Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

TRIAGE

RSU. BHAKTI RAHAYU AMBON

Jl. Ahmad Yani (Belakang


RRI)Ambon
Telp. (0911) 342746 Fax. (0911) 311741

Email: rsbr_ambon@yahoo.co.id

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami telah
selesai menyusun Panduan Triage di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon.
Dalam menyusun Panduan Triage, tim penyusun mendapatkan banyak
masukan dari Unit Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Unit Bedah Sentral, Unit
Kamar Bersalin dan Perinatologi, Unit Laboratorium, Instalasi Radiologi serta
Staf Medik Fungsional sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan pelayanan
medis yang actual di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon.
Panduan ini digunakan pedoman dan acuan oleh segenap Staf Medis,
Paramedis maupun Karyawan RSU Bhakti Rahayu Ambon yang terlibat dalam
pelaksanaan pelayanan medis serta pelayanan penunjangnya di lingkungan RSU
Bhakti Rahayu Ambon, khususnya dalam upaya Pelaksanaan Triage Pasien,
dengan demikian diharapkan terjadi Peningkatan Mutu Pelayanan di RSU Bhakti
Rahayu Ambon.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Panduan Triage ini, karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan
guna penyempurnaannya.
Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan buku panduan ini.

Ambon,01 Maret 2019


Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...I

DAFTAR ISI..……………………………………………………………………II

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR..………………………………………….III

I. DEFINISI…………………………………………………………………….1

II. RUANG LINGKUP………………………………………………………….2

III. TATA LAKSANA..………………………………………………………….5

IV. DOKUMENTASI..………………………………………………………….8

ii
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
JL.AHMAD YANI BELAKANG RRI AMBON
TELP. (0911) 342746, FAX. (0911) 311741

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON
NOMOR : 359/RSBR.AMQ/DIR.SK.Rev/III/2019

TENTANG
PANDUAN TRIAGE
DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU AMBON


Menimbang a. Bahwa Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon sebagai
Rumah Sakit pilihan utama masyarakat memberikan pelayanan
instalasi gawat darurat;
b. Bahwa upaya untuk memberikan pelayanan IGD yang cepat di
Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon dapat dicapai
dengan cara skala prioritas terhadap pasien di IGD rumah
sakit, antara lain dengan ditetapkan Panduan Triage di Rumah
Sakit Umum Bhakti Rahayu Ambon;
c. Bahwa sesuai butir (a dan b) tersebut diatas perlu ditetapkan
melalui Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Bhakti
Rahayu Ambon.

Mengingat:1.Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun2009tentang


Kesehatan;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan;

iii
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/tahun 2008 Tentang Rekam Medis;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 10 Tahun
1966 Tentang Wajib simpan Rahasia Kedokteran;
MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


BHAKTI RAHAYU AMBON TENTANG PANDUAN
TRIAGE DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU
AMBON

Pertama : Panduan Triage di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu


Ambon sebagai dijadikan sebagai acuan untuk memberikan
pelayanan yang cepat, tepat dan efesien di IGD Rumah Sakit
Umum Bhakti Rahayu Ambon.

Ketiga : Keputusan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal ditetapkan


dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Pada tanggal :01 Maret 2019


Direktur RSU Bhakti Rahayu Ambon

dr. Maytha Pesik


Tembusan Kepada Yth. :

1. Ketua Yayasan Bhakti Rahayu sebagai laporan


2. Arsip

iv
BAB I
DEFINISI

I. PENGERTIAN
Triage adalah tindakan untuk mengelompokkan pasien/skrining berdasarkan
pada beratnya cedera yang diprioritaskan berdasarkan ada tidaknya gangguan
pada A (Airway), B (Breathing) dan C (Circulation). Triase juga mencakup
pengertian mengatur rujukan sedemikian rupa sehingga penderita mendapat
perawatan sebagaimana mestinya.
Sistem Triageadalah Proses di mana seseorang klinisi menilai tingkat urgensi
pasien.
Triage: Sistem triage adalah struktur dasar dimana semua pasien yang datang
dikategorikan ke dalam kelompok tertentu dengan menggunakan standar skala
penilaian urgensi atau struktur.
Re-triage: status klinis adalah merupakan kondisi yang dinamis. Jika terjadi
perubahan status klinis yang akan berdampak pada perubahan kategori triage,
atau jika didapatkan informasi tambahan tentang kondisi pasien yang akan
mempengaruhi urgensi (lihat di bawah), maka triage ulang harus dilakukan.
Ketika seorang pasien kembali diprioritaskan, kode triage awal dankode triage
selanjutnya harus didokumentasikan. Alasan untuk melakukan triage ulang
juga harus didokumentasikan.
Urgensi: Urgensi ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien dan digunakan
untuk menentukan kecepatan intervensi yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang optimal Tingkat urgensi adalah tingkat keparahan atau kompleksitas
suatu penyakit atau cedera. Sebagai contoh, pasien mungkin akan
diprioritaskan ke peringkat urgensi yang lebih rendah karena mereka dinilai
cukup aman bagi mereka untuk menunggu memperoleh pemeriksaan
emergensi, walaupun mereka mungkin memerlukan rawat inap di rumah sakit
untuk kondisi mereka atau mempunyai kondisi morbiditas yang signifikan dan
resiko kematian

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Proses triase ditujukan untuk mengelompokkan pasien terutama


berdasarkan beratnya luka dan kemungkinan survival yang terbesar lebih dahulu
mendapat penanganan. Penyebab kematian tercepat disebabkan oleh gangguan
jalan napas (Airway) sehingga menjadi prioritas pertama dalam
penangannya.Prosedur triase dimulai ketika pasien tiba di Instalasi Gawat Darurat.
Dokter akan langsung melakukan pemeriksaan singkat dan cepat untuk
menentukan kondisi pasien. Pemeriksaan singkat dan cepat ini meliputi
pemeriksaan kondisi umum, tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan), kebutuhan medis, dan kemungkinan bertahan hidup. Setelah
melakukan pemeriksaan, dokter akan menentukan kategori warna triase yang
sesuai untuk kondisi pasien.

Dua jenis keadaan triase dapat terjadi yaitu :


A. Triage juga dapat dilakukan pada pasien tunggal untuk menentukan
diagnose.
B. Musibah masal.
1. Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
melebihi kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita
dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih
dahulu.
2. Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
melampui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan
dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan
survival (harapan hidup) yang terbesar, serta membutuhkan waktu,
perlengkapan dan tenaga paling sedikit menjadi prioritas penanganan.

Metode triage berdasarkan sistim METTAG (triage tagging system) adalah


proses triage untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik
berdasarkan tag (label berwarna dengan form data pasien). Metode ini adalah :

2
Kategori/Identifikasi penilaian triage berdasarkan sistim METTAG
No Faktor Prioritas Katagori I Katagori II Katagori III Katagori IV
Merah Kuning Hijau Hitam
1 AIRWAY Obstruksi Total Patent Patent Airway (-)
Obstruksi
Parsial
2 BREATHING Respirasi (-) Respirasi (+) Respirasi (+) Respirasi (-)
Hypoventilasi Respirasi Respirasi
Respirasi distress sedang distress ringan
distress berat
3 CIRCULATION Circulasi (-) Circulasi (+) Circulasi (+) Circulasi (-)
Gangguan Gangguan Gangguan
haemodinamik haemodinamik haemodinami
berat sedang k ringan
4 DESABILITY GCS < 8 GCS 9-12 GCS > 13 GCS 3
Nyeri berat Nyeri sedang
Gangguan Gangguan
neurovaskuler neurovascular
berat sedang
Dari proses triage ini penderita dilakukan skrining sesuai dengan fasilitas yang
dimiliki Rumah Sakit Bhakti Rahayu Ambon untuk perawatan selajutnya.
Prioritas Penanganan berdasarkan sistem METTAGadalah :
1. Prioritas nol (Hitam) : pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
2. Prioritas Pertama (Merah) : Penanganan Sesegera mungkin, pasien cedera
berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport
segera untuk tetap hidup, gagal napas, cedera thoraco-abdominal, cedera
kepala atau maksilo-fasial berat, shock atau perdarahan berat, luka bakar
berat, penanganan yang dilakukan adalah Patensi A – B – C, Resusitasi,
O2 sampai saturasi > 90%, Monitoring GCS, Monitoring output – input,
Monitoring vital sign, Obat – obat intubasi (ICU), Bronkodilator,
Inotropin, Vasodilator, penderita ditangani kegawataannya, apabila

3
membaik dapat pindah ke prioritas lain. Apabila membutuhkan ventilator
maka pasien dirujuk ke RS yang menyediakan fasilitas sesuai kebutuhan
pasien.
3. Prioritas kedua (Kuning) : pasien memerlukan bantuan, namun dengan
cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman
jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis
cakupan luas (misalnya ; cedera abdomen tanpa syok, cedera dada tanpa
gangguan respirasi, fraktur mayor tanpa syok, cedera kepala atau tulang
belakang leher tidak berat serta luka bakar ringan), penanganannya
Indikasi rawat inap atau rawat jalan, bila penanganan medikamentosa oral
atau selama observasi tidak menunjukkan perubahan pada keluhan pasien.
4. Prioritas ketiga (hijau) : pasien dengan cedera minor yang tidak
membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana
namun memerlukan penilaian ulang secara berkala (cedera jaringan lunak,
fraktur dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-facial tanpa gangguan
jalan napas, serta gawat darurat psikologis), penangannya Indikasi Rawat
Jalan dengan kontrol teratur dan dapat sewaktu waktu rawat inap.

4
BAB III
TATA LAKSANA

Survey primer, resusitasi dan pemeriksaan penunjang survey primer adalah


pemeriksaan secara cepat fungsi vital pada penderita dengan cedera berat dengan
prioritas pada ABCD.Fase ini harus dilakukan dalam waktu yang singkat dan
kegawatan pada penderita harus sudah ditegakkan pada fase ini.Tindakan
resusitasi harus dikerjakan pada penderita untuk menyelamatkan nyawa bila ada
kegawatan. Tindakan survey primer meliputi penilaian :
A. Airway (A) adalah mempertahankan jalan napas, hal ini dapat dikerjakan
dengan tehnik manual ataupun dengan menggunakan alat bantu. Tindakan
ini akan banyak memanipulasi leher sehingga harus diperhatikan
kemungkinan cedera tulang leher.
B. Breathing (B) adalah menjaga pernapasan atau ventilasi dapat berlangsung
dengan dengan diberikan pada penderita dengan cara yang efektif. Adanya
kegawatan di jalan napas akan menimbulkan masalah dalam pemberian
bantuan pernafasan tersebut.
C. Circulation (C) adalah mempertahankan sirkulasi bersamaan dengan
tindakan untuk menghentikan perdarahan.
D. Disability (D) adalah pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan
kemungkinan adanya gangguan neurologis.
E. Environment atau Exposure (E) adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh
penderita untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin
tidak terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.
Selama survey primer ini keadaan yang mengancam nyawa harus sudah
dikenali dan resusitasinya saat itu juga.Resusitasi yang agresif dan pengelolaan
yang cepat dari keadaan yang mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak
harus dilakukan agar pasien tetap hidup.
Prioritas penangan pasien sesuai urutan tersebut diatas.Namun dapat juga
dilakukan secara simultan. Prioritas penangan untuk usia muda dan maupun usia
lanjut adalah sama.

5
PRIORITAS PASIEN
A. Prinsip-prinsip triage :
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The
Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan yang
terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit.
2. Dapat mati dalam hitungan jam.
3. Trauma ringan.
4. Sudah meninggal.
Dari yang hidup dibuat prioritas.
Prioritas : penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.
B. Tingkat prioritas :
1. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk
sangat berat. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar.
Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension
pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%
2. Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau
fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma
thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
3. Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka ringan.
4. Prioritas 0 warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka
sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis,
trauma kepala kritis.

6
C. Penilaian dalam triage
1. Primary survey (A,B,C) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya.
2. Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III, 0
dan selanjutnya.
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan
pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban.
D. Pemimpin triage
Hanya melakukan :
1. Primary survey.
2. Menentukan prioritas.
3. Menentukan pertolongan yang harus diberikan.
Keputusan triage harus dihargai. Diskusi setelah tindakan.Hindari untuk tidak
memutuskan sesuatu. Pemimpin triage tidak harus dokter, perawat pun bisa
atau orang yang terlatih tergantung sumber daya manusia di tempat kejadian.
E. Tim triage
1. Bertanggung jawab.
2. Mencegah kerusakan berlanjut atau semakin parah.
3. Pilah dan pilih korban.
4. Memberi perlindungan kepada korban.
F. Dokumentasi/rekam medis triage
1. Informasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera,
pertolongan pertama yang telah diberikan.
2. Tanda-tanda vital : tensi, nadi, respirasi, kesadaran.
3. Diagnosis singkat tapi lengkap.
4. Kategori triage.
5. Urutan tindakan preoperatif secara lengkap.
Perhatian :
1. Jika fasilitas kurang memadai maka lebih diutamakan yang potensial
selamat. Contoh : jika korban label merah lebih potensial selamat maka
label biru dapat berubah menjadi label hitam

7
2. Dalam keadaan bencana, lebih baik memberi bantuan lebih daripada
kurang
3. Pikirkan kemungkinan yang paling buruk sehingga dapat mempersiapkan
lebih baik.

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Semua didokumentasikan di dalam rekam medis pasien IGD.

Anda mungkin juga menyukai