Makalah Sholat
Makalah Sholat
Makalah Sholat
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang akan dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
C. Tujuan Pembahasan
Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan dan
ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Secara dimensi Fiqh
shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan
menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Agama.[i]
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu
musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak
menghadap ke Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi
meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap Allah
SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan (makhluk) di bumi, meskipun
jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan keteraturannya,
dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan kesucian, dengan
penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya dan kewajiban-kewajiban
lainnya seperti gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan, yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ini semuanya maka shalat mempunyai nilai
lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa selamat (mengucap salam) kepada makhluk
bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi sesama makhluk-Nya. Sebab
itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir dengan salam,
‘Assalamu’alaikum’.
Adapun dasar hukum shalat yaitu:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka
Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah
memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini,
supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik
penolong”.
Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:
َش َهاَد ِة َاْن َال ِال َه ِاَّال ُهللا َو َاَّن ُم َح َّم ًدا: ُبِنَي ْاِال ْس َالُم َع َلى َخ ْمٍس: َق اَل َر ُس ْو ُل ِهللا ص: َعْن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر َق اَل
1 فى نيل االوطار، احمد و البخارى و مسلم. َو َح ّج ْالَبْيِت َو َصْو ِم َر َم َض اَن، َو ِاْيَتاِء الَّزَك اِة، َو ِاَقاِم الَّص َالِة،َر ُسْو ُل ِهللا:
333
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas
lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya
Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah
dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
333]
فى ني ل، الجماعة اال البخارى و النس ائى. َبْيَن الَّرُج ِل َو َبْيَن ْالُك ْفِر َتْر ُك الَّص َالِة: َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا ص: َعْن َج اِبٍر َقاَل
340 :1 االوطار
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang
dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]
، الخمسة. َفَم ْن َتَر َك َها َفَقْد َك َفَر. َاْلَعْهُد اَّلِذ ى َبْيَنَنا َو َبْيَنُهُم الَّص َالُة: َسِم ْعُت َر ُسْو َل ِهللا ص َيُقْو ُل: َعْن ُبَر ْيَد َة رض َقاَل
343 :1 فى نيل االوطار
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian
antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh
ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]
َاْخ ِبْر ِنى َم ا َف َر َض ُهللا، َيا َر ُسْو َل ِهللا: َفَقاَل،َعْن َطْلَح َة ْبِن ُع َبْيِد ِهللا َاَّن َاْع َر اِبًّيا َج اَء ِاَلى َر ُسْو ِل ِهللا ص َثاِئَر الَّر ْأِس
َش ْهُر: َاْخ ِب ْر ِنى َم ا َف َر َض ُهللا َع َلَّي ِم َن الّص َياِم ! َق اَل: َق اَل. ِاَّال َاْن َتَطَّو َع َشْيًئا، الَّص َلَو اُت ْالَخ ْم ُس: َع َلَّي ِم َن الَّص َالِة ! َقاَل
. َفَاْخ َبَرُه َرُسْو ُل ِهللا ص ِبَش َر اِئِع ْاِال ْس َالِم ُك ّلَه ا: َاْخ ِبْر ِنى َم ا َفَر َض ُهللا َع َلَّي ِم َن الَّزَك اِة ! َقاَل: َقاَل.َر َم َض اَن ِاَّال َاْن َتَطَّو َع َشْيًئا
َاْفَلَح ِاْن َص َدَق َاْو َد َخ َل. َفَق اَل َرُس ْو ُل ِهللا ص. َال َاَّطَّو ُع َش ْيًئا َو َال َاْنُقُص ِم َّم ا َف َر َض ُهللا َع َلَّي َش ْيًئا، َو اَّلِذ ى َاْك َر َم َك: َفَقاَل
335 :1 فى نيل االوطار، احمد و البخارى و مسلم.ْالَج َّنَة ِاْن َص َدَق
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW
dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang
lima, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan
Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah
kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu
Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu
orang Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak
akan menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah
diwajibkan oleh Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan
bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad,
Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
ُثَّم. ُثَّم ُنِقَص ْت َح َّتى ُج ِع َلْت َخ ْم ًس ا، ُفِر َض ْت َع َلى الَّنِبّي ص الَّص َلَو اُت َلْيَل َة ُاْس ِر َي ِب ِه َخ ْم ِس ْيَن: َعْن َاَنِس ْبَن َم اِلٍك رض َقاَل
فى ني ل، احمد و النس ائى و الترمذى و صححه. َيا ُم َح َّم ُد ِاَّنُه َال ُيَبَّد ُل ْالَقْو ُل َلَدَّي َو ِاَّن َل َك ِبهِذِه ْالَخ ْمِس َخ ْم ِس ْيَن: ُنْو ِدَي
334 :1 االوطار
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam
Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi
dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku.
Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]
َفَلَّم ا َقِد َم َرُسْو ُل ِهللا ص ْالَم ِدْيَنَة َز اَد َم َع ُك ّل َر ْك َعَتْيِن. َقْد ُفِر َضِت الَّص َالُة َر ْك َعَتْيِن َر ْك َعَتْيِن ِبَم َّك َة: َع ِن الَّش ْع ِبّي َاَّن َعاِئَش َة َقاَلْت
احمد. َو َك اَن ِاَذ ا َس اَفَر َص َّلى الَّص َالَة ْاُالْو َلى: َقاَل. ِاَّال ْالَم ْغ ِر َب َفِاَّنها ِو ْتُر الَّنَهاِر َو َص َالُة ْالَفْج ِر ِلُطْو ِل ِقَر اَءِتِهَم ا، َر ْك َعَتْيِن
Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat itu
dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di Madinah
(Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali
shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat
Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah
Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana pada awalnya (dua
rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]
َعْن َع ْبِد ِهللا ْبِن َع ْمِر و ْبِن ْالَعاِص َع ِن الَّنِبّي ص َاَّنُه َذ َك َر الَّص َالَة
َو َم ْن َلْم ُيَح اِفْظ َع َلْيَها َلْم َتُك ْن َلُه ُن ْو ًر ا َو َال ُبْر َهاًن ا. َم ْن َح اَفَظ َع َلْيَها َك اَنْت َلُه ُنْو ًر ا َو ُبْر َهاًنا َو َنَج اًة َيْو َم ْالِقَياَم ِة: َيْو ًم ا َفَقاَل
343 :1 فى نيل االوطار، احمد. َو َك اَن َيْو َم ْالِقَياَم ِة َم َع َقاُرْو َن َو ِفْر َع ْو َن َو َهاَم اَن َو ُاَبّي ْبِن َخ َلٍف.َو َال َنَج اًة
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari
menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka
shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan
barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak
sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari qiyamat
bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 343].
A. Kesimpulan
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat –
syarat yang telah ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada
Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa
kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita
kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua –
duanya. Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh
Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga
mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, untuk kesehatan manusia itu sendiri,
ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal yang pertama dihisab
adalah sholat.
B. Saran
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkan kebaikan dalam
segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dan kemaksiatan, sebagai pembeda
antara orang yang beriman dan orang yang kafir, sholat sebagai syariat dari Allah dalam
kehidupan, semoga dapat difahami, diamalkan dan diaplikasikan dengan benar dalam
kehidupan kita. Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahan-kesalahan takkan lepas
dari kami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan. Maka teruslah berusaha untuk
menjauhi segala yang menjadi larangannya dan melaksanakan segala perintahnya,
meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001).
Al-Hadrami, Salim bin Smeer, Terjemah Safinatun Najah, Pustaka Amani.
Haryono, Sentot, Psikologi Salat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003).
http://salampathokan.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-shalat-kewajiban-shalat.html.