Laporan Mini Project Rasyiqah Saratiana
Laporan Mini Project Rasyiqah Saratiana
Laporan Mini Project ini Dibuat Sebagai Laporan Hasil Kegiatan Program Internship
Dokter Indonesia di UPTD Puskesmas Banjarnegara 2.
Disusun oleh :
dr. Rasyiqah Saratiana
Pembimbing :
dr. Ana Susanti, M.M.
DAFTAR HALAMAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................1
1.2 PERMASALAHAN.................................................................................2
BAB II PELAKSANAAN......................................................................................4
2.1 PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI........................4
2.2 PELAKSANAAN KEGIATAN..............................................................4
2.2.1 Tujuan................................................................................................4
2.2.2 Peserta................................................................................................4
2.2.3 Waktu dan Tempat.............................................................................4
2.2.4 Metode...............................................................................................4
2.3 MONITORING DAN EVALUASI........................................................5
LAMPIRAN............................................................................................................6
Lampiran 1. Design poster / leaflet...................................................................6
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan...........................................7
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat,
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mini project yang
berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Deteksi Dini
Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Banjarnegara 2”. Penulisan mini project ini
disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program Internsip Dokter Indonesia.
Di samping itu, mini project ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita
semua.
Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Ana Susanti, M.M. selaku Pembimbing Puskesmas Puskesmas
Banjarnegara 2, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimba ilmu dan pengalaman di Puskesmas Banjarnegara 2.
2. Staff dan Karyawan Puskesmas Banjarnegara 2 yang telah memberikan
bantuan tenaga dan pikiran serta saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mini project ini tepat waktu.
3. Teman-teman Internship Puskesmas Banjarnegara 2 yang telah memberikan
bantuan, tenaga, pikiran, dan saran yang membangun dalam penulisan mini
project ini.
Penulis menyadari bahwa mini project ini jauh dari sempurna sehingga
penulis senantiasa terbuka kepada saran dan kritik yang membangun kepada mini
project ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasi dan berharap semoga
makalah mini project ini dapat memberikan manfaat bagi kalangan banyak.
Penulis
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dokter Pendamping,
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kualitas ataupun kuantitasnya terutama pada wanita usia subur. Sehingga
dapat menekan prevalensi kanker serviks di Indonesia.
(pengetahuan sikap dan perilaku)
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan mini project mengenai pencegahan kanker serviks dengan judul
“Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker
Serviks dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada
Wanita Usia Subur di Puskesmas Banjarnegara 2”.
1.2 PERMASALAHAN
1.2.1 Kanker serviks menempati urutan ke-empat kanker paling umum pada
Wanita secara global.
1.2.2 Kanker serviks menempati urutan ke-dua setelah kanker payudara di
Indonesia dengan prevalensi 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-
rata kematian mencapai 13,9 per 100.000 penduduk.
1.2.3 Rendahnya pengetahuan masyarakat di wilayah Banjarnegara 2
mengenai kanker serviks sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks.
1.2.4 Rendahnya kesadaran masyarakat di Wilayah Banjarnegara 2 akan
pentingnya deteksi dini dengan Tes IVA di wilayah Puskesmas
Banjarnegara 2 sehingga penulis mengharapkan dengan adanya
penyuluhan dan pembuatan media cetak dapat meningkatkan angka
deteksi dini kanker serviks dengan dilakukannya Tes IVA.
1.2.5 Kurangnya media dalam edukasi mengenai kanker serviks dan deteksi
dini kanker serviks sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan ini
dapat memudahkan pegawai puskesmas dalam mengedukasi
mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu apakah
rendahnya cakupan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA Test) pada poli KIA
Puskesmas Kelurahan Cijantung dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan akan
penyakit kanker serviks dan metode deteksinya?
2
1.3 Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Kanker leher Rahim adalah kanker nomor dua terbanyak pada perempuan
di seluruh dunia. Setiap tahun, di dunia terdapat 500.000 kasus baru kanker
serviks dan lebih dari 250.000 kematian. Di Indonesia yang berpenduduk sekitar
220 juta jiwa, terdapat sekitar 52 juta perempuan yang terancam kanker serviks.
Diperkirakan di Indonesia terdapat sekitar 40-45 kasus baru dengan angka
kematian mencapai 8000 orang/ tahun. Berdasarkan Global Burden of Cancer
Study (Globocan) kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi di
Indonesia sebesar 65.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus kanker.
Kanker serviks (leher rahim) menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633
kasus atau 9,2% dari total kasus kanker. Berdasarkan data sistem informasi rumah
sakit tahun 2010 sebanyak 12,8% kasus kanker yang tercatat merupakan kanker
mulut rahim/serviks. Insidensi penderita kanker serviks meningkat 3,1% tiap
tahunnya.
4
5
2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab atau etiologi dari kanker serviks adalah infeksi yang disebabkan
oleh Human papillomavirus (HPV) onkogenik yang persisten terutama sub tipe 16
dan 18. HPV adalah virus yang sering dijumpai sehingga kebanyakan orang
pernah terinfeksi selama hidupnya. HPV cenderung tidak menyebabkan gejala
sehingga kita tidak menyadari kalau sedang terinfeksi. Pada kebanyakan wanita,
HPV akan hilang dengan sendirinya, namun bila tidak sembuh ada kemungkinan
seiring berjalannya waktu bisa berkembang menjadi kanker serviks. Infeksi HPV
bisa didapatkan melalui berbagai cara diantaranya kontak dari kulit ke kulit di
area genital dan perilaku seks vaginal, anal, ataupun oral.
Setiap orang yang memiliki serviks beresiko terkena kanker serviks yaitu
wanita dan transgender. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko
terjadinya kanker serviks diantaranya usia dibawah 45 tahun karena kanker
serviks lebih sering ditemukan pada wanita usia lebih muda, memiliki/berada
dalam keadaan sistem imun yang lemah baik karena penyakit seperti HIV atau
AIDS maupun karena transplantasi organ atau sedang pengobatan kemoterapi,
riwayat melahirkan anak tiga atau lebih, berhubungan seksual dan melahirkan
diusia muda (dibawah 17 tahun), riwayat ibu mengkonsumsi obat hormonal
dietilstilbestrol (DES) saat mengandung, riwayat pernah menderita kanker vagina,
vulva atau kandung kemih atau riwayat keluarga dengan kanker, berganti-ganti
pasangan seksual, melakukan hubungan seksual dengan pria yang sering berganti-
ganti pasangan, merokok atau sebagai perokok pasif (terpapar asap rokok), dan
infeksi berulang pada alat kelamin salah satunya karena kurang menjaga
kebersihan alat kelamin.
2.1.5 Diagnosa
Diagnosa untuk kanker serviks ditegakkan berdasarkan anamnesis lengkap
dan sistematis terhadap gejala dan tanda pada pasien, pemeriksaan fisik dengan
pemeriksaan pada panggul, pap smear/IVA (Inspeksi Visual Asam asetat), dan
pemeriksaan penunjang seperti kolposkopi, sistoskopi (pemeriksaan pada kandung
kemih), proktoskopi (pemeriksaan pada rektum) untuk melihat penyebaran
kanker, biopsi, dan pemeriksaan radiologi seperti sinar X, CT Scan, atau MRI.
Temuan klinis yang ditemukan pada kanker serviks saat pemeriksaan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa stadium sebagai berikut:
2.1.6 Tatalaksana
7
Penatalaksanaan pada kanker serviks berbeda-beda disesuaikan dengan
tingkat stadium, seperti dipaparkan berikut dengan bagan alur pemilihan
tatalaksana dibawah ini:
Stadium IA : pembedahan, radiasi intracavitary
Stadium IB, IIA : kemoradiasi, pembedahan dengan atau tanpa radiasi plus
kemoterapi, kemoterapi neoadjuvan, radiasi
Stadium IIB, III, IVA : kemoradiasi, radiasi internal, kemoterapi neoadjuvan
Stadium IVB : radiasi paliatif, kemoterapi paliatif
8
2.2.2 Prosedur
Sebelum melakukan pemeriksaan IVA, untuk mendapatkan hasil yang
akurat ada beberapa syarat yang harus terpenuhi diantaranya sudah pernah
melakukan hubungan intim, tidak berhubungan intim selama 24 jam sebelum
pemeriksaan, tidak sedang haid, tidak sedang hamil atau baru melahirkan (kurang
dari 6 minggu pasca melahirkan). Pemeriksaan IVA dapat dilakukan secara
berkala sesuai anjuran dokter atau setidaknya setiap 1 tahun sekali. Hal ini
dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks secara dini, sebab kanker serviks
stadium awal sering kali tidak bergejala. Gejala pada kanker serviks umumnya
baru muncul pada tahap lanjut.
Tahapan atau prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan Inspeksi Visul
Asetat (IVA) yaitu pertama-tama pasien akan diminta berbaring dengan posisi
kedua kaki terbuka/mengangkang (litotomi), kemudian petugas akan memasukkan
alat bernama spekulum atau cocor bebek ke dalam vagina yang berfungsi untuk
menahan mulut vagina agar terbuka, sehingga leher dan mulut rahim dapat
terlihat. Kemudian tahap selanjutnya adalah mencelupkan gumpalan kapas
bertangkai mirip cotton bud ke larutan asam asetat atau asam cuka kadar 3–5%.
Kemudian gumpalan kapas yang telah dibasahi oleh asam asetat dioles perlahan
ke permukaan jaringan serviks. Setelah selesai mengoleskan, tunggu selama 1
menit untuk menilai reaksi yang muncul, biasanya berupa perubahan warna pada
area serviks yang telah dioleskan asam asetat. Jika sudah menunggu 1 menit, bisa
diinterpretasikan hasilnya menjadi positif atau negatif.
Hasil pemeriksaan IVA dapat diketahui setelah menunggu 1 menit. Hasil
diinterpretasikan negatif yaitu bila jaringan serviks tidak mengalami perubahan
warna setelah dioleskan asam asetat maka jaringan serviks dikatakan sehat.
Namun dikatakan terdapat sel abnormal pada serviks atau positif, bila muncul
bercak putih pada permukaan leher rahim. Hal ini dapat menandakan adanya sel
tumor atau sel kanker pada serviks. Meski demikian, hasil positif tidak selalu
menandakan adanya kanker serviks.
Berikut ini beberapa sel abnormal yang mungkin terdeteksi dari hasil IVA positif:
1. Sel skuamosa atipikal: Terdapat sel yang abnormal, tapi kerusakannya
tidak begitu parah untuk bisa disebut sebagai sel pra-kanker. Dibutuhkan
9
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan keberadaan human
papillomavirus.
2. Lesi intraepitel skuamosa: Sel yang abnormal menunjukkan kerusakan
sedang hingga parah. Ada potensi perubahan sel itu menjadi sel kanker.
3. Sel glandular atipikal: Terdapat sel abnormal yang memproduksi lendir
atau mukus. Namun belum pasti sel ini adalah sel pra-kanker.
4. Sel skuamosa dan adenokarsinoma: Sel abnormal yang diduga kuat adalah
sel kanker.
10
BAB III
IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH DAN PRIORITAS PENYEBAB
MASALAH
11
3.2 Kerangka Teori
12
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Potong Lintang tanpa adanya followup
terhadap subjek
14
BAB IV
HASIL PENETILITAN DAN PEMBAHASAN
Jenis kelamin
Perempuan 77 100%
Laki laki 0 0
Persebaran Usia
21-30 15 19,4%
31 - 40 24 31,1%
41 -50 26 33,7%
51 - 60 11 14,2%
>61 1 1,2%
Pernah/aktif 52 100%
Belum pernah 0 0
Kelurahan
Cijantung 39 75%
Jumlah anak
0 1 3,6%
1 4 7,1%%
2 26 50%
15
3 9 17,9%
>=4 12 21,4%
Pendidikan
SD sederajat 1 3,6%
Pekerjaan
IRT 38 71,4%
PNS 5 10,7%
dll 5 10,7%
16
4.2 Interpretasi Poin Kuisioner Domain: Sikap Ibu Terhadap Pemeriksaan
IVA untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
No Sub variabel dan indicator No pertanyaan
1 Keyakinan terhadap perilaku
a. Keyakinan untuk tidak takut 1, 11
menjalani tes IVA 4, 5,8,9,13
b. Keyakinan bahwa tes IVA 10
perlu dijalani oleh wanita 12
c. Keyakinan hasil tes IVA dapat 13
dipercaya
d. Keyakinan terhadap jangka
waktu pemeriksaan tes IVA
e. Keyakinan akan manfaat tes
IVA
2. Evaluasi terhadap konsekuensi yang
akan di tanggung 2,3,7
a. Resiko tes IVA 6, 11
b. Kemungkinan diketahuinya
hasil yang tidak normal
17
Keyakinan hasil IVA dapat dipercaya (yang terekam pada poin 10), didapatkan
hasil berupa mayoritas responden merasa merasa takut untuk melakukan
pemeriksaan IVA karena takut terdiagnosis dan konsekuensi pengobatan kanker
leher Rahim
Keyakinan terhadap jangka waktu pemeriksaan IVA (yang terekam pada poin 12),
didapatkan hasil berupa mayoritas responden merasa IVA dibutuhkan bagi
perempuan yang sudah menikah
Sedangkan keyakinan akan manfaat IVA (yang terekam pada poin 13),
didiapatkan hasil berupa mayoritas responden merasa yakin pemeriksaan IVA
mampu mencegah kanker leher Rahim.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.4 Kesimpulan
Berdasarkan sub variable keyakinan terhadap perilaku terdapat beberapa poin
yang perlu ditingkatkan yaitu kurangnya pengetahuan responden terhadap
pemahamanan IVA adalah modalitas untuk deteksi dini bukan untuk pencegahan.
Kemudian responden juga memiliki rasa takut menjalani IVA dan IVA dirasa
hanya dibutuhkan 1 kali seumur hidup. Selain itu responden takut terhadap hasil
IVA akan mempengaruhi kehidupannya dan responden merasa IVA dibutuhkan
bagi semua wanita yang aktif melakukan hubungan seksual.
Hal-hal yang saat ini sudah baik yaitu responden merasa yakin bahwa IVA perlu
dilakukan dan hasil IVA sama baik dengan modalitas lain dalam hal deteksi dini
kanker serviks. Responden juga meyakini bahwa IVA dapat mencegah kanker
leher Rahim dan sangat penting bagi Wanita yang sudah menikah.
Pada sub variable evaluasi terhadap konsekuensi yang akan di tanggung dari
pemeriksaan IVA komponen yang sudah baik yaitu mayoritas responden merasa
pemeriksaan dini kanker leher Rahim dengan IVA tidak akan merugikan
dirinyam, namun ada beberapa komponen yang perlu ditingkatkan seperti
Responden khawatir akan rasa nyeri saat dan setelah pemeriksaan IVA,
Responden malu dan merasa tabu membuka alat kelaminnya dihadapan orang lain
dan responden merasa tidak butuh melakukan IVA jika tidak berganti-ganti
pasangan seksual.
5.2 Saran
Saran evaluasi program deteksi dini kanker serviks denga tes IVA di Puskesmas
Kelurahan Cijantung adalah sebagai berikut:
19
▪ Penyuluhan rutin tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dengan
Test
20
DAFTAR PUSTAKA
21