Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

S1 KESEHATAN LINGKUNGAN ALIH JENJANG

KESEHATAN LINGKUNGAN
BENCANA BANJIR

OLEH :
1. NOVA DWI KARTIKASARI 221613251472
2. FITRIA DEWI KURNIAWATI 221613251473
3. KURNIA ARUM NDANI 221613251481
4. LUTHFAN GHALI WISMAYA 221613251485
5. NINDIA PUTERI 221613251487

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN


STIKES WIDYA GAMA HUSADA MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Kesehatan lingkungan bencana banjir.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kasus radiasi di tempat kerja,
mulai dari sumber, dampak terhadap kesehatan dan lingkungan, serta cara
pencegahan dan penanggulangannya ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Lumajang, 13 Januari
2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 3

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………..……………. 3


1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 4
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………..……. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..…………. 5

2.1. Konsep Bencana ……………………………………………..…………….……. 5


2.2. Definisi Bencana Banjir …………………………………………….………….. 5
2.3. Penyebab Terjadinya Banjir ………………………………..……………….…. 5
2.4. Tanggap Daruratbencana Banjir …………………….……………………….. 6
2.5. Manajemen Kesehatan Dasar Dan Sanitasi Dalam Penanggulangan
Bencana Banjir ………………….…………………………………………….…. 8

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………. 14

3.1. Kesimpulan ……………………………………………….……………………. 14


3.2. Saran……………………………………………………………….……………. 14

DAFTARPUSTAKA …………………………………………………….………………. 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik dua musim yaitu musim
panas dan musim hujan yang ditandai dengan perubahan ekstrim cuaca, suhu dan arah angin.
Kondisi ini memiliki potensi untuk menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan
kekeringan. Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama
pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang
menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur.
Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan sendirinya membutuhkan ruang
yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat secara tidak langsung
merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir merupakan kejadian alam
yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan hilangnyanyawa, kerugian harta, dan
benda.
Bencana memiliki sifat tidak dapat diprediksi serta dapat menimbulkan jatuhnya banyak
korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan
masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Menurut data BNPB selama tahun 2021
Jumlah kejadian bencana didominasi antara lain bencana banjir yang terjadi 1.794 kejadian,
1.577 cuaca ekstrem, 1.321 tanah longsor, 579 kebakaran hutan dan lahan, 91 gelombang pasang
dan abrasi, 24 gempa bumi, 15 kekeringan dan 1 erupsi gunung api.
Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
alam berupa curah hujan diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor
ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di
daerah bantaran sungai dan daerah resapan air) penggundulan hutan, pembuangan sampah
kedalam sungai dsb.
Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah
terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban
bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana.

3
Ditingkat nasional ditetapkan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), di
tingkat daerah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan
tingkat II untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung didalamnya.Sejak tahun 2000
Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah
sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas
program dan multisektoral.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1.2.1 Bagaimana konsep bencana?

1.2.2 Bagaimana definisi bencana banjir?

1.2.3 Apa penyebab terjadinya banjir?

1.2.4 Bagaimana Tanggap Darurat bencana banjir?

1.2.5 Bagaimana Manajemen kesehatan dasar dan sanitasi dalam penanggulangan


bencana banjir?

1.1 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1.3.1 Mengetahui konsep bencana
1.3.2 Mengetahui definisi bencana banjir
1.3.3 Mengetahui penyebab terjadinya banjir
1.3.4 Mengetahui tanggap darurat bencana banjir
1.3.5 Mengetahui Manajemen kesehatan dasar dan sanitasi dalam penanggulangan
bencana banjir?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bencana

Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah


peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.

2.2 Definisi bencana banjir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Banjir adalah suatu bencana yang
mengganggu kehidupan manusia berupa genangan air dari yang terkecil sampai terbesar yang
disebabkan faktor-faktor baik manusia maupun alam atau aliran air yang tinggi, dan tidak
tertampung oleh aliran sungai sehingga air itu meluap ke daratan yang lebih rendah, definisi
kedua banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air
yang meningkat.

Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai
kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti
dari tahun ke tahun. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa
curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah
manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah
bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah
ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya
(www.bnpb.go.id,).

2.3 Penyebab terjadinya banjir

Berdasarkan jurnal Analisis Penyebab Banjir di Kota Samarinda yang ditulis Setiawan
Haris dkk (2020) permasalahan banjir di Kota Samarinda terjadi akibat berlebihnya limpasan
5
permukaan dan tidak tertampungnya limpasan tersebut dalam badan sungai sehingga air meluap.
Terdapat dua faktor utama penyebab banjir yaitu faktor alam (natural) dan faktor manusia (man
made). Faktor alam seperti tingginya curah hujan, topografi wilayah, pasang surut air sungai
Mahakam, dan lain-lain. Faktor alamiah ini sulit untuk dikendalikan, kalaupun bisa memerlukan
biaya yang cukup besar. Faktor kedua adalah manusia, utamanya bersumber pada unsur
pertumbuhan penduduk akan diikuti peningkatan kebutuhan infrastruktur, pemukiman, sarana air
bersih, pendidkan, serta layanan masyarakat lainnya.

Selain itu pertumbuhan penduduk akan diikuti juga kebutuhan lahan usaha untuk
pertanian, perkebunan, maupun industri. lahan usaha maupun penyediaan lahan untuk
infrastruktur tentu akan mempengaruhi tata guna lahan, dan berdampak pada menurunnya
potensi serapan air ke dalam tanah. Selain itu dengan lebih terbukanya lahan maka semakin
muda lapisan tanah tergerus air hujan maka sedimentasi akan terjadi di sungai dan akibatnya
kapasitas air sungai menurun. Pertumbuhan penduduk tentu akan meningkatkan produksi
sampah, apabila pengelolaan sampah tidak baik maka sampah akan menimbulkan masalah antara
lain penyumbatan disaluran drainase dan penyumbatan aliran sungai.

2.4 Tanggap Darurat bencana banjir

Berdasarkan hasil analisis sistem koordinasi disetiap wilayah dilakukan oleh BPBD.
Pembagian peran dan tanggung jawab disesuai dengan peran, tugas dan fungsi instansi terkait.
Koordinasi dilaksanakan secara horizontal dengan dinas di lingkungan seperti Dinas Sosial,
Dinas Bina Marga dan Tata Air, Dinas Kesehatan, Pemadam Kebakaran dan dinas lainnya.
Koordinasi juga dilakukan secara vertikal dengan BNPB,Kementerian Pekerjaan Umum, Perum
Jasa Tirta serta koordinasi ke instansi dibawah seperti Kecamatan, Kelurahan dan masyarakat
melalui RT/RW setempat. Koordinasi dilakukan guna mengetahui kekuatan sumber daya yang
dimiliki serta pembagian peran dan tugas para pemangku kepentingan tersebut.

Perencanaan Berdasarkan hasil analisis, perencanan telah masuk kedalam RPJMD program
prioritas berupa target pengurangan jumlah titik banjir. Berdasarkan dokumen RPJMD target
kinerja program dan kerangka pendanaan indikator sasaran RPJMD adalah drainase dalam
kondisi baik, aliran air tidak tersumbat dan berkurangnya jumlah titik genangan

6
Pemeliharaan alur sungai dan bangunan – bangunan air di hulu Sungai dengan menggunakan
delapan bronjong dan alat pemantau kondisi kali sangat berguna untuk pencegahan dini.
Berdasarkan data BBWS kegiatan pemeliharaan Sungai adalah pembersihan tanaman dan
sampah di pinggir sungai serta sosialisasi masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai.

Sistem Informasi (Sistem Pengumpulan dan Berbagi Informasi) Sistem informasi


dikumpulkan secara bottom up dimulai dari RT/RW lalu ke Kelurahan, dilanjutkan ke
Kecamatan dan disampaikan kepada Dinas yang berkepentingan. Sarana pengumpulan dan
kolekting data informasi dilaksanakan melalui laporan tertulis dan lisan baik secara langsung,
atau menggunakan alat bantu HT, HP atau sarana komunikasi lainnya, sejalan dengan pendapat
Kent (1994).

Pangkalan Sumber Daya tanggap Darurat banjir adalah dengan membangun Posko tetap di
tanah warga yang dibeli oleh BNPB. Posko ini mengkoordinir seluruh sumber daya barang dan
tenaga yang akan dikerahkan pada saat terjadinya bencana banjir. Dinas terkait yang biasa
terlibat dalam penanggulangan bencana telah siap mengerahkan sumber daya yang dimiliki
untuk melakukan upaya penanggulangan bencana di wilayah terdampak.

Sistem Peringatan Sistem peringatan dini banjir di daerah sepanjang aliran sungai dapat di
akses melalui aplikasi. Sistem peringatan telah dipasang mulai dari hulu di daerah puncak sampai
hilir. Informasi didukung dengan hasil visualisasi dari relawan yang tergabung dalam Komunitas
Peduli Informasi (Kompi) 887. Informasi yang telah dihimpun oleh relawan Kompi, di kirimkan
kepada koordinator lapangan/relawan, yang kemudian diolah/ dinarasikan kemudian di kirimkan
kepada warga melalui RW dan pemangku kepentingan agar siap siaga menghadapi banjir. Sistem
peringatan dini pengetahuan risiko, bahaya dan kerentanan, membantu memotivasi, mereka akan
memprioritaskan kebutuhan sistem, panduan mencegah dan menanggulangi bencana. Sistem
peringatan dini ini dirancang untuk menjangkau seluruh warga di sepanjang aliran sungai.

Dengan adanya sistem peringatan dini warga disepanjang aliran sungai dapat melakukan
upaya untuk mengurangi dampaknya seminiminal mungkin dan dapat pulih kembali secara
cepat.

Geladi/ apel dilakukan untuk mempraktikkan prosedur evakuasi dan respon secara nyata
sesuai panduan BNPB (2011). BPBD melakukan Geladi terutama di wilayah rawan banjir agar

7
prosedur evakuasi dan respon yang telah ada dapat dievaluasi, dan dikembangkan (Twigg, 2015),
sehingga dapat ditemukan celah atau kekurangan yang mungkin tidak terpikirkan saat membuat
rencana (Kent, 1994). Apel siaga dilakukan secara rutin dengan diikuti oleh ratusan personel
Polresta, Kodim 0507/ Polri, BPBD, Pramuka, , PMI dan pihak lainnya. Tujuannya, untuk
mengantisipasi ancaman banjir yang masih menghantui masyarakat di saat musim hujan tiba.
Mekanisme Respon Pemberian bantuan darurat terutama evakuasi, tempat penampungan dan
fasilitas pertolongan darurat dipusatkan di Posko darurat dan Posko Lapangan baik yang
didirikan oleh BNPB maupun BPBD. Pada Posko tersebut telah disiapkan alat dan sarana untuk
memberikan bantuan darurat pada saat banjir. Mekanisme respon disesuaikan dengan sifat dan
jenis banjir yang terjadi (lokal/kiriman).

Pemerintah memfokuskan pada banjir yang terjadi di sepanjang aliran sungai, dikarenakan
sangat berdampak bagi warga sekitar. Prosedur evakusi, SAR dan transportasi darurat juga sudah
disiapkan. Hal ini sudah sesuai dengan panduan dari BNPB (2011) dan Twigg (2015). BPBD
perlu menyebarluaskan mekanisme respon agar diketahui oleh instansi lain agar semua pihak
memahami alur penanganan banjir.

Pendidikan dan Latihan perlu dilakukan untuk mendapatkan kemampuan/kapasitas dalam


penanggulangan bencana. Kegiatan pelatihan Dasar Manajemen Penanggulangan Bencana guna
memberikan pengetahuan dasar, keterampilan menangani korban bencana dan menekan jumlah
korban bencana. Pelatihan ini melibatkan SKPD terkait. BPBD belum melakukan pendidikan
umum kepada masyarakat luas, utamanya yang tinggal didaerah rawan banjir. Pelatihan
keterampilan khusus bagi kelompok yang berlokasi di lokasi rawan bencana khususnya pendirian
tenda, tandu, P3K, mengingat bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan bagian penting dalam
rencana kesiapan menghadapi Bencana.

Sumber Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 10, No. 1 Tahun 2019 Hal. 1-11

2.5 Manajemen kesehatan dasar dan sanitasi dalam penanggulangan bencana banjir

Pada penanganan sanitasi di wilayah bencana banjir menjadi sesuatu hal yang esensial.
Mengingat kemampuan masyarakat yang terbatas dari segi finansial dan pengetahuannya
menjadikan hal ini sangat penting.

8
Sanitasi Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar
meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah
(tempat sampah) dan pembuangan air limbah (SPAL) (Azwar A, 1995).

Penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan
air limbah yang kurang baik diantaranya adalah (Duncanmara. 1995): Diare, demam berdarah,
disentri, hepatitis A, Kolera, Tiphus, cacingan dan malaria.

Bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah
manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu
respon dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme
yang bersifat luas. Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia (Shaluf.
2007).

Bencana Banjir Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya
air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik,
sosial dan ekonomi (Rahayu, et.al. 2009). Faktor penyebab terjadinya banjir dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh tindakan manusia. Banjir
akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,
kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia
disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti:
perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran,
rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi
alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat (Kodoatie dan Sugiyanto,
2002).

9
Perencanaan Penanganan Sanitasi di Wilayah Bencana yaitu Pengelolaan Air Limbah
Domestik Terpusat Skala Permukiman. Sistem air limbah skala permukiman didefinisikan
sebagai sebuah sistem pelayanan sanitasi yang melayani sekelompok rumah tangga, memiliki
jaringan pipa, dan unit pengolahan air limbah. Dalam pengelolaannya biasanya melibatkan
masyarakat, mulai perencanaan, pelaksanaan, dan operasi pemeliharaan. Mengacu kepada
definisi ini, sistem sanitasi yang dibangun pemerintah Bandung, November 2017 Volume 4
Nomor 3 ISSN-P : 2355-6110 ISSN-E : 2581-0081 863 seperti SANIMAS masuk kedalam
kelompok sistem air limbah skala permukiman. Sistem ini pada praktik di lapangan lebih dikenal
dengan istilah sanitasi komunal. Walaupun sistem sanitasi skala permukiman terus
dikembangkan, dan sistem terpusat skala kota belum ada, tetapi rencana skala kota harus sudah
dipikirkan, karena rencana system kota akan menjadi acuan dalam pembangunan sarana sanitasi
yang berjalan. Perlu direnacanakan halhal sebagai berikut:

a. Lokasi IPAL terpusat;

b. Jalur pipa induk (trunk sewer) dan sekunder;

c. Daerah prioritas pelayanan sanitasi skala permukiman;

d. Lokasi IPLT. Sarana air limbah skala permukiman dapat menampung air limbah yang
berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dan dapur. Air limbah tersebut dialirkan melalui pipa ke
bak kontrol, dari bak kontrol air limbah dialirkan melalui pipa ke dalam instalasi pengolahan air
limbah (IPAL). Air limbah yang ditampung dalam IPAL selama beberapa hari, akan mengalami
penguraian secara biologis, sehingga kualitas air buangannya (effluent) sudah memenuhi standar
yang aman dibuang ke saluran drainase atau badan air terdekat. Keuntungan Bagi Rumah Tangga
Sistem sanitasi skala permukiman memberi keuntungan bagi rumah tangga, misalnya:tidak perlu
membangun tangki septik sendiri, tidak perlu alokasi lahan untuk tangki septik, lingkungan
rumahnya lebih bersih karena seluruh air limbah baik dari kakus, mandi dan cuci seluruhnya
dibuang ke sistem perpipaan yang tertutup.

Alternatif Penerapan Prasarana Air Limbah di Wilayah Banjir Pengolahan air limbah
domestik di daerah banjir dapat menggunakan jenis teknologi apa saja selama tetap
memperhatikan ketinggian muka tanah serta ketinggian banjir maksimal. Teknologi untuk
masing-masing daerah spesifik dapat dilihat pada opsi-opsi untuk rumah yang berada di darat.

10
Yang sangat diperlukan adalah teknik untuk mencegah air banjir masuk ke dalam sistem
pengolahan, baik melalui lubang kloset, lubang di lantai, lubang kontrol, ataupun outlet sistem
pengolahan. Instalasi pengolahan yang aman dari banjir mensyaratkan posisi lubang jamban,
lubang hawa dan outlet instalasi pengolahan yang berada di posisi terlindung dari rendaman
banjir, khususnya untuk daerah rawan banjir. Hal ini untuk mencegah masuknya air banjir ke
dalam sistem yang akan menyebabkan instalasi pengolahan lebih cepat penuh atau bahkan
melimpah sehingga mencemari lingkungan (Harvey, et.al. 2002).

Pengelolaan Sampah di Daerah Bencana Banjir Jika masyarakat terpaksa mengungsi di


daerah pengungsian karena bencana banjir melanda, ada kemungkinan bahwa pengelolaan
sampah disana akan menjadi isu utama. Prioritas pertama adalah untuk menganalisis hal-hal
yang bersifat darurat dan sifat limbah yang dihasilkan. Setelah setelah itu, dianalisa sistem
pengelolaan sampah, dengan cara yang aman dan ramah lingkungan, harus dimasukkan ke dalam
tempat. Keputusan harus diambil apakah limbah tersebut akan ditangani di tempat (dikubur),
atau apakah perlu untuk memindahkan limbah ke tempat pembuangan TPS/TPA. Kunci langkah
dalam pengelolaan sampah adalah: Pengumpulan dan pewadahan, Pemindahan dan
pengangkutan sampah; Pembuangan akhir limbah/sampah. Untuk pembuangan sampah di
tempat (dikubur atau di lubang komunal), pengangkutan sampah tidak akan diperlukan. Jika
pembuangan adalah off-site, sarana pengumpulan, transportasi dan tempat pembuangan akhir
harus diidentifikasi. Pemerintah terkait baik kota atau kabupaten harus berkoordinasi. Badan
yang bertanggung jawab seperti dinas kebersihan mungkin harus mengakomodasi kebutuhan
pelayana persampahan (http://www.sphereproject.org/).

Sumber : Jurnal.atidewantara.ac.id pertama kali diindeks oleh Google pada December 2020

https://jurnal.atidewantara.ac.id/index.php/singkerru/article/download/140/99/485

Terdapat beberapa pendekatan untuk menang gulangi bencana banjir yaitu pendekatan
teknologi, pendekatan sosial dan pendekatan pemerintahan yang mana dalam pendekatan
tersebut harus sesuai dengan kondisi

A. Pendekatan Teknologi
Dengan arahan metode ecodrainage yang dapat diterapkan, diharapkan
menurunkan kerentanan banjir didaerah. Pendekatan teknologi yang dapat

11
diterapkan.meliputi pembuatan kolam Retensi, Saluran Air Hujan dengan Rorak dan Bak
Pengumpul Air Hujan Saluran air hujan,
a. Kolam retensi direkomendasikan untuk diterapkan di daerah kebun campur dan
ladang dengan tetap mempertahankan ekosistem kebun campur dan ladang yang
telah ada sebelumnya. Fungsi dari kolam retensi adalah menampung dan
meresapkan limpasan air hujan yang terjadi di daerah untuk dapat dimanfaatkan
oleh penduduk sekitar dan menurunkan ketinggian banjir yang terjadi..Kolam
retensi dibangun di bawah permukaan tanah dengan bentuk persegi panjang
Kemudian, disekitar kolam retensi diterapkan penahan sedimen dari aliran
permukaan yang berfungsi untuk mengurangi sedimen yang masuk kedalam kolam
retensi. Penahan sedimen memiliki dimensi tinggi 0,3 meter dan lebar dasar 0,3
meter. Dengan kapasitas kolam retensi tersebut, air hujan yang tertampung di
kolam retensi bisa dimanfaatkan oleh masyarakat baik ketika bulan basah maupun
bulan kering
b. Saluran Air Hujan dengan Rorak dan Bak Pengumpul Air Hujan Saluran air hujan
adalah saluran terbuka yang direncanakan untuk mengalirkan air hujan dengan
dinding dan dasar saluran berupa susunan batu yang diplester. Rorak adalah lubang
buntu dengan ukuran tertentu pada dasar saluran air hujan, Pemilihan saluran air
terbuka adalah untuk memudahkan pemeliharaan. mengarah ke bak penampung air
hujan dan mengarah ke telaga
c. Peninggian Lantai Rumah dan Penanaman Rumput Manila pada Halaman Rumah
Bangunan yang masih tergenang oleh bencana banjir sehingga direkomendasikan
perlu ditinggikan. Selain itu, pada halaman rumah warga tidak ada vegetasi penahan
aliran limpasan, sehingga aliran limpasan langsung menuju ke daerah yang lebih
rendah tanpa ada penyerapan dari tanah, sehingga perlu ditanami vegetasi agar ada
aliran yang terserap. Berdasarkan Lampiran II Keputusan Menteri Pemukiman dan
Prasarana Wilayah No:430/ KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah Sederhana Sehat, tinggi standar antara plafon atau kuda – kuda dengan
lantai rumah adalah 2,4 meter, sehingga dalam peninggian rumah harus mengikuti
peraturan tersebut. Selain peninggian lantai rumah, pada halaman rumah warga di
rekomendasikan untuk ditanami rumput. Kapasitas infiltrasi pada kondi-si lahan
dengan tegakan pohon jarang dan tanpa penutup tanah lebih kecil (1,81 cm/jam),
12
daripada kondisi lahan dengan berpenutup rumput (3,19 cm/jam) Berdasarkan
perbandingan kapasitas infiltrasi tersebut, maka di rekomendasikan melakukan
penanaman rumput manila (Zoysia marella) sebagai vegetasi penahan aliran
limpasan. Pemilihan rumput manila sebagai penahan aliran limpasan di daerah
penelitian karena mempunyai rimpang yang kuat dan bercabang, indah, dan tumbuh
baik pada tanah yang bertekstur lempung pasiran, tanah berpasir dan tanah yang
banyak mengandung garam (Kumurur, 1998)
B. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial untuk penanggulangan bencana banjir yang terjadi dengan cara
Sosialisasi konsep ecodrainage dan pelaksanaan kepada masyarakat baik dengan
tindakan arahan teknologi diatas maupun tindakan lainnya yang berdasarkan arahan
dari pakar terkait yang diharapkan berguna dalam penanggulangan bencana banjir dan
Melakukan pemeliharaan lingkungan baik perawatan, perbaikan atau penggantian
sarana prasarana di area genangan banjir dan sekitarnya secara gotong royong.
C. Pendekatan Pemerintah
Pendekatan pemerintah yang dapat di upayakan melalui pihak pemerintah Desa
Girimulyo yaitu perlibatan masyarakat Dukuh Tungu secara Gambar 3. Peta Arahan
Pengelolaan Jurnal Geografi 16(1) (2019) 7-15 15 penuh baik dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan sistem ecodrainage dan pasca pelaksanaan (operasional
dan pemeliharaan).
Sumber : Jurnal Geografi 16(1) (2019) 7-15 JURNAL GEOGRAFI
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG

13
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi bersifat
responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif. Tindakan ini perlu dilakukan
karena sifat bencana yang unpredictable, sehingga masyarakat yang berada didaerah
rawan banjir akan lebih siap dan dapat mengantisipasi timbulnya bencana, dan dalam
penanggulangannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun perlu
melibatkan peran dari masyarakat serta stakeholder. Dengan melibatkan semua sektor
maka jatuhnya korban akibat bencana banjir dapat diminimalisir.

4.2 Saran
Peran tenaga sanitasi lingkungan dalam mempersiapkan masyarakat untuk
menghadapi bencana sangat diperlukan karena dengan demikian kita ikut berkontribusi
dalam memandirikan masyarakat dan memajukan bangsa.

14
DAFTAR PUSTKA

Setiawan Haris, dkk (2020), analisis penyebab banjir di kota Samarinda, Jurnal Geografi Gea,
Volume 20, Nomor 1, . Universitas Mulawarman

BNPB, bencana banjir (2021), diakses di

https://bnpb.go.id

Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI.(2003). Kajian Kebijakan Penanggulangan


Banjir:Partisipasi Masyarakat. http://www.air.bappenas.go.id

15
16

Anda mungkin juga menyukai