Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PENGUATAN LANDASAN HUKUM PERSYARATAN KEAMANAN DUNIA

MAYA (CYBER SECURITY) DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR UNTUK


MENDUKUNG KEAMANAN NUKLIR NASIONAL

Nanang Triagung Edi Hermawan


Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, BAPETEN
e-mail: n.triagung@bapeten.go.id

ABSTRAK
Proses instrumentasi dan kendali industri dewasa ini telah bergeser dari sistem manual menjadi sistem yang serba
digital. Di samping proses kendali yang bersifat mandiri (standalone), kebanyakan sistem pada saat ini sudah terhubung
satu dengan yang lain melalui jaringan komunikasi data, bahkan jaringan internet yang mendunia. Hal yang sama juga
terjadi dalam industri nuklir berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir pada instalasi nuklir maupun fasilitas radiasi.
Penerapan sistem digital rentan terhadap ancaman keamanan dunia maya terkait dengan kerahasiaan (confidentiality),
integritas (integrity), dan ketersediaan (avalaibility). Di sisi lain, hingga saat ini kita belum memiliki landasan hukum
yang memadai untuk memberlakukan persyaratan keamanan dunia maya guna mendukung dan melengkapi persyaratan
proteksi fisik atau keamanan sumber radioaktif. Telah dilakukan studi pustaka dalam rangka perumusan strategi
penguatan landasan hukum persyaratan keamanan dunia maya dalam pemanfaatan tenaga nuklir untuk mendukung
keamanan nuklir nasional. Kebijakan nasional mengenai penerapan keamanan dunia maya dalam pemanfaatan tenaga
nuklir harus diatur secara khusus di dalam lingkup peraturan perundang-undangan bidang ketenaganukliran. Persyaratan
keamanan dunia maya harus dipayungi dalam Undang-undang Ketenaganukliran, dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah, dan diatur lebih detail dengan Peraturan Kepala BAPETEN. Pengaturan tersebut harus tetap
mengedepankan harmonisasi dengan pengaturan umum dalam lingkup peraturan perundang-undangan terkait, antara
lain mengenai informasi dan transaksi elektronik, hak cipta, tindak pidana pencucian uang, dan pencegahan tindak
pidana terorisme.

Kata kunci: sistem digital, cybersecurity, peraturan perundang-undangan, keamanan nuklir.

ABSTRACT
The process of instrumentation and industrial control today has shifted from a manual system to an all-digital system.
In addition to the standalone control process, most systems are now connected to each other system through data
communications networks, even the worldwide internet network. The same conditions also are implemented in nuclear
industry, relating to utilization of nuclear energy on nuclear installations and radiation facilities. The application of
digital systems poses potential vulnerabilities to cybersecurity threats related to confidentiality, integrity and
avalaibility. On the other hand, until this time Indonesia hasn’t an adequate legal basis for enforcing cybersecurity
requirements to support and complement the physical protection of nuclear installations and nuclear material or
security requirements of radioactive sources. A literature study on the framework for formulating a strategy of
strengthening the legal basis of cybersecurity requirements in the utilization of nuclear power to support national
nuclear security has been conducted. National policies concerning the application of cybersecurity in the utilization of
nuclear energy shall be specifically regulated within the scope of nuclear legislation. The requirements of cybersecurity
must be covered under Nuclear Act, elaborated in a Government Regulation, and regulated in more detail with
BAPETEN’s Chairman Regulations. Such arrangements should continue to promote harmonization with general
arrangements within the scope of relevant legislation, including information and electronic transactions, copyrights,
money laundering and crime prevention of terrorism.

Keywords: digital system, cybersecurity, regulations, nuclear security.

I. PENDAHULUAN kegiatan penggunaan tenaga nuklir, baik pada instalasi


Perkembangan teknologi yang berlangsung nuklir maupun fasilitas radiasi.
pesat telah mendorong penerapan sistem digital dalam ICS memiliki kesamaan pengertian dengan
sistem kendali industri (Industrial Control System, ICS) Operating Technology (OT), Instrumentation and
secara lebih luas. Berbagai peralatan pengukuran dan Control (I&C), Supervisory Control and Data
kendali yang semula menggunakan teknologi manual Acquisition Data (SCADA), Distributed Control System
telah digantikan dengan sistem digital. Hal ini juga (DCS), Programmable Logic Controller (PLC),
merambah sistem pengukuran dan kendali dalam Programmable Automatic Controller (PAC), ataupun
Human Machine Interface (HMI) [1].

78
Seminar Keselamatan Nuklir 7

Di samping penerapan sistem yang otonom a. meningkatkan kesadaran para pemangku


(standalone), tidak sedikit dari sistem pengukuran dan kepentingan mengenai pentingnya penerapan
kendali pada instalasi nuklir atau fasilitas radiasi yang keamanan dunia maya;
terhubung melalui sistem komunikasi data dengan b. memetakan perangkat peraturan perundang-
sistem yang lain. Sistem komunikasi data yang undangan yang telah dimiliki oleh Indonesia;
dimaksudkan dapat berupa GSM, GPRS, LAN, WAN, c. menyusun strategi penguatan landansan hukum
VSAT, hingga internet. Baik pada sistem digital yang persyaratan dunia maya dalam sistem peraturan
mandiri maupun terhubung dengan sistem yang lain, perundang-undangan ketenaganukliran.
sama-sama memiliki kerentanan ancaman dunia maya
(cyber vulnerability). II. METODE KAJIAN
Adanya ancaman atau serangan dunia maya Kajian dalam rangka pengembangan strategi
pada sistem digital dapat mengakibatkan hilangnya data, landasan hukum persyaratan keamanan dunia maya
terbobolnya kerahasiaan informasi, sabotase dalam pemanfaatan tenaga nuklir ini dilakukan melalui
operasionalisasi sistem operasi dan kendali yang dapat studi pustaka dengan tahapan kegiatan meliputi
memicu terjadinya kondisi kecelakaan yang sangat pengumpulan dan penelaahan literatur, analisis, diskusi
membahayakan. Hal ini menjadi kerentanan tersendiri dan penyusunan laporan.
apabila kesempatan tersebut digunakan oleh kelompok
teroris untuk melakukan aksinya. Dengan demikian, isu III. POKOK BAHASAN
keamanan dunia maya (cybersecurity issues) menjadi Penggunaan sistem digital yang tidak dibarengi
sangat penting dalam rangka mewujudkan keselamatan dengan penerapan sistem keamanan dunia maya yang
dan keamanan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. memadai telah menimbulkan beberapa serangan yang
Isu keamanan dunia maya mulai mendapat mengakibatkan kerugian teknis, sosial maupun
perhatian yang serius dalam penggunaan sistem digital finansial.
untuk kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. International Gambar 1 memperlihatkan riwayat beberapa
Atomic Energy Agency (IAEA) bahkan telah serangan dunia maya yang pernah terjadi di seluruh
menerbitkan beberapa publikasi dan standar yang dunia untuk berbagai bidang industri. Pada tahun 2003,
berkaitan dengan isu keamanan dunia maya [2, 3]. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Davis Besse
Namun demikian, sistem peraturan perundang- di Ohio, Amerika Serikat telah diserang malware slamer
undangan di negara kita belum mengatur secara khusus worm. Serangan worm yang pertama kali muncul pada
(leg specialist) adanya kebutuhan landasan hukum sistem digital di bagian kontraktor merambat ke
terkait hal tersebut di bidang ketenaganukliran. jaringan perusahaan melalui koneksi VPN yang teretas.
Kajian dalam rangka pengembangan strategi Worm tersebut kemudian menyebar luas hingga
penguatan landasan hukum persyaratan keamanan dunia mencapai unpatchedserver pada jaringan pembangkitan
maya dalam pemanfaatan tenaga nuklir untuk daya. Serangan tersebut berdampak dihentikannya
mendukung terwujudnya keamanan nuklir nasional ini sistem digital secara menyeluruh yang berdampak
bertujuan untuk: dihentikannya kegiatan operasi reaktor nuklir secara
keseluruhan [1].

Gambar 1. Riwayat serangan dunia maya yang pernah terjadi [1]

Pada tahun 2014, PLTN Monju di Jepang juga komputer pangkalan data. Indikasi peretasan disadari
mendapat serangan dunia maya berupa malware. pada saat seorang administrator jaringan mendeteksi
Serangan berhasil meretas komputer kendali sistem dan adanya akses ilegal ke sistem di dalam ruang kendali

79
Seminar Keselamatan Nuklir 7

reaktor lebih dari 30 kali dalam sehari setelah seorang yang meng-enkripsi data melalui sistem operasi
karyawan meng-update aplikasi sistem. Serangan komputer tersebut berhasil meretas dan melumpuhkan
tersebut berdampak terganggunya sistem kendali dan sistem layanan di dua rumah sakit besar di ibukota
adanya kebocoran informasi yang penting [1]. Jakarta.
Beberapa contoh lain kejadian serangan dunia Malware atau perangkat lunak jahat dibedakan
maya pada dunia industri besar yang masih relatif baru ke dalam kategori infectious malware, concealment
diantaranya kasus Korea Hydro and Nuclear Power malware, dan malware for profit [1]. Virus dan worm
(KHNP), pabrik peleburan besi baja di Jerman, hingga termasuk jenis infectious malware. Trojan horse
saluran transmisi listrik di negara Ukraina. merupakan jenis concealment malware. Adapun
Peristiwa serangan dunia maya yang paling ransomware merupakan contoh malware for profit.
menghentak dan menjadi perhatian besar masyarakat Beberapa contoh indikasi yang ditimbulkan akibat
dunia yang baru-baru ini terjadi adalah beredarnya sistem yang diserang malware dapat dilihat dalam Tabel
ransomwarewannacry pada pertengahan bulan Mei 1.
tahun ini. Tak tanggung-tanggung, serangan malware

Tabel 1. Indikasi pada sistem yang terserang malware [1]


Serangan malware Kemungkinan indikasi yang terjadi
Virus menyebar melalui  peringatan perangkat lunak antivirus menunjukkan file yang terinfeksi
surat elektronik dan  peningkatan jumlah surat elektronik yang dikirim dan diterima secara tiba-tiba
menginfeksi host  perubahan template untuk dokumen pemrosesan kata, spreadsheet, dll
 file terhapus, korup, atau tidak dapat diakses
 obyek yang tidak biasa pada layar, seperti pesan dan gambar yang aneh
 program yang dimulai secara lambat, berjalan lambat, atau tidak berjalan sama sekali
 ketidakstabilan dan crash sistem
Worm menyebar melalui  peringatan perangkat lunak antivirus menunjukkan file yang terinfeksi
layanan yang rentan dan  upaya pemindahan port dan koneksi yang gagal pada target layanan yang rentan (misal windows
menginfeksi host shares, HTTP)
 peningkatan penggunaan jaringan
 program yang dimulai secara lambat, berjalan lambat, atau tidak berjalan sama sekali
 ketidakstabilan dan crash sistem
Trojan horse dipasang  peringatan perangkat lunak antivirus menunjukkan versi Trojan horse dari file
dan berjalan pada host  peringatan deteksi penyusupan jaringan dari komunikasi client-server Trojan horse
 lama catatan firewall dan router untuk komunikasi client-server Trojan horse
 pembukaan port yang tidak biasa dan tidak diperkirakan
 berjalannya proses yang tidak diketahui
 jumlah lalu lintas jaringan yang tinggi yang dihasilkan oleh host, terutama apabila diarahkan ke
external host
 program yang dimulai secara lambat, berjalan lambat, atau tidak berjalan sama sekali
 ketidakstabilan dan crash sistem

Ancaman atau serangan dunia maya


(cyberattack) tidak hanya dilakukan dengan cara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
peretasan dan penyebaran malware melalui jaringan Dasar Hukum Umum
internet sebagaimana contoh beberapa kasus di atas. Pengaturan mengenai keamanan dunia maya
Serangan dunia maya bisa saja dilakukan melalui sarana tidak terlepas daripada pengaturan bidang komunikasi
penyimpan data, seperti disket, Compact Disk (CD), dan informatika yang menjadi kewenangan
flashdisk, bahkan melalui distribusi perangkat keras Kementerian Komunikasi dan Informatika. Undang-
ataupun lunak palsu yang diharapkan mengkorup undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
kinerja sistem kendali operasi yang ditarget. Transaksi Elektronik (Undang-undang ITE) [4]
Ancaman dunia maya di era internet dengan sebagaimana telah diperbarui menjadi Undang-undang
peralatan yang serba digital saat ini adalah sebuah Nomor 19 Tahun 2016 [5] menjadi acuan dalam proses
kenyataan. Kesadaran bahwa ancaman tersebut benar- penegakan hukum terhadap tindakan kejahatan yang
benar ada dan berpotensi menyerang sistem digital berkaitan dengan praktik-pratik di dunia maya.
manapun harus ditingkatkan, termasuk tentu saja dalam Tindakan kejahatan yang berkaitan dengan
penggunaan berbagai peralatan digital pada instalasi praktik-praktik di dunia maya telah ditetapkan sebagai
nuklir ataupun fasilitas radiasi. tindakan yang dilarang secara tegas. Pelarangan yang
IAEA sebagai organisasi Perserikatan Bangsa ada diatur di dalam Bab VII, mulai dari Pasal 27 hingga
Bangsa (PBB) yang mengawasi penggunaan tenaga Pasal 37 Undang-undang ITE. Pengaturan pelarangan
atom telah menerbitkan beberapa seri dokumen tersebut lebih ditujukan untuk menjerat para pelaku
berkaitan dengan keamanan dunia maya dalam tindakan kriminal yang berkaitan dengan dunia maya.
penggunaan tenaga atom, diantaranya Nuclear Security Adapun pengaturan yang berhubungan dengan
Series on Computer Security on Nuclear Facilities [2] perintah untuk menerapkan tindakan pengamanan dalam
dan Nuclear Security Series on Security of Nuclear transaksi elektronik muncul antara lain dalam Pasal 12,
Information – Implementation Guide [3]. Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 40 Undang-undang ITE.

79
Seminar Keselamatan Nuklir 7

Pasal-pasal tersebut mempersyaratkan tindakan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang


pengamanan terhadap data elektronik oleh pengguna, Ketenaganukliran [9] merupakan landasan hukum
penyelenggara sertifikasi elektronik, penyelenggara tertinggi dalam pelaksanaan pengawasan pemanfaatan
sistem elektronik, dan instansi terkait. tenaga nuklir yang dilaksanakan oleh BAPETEN. Pada
Sebagai peraturan perundang-undangan yang saat ini, Undang-undang tersebut sedang dalam proses
mengatur secara umum (leg generalist) Undang-undang amandemen.
ITE tidak melingkupi pengaturan persyaratan penerapan Pelaksanaan penyusunan Rancangan Undang-
keamanan dunia maya untuk keseluruhan pengguna undang Pengganti (RUUP) Undang-undang Nomor 10
peralatan digital ataupun yang terhubung dengan Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran yang pada saat
jaringan komunikasi data seperti internet. ini sedang berlangsung sebagaimana disinggung di atas
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang harus mengakomodir perlunya landasan hukum yang
Hak Cipta [6] juga menyinggung penyalahgunaan hak memadai terhadap pentingnya menciptakan keamanan
cipta yang berkaitan dengan program komputer. dunia maya sebagai bagian tidak terpisahkan atau
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak bagian pendukung dari keamanan nuklir secara
Pidana Pencucian Uang [7] juga mengatur pidana menyeluruh.
terhadap tindakan pencucian uang melalui transfer atau Di dalam naskah akademis maupun draf RUUP
transaksi secara elektronik. Selain itu Undang-undang telah disusun pengaturan keamanan atau kerahasiaan
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak informasi nuklir dalam suatu bab tersendiri. Namun
Pidana Terorisme [8] juga mengatur mengenai alat bukti demikian isu yang diangkat masih berkisar pengaturan
elektronik dalam pelacakan atau penyelidikan terhadap untuk mengkriminalisasi pelaku kejahatan yang
tindakan teror. membobol, meretas, atau mengakses informasi nuklir
Senafas dengan muatan pengaturan yang ada di secara tidak sah. Namun demikian persyaratan untuk
Undang-undang ITE, beberapa contoh Undang-undang instalasi nuklir maupun fasilitas radiasi yang memiliki
yang telah disebutkan di atas lebih fokus sebagai informasi nuklir dan harus dijaga kerahasiaannya,
landasan hukum dalam penuntutan terhadap pelaku belum secara eksplisit memiliki landasan hukum yang
kejahatan yang memanfaatkan dunia maya. tegas dan kuat.
Di dalam publikasi IAEA Nuclear Security
Dasar Hukum Khusus Series on Security of Nuclear Information [3]
Ancaman dunia maya (Cybersecurity Threats) ditegaskan peran dan tanggung jawab negara dalam
dalam penggunaan berbagai peralatan digital pada rangka memperkuat, mengembangkan, dan menerapkan
instalasi nuklir atau fasilitas radiasi harus diantisipasi konsep keamanan dunia maya, meliputi:
sedini mungkin. Rencana dan program keamanan dunia a. menetapkan dan memelihara kerangka hukum dan
maya harus disusun oleh setiap pemegang izin dan peraturan perundang-undangan untuk keamanan
menjadi persyaratan izin yang merupakan bagian tidak informasi nuklir;
terpisahkan dari sistem proteksi fisik bahan nuklir b. mendefinisikan kerahasiaan informasi keamanan
maupun keamanan sumber radioaktif. nuklir;
Serangan yang terjadi melalui dunia maya c. menetapkan klasifikasi atau tingkatan kerahasiaan
dapat berakibat kepada hilangnya kerahasiaan atau informasi keamanan nuklir;
perubahan informasi nuklir, bahkan hilangnya kendali d. menetapkan atau menunjuk institusi yang kompeten
terhadap instalasi atau fasilitas yang dapat memicu untuk melaksanakan dan mengendalikan kerangka
kejadian abnormal, insiden, hingga kecelakaan nuklir. keamanan informasi keamanan nuklir; dan
Dengan demikian adanya serangan melalui dunia maya e. mendefinisikan tindakan yang menyebabkan
atau perangkat digital dapat berdampak ringan hingga terjadinya pelanggaran terhadap kerahasiaan
kerusakan fisik yang parah dan menimbulkan kerugian informasi keamanan nuklir.
finansial ataupun sosial. Hal ini sekaligus menegaskan Peran dan tanggung jawab negara sebagaimana
bahwasanya dalam era dunia digital pada saat ini harus diuraikan di atas harus menjadi muatan pengaturan yang
dipadukan fungsi keamanan nuklir melalui penerapan ditetapkan di tingkat Undang-undang. Pengaturan secara
proteksi fisik bahan nuklir atau keamanan sumber khusus (leg specialist) terhadap isu keamanan dunia
radioaktif dengan konsep mengenai keamanan dunia maya harus ditetapkan secara harmonis dengan
maya. keberadaan peraturan perundang-undangan yang
Pengembangan rencana dan program keamanan memiliki keterkaitan dengan pencegahan kejahatan
dunia maya harus mengacu kepada persyaratan yang melalui dunia maya, antara lain Undang-undang
ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir mengenai pencegahan tindak pidana terorisme,
(BAPETEN) sebagai lembaga yang memiliki perlindungan obyek vital nasional, informasi dan
kewenangan melakukan pengawasan terhadap setiap transaksi elektronik, hak cipta, keterbukaan informasi
pemanfaatan tenaga nuklir di tanah air. Isu mengenai publik, dan lain sebagainya.
pentingnya penerapan persyaratan keamanan dunia Dari pengaturan di tingkat Undang-undang
maya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem yang biasanya masih bersifat umum, berupa kebijakan
proteksi fisik bahan nuklir maupun keamanan sumber nasional, selanjutnya perlu dijabarkan lebih lanjut dalam
radioaktif harus diatur dalam peraturan perundang- peraturan perundangan pada tingkatan yang lebih
undangan bidang ketenaganukliran secara lebih khusus rendah, seperti Peraturan Pemerintah atau Peraturan
(leg specialist). Kepala BAPETEN (Perka BAPETEN).

80
Seminar Keselamatan Nuklir 7

Di tingkat Peraturan Pemerintah harus mendetail mengenai suatu instalasi nuklir maupun
dirumuskan tugas dan tanggung jawab instansi yang penggunaan bahan nuklir harus dijaga kerahasiaannya
berwenang melakukan kegiatan pengawasan dengan sistem dan prosedural yang ditetapkan untuk
pemanfaatan tenaga nuklir (BAPETEN). Tanggung setiap instalasi. Namun demikian persyaratan tersebut
jawab serta peranan BAPETEN dalam kerangka belum mengantisipasi kerentanan penggunaan sistem
persyaratan keamanan dunia maya, diantaranya instrumentasi dan kendali berbasis teknologi digital
berkaitan dengan [3]: maupun yang terhubung dengan jaringan komunikasi
a. penetapan persyaratan yang efektif dan sesuai untuk yang luas sebagaimana internet.
pemegang izin instalasi nuklir atau fasilitas radiasi Pada saat ini tengah berlangsung kegiatan
dalam suatu peraturan secara memadai; revisi terhadap Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun 2009.
b. evaluasi dan verifikasi pemenuhan persyaratan serta Dalam revisi yang dirumuskan nantinya diharapkan isu
pelaksanaan keamanan dunia maya melalui sistem terkait keamanan dunia maya dapat menjadi salah satu
perizinan dan inspeksi; muatan persyaratan baru yang diterapkan untuk
c. pelaksanaan penegakan hukum dalam hal terjadi pemegang izin atau pemilik instalasi nuklir.
pelanggaran persyaratan yang berlaku; serta Persyaratan teknis yang ditambahkan untuk
d. perumusan kebijakan yang diperlukan dalam rangka pemegang izin instalasi nuklir terkait tindakan antisipasi
penerapan persyaratan keamanan dunia maya. adanya kerentanan keamanan dunia maya sekurang-
kurangnya harus mencakup isu penting, antara lain [12]:
Peraturan Teknis a. komitmen manajemen untuk menerapkan keamanan
Landasan hukum yang ditetapkan di tingkat dunia maya;
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah kemudian b. pengembangan kebijakan, program, dan rencana
harus dijabarkan lebih lanjut dalam perangkat peraturan keamanan dunia maya;
yang lebih teknis dan detail (dalam hal ini pada tingkat c. keterpaduan program proteksi fisik bahan nuklir atau
Perka BAPETEN). keamanan sumber radioaktif dengan keamanan
Pada saat ini Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun dunia maya;
2009 tentang Persyaratan Proteksi Fisik Instalasi dan d. analisis dan pengelolaan risiko keamanan dunia
Bahan Nuklir [10], serta Perka BAPETEN Nomor 8 maya;
Tahun 2016 tentang Keamanan Sumber Radioaktif [11] e. penilaian dan evaluasi penerapan keamanan dunia
masih berlaku. Namun demikian dalam kedua Perka maya;
BAPETEN tersebut belum sama sekali diakomodir isu f. peningkatan kesadaran dan pelatihan personil terkait
mengenai keamanan dunia maya. sistem kendali instalasi;
Di dalam Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun g. geladi kedaruratan dunia maya; dan
2009 telah diatur persyaratan untuk menerapkan h. tindakan penanggulangan dan pemulihan adanya
kerahasiaan informasi nuklir. Data dan informasi secara kedaruratan akibat serangan dunia maya.

RUUP UU No.10/1997 Ketenaganukliran


UU (muatan Bab Keamanan Nuklir)

PP 33/2007 dan PP 54/2012


PP (tinjau ulang/revisi terkait isu cybersecurity)

Perka 1/2009 dan Perka 8/2016


Perka BAPETEN (tinjau ulang/revisi terkait isu cybersecurity)
Penyusunan Perka khusus/tersendiri
(adopsi/adaptasi IAEA NSS-17 dan NSS-23G)

Gambar 2. Strategi pengaturan isu keamanan dunia maya

Gambar 2 memperlihatkan skema strategi keamanan sumber radioaktif di dalam Perka 8 Tahun
penguatan landasan hukum untuk pengaturan 2016. Seiring mengemukanya isu keamanan dunia
persyaratan keamanan dunia maya, mulai tingkat maya, maka keberadaan Perka BAPETEN tersebut juga
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, hingga Perka harus ditinjau atau bahkan direvisi.
BAPETEN guna dikembangkan lebih lanjut di masa
yang akan datang sebagaimana telah diuraikan pada V. KESIMPULAN
bagian-bagian sebelumnya. Penggunaan sistem digital pada instalasi nuklir
Di samping Perka BAPETEN Nomor 1 Tahun atau fasilitas radiasi riskan terhadap ancaman keamanan
2009, khusus dalam hal penggunaan zat radioaktif di dunia maya. Ancaman dunia maya dapat mempengaruhi
bidang fasilitas radiasi juga diatur persyaratan kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity), dan

81
Seminar Keselamatan Nuklir 7

ketersediaan (avaibility) data, informasi, hingga sistem Informatika dan Transaksi Elektronik,
kendali industri. Penerapan persyaratan keamanan dunia Kementerian Setneg, Jakarta;
maya kepada pemegang izin instalasi nuklir atau [6] Republik Indonesia (2002), Undang-undang
fasilitas radiasi harus memiliki landasan hukum, mulai Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta,
di tingkat Undang-undang, Peraturan Pemerintah, dan Kementerian Setneg, Jakarta;
Perka BAPETEN. Peraturan perundang-undangan [7] Republik Indonesia (2003), Undang-undang
tersebut harus harmonis dengan peraturan perundang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana
lain yang berkaitan dengan pengaturan aplikasi dunia Pencucian Uang, Kementerian Setneg, Jakarta;
maya, seperti Undang-undang mengenai informasi dan [8] Republik Indonesia (2003), Undang-undang
transaksi elektronik, hak cipta, pencegahan tindak Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan
pidana pencucian uang, serta pencegahan tindak pidana Tindak Pidana Terorisme, Kementerian Setneg,
terorisme. Jakarta;
[9] Republik Indonesia (1997), Undang-undang
DAFTAR PUSTAKA Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,
[1] Anonim (2017), Pengenalan Teknis Terhadap BAPETEN, Jakarta;
Cybersecurity pada Fasilitas Nuklir dan Radiologi, [10] BAPETEN (2009), Peraturan Kepala BAPETEN
Modul Pelatihan Cybersecurity, US NNSA, Idaho; Nomor 1 Tahun 2009 tentang Proteksi Fisik
[2] IAEA (2011), Computer Security on Nuclear Instalasi dan Bahan Nuklir, BAPETEN, Jakarta;
Facilities, IAEA-NSS-No.17, Vienna; [11] BAPETEN (2016), Peraturan Kepala BAPETEN
[3] IAEA (2015), Security of Nuclear Information, Nomor 8 Tahun 2016 tentang Keamanan Sumber
IAEA-NSS-No.23G, Vienna; Radioaktif, BAPETEN, Jakarta;
[4] Republik Indonesia (2011), Undang-undang [12] NIST (1995), An Introduction to Computer
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informatika dan Security, NIST, USA.
Transaksi Elektronik, Kementerian Setneg,
Jakarta;
[5] Republik Indonesia (2016), Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang

82

Anda mungkin juga menyukai