Anda di halaman 1dari 4

PERLINDUNGAN KESEHATAN

PETUGAS
No.Dok :
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 12 Agustus 2023
Halaman : 1 dari 3
Sarlin Maryati Barau.
UPTD A.Md.,kep
PUSKESMAS
NIP. 19791125 200312 2 009
MALINAU KOTA

1. Pengertian Perlindungan kesehatan petugas adalah terciptanya tatanan kerja di


setiap FKTP yang mempertimbangkan aspek keselamatan dan
kesehatan petugas kesehatan terutama dari risiko pajanan penyakit
infeksi.
2. Tujuan Melindungi kesehatan dan keselamatan petugas baik tenaga medis,
perawat, bidan maupun petugas penunjang sebagai orang yang paling
berisiko terpapar penyakit infeksi, karena berhadapan langsung
dengan pasien penderita penyakit menular setiap saat atau akibat
terpapar dari lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Malinau Kota Nomor: ----/----/2023
tentang Tim PPI ( Pengendalian dan Pencegahan Infeksi).
4. Referensi 1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2) Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 2020.

5. Alat dan
Bahan
6. Prosedur/ 1. Semua petugas kesehatan menggunakan APD (sesuai indikasi)
Langkah- saat memberi pelayanan yang berisiko terjadi paparan darah,
langkah produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius atau bahan
berbahaya lainnya.

Hal 1 / 4
2. Petugas kesehatan saat melaksanakan tugas, agar memperhatikan
hal-hal, sebagai berikut:
a. Segera melakukan kebersihan tangan saat tiba di tempat
kerja.
b. Menggunakan baju kerja yang berbeda dengan baju kerja
yang dipakai dari rumah (dianjurkan baju yang dipakai dari
rumah diganti dengan baju kerja saat tiba di fasilitas
kesehatan dan ditukar kembali saat akan pulang kerja),
terutama bagi yang bertugas di unit pelayanan yang
berhadapan langsung dengan pasien atau dengan risiko
pajanan tinggi.
c. Tidak menggunakan asesoris di tangan (cincin, gelang,jam
tangan, pewama kuku dan lain-lain), kuku tidak panjang pada
saat akan melakukan tindakan medis.
3. Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas
kesehatan terutama pada area risiko tinggi (misalnya, ruang TB,
ruang VCT dan lain-lain) yang dapat terpapar penyakit menular
infeksi sehingga perlu diberikan imunisasi sesuai risiko paparan
pada petugas yang dihadapi termasuk hasil konsultasi
profesional kesehatan, misalnya imunisasi Hepatitis B.
4. Tersedia kebijakan penatalaksanaan akibat tusukan jarum/benda
tajam bekas pakai pasien, sebagai berikut:
a. Prosedur pemeriksaan, alur penanganan pasca pajanan dan
pemberian imunisasi.
b. Tersedia obat-obatan terkait penanganan pasca pajanan dan
tim kesehatan yang ditunjuk untuk menangani.
c. Mekanisme pelaporan kejadian.
d. Sistem pendokumentasikan kejadian pasca pajanan.
5. Prinsip penanganan pasca pajanan, sebagai berikut:
a. Bertindak tenang dan jangan panik.
b. Pembersihan area luka dilakukan dengan air mengalir tanpa
melakukan pemijatan dengan maksud mengeluarkan darah

Hal 2 / 4
(biarkan darah keluar secara pasif) kemudian cuci dengan
sabun dan air mengalir.
c. Percikan yang mengenai mulut, segera ludahkan dan
berkumur-kumur dengan air bersih berulang kali.
d. Percikan yang mengenai mata, segera cuci mata dengan air
mengalir dengan posisi kepala miring ke arah area mata yang
terkena percikan.
e. Bila percikan mengenai hidung segera hembuskan keluar
dan bersihkan dengan air mengalir.
f. Laporkan pada atasan langsung untuk proses tindak lanjut
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Tersedia sistem atau skema pembiayaan yang disediakan oleh
FKTP bagi petugas kesehatan yang memerlukan perawatan
kesehatan pasca pajanan.
7. TataJaksana pasca pajanan, sebagai berikut:
a. Jika tertusuk benda tajam bekas pakai maka:
(i) Jangan panik
(ii) Cuci dibawah air mengalir, biarkan darah yang
keluar sebanyak-banyak dan jangan memijit area luka
(karena akan membuat sisa bekas tusukan semakin
masuk ke dalam luka, kemudian obati 1uka.
(iii) Lapor pada atasan untuk segera membuat laporan ke
penanggungjawab PPI sebagai bahan upaya
pencegahan dan pengobatan di klinik.
(iv) Dilakukan penelusuran jarum bekas pakai pasien
dengan tujuan memastikan apakah betul bekas pakai
pasien, dan apakah pasien terpapar HIV, Hepatitis B
atau lainnya.
(v) Jika pasien negatif maka kasus tidak dilanjutkan,
petugas diberikan konseling kesehatan.
(vi) Jika pasien positif maka pastikan status petugas
(korban) tidak terpapar dari HlV, Hepatitis dengan

Hal 3 / 4
pemeriksaan laboratorium, jika negatif maka petugas
diberikan konseling saja dan imunisasi sesuai
ketentuan.
(vii) Setelah diberikan imunisasi kepada petugas
dilakukan pengawasan 3, 6, 12 bulan atau sesuai
standar yang ditetapkan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Jika terpajan cairan tubuh pasien maka:
(i) Cuci atau bilas dengan air mengalir sebanyak
banyaknya.
(ii) Jika ada luka pada area percikan maka lakukan
prosedur di atas.
6. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
7. Unit Terkait Semua unit terkait
8. Dokumen
Terkait
9. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai
historis diberlakukan
perubahan

Hal 4 / 4

Anda mungkin juga menyukai