PEMBAHASAN
A. ABSTRAK
ARTIKEL 1
Perkembangan teknologi meningkat sangat cepat seiring dengan
perkembangan zaman. Kearsipan
merupan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah organisasi atau
lembaga, arsip memiliki
peran yang begitu penting. banyaknya jumlah surat yang dibuat dan diterima
dibagian administrasi,
sehingga pencarian data akan menjadi tidak efisien dalam hal waktu dan
tenaga dengan menggunakan
sistem manual. Sehingga pada saat ini diperlukan suatu sistem administrasi
manajemen surat yang
lebih terstruktur agar dapat mempercepat pencarian data yang ada dan
pembuatan laporan, sehingga
penulis merasa perlu merancang aplikasi Arsip Surat Menyurat yang dianggap
perlu dan membantu
pihak jurusan. Aplikasi ini dirancang menggunakan PHP dan MySQL. Karena
berbasis web, aplikasi
kearsipan ini mempunyai kemampuan, dapat diakses dimanapun, admin dapat
mengelola dengan
login user sehingga dapat melakukan menambah, mengedit, menghapus dan
menyimpan surat masuk
dan keluar, dapat melakukan pencarian surat masuk dan surat keluar
berdasarkan pengirim dan
perihal, serta dapat mencetak laporan. Hasil yang diperoleh dari implementasi
aplikasi arsip surat
menyurat ini yaitu memudahkan jurusan dalam mengelola pengarsipan surat
yang dulunya manual
sekarang menjadi digital, serta sangat membantu dosen dalam melakukan
pembuatan surat di pihak
akademik jurusan elektronika UNP.
ARTIKEL 2
Sistem Informasi Akademik berbasis web (web-based SIA) telah digunakan
oleh
seluruh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Oleh
karena
seluruh catatan akademik mahasiswa disimpan melalui jaringan kampus maka
perlu
dilakukan penelitian mengenai keamanan sehingga didapatkan sistem yang
aman.
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah di antaranya analisis dan
pengujian sistem terpasang, analisis kebutuhan, perancangan solusi
permasalahan,
pembuatan modul perbaikan, pemasangan modul dan pengujian ulang modul
perbaikan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
kelemahan pada sistem login. Kelemahan tersebut meliputi penggunaan
Nomor Induk
Mahasiswa (NIM) sebagai nama pengguna dan kata sandi default, data nama
pengguna
dan kata sandi tidak dienkripsi sebelum dikirim ke server melalui jaringan,
jejak nama
pengguna dan kata sandi yang tertinggal di peramban sebagai cache atau
dalam
pengelola kata sandi dapat dilihat sebagai teks sederhana (plaintext) tidak
terenkripsi.
Dari hasil analisis keamanan tersebut, sistem login SIA dapat diperbaiki
dengan
penerapan teknologi enkripsi HMAC MD5 dan Challenge Handshake
Authentication
Protocol (CHAP). Challenge dibangkitkan oleh server secara acak dan
digunakan
sebagai kunci dalam proses enkripsi HMAC MD5. Dengan penggunaan
challenge kata
sandi yang dikirim berupa nilai hash akan selalu berbeda pada tiap sesi.
Javascript di sisi
klien digunakan untuk melakukan enkripsi sehingga data sebelum dikirim ke
server
sudah dalam keadaan terenkripsi.
ARTIKEL 3
Pemukiman merupakan tempat yang sangat diperlukan oleh manusia sebagai
tempat tinggal dan melakukan
segala aktivitas hidupnya. Pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi
kebutuhan akan permukiman. Namun
kenyataannya luas lahan tetap tidak berubah, sehingga nilai tanah menjadi
mahal dan masyarakat tetap membangun
walaupun sebenarnya lahan tersebut tidak layak untuk dibangun. Inventarisasi
data yang akurat tentang identifikasi
kelayakan suatu lahan untuk permukiman sangat diperlukan, namun pada
kenyataannya data tersebut sulit diperoleh.
Teknologi Sistem Informasi Geografis sangat membantu dalam upaya
inventarisasi dan penyajian data dalam bentuk
peta, Hasil inventarisasi dan evaluasi kesesuaian lahan untuk keperluan
kawasan permukiman sangat diperlukan,
data ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi terkait maupun
masyarakat pengguna lahan dalam
rangka pembangunan permukiman sehingga terjadi keselarasan dengan
lingkungan alam. Kota Semarang terdapat
4 kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S2 (sesuai), kelas S3 (sesuai dengan
beberapa hambatan) dan kelas N1 (tidak
sesuai) dan kelas N2 (sangat tidak sesuai). Kelas kesesuaian S2 meliputi
kawasan seluas 5.549 hektar (36,9%),
kelas S3 meliputi daerah seluas 944 hektar (6,3%), kelas N1 meliputi daerah
seluas 8.059 hektar (53,5%), dan kelas
N2 seluas 503 hektar (3,4%). Faktor penghambat atau pembatas yang dominan
kelas kesesuaian lahan di Kota
Semarang adalah kemiringan lereng, kekuatan batuan, kembang kerut tanah,
jalur patahan, bahaya erosi, dan bahaya
Longsor.
B. Masalah
ARTIKEL 1
Jurusan Elektronika UNP sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan formal
pasti memproduksi berbagai dokumen yang harus di pelihara dengan baik agar
dapat dimanfaatkan warga kampus yang bersangkutan Oleh karena Jurusan
Elektronika UNP, membutuhkan tata kelola arsip yang baik.
ARTIKEL 2
C. Tinjauan Pustaka
ARTIKEL 1
Informasi merupakan unsur utama, baik
informasi untuk perorangan, badan usaha maupun
instansi lainnya. Pada perkembangannya informasi
sudah merambat ke era digital yaitu informasi yang
dahulu masih diolah dengan cara konvensional
sekarang telah dikelola dengan teknologi komputer,
data data yang dulu hanya diolah dan disimpan
dalam arsip berupa buku (Paper Base), kini sudah
di olah dengan dan disimpan dalam bentuk file
digital. Arsip merupakan salah satu produk
pekerjaan kantor (office work) selain surat, formulir
dan laporan
ARTIKEL 2
SISTEM INFORMASI AKADEMIK
Sistem Informasi Akademik (SIA) adalah perangkat lunak yang digunakan
untuk
menyajikan informasi dan menata administrasi yang berhubungan dengan
kegiatan
akademis. Dengan penggunaan perangkat lunak seperti ini diharapkan
kegiatan
administrasi akademis dapat dikelola dengan baik dan informasi yang
diperlukan dapat
diperoleh dengan mudah dan cepat.
Fitur yang tersedia pada aplikasi SIA Fakultas Teknik Undip versi 0.4 adalah
kelompok pengguna, Internet ready, SMS-based ready, online banking ready,
Dikti Selfevaluation Ready, fasilitas guest, fasilitas mahasiswa, fasilitas dosen,
fasilitas BAA
(Bagian Administrasi Akademik) dan fasilitas supervisor (Satoto, 2006).
SISTEM LOGIN
Sistem login (login, juga biasa disebut sebagai log in, log on, signon, sign on,
signin, sign in) adalah proses untuk mengakses komputer dengan memasukkan
identitas
dari akun pengguna dan kata sandi untuk mendapatkan hak akses
menggunakan sumber
daya komputer tujuan (Johnston, 2005).
Untuk melakukan login ke sistem biasanya membutuhkan pasangan akun
pengguna dan kata sandi. Pasangan tersebut harus tepat dan keduanya adalah
pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Kata sandi dapat diubah sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan akun pengguna tidak pernah diubah karena berupa
identitas unik
yang merujuk ke pengguna tertentu.
KRIPTOGRAFI HMAC MD5
Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang
berhubungan dengan aspek keamanan informasi seperti keabsahan, integritas
data,
serta autentikasi data.
Proses yang digunakan untuk mengamankan sebuah pesan (yang disebut
plaintext) menjadi pesan yang tersembunyi (disebut ciphertext). Enkripsi
digunakan untuk
menyandikan data-data atau informasi sehingga tidak dapat dibaca oleh orang
yang tidak
berhak. Fungsi hash merupakan fungsi yang secara efisien mengubah string
masukan
dengan panjang berhingga menjadi string keluaran dengan panjang tetap yang
disebut
nilai hash.
MD5 adalah salah satu dari serangkaian algortima message-digest yang
dirancang oleh Profesor Ronald Rivest dari Massachusetts Institute of
Technology (MIT).
Ketika kerja analitis menunjukkan bahwa pendahulu MD5 — MD4 — mulai
tidak aman,
MD5 kemudian dirancang pada tahun 1991 sebagai pengganti dari MD4. Hash
MD5
sepanjang 128-bit (16-byte), yang dikenal juga sebagai intisari pesan, message
digest
secara tipikal ditampilkan dalam bilangan heksadesimal 32-digit.
Keyed-Hash-Message-Authentication-Code atau disebut sebagai HMAC
adalah
salah satu metode kode autentikasi pesan (message authentication code, MAC)
yang
didasarkan pada fungsi kriptografi hash (Krawczyk, 1997). Pesan bersama
dengan kunci
dimasukkan dalam fungsi HMAC yang menghasilkan satu keluaran nilai hash.
COOKIE DAN STATUS SESI
Sifat web yang stateless – antara server dan klien segera memutus hubungan
jika data telah selesai dikirim – sedangkan aplikasi membutuhkan status atau
data yang
akan terus dipakai saat aplikasi berjalan. Sifat web seperti itu dapat ditangani
dengan
menggunakan sesi (session). Status hubungan dan data pada aplikasi disimpan
dalam
sesi di server (Rickyanto, 2003).
Cookie digunakan untuk menyimpan identitas sesi yang berada di
masingmasing peramban (browser). Identitas sesi adalah unik dan tidak
mungkin terdapat
duplikasi. Saat aplikasi web pertama kali diakses oleh peramban, sesi baru
dibuat oleh
server dengan identitas sesi yang unik. Identitas sesi digunakan untuk
mengenali klien
yang melakukan permintaan dan menjaga status hubungan antara klien dan
server.
Ketika pengguna melakukan navigasi di situs yang sama, identitas sesi
tersebut akan
dikirim beserta dengan data permintaan HTTP (HTTP request) dan server
memberikan
jawaban dengan menyertakan identitas sesi yang sama. Terdapat dua jenis
cookie.
Cookie persistent dan non-persistent. Cookie persistent disimpan pada
komputer
pengguna. Cookie non-persistent digunakan untuk mencatat aktivitas
pengguna yang
autentik pada waktu membuka situs web. Ketika sesi berakhir, cookie non-
persistent
akan dihapus (Burnett, 2005).
Identitas status sesi akan dicatat sebagai pengguna yang autentik ketika
pengguna telah login dengan benar. Saat keluar dari sistem (logout) identitas
sesi dicatat
di server sebagai pengunjung yang tidak autentik.
JAVASCRIPT
Javascript adalah bahasa lintas-platform yang diperkenalkan pertama kali oleh
Netscape. Javascript merupakan salah satu bahasa naskah (scripting)
berorientasi-objek.
Javascript memberikan sarana untuk menjalankan aplikasi melalui Internet.
Aplikasi klien
berjalan di peramban seperti Netscape Navigator dan aplikasi server berjalan
di server
seperti Netscape Enterprise Server. Javascript dapat digunakan untuk
membuat HTML
dinamis yang mengolah masukan pengguna dan memelihara data
menggunakan objek
khusus (Holzner, 2002).
SISTEM LOGIN CHAP
Sistem login CHAP (Challenge Handshake Authentication Protocol)
merupakan
tipe protokol autentikasi dengan sebuah kunci – berupa data acak – dikirim
kepada agen
autentikasi klien yang digunakan untuk mengenkripsi kata sandi sebelum
dikirim ke
server.
CONTENT MANAGEMENT SYSTEM
Content Management System (CMS) adalah sistem yang digunakan untuk
mengatur situs web. Biasanya, CMS mengandung dua elemen: Content
Management
Application (CMA) dan Content Delivery Application (CDA). CMA
merupakan elemen
yang memudahkan seorang manajer isi (content manager) atau penulis – tanpa
harus
mengetahui Hypertext Markup Language (HTML) – untuk membuat,
mengatur,
mengubah dan menghapus isi dari situs web. Elemen CDA digunakan untuk
menyusun
informasi untuk memperbarui isi situs web
ARTIKEL 3
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang
menimbulkan mitigasi atau resiko atau bahaya bagi
kehidupan manusia. Di Indonesia berbagai bencana alam
seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gerakan tanah,
angin kencang, kebakaran hutan, dan lain-lain sudah
sering terjadi. Akibat yang ditimbulkan dari bencana
tersebut adalah kerugian berupa jiwa maupun harta
benda manusia dan kerusakan terhadap lingkungan.
Potensi terhadap terjadinya bencana untuk masa yang
akan datang masih cukup besar dan mungkin akan
bertambah jenisnya, seperti pengaruh perubahan
penggunaan lahan dari lahan hutan atau pertanian
menjadi kawasan permukiman, maupun penentuan
lokasi kawasan permukiman yang tidak sesuai.
Jumlah penduduk yang semakin bertambah
membawa konsekuensi pada bertambahnya
permasalahan yang akan dihadapi. Salah satu
permasalahan yang merupakan akibat secara langsung
berkaitan dengan pertumbuhan maupun persebaran
penduduk adalah masalah perumahan dan permukiman.
Pertambahan penduduk khususnya di perkotaan akan
meningkatkan permintaan akan lahan hunian yang
semakin meluas. Namun kenyataannya luas lahan di
perkotaan relatif tetap meskipun jumlah penduduk terus
bertambah. Akibat semakin terbatasnya penyediaan
KAJIAN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN
TEKNIK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Dewi Liesnoor Setyowati
Jurusan Geografi FIS - UNNES
Abstrak
Pemukiman merupakan tempat yang sangat diperlukan oleh manusia sebagai
tempat tinggal dan melakukan
segala aktivitas hidupnya. Pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi
kebutuhan akan permukiman. Namun
kenyataannya luas lahan tetap tidak berubah, sehingga nilai tanah menjadi
mahal dan masyarakat tetap membangun
walaupun sebenarnya lahan tersebut tidak layak untuk dibangun. Inventarisasi
data yang akurat tentang identifikasi
kelayakan suatu lahan untuk permukiman sangat diperlukan, namun pada
kenyataannya data tersebut sulit diperoleh.
Teknologi Sistem Informasi Geografis sangat membantu dalam upaya
inventarisasi dan penyajian data dalam bentuk
peta, Hasil inventarisasi dan evaluasi kesesuaian lahan untuk keperluan
kawasan permukiman sangat diperlukan,
data ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi terkait maupun
masyarakat pengguna lahan dalam
rangka pembangunan permukiman sehingga terjadi keselarasan dengan
lingkungan alam. Kota Semarang terdapat
4 kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S2 (sesuai), kelas S3 (sesuai dengan
beberapa hambatan) dan kelas N1 (tidak
sesuai) dan kelas N2 (sangat tidak sesuai). Kelas kesesuaian S2 meliputi
kawasan seluas 5.549 hektar (36,9%),
kelas S3 meliputi daerah seluas 944 hektar (6,3%), kelas N1 meliputi daerah
seluas 8.059 hektar (53,5%), dan kelas
N2 seluas 503 hektar (3,4%). Faktor penghambat atau pembatas yang dominan
kelas kesesuaian lahan di Kota
Semarang adalah kemiringan lereng, kekuatan batuan, kembang kerut tanah,
jalur patahan, bahaya erosi, dan bahaya
longsor.
Kata kunci: SIG, mitigasi rawan bencana
Jurnal Geografi 45
lahan perkotaan dan permintaan lahan semakin tinggi,
maka terjadi pengembangan lahan permukiman yang
meluas dan mendesak lahan pertanian maupun kawasan
lindung.
D. METODE PENELITIAN
ARTIKEL 1
a. Konsep Dasar Sistem
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani
“System” yang artinya “kesatuan”. Di dalam
sebuah sistem faktor lingkungan sangat
berpengaruh, pemakaian sistem yang baik
merupakan suatu faktor yang sangat penting.
Sistem dan lingkungan saling berhubungan,
saling bergantung serta saling berkaitan.
1. Pengertian sistem
System (Sistem) dapat
didefinisikan dengan pendekatan prosedur
dan pendekatan komponen. Dengan
pendekatan prosedur, sistem dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dari
prosedur–prosedur yang mempunyai
tujuan tertentu. Dengan pendekatan
komponen, sistem dapat didefinisikan
sebagai kumpulan dari komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang
lainnya membentuk satu kesatuan untuk
mencapai tujuan tertentu [2]
2. Karakteristik sistem
Sistem memiliki karakteristik atau
sifatsifat tertentu, yang mencirikan hal
tersebut bisa dikatakan sebagai suatu
sistem [2].
b. Sistem Informasi
1. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi diartikan sebagai
suatu kumpulan atau himpunan dari unsur
atau variabel yang saling terorganisasi,
saling berinteraksi dan saling bergantung
satu sama lain [1]
2. Siklus system informasi
Siklus Informasi adalah Data yang
diolah melalui model menjadi informasi,
penerima kemudian menerima informasi
tersebut. Membuat suatu keputusan dan
melakukan tindakan, yang berarti
menghasilkan suatu tindakan yang lain yang
akan membuat sejumlah data kembali. Data
tersebut akan ditangkap sebagai input,
diproses kembali lewat suatu model dan
seterusnya membentuk suatu siklus. Siklus
ini oleh Jhon Burch disebut dengan siklus
informasi (information cycle) atau ada yang
JTIP http://tip.ppj.unp.ac.id
E 57 -ISSN: 2620 – 6390
menyebutkan dengan istilah siklus
pengolahan data (Data processing cycles).
[2].
c. Komponen Sistem Informasi
Berikut ini adalah beberapa komponen
penyusun sistem informasi menurut [2] :
1. Komponen input/masukan
Input merupakan data yang masuk
kedalam sistem informasi. Komponen ini
merupakan bahan dasar dalam pengolahan
informasi. Data untuk sistem informasi
perlu ditangkap dan dicatat dalam
dokumen dasar. Dokumen dasar
merupakan formulir yang digunakan untuk
menangkap (capture) dari data yang
terjadi, yang selanjutnya data tersebut
dimasukkan kedalam sistem informasi
(data entry).
2. Komponen model
Informasi yang dihasilkan oleh
sistem informasi berasal dari data yang
diambil dari basis data yang diolah melalui
modelmodel tertentu.
3. Komponen output/keluaran
Output adalah produk yang
dihasilkan dari sistem informasi yang
berguna bagi para pemakainya.
4. Komponen teknologi
Komponen teknologi merupakan
komponen penting dalam sistem informasi.
Tanpa ada teknologi yang mendukung,
maka system informasi tidak akan dapat
menghasilkan informasi yang tepat waktu.
5. Komponen basis data
Basis data (database) adalah
kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya,
tersimpan diperangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk
memanipulasinya.
d. Pengarsipan
1. Arsip
Arsip berasal dari bahasa asing,
orang Yunani mengatakan “Archivum”
yang artinya tempat untuk menyimpan,
sering juga kata tersebut ditulis “Archeon”
yang berarti balai kota (tempat untuk
menyimpan dokumen) tentang masalah
pemerintahan.
Arsip adalah setiap catatan (record
atau warkat) yang tertulis, tercetak, atau
ketikan, dalam bentuk huruf, angka atau
gambar, yang mempunyai arti dan tujuan
tertentu sebagai bahan komunikasi dan
informasi, yang terekam pada kertas (kartu,
formulir), kertas film (slide, film-strip,
mikro film), media komputer (pita tape,
piringan, rekaman, disket), kertas photo
copy, dan lain-lain [5].
Pengertian Arsip dan Kearsipan
dapat dilihat sebagai berikut [4]:
a) Kearsipan
Adalah hal-hal yang berkenaan
dengan arsip.
b) Arsip
Adalah rekaman kegiatan atau
peristiwa dalam berbagai bentuk dan
media sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh lembaga
negara, pemerintahan, lembaga
pendidikan, perusahaan, dan
persorangan dalam pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara.
2. Multiuser
Multiuser adalah program yang
dapat diakses oleh banyak pengguna dalam
waktu yang sama. Maka kegiatan input
data dapat dilakukan lebih cepat daripada
menggunakan program yang hanya
berjalan di satu komputer (disebut stand
alone). Sistem multiuser adalah suatu
sistem dimana lebih dari satu user
menggunakan secara bersama satu atau
lebih perangkat keras, piranti lunak dan
data/informasi, orang dan prosedur melalui
masingmasing komputer atau workstation.
Model sistem ini cocok dikembangkan
pada organisasi kecil dengan jumlah
workstation yang tidak begitu banyak. Pada
sistem multiuser kalsik (file-server)
komputer server hanya berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan data saja. Semua
proses yang berhubungan dengan
pengaksesan data dilakukan pada
workstation. [1].
e. Alat Bantu Perancangan Sistem
1. Adobe Photoshop
Photoshop adalah software yang
digunakan untuk memodifikasi gambar
atau foto secara profesional baik meliputi
ARTIKEL 3
Obyek penelitian adalah wilayah pengembangan
permukiman arah selatan yang diprioritaskan sebagai
wilayah pengembangan permukiman kota Semarang,
meliputi Kecamatan Mijen, Gunungpati, dan Tembalang.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
kemiringan lereng, jumlah dan kepadatan alur, bahaya
erosi, bahaya longsor, kembang kerut tanah, bahaya
banjir, pelapukan batuan, kedalaman air tanah, daya
dukung tanah, drainase permukaan tanah, kekuatan
batuan, dan gerakan tanah.
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi teknik perbandingan (matching)
dan metode tumpang susun peta (overlay peta), yang
diuraikan sebagai berikut: (1). Metode Perbandingan
(Matching). Metode ini merupakan suatu cara menilai
kesesuaian lahan dengan cara membandingkan 10
variabel parameter kesesuaian lahan antara kondisi
wilayah d0engan kriteria tertentu yang telah ditentukan.
Data tentang parameter kondisi wilayah diperoleh dari
data lapangan maupun data sekunder, sedangkan
46 Volume 4 No. 1 Januari 2007
pedoman kriteria penentuan kelas kesesuaian lahan
ditentukan berdasarkan pada Tabel 1. Hasil analisis
menunjukkan nilai kesesuaian lahan sesuai (S) dalam
tiga tingkatan (S1, S2, S3), dan tidak sesuai (N) dalam
dua tingkatan yaitu N1 dan N2. Berdasarkan hasil
penilaian kesesuaian lahan, dibuat peta kesesuaian lahan
yang diolah dengan menggunakan teknologi SIG.. (2).
Metode Tumpang Susun (Overlay) dengan
menggunakan analisis SIG. Metode ini merupakan
sistem penanganan data dalam evaluasi kesesuaian lahan
dengan cara digital yaitu dengan menggabungkan
beberapa peta yang memuat informasi yang diisyaratkan
untuk suatu program dengan karakteristik lahannya.
D. HASIL PEMBAHASAN
ARTIKEL 1
a) Form Login
Gambar 5. Form Login
Untuk masuk ke menu utama maka harus
mengisi password dan kode petugas yang bertugas,
setelah mengetikkan kode petugas dan
passwordnya dengan benar maka menu utama akan
aktif dan dapat diakses.
b) Form Menu
Gambar 6. Form Menu
Menu Utama berfungsi sebagai tampilan
Awal pada saat user bisa masuk kedalam sistem,
dalam Menu Utama terdapat navigasi yang
berfungsi untuk membuka form surat masuk, surat
keluar dan laporan.
c) Form Reverensi
Gambar 7. Form Reverensi
JTIP http://tip.ppj.unp.ac.id
E 61 -ISSN: 2620 – 6390
Berisi tentang reverensi-reverensi
penulisan surat agar lebih mudah untuk
mengklasifikasikan jeni-jenis surat.
d) Form Agenda
Gambar 8. Form Agenda
Untuk cetak agenda surat masuk / surat
keluar lakukan dengan pengisian tanggal, dari
tanggal berapa kita akan mencetak laporan surat
masuk / surat keluar tersebut.
e) Form Pengaturan
Gambar 9. instansi pengguna
Gambar 10. Manajemen Admin
Terdapat dua sub menu pada Form
Pengaturan
1) Instansi Pengguna 3.5
Digunakan sebagai input untuk pengaturan
nama instansi pengguna.
2) Manajemen Admin 3.
Digunakan untuk menambah user pada From
manajemen admin dengan mengimputkan datadata yang dibutuhkan.
f) Form Administrator
Gambar 11. Form Administrator
Befungsi untuk merubah password
dengancara mengimputkan password lama
kemudian input password baru lalu simpan.
g) Form Catat Surat
Gambar 12. Form catat surat
Pada form catat surat terdapat dua bottom
surat masuk dan surat keluar fungsi bottom tersebut
adalah untuk mengimputkan data surat masuk dan
data surat keluar.
h) From tambah data
Gambar 13. Form tambah data
PEMBUATAN MODUL
Modul dibuat berupa modul blok sebagai pengganti modul userlogin asli
Drupal.
Modul diberi nama chaplogin dan disimpan dalam berkas chaplogin.module.
Modul
chaplogin dibuat dengan algoritmanya enkripsi HMAC MD5. Terdapat dua
bekas
pendukung yang digunakan untuk enkripsi di sisi klien yaitu chaplogin.js dan
md5.js.
PEMASANGAN, AKTIVASI DAN KONFIGURASI MODUL
Modul dipasang sebagai pengganti modul asli dengan cara melepas modul asli
dan kemudian memasang modul chaplogin serta mengaktifkannya. Langkah-
langkah
pemasangan modul dapat dilihat pada dokumentasi Drupal di
http://www.drupal.org/.
Pada penelitian ini Drupal dipasang di direktori akar web yaitu /www/ pada
server
sia.phpnet.us sehingga dapat diakses secara langsung menggunakan alamat
http://sia.phpnet.us/. Pemasangan modul chaplogin dilakukan dengan unggah
(upload)
berkas-berkas modul (chaplogin.js, chaplogin.module dan md5.js)
menggunakan FTP ke
direktori /www/modules/chaplogin/.
Gambar 6.
Daftar nama pengguna dan kata sandi pada jendela Password Manager Firefox
PENGUJIAN MODUL CHAPLOGIN
Pengujian modul autentikasi dilakukan dengan berbagai cara, sama seperti
pengujian sistem sebelumnya yaitu dengan kata sandi default, pencurian kata
sandi yang
melintas pada jaringan, teknik SQL injection dan pencarian jejak kata sandi
yang berada
di komputer terminal.
PENGUJIAN KATA SANDI DEFAULT
Pada pengujian kata sandi dengan default, modul chaplogin dinyatakan lulus
uji
karena setiap pengguna mendaftarkan diri sendiri dengan nama akun
pengguna dan kata
sandi sendiri. Dalam sistem tidak terdapat kata sandi default sehingga tidak
dimungkinkan adanya penyusupan dengan menggunakan kata sandi default.
PEMANTAUAN SESI
Dengan bantuan Fiddler, sesi dapat dipantau untuk mendapatkan data
pengguna
dan kata sandi. Pengujian dilakukan dengan pemantauan sesi HTTP POST
yang
kemungkinan berisi nama pengguna dan kata sandi.
Dari data sesi HTTP POST yang didapat dari pemantauan sesi terlihat bahwa
data sesi berisi edit%5Bchaplogin_name%5D=cahnom&edit
%5Bchaplogin_pass%5D=
9bd10d26c45a80e88faaf0c27f13f210&edit%5Bchaplogin_challenge
%5D=405f5f5a&op=
Login&edit%5Bchaplogin_mode%5D=1&edit%5Bform_id%5D=chaplogin-
form.
Mulai
Submit?
Pengambilan
data pengguna
dan kata sandi
Enkripsi kata sandi
sandi = HMAC_MD5(challenge, MD5(sandi))
Pengiriman
data pengguna
dan kata sandi
ke server
Ya
Tidak
Selesai
Pengambilan
data challenge
Mulai
Submit?
Pengambilan data
pengguna dan kata
sandi kiriman klien
Kata sandi terenkripsi MD5 dari basisdata
dienkripsi lagi dengan challenge
sandi = HMAC_MD5(challenge, sandi_md5)
Ya
Tidak
Selesai
Ya
Pengambilan data
challenge dari
session state
Sesi baru
dimulai?
Tidak
Simpan challenge
di session state
dan kirim ke klien
Pembangkitan
data acak
challenge
Ya
Pengambilan data
pengguna dan kata
sandi dari basisdata
Pasangan nama
pengguna dan kata sandi
cocok?
Sesi dicatat sebagai
perngguna
terautentikasi
Tampilkan
pesan
kesalahan
Tidak
Gambar 7.
Bagan alir login di sisi klien (kiri) dan server (kanan) dengan enkripsi HMAC
MD5
Dapat dilihat bahwa pengguna sistem login sebagai cahnom dan kata sandi
telah
terenkripsi. Pengujian kali ini dinyatakan lulus uji karena kata sandi tidak
dapat dilihat
secara langsung melalui data sesi yang dipantau.
PENGENDUSAN DATA
Dari hasil pengendusan dapat disimpulkan bahwa data telah lebih aman pada
waktu melintasi jalur transmisi. Data dienkripsi di peramban dengan Javascript
sebelum
dikirimkan ke server. Seperti terlihat pada gambar 8 bahwa data kata sandi
yang berhasil
diendus merupakan kata sandi yang telah dienkripsi.
Gambar 9.
Daftar nama pengguna dan kata sandi terenkripsi pada jendela Password
Manager Firefox
Gambar 8. Hasil pengendusan modul chaplogin menggunakan Ethereal
TEKNIK SQL INJECTION
Pengujian dengan teknik ini dilakukan dengan memasukkan nama pengguna
sebagai “cahnom' OR 1=1 --” (tanpa tanda kutip ganda) tanpa kata sandi. Dari
hasil
pengujian didapat bahwa teknik ini tidak dapat digunakan untuk menembus
sistem login
yang dibuat.
PENCARIAN JEJAK KATA SANDI PADA TERMINAL
Digunakan lima contoh pengguna dengan nama pengguna berbeda dan kata
sandi yang sama yaitu “rahasia” (tanpa tanda kutip ganda). Pada gambar 9
terlihat
bahwa kata sandi telah terenkripsi pada semua pengguna yang mencoba sistem
login ke
sistem dengan alamat URL http://sia.phpnet.us
ARTIKEL 3
Perkembangan Permukiman di Kota Semarang
Pada awalnya permukiman di kota Semarang hanya
terdapat pada kawasan perbukitan saja, seperti
Gisikdrono, Gedongbatu, Tirangamper, Tinjomoyo,
Wotgaleh, Gadjahmungkur, Senjonilo, dan Jurangsuru
(Djawahir, 1996 dalam Haryanto, 2002).
Perkembangan wilayah Kota Semarang terutama lahan
permukiman ke arah utara disebabkan karena proses
sedimentasi yang terus menerus sehingga membentuk
dataran alluvial pantai yang luas. Permukiman
berkembang pada dataran pantai ini terutama pada
daerah bubakan yang artinya pembukaan, kemudian
meluas ke barat Kanjengan (timur Johar) dari kawasan
inilah pemerintahan Semarang mulai dibangun.
Jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan
kegiatan bertambah pesat dan pusat kota Semarang
tidak bisa menampungnya, sehingga areal permukiman
semakin meluas menuju ke segala arah. Pada arah
selatan permukiman berkembang ke kawasan
Banyumanik, Semarang timur berkembang ke arah
Pedurungan, ke arah barat meliputi Semarang barat
dan Ngaliyan. Konsep pemencaran pusat-pusat kegiatan
dilakukan untuk menghindari penumpukan kegiatan
pada suatu tempat, khususnya pusat kota. Selain itu
dimaksudkan untuk membuat keseimbangan
pertumbuhan penduduk di pusat kota dan pinggiran kota.
Kegiatan membangun rumah dan gedung yang
dilakukan oleh masyarakat di Semarang mulai merebak
sejak tahun 1960-an. Hal itu ditandai dengan
kemunculan toko-toko bahan bangunan, antara lain di
Jl. Kauman, Pekojan, Jl.Hasanudin, dan Siliwangi. Pada
masa itu kegiatan membangun rumah masih dilakukan
secara perorangan. Pembangunan rumah secara massal
oleh developer baru dimulai sekitar tahun 1976 di areal
Tambak Panggung, Semarang Utara, yang selanjutnya
dikenal dengan nama Tanah Mas.
Perkembangan kota Semarang semakin pesat
sejak maraknya developer atau pengembang
perumahan. Pada awalnya pengadaan rumah memang
menjadi monopoli pemerintah melalui perumnas, namun
setelah dijalankan dengan swastanisasi pengadaan rumah
semakin berkembang dan meluas kawasannya.
Pembangunan perumahan dilengkapi dengan adanya
pembangunan fasilitas infrastruktur, seperti jalan,
jaringan listrik, telepon, air minum, dan sebagainya.
Bahkan diperluas dengan munculnya berbagai kegiatan
pada masyarakat seperti toko, pasar, sekolah, dan
sebagainya.
Pengembangan lokasi perumahan menyebar di
pinggir Kota Semarang dengan konsentrasi arah barat
pada kecamatan Ngalian, arah timur pada kecamatan
Pedurungan dan kecamatan Genuk, arah selatan
kecamatan Banyumanik dan kecamatan tembalang.
Untuk kawasan kecamatan Tugu dan Genuk kurang
diminati dengan alasan di samping wilayah dekat dengan
laut, mempunyai konsistensi tanah yang belum padat
atau labil, dan rentan banjir, Kecamatan Gunungpati
sebenarnya mempunyai peluang baik untuk
pengembangan permukiman karena letaknya lebih dekat
dengan pusat kota, tetapi tidak banyak dikembangkan
perumahan karena beberapa alasan, pertama faktor
aksesibilitas yang terbatas karena Gunungpati tidak
mempunyai akses ke kota lain. Kedua, topografi yang
48 Volume 4 No. 1 Januari 2007
kasar terutama. Ketiga terletak pada formasi batuan
yang labil (formasi Kalibeng). Keempat, peruntukan
lahan di Gunungpati lebih tepat dikembangkan untuk
pertanian dan rekreasi sekaligus untuk cadangan air
tanah bagi Kota Semarang (Hariyanto, 2002).
Sebenarnya pengembangan tata ruang kota
Semarang sudah mempunyai acuan umum yang tertuang
dalam kebijakan pemerintah dalam Rencana Umum
Tata Ruang Kota (RUTRK) yang disusun dalam rentang
lima tahunan. Tujuan pembuatan RUTRK kota
Semarang adalah mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah kota dan antar sektor. Mengacu pada kondisi
geografis kota Semarang, dalam RUTRK wilayah
Semarang dikelompokkan dalam 4 (empat) wilayah
pengembangan (WP) dan 10 (sepuluh) bagian wilayah
kota (BWK). Kebijakan ini bertujuan untuk menerapkan
konsep desentralisasi atau dekonsentrasi tata ruang
sehingga pembangunan tidak terpusat di pusat kota saja.
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Kawasan
Permukiman Kota Semarang
Secara umum penelitian ini akan mengetahui tingkat
kesesuaian lahan di kota Semarang khususnya untuk
peruntukan kawasan permukiman. Parameter yang
digunakan sebagai panduan penentuan kelas kesesuaian
lahan ada 10 (sepuluh), meliputi kemiringan lereng,
kekuatan batuan, posisi patahan, drainase permukaan
tanah, daya dukung tanah, tingkat kembang kerut tanah,
kedalaman air tanah, tingkat bahaya erosi, bahaya
longsor, bahaya banjir.
Langkah awal kerangka kerja dalam evaluasi ini
adalah melakukan pemetaan satuan lahan. Peta satuan
lahan diperoleh dengan cara mengoverlaykan
(menumpangsusunkan) peta bentuk lahan dengan peta
kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan
khususnya penggunaan lahan. Berdasarkan overlay peta
tersebut diperoleh satuan lahan sejumlah . Pada setiap
satuan lahan dilakukan analisis untuk 10 (sepuluh)
parameter penilaian kesesuaian lahan.
Berdasarkan analisis sepuluh parameter tersebut
di atas dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk
permukiman pada setiap unit lahan. Hasil evaluasi
kesesuaian lahan untuk permukiman di kota Semarang
menunjukkan bahwa terdapat 4 kelas kesesuaian lahan
permukiman. Kelas kesesuaian lahan permukiman
meliputi kelas kesesuaian S2 merupakan lahan yang
sesuai untuk permukiman tapi dengan sedikit hambatan,
kelas kesesuaian lahan S3 dengan beberapa faktor
penghambat, kelas kesesuaian lahan N1 merupakan
lahan yang mendekati tidak sesuai untuk kawasan
permukiman, dan kelas kesesuaian lahan N2 merupakan
lahan sangat tidak sesuai apabila dimanfaatkan sebagai
kawasan permukiman.
Keempat kelas kesesuaian lahan tersebut
menunjukkan bahwa lahan permukiman tersebut
termasuk dalam kategori mempunyai masalah. Masalah
yang dimaksud adalah masalah yang terkait dengan
kondisi fisik lahan (10 parameter) seperti lereng, posisi
patahan, kekuatan batuan, kembang kerut tanah, daya
dukung tanah, saluran, kedalaman air tanah, bahaya
erosi, bahaya longsor, dan bahaya banjir. Berikut ini
disajikan Tabel yang memuat kelas kesesuaian lahan
permukiman menurut luasnya dan persentasenya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan
permukiman di kota Semarang (terutama pada kawasan
Semarang atas) termasuk kategori lahan yang tidak
sesuai untuk areal permukiman. Berbagai kendala dan
hambatan menentukan kelas kesesuaian lahan tersebut.
Jurnal Geografi 49
No Kualitas Lahan Permukiman KodeS1 S2 S3 N1 N2
A Kekasaran Medan
1 Kemiringan Lereng l 0% - 8% > 8% - 25% > 25% - 40% > 40 % -
B Kekuatan Batuan
2 Posisi jalur patahan p tidak ada tidak ada ada pengaruh tepat pada jalur
3 Kekuatan batuan (kg/cm2) k > 75 > 30 - 75 > 10 - 30 > 3 - 10 < 3
C Kekuatan Tanah
4 Kembang kerut tanah (nilai cole) r < 0,001-0,03 0,031-0,060 0,061-0,090 >
0,091 > 0,091
5 Daya dukung tanah (kg/cm2) d baik sedang jelek sangat jelek sangat jelek
> 7,11 - 8,53 > 5,69 - 7,11 > 4,27 - 5,69 0 - 4,27
D Pengatusan Medan
6 Saluran permukaan tanah s baik agak baik agak baik tidak teratur tidak
teratur
(permanen) (jelek) (jelek)
7 Kedalaman air tanah w < 15 m 15 - < 25 m 25 - < 50 m > 50 m -
E Bahaya Alam
8 Bahaya Erosi e tidak ada < 25 % erosi > 75% erosi erosi berat erosi berat
9 Bahaya Longsor/gerakan tanah g tidak ada tidak ada ada, ringan ada, resiko
berat
10 Bahaya Banjir b tidak pernah pernah ada tergenang tergenang berat
ringan ( > 6 bl/thn)
( < 2 bl/thn)
Tabel 1. Kriteria Penentuan Kelas Kesesuaian Lahan untuk Permukiman
No. Kelas Kese-suaian Lahan Luas % luas Lokasi Permukiman di Kecamatan
(ha)
1 Kelas S2 5.549 36,86 Kec. Gj.Mungkur, Smg.Tengah,
Smg.brt, Ngaliyan, Smg.Selatan,
Pedurungan
2 Kelas S3 944 6,27 Kec. Gunungpati dan Kec. Mijen,
Genuk, Pedurungan, Banyumanik
3 Kelas N1 8.059 53,53 Kec. Mijen, Kec. Banyumanik,
Tugu, Smg. Utara, Kec.Tembalang,
Kec. Ngaliyan, dan Kec.
Gunungpati, Genuk
4 Kelas N2 503 3,34 Ngaliyan, Gunungpati, dan
Tembalang
Jumlah 15.055 100,00
Sumber: Setyowati, 2004.
Tabel 2. Kesesuaian Lahan untuk Permukiman di Kota Semarang
50 Volume 4 No. 1 Januari 2007
Kondisi lereng, kekuatan batuan, kembang kerut tanah,
keberadaan saluran atau drainase, bahaya erosi, dan
bahaya longsor lahan sangat menentukan kelas
kesesuaian lahan, banyak lahan di Semarang Atas yang
termasuk dalam kriteria tidak sesuai (N). Kondisi ini
menentukan perkembangan lahan, kelestarian
lingkungan, dan keseimbangan lingkungan secara
menyeluruh.
Perkembangan permukiman yang mengarah pada
kawasan Semarang Atas meliputi Kecamatan Mijen,
Gunungpati, Ngaliyan, Tembalang, dan Banyumanik,
ternyata beberapa lokasi termasuk pada kategori
kesesuaian lahan kelas S3, kelas N1, dan kelas N2.
Perkembangan permukiman yang mengarah pada
kawasan Semarang Atas meliputi Kecamatan Mijen,
Gunungpati, Ngaliyan, Tembalang, dan Banyumanik,
ternyata beberapa lokasi termasuk pada kategori
kesesuaian lahan kelas S3, kelas N1, dan kelas N2.
Berikut ini diuraikan tentang penyebaran kelas
kesesuaian lahan di Kota Semarag,
Kesesuaian Lahan Kelas S2
Daerah kelas kesesuaian lahan S2 mencakup
kawasan permukiman seluas 5.549 ha atau 36,86%
dari seluruh luas permukiman di Kota Semarang.
Wilayah kelas S2 ini meliputi Kec. Gajah Mungkur,
Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang
Barat, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Semarang
Selatan, Kecamatan Pedurungan.
Sebagian besar kawasan ini menempati bentuk
lahan Fluvial, struktural, dan Vulkanik. Daerah ini
merupakan kawasan yang mempunyai kelas kesesuaian
lahan S2 artinya daerah yang baik untuk dibangun
sebagai areal permukiman. Namun begitu masih ada
beberapa kendala atau faktor penghambat untuk
perkembangan kawasan permukiman, tetapi hambatan
tersebut tidak terlalu berarti. Faktor penghambat
tersebut antara lain keberadaan saluran, daya dukung
lahan, ataupun bahaya banjir. Permukiman yang telah
ada dapat diteruskan pembangunannya tanpa
mengurangi nilai lahan tersebut.
Kelas Kesesuaian Lahan S3
Daerah ini mencakup kawasan lahan permukiman
seluas 944 hektar atau 6,27 % luas kawasan
permukiman yang ada di Kota Semarang. Wilayah yang
termasuk kelompok kelas kesesuaian lahan S3 meliputi
Kecamatan Gunungpati, Mijen, Genuk, Pedurungan,
dan Banyumanik.
Sebagian besar kawasan kelas kesesuaian lahan
S3 menempati bentuk lahan vulkanik dan Fluvial
(terutama F4). Kawasan yang termasuk kelas cukup
baik (sedang) untuk pengembangan kawasan
permukiman, namun harus tetap memperhatikan
beberapa faktor penghambat dominan yang ada pada
kawasan ini. Faktor penghambat tersebut antara lain
kondisi drainase atau saluran air yang tidak beraturan,
adanya bahaya erosi atau bahaya banjir yang senantiasa
mengancam kawasan ini, kondisi kembang kerut tanah
yang dapat mengarah pada terjadinya bahaya longsor
lahan. Pembangunan permukiman yang telah ada dapat
diteruskan walaupun dengan harus mengingat faktor
penghambat yang ada.
Kelas Kesesuaian Lahan N1
Daerah ini mencakup kawasan yang luas dengan
luas sebesar 8.059 hektar atau 53,53% dari seluruh
permukiman yang ada di Kota Semarang. Kawasan ini
meliputi Kecamatan Mijen, Kecamatan Banyumanik,
Kecamatan Tugu, Kecamatan Semarang Utara,
Jurnal Geografi 51
Kecamatan Tembalang, Kecamatan Ngaliyan, dan
Kecamatan Gunungpati, serta Kecamatan Genuk.
Secara fisik kawasan kelas kesesuaian lahan N1
terletak pada beberapa bentuk lahan hasil proses
kegiatan vulkanik, struktural, denudasional, Marin, dan
Fluvial. Daerah ini merupakan kawasan yang tidak baik
untuk kawasan permukiman, karena beberapa kendala
atau faktor penghambat sangat dominan sehingga agak
sulit ditingkatkan keberadaannya, namun masih bisa
diupayakan perbaikannya. Beberapa faktor
penghambat dominan seperti kondisi tanah yaitu sifat
kembang kerut tanah yang sulit diatasi, daya dukung
tanah masih dapat diupayakan perbaikannya, kekuatan
batuan sulit diatasi karena keberadaannya yang sangat
jauh berada di dalam tanah, kemiringan lereng yang
cukup terjal,dan adanya bahaya erosi dan bahaya
longsor lahan. Pembangunan permukiman di daerah ini
tidak layak atau dengan kata lain tidak sesuai bila
pembangunan kawasan permukiman diteruskan di
daerah ini, apabila ditambah dengan usaha penebangan
hutan atau pengurangan lahan resapan air. Upaya
konservasi tanah dan lahan harus selalu dilakukan.
Kelas Kesesuaian Lahan N2
Daerah ini mencakup kawasan seluas 503 hektar
atau 3,34 % dari seluruh lahan permukiman yang ada
di Kota Semarang. Secara administrasi kawasan ini
mencakup Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan
Gunungpati, dan Kecamatan Tembalang.
Kawasan ini menempati bentuk lahan hasil proses
struktural dan denudasional. Daerah ini merupakan
kawasan yang sangat tidak baik bila digunakan untuk
pengembangan kawasan permukiman. Beberapa
kendala atau faktor penghambat sangat dominan
sehingga sulit diatasi dan ditingkatkan keberadaannya..
Beberapa faktor penghambat dominan seperti kondisi
lereng yang terjal sampai sangat terjal, ditambah dengan
sifat kembang kerut tanah yang sulit diatasi sehingga
memacu meningkatkan bahaya erosi dan longsor lahan,
kekuatan batuan sulit diatasi karena keberadaannya
yang sangat jauh berada di dalam tanah, Dengan
demikian daerah ini tidak layak atau tidak sesuai bila
dikembangkan untuk kawasan permukiman. Upaya
pembukaan lahan konservasi sangat merugikan karena
dapat memacu terjadinya kerusakan lahan dan
penurunan kualitas lingkungan, baik di daerah hulu sungai
maupun di kawasan hilir sungai.
3. Evaluasi Kawasan Rawan Bencana di Kota
Semarang
Kawasan Semarang Atas merupakan kawasan
yang digunakan untuk perkembangan areal permukiman
menuju ke segala penjuru kota Semarang baik ke arah
utara (pengurukan pantai) maupun kearah timur, selatan,
dan barat. Perkembangan kota Semarang yang menuju
ke arah kawasan perbukitan mencakup Kecamatan
Ngaliyan, Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunungpati,
Kecamatan tembalang, dan Kecamatan Banyumanik.
Berbagai developer atau pengembang kawasan
permukiman menawarkan rumah dengan segala
fasilitasnya, dengan cara pengeprasan bukit dan
penimbunan lembah (dikenal dengan istilah cut and fill).
Sebagai pembanding, para perencana tata kota
Semarang tempo dulu seperti dilakukan Belanda, sangat
cermat dalam menata tata ruang kota. Ketika membuka
kawasan Gombel, kawasan ‘puncak’ yang pertama
dibuka oleh perancang handal Ir. Thomas Karsten,
beupaya mengatasi beberapa kendala yang mungkin
akan terjadi seperti kemungkinan terjadi longsor lahan.
Karsten selalu memilih membangun perumahan di
kawasan dataran, dan bukannya di lereng-lereng
52 Volume 4 No. 1 Januari 2007
perbukitan yang oleh sebagian orang hanya mengejar
‘View’ dan kenyamanan visual belaka. selain itu Karsten
juga selalu mempertimbangkan adanya saluran-saluran
(buangan) air dari curah hujan, ataupun air sungai dan
pembukaan luasan pekarangan rumah sebagai areal
resapan air hujan.
Berikut ini akan dibahas beberapa kawasan
permukiman yang rawan akan bencana alam seperti
bencana longsor lahan, bahaya erosi, bahaya banjir, dan
posisi jalur patahan,
Kawasan Rawan Bencana Longsor Lahan
Hampir semua daerah kawasan atas kota
Semarang rawan akan longsor. Bahkan sejumlah real
estate atau perumahan-perumahan yang dibangun
berbagai developer pada kawasan perbukitan (lihat
Tabel 6) terletak pada kondisi lahan yang tidak sesuai
untuk permukiman. Menurut data dari Direktorat
Geologi dan tata Lingkungan tahun 2000, terdapat
sekitar 29 lokasi meliputi 13 kelurahan termasuk
kategori kawasan rawan longsor tinggi dan sekitar 71
lokasi (titik) meliputi 35 kelurahan mempunyai
karakteristik gerakan tanah sedang.
Longsor lahan atau dikenal dengan istilah gerakan
massa tanah dalam jumlah yang besar pada bidang geser
tertentu. Pada bidang tersebut mempunyai kemampuan
menahan tanah yang kecil sehingga terjadi gerakan tanah.
Sifat tanah yang tercermin dari nilai kembang kerut tanah
menunjukkan bahwa sebagian besar tanah di daerah
penelitian mempunyai nilai kembang kerut tanah kecil
yaitu sekitar 0,008 sampai 0,1, termasuk kategori tidak
sesuai untuk kawasan permukiman karena dapat
memacu terjadinya gerakan tanah. Ulah manusia
disinyalir sebagai faktor utama meningkatnya kerusakan
lahan di suatu tempat. Pembangunan areal permukiman
pada lahan yang berlereng terjal dengan cara melakukan
pemotongan bukit dan pengurugan lembah, sama
dengan membuatkan bom waktu bagi penghuninya.
Lereng asli yang mengalami pengurugan sewaktu-waktu
akan berfungsi sebagai bidang gelincir atau bidang
luncuran bagi sejumlah massa tanah di atasnya, sehingga
mengakibatkan longsor lahan.
Secara fisik beberapa wilayah seperti Pongangan
dan bukit Sukorejo merupakan daerah endapan pantai
(formasi Marin). Sifat material ini merupakan lahan
bekas lumpur laut yang bertekstur halus dengan warna
tanah abu-abu kehitaman, sifat kembang kerut tanah
yang riskan seperti tanah mengembang bila musim hujan,
menyusut pada saat musim kemarau. Sifat kembang
kerut tanah dan kehalusan materialnya inilah yang
menyebabkan lahan tersebut menjadi sangat labil.
Penduduk setempat yang menyadari kondisi tanahnya,
akan menggunakan lahan untuk tegalan atau
membiarkan saja sebagai lahan kosong. Namun
ironisnya sekarang ini banyak developer atau
pengembang permukiman banyak mengincar lahanlahan kosong tersebut
karena harganya yang murah.
Namun akibatnya rumah-rumah yang dibangun akan
cepat rusak maupun retak, sehingga mengecewakan
pihak pembeli yang tidak mengetahui kondisi tanah dan
resikonya secara jelas.
Pengembangan kawasan permukiman di
Gunungpati yang perlu diwaspadai adalah perumahan
Sukorejo, Sadeng, Pongangan, Patemon, Perumahan
Kradenan, Trangkil dan beberapa perumahan yang
sedang dibangun di sepanjang jalan menuju ke kampus
UNNES Sekaran Gunungpati. Selain itu terdapat jalur
labil yang rawan longsor membentang dari Gombel
sampai Ngaliyan.
Jurnal Geografi 53
Kawasan Rawan Bencana Erosi
Sebagian besar kawasan Semarang Atas
merupakan daerah yang rawan akan erosi. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan hulu DAS
Garang merupakan kawasan dengan tingkat erosi tinggi
sampai sedang. Faktor utama penyebabnya adalah
adanya perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan
menjadi lahan tegalan ataupun lahan permukiman.
Pembukaan kawasan hutan maupun perkebunan yang
merupakan kawasan yang ditumbuhi oleh vegetasi yang
lebat dan mempunyai kemampuan meresapkan air yag
besar, akan menjadikan tanah menjadi terlepas karena
tidak lagi terikat oleh sistem perakaran yang lebat.
Partikel tanah yang terlepas akan terangkut oleh airhujan
dan terendapkan di daerah bawah atau ke sungai.
Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan bencana banjir melanda kawasan
Semarang Bawah, berupa banjir kiriman, banjir lokal
maupun banjir karena pasang surut air laut atau rob.
Kawasan perkembangan permukiman di Semarang atas
merupakan kawasan yang terbebas dari bahaya banjir.
Namun sebaliknya menjadi faktor penyebab
meningkatnya kawasan banjir di Semarang bawah.
Kawasan Jalur Patahan
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang dan
Semarang, terdapat informasi bahwa struktur geologi
sesar atau patahan tersingkap di wilayah selatan
mencakup kawasan perbukitan. Jalur patahan ini
membentang dari Bulusari (timur) hingga Ngaliyan
(barat) dengan kedudukan lapisan kemiringan ke arah
utara. Jalur patahan selanjutnya berkembang sebagai
jalur yang rawan akan longsor lahan, karena struktur
tanahnya labil atau mudah bergerak.
Kawasan yang paling labil atau rawan longsor
terdapat di selatan Bukit Gombel, Bendan Duwur
(Gadjah Mungkur), dan Sukorejo (Gunungpati). Jalur
labil yang lain di antara Kalipancur dengan Ngaliyan.
Kawasan lembah Pongangan merupakan lahan hasil
lereng rombakan yang hampir sepanjang tahun
mengalami retakan dan longsor. Lereng yang terjal di
daerah ini mempercepat proses pelapukan dari formasi
marin sehingga materialnya terurai dan mudah mengalami
longsor lahan. Tanah di daerah ini dikenal sangat labil,
banyak lokasi patahan, longsor lahan, dan erosi.
Perlu diwaspadai bahwa kemajuan teknologi dalam
menanggulangi bencana alam tidak menuntaskan
masalah, dengan kata lain teknologi tidak dapat
menjinakkan alam. Sewaktu-waktu bahaya bencana
alam akan terus mengancam, karena alam akan selalu
berproses sesuai dengan garisnya sendiri. Manusia
merupakan faktor utama yang dapat mempercepat
timbulnya bencana alam sehingga merugikan manusia
itu sendiri. Kepedulian manusia baik penduduk, pihak
pemerintah, maupun lembaga swasta tertentu terhadap
perilaku alam sangat diperlukan, perilaku alam dari
waktu ke waktu harus diamati terlebih dahulu dan
dijadikan sebagai dasar dalam melakukan suatu
pembangunan atau perencanaan terutama pembangunan
kawasan permukiman. Selain itu penegakan hukum
terhadap pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan
harus betul-betul ditegakkan dan diterapkan sanksinya
secara tegas. Suatu kawasan yang telah ditetapkan
sebagai kawasan konservasi atau daerah penyangga
jangan sekali-kali diubah fungsi dan peruntukannya
tanpa memikirkan akibatnya secara panjang dan
mendalam
E. KESIMPULAN
ARTIKEL 1
Sistem yang penulis kembangkan
menggunakan pendekatan metode R&D (Research
and Developement) sehingga menghasilkan sebuah
“Prototype Sistem Informasi pengaripan sekolah”
yang telah dilakukan uji desain oleh pakar ahli
informasi dan ujicoba program oleh penggunamaka
dapat penulis ambil kesimpulan yaitu :
a. Sistem Informasi Pengarsipan Surat Menyurat
membantu dan mempermudah staf bagian arsip
dalam pengelolaan surat masuk dan surat
keluar dengan efisien, tepat dan aman.
b. Sistem Informasi Pengarsipan Surat Menyurat
memudahkan pihak-pihak dosen dan staff
dalam mengetahui surat masuk dan surat keluar
serta telah disetujui atau belum tanpa harus
bertatap muka dengan bagian arsip.
c. Tersedianya arsip surat secara digital pada
Sistem Informasi Pengarsipan Surat Menyurat
meningkatkan efisiensi waktu staf pengarsipan
dalam pencarian data
ARTIKEL 2
Telah dilakukan Analisis Keamanan Sistem Informasi Akademik Fakultas
Teknik
Undip Versi 0.4 dengan hasil yang menyatakan bahwa;
1. Data kata sandi pada sistem login tidak dienkripsi sebelum dikirim ke
server,
2. Penggunaan kata sandi default sama dengan nama pengguna menjadikan
sistem
rawan penyusup,
3. Data sesi yang dikirim dari peramban ke server tidak terenkripsi,
4. Penyerangan dengan teknik SQL injection tidak dapat dilakukan pada
sistem login
maupun query string pada baris alamat,
5. Jejak nama pengguna dan kata sandi dapat dilihat pada pengelola kata sandi
peramban Firefox sebagai teks tidak terenkripsi.
Perbaikan atas kelemahan sistem yang telah dilakukan meliputi;
1. Data kata sandi pada sistem login telah dienkripsi sebelum dikirim ke
server,
2. Tidak digunakan sandi default melainkan kata sandi dibuat oleh pengguna
sendiri,
3. Data kata sandi dalam sesi yang dikirim ke server telah terenkripsi dengan
metode
CHAP dan algoritma enkripsi HMAC MD5,
4. Jejak nama pengguna dan kata sandi pada pengelola kata sandi sebagai nilai
hash.
ARTIKEL 3
Terdapat sepuluh parameter penentu kelas
kesesuaian lahan untuk permukiman yaitu lereng, posisi
jalur patahan, kekuatan batuan, kembang kerut tanah,
sistem drainase, daya dukung tanah, kedalaman air
tanah, bahaya erosi, bahaya longsor, dan bahaya banjir.
Faktor dominan yang menjadi penghambat utama dalam
penentuan kawasan permukiman adalah, lereng,
kekuatan batuan, kembang kerut tanah, bahaya longsor,
bahaya erosi, dan jalur patahan.
Perkembangan Permukiman di Kota Semarang
termasuk kategori kesesuaian lahan kelas S2 (sesuai
dengan sedikit hambatan) seluas 36,9%, S3 (sesuai
dengan banyak hambatan yang dominan) seluas 6,3%,
N1 (tidak sesuai) seluas 53,5%, dan N2 (sangat tidak
sesuai) seluas 3,4%. Kelas kesesuaian S2 lahan
permukiman termasuk sesuai dan dapat dikembangkan,
kelas S3 dan kelas N1 lahan permukiman yang harus
selalu diperbaiki faktor penghambatnya, sedangkan
lahan kelas N2 merupakan lahan yang tidak sesuai untuk
permukiman dan tidak disarankan untuk dibangun
permukiman