas,
terutama dengan letak atau posisi kota. Itulah sebabnya
berbagai macam infrastruktur dan fasilitas terkesan
dibangun hanya untuk kepentingan proyek itu sendiri,
tanpa memperhatikan jarak ideal denga kota dalam
fungsinya sebagai pasar atau saluran distribusi hasil
produk.
Strategi pusat pertumbuhan adalah sebuah
alternatif yang diharapkan memecahkan masalah ini. Cara
yang ditempuh adalah membangun atau megembangkan
sebuah pasar didekat Pekon. Pasar ini fungsikan sebagai
pusat penampungan hasil produksi Pekon, sekaliguas
sebagai pusat informasi tentag hal-hal yang berkaitan
dengan kehendak konsumen dan kemampuan produsen,
atau lazim disebut dengan the centres of “demonstration
effect‟ of customer goods. Informasi semacam itu besar
sekali maknanya bagi pertumbuhan ekonomi karena akan
mengurangi gamblang dalam mengembangkan usaha.
Pusat pertumbuhan semacam itu diupayakan agar
dikembangkan sedemikian rupa sehingga secara sosial
tetap dekat denga Pekon, tetapi secara ekonomi
mempunyai fungsi dan sifat-sifat seperti kota. Dengan
demikian, pusat pertumbuhan ini disamping secara
langsung dapat menjawab berbagai persoalan pemasaran
atau distribusi hasil produksi pertanian, juga dapat
dikelolsesuai dengan kemampuan dan pengetahuan
masyarakat Pekon. Pengelolaan semacam ini akan
mengurangi ketergantungan dan sangat dibutuhjan bagi
pengembangan kewiraswastan. Pusat pertumbuhan itu
32

akan melahirkan sebuah komunitas Pekon kota (urban),


yang ditandai dengan kemauan untuk menerima prinsip-
prinsip ekonomi uang namun tetap tidak kehilanagn nilai-
nilai juga sesuai dengan ilkim usaha masyarakat Pekon.
Pusat pertumbuhan itu juga tidak terlalu besar, sehingga
setiap perkembangan yang mengarah pada lahirnya
monopoli oleh kelompok ekonomi kuat dapat segera
dikontrol dan dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adisasmita, RahardjoPembangunan Pedesaan; Pendekatan


Partisipatif, Tipologi, Strategi, Konsep Pekon Pusat
Pertumbuhan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

__________,Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2006.

Ajat Rukajat, Metode-Metode Penelitian Kualitatif (Qualitative


Research Approch), Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.

Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,


Cet. Ke-1 Sukabumi :CV Jejak, 2018.

Alwi Hasan Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai


Pustaka, 2010.

Aprilia Theresia, dkk, Pembangunan Berbasis Maysrakat, Bandung:


Alfabeta, 2015.

Asfi Manzilati, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode,


dan Aplikasi, Malang: Universitas Brawijaya, 2017.

Bertha Sri Eko, Hendar Putranto Dan Veronika, Mengembangkan


Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Berbasis Kearifan
Lokal Untuk Membangun Keharmonisan Relasi Antar Etnis
Dan Agama, Jakarta: Wade Goup,2020.

Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan


LP3ES, Cet. Ke-3, Jakarta:PT Pustaka LP3ES Indonesia,
1995.

Daldjoeni dan Suyitno, Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan,


Bandung: PT. Alumni.

Haryanto, Triu Joko.“Kearifan Lokal Pendukung Kerukunan


Beragama Pada Komunitas Tengger Malang Jatim”.Jurnal
Analisa, 21 No.02, (2014),

Hermanto suaib, Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dan Modal Sosial Dalam


Pemberdayaan Masyarakat, Malang: an1mage,2017.
___________, Suku Moi : Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dan Modal
Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat, Malang: An Image,
2017.

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian


Sosial, Bandung : Bumi Aksara, 2017.

I Made Indra P dan Ika Cahyaningrum, Cara Mudah Memahami


Metedologi Penelitian, Yogyakarta: Deepublish, 2019.

Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama, 2005.

Kartasasmita, Ginandjar, Pembangunan Untuk Rakyat, Jakarta : PT.


Pustaka Cidesindo, 1996.

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial Konsep-Konsep Kunci,


Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Bandung:


CV Sinar Baru, 2002.

Rahyono, Kerifan Budaya Dalam Kata, Jakarta: Wedatama Widya


Sastra, 2009.

Siagian, Sondang P, Administrasi Pembangunan . Konsep, Dimensi


dan Strateginya,Jakarta: Gunung Agung, 2007.

Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat,Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset, 2003.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Pustaka Belajar,


2015.

Wahjudin, dalam Nurman, Strategi Pembangunan Daerah, Jakarta:


PT. RajaGrafindo Persada, Cetakan ke-1, 2015.

Wardi Bahtiar, Metode Penelitian Dakwah,,Jakarta: Logos, 1997.


Jurnal Dan Skripsi

Ananias Riyoan Philip Jacob, “Partisipasi Masyarakat Dalam


Pembangunan Desa Penfui Timur (Studi Kasus Desa Penfui
Timur, Kecamatan Kupang Tengah-Kabupaten Kupang)”,
Jurnal Politicon 10, no.1, (2021),
http://publikasi.undana.ac.id/index.php/jp/article/view/p246

Cendy Lidya Lalu dkk, “Pembangunan Berbasis Jearifan Lokal Di


Desa TemboaKecamatan Langowan Selatan Kabupaten
Minahasa,” Jurnal Eksekutif, 1,No. 1(2017):
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/v
iew/16789/16291

Darmini Roza Dan Laurensius Arliman, “Peran Badan


Permusyawaratan Desa Di Dalam Pembangunan Desa Dan
Pengawasan Keuangan Desa”, Padjadjaran Journal Of Law 4,
no. 3, (2017):, https://doi.org/10.22304/pjih.v4n3.a10

Fajarini, U.“Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan


Karakter”.Jurnal Sosio Didakita.1 No. 2 (2014)
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-
FITK/article/view/1225

Hagi Primadasa Juniarta dkk, “Kajian Profil Kearifan Lokal


Masyarakat Pesisir Pulau Gili Kecamatan Sumberasih
Kabupaten Probolinggo Jawa Timur”,Jurnal ECSOFiM, 1,
No. 1 (2013):
https://ecsofim.ub.ac.id/index.php/ecsofim/article/view/10

Kristyanto, “Kedudukan Kearifan Lokal dan Peranan Masyarakat


dalam Penataan Ruang di Daerah (Local Wisdom Position and
Role of Society in Spatial Planning in the Region)”Jurnal
Rechtsvinding 6, No. 2. (2017)
:https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article
/view/172

Luthfi Nur Fahri, “Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan Dana Desa


Terhadap Manajemen Keuangan Desa Dalam Meningkatkan
Efektivitas Program Pembangungan”, Jurnal Ilmiah Bidang
Administrasi Negara 11, no 1, (2017):
https://journal.uniga.ac.id/index.php/JPB/article/View/109
Rizcha Ega PermataDan Aprina Nugrahesthy Sulistya Hapsari,
“Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan DanaDesa” Jurnal.
Unmer 3, No. 1 (2020)
:https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/afr/article/view/4294/pdf

Wahyudi, Agung. “Implementasi Sekolah Berbasis kearifan Lokal Di


SD Negeri Sendangsari Pajangan”. Skripsi, (Universitas
Negeri Yogyakarta. 2014),
http://eprints.uny.ac.id/14293/1/SKRIPSI%20AGUNG%20W
AHYUDI%2010108244053.pdf

Anda mungkin juga menyukai