Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari air. Air terlibat
dalam berbagai fenomena dan aktivitas yang kita lakukan. Air juga
dimanfaatkan oleh tumb
Pada praktikum “Proses Evaporasi, prinsip yang digunakan adalah
kesetimbangan massa. Prinsip kesetimbangan massa merupakan salah satu
prinsip dasar yang penting dalam bidang teknik terutama teknik pertanian dan
biosistem. Prinsip ini menyatakan bahwa massa total suatu sistem selalu
konstan. Dalam lingkup industri, prinsip kekekalan massa memiliki banyak
manfaat. Oleh karena itu, praktikum “Proses Evaporasi” perlu dilakukan
untuk mempelajari kesetimbangan massa pada proses evaporasi serta
mengetahui konstanta laju evaporasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mempelajari kesetimbangan massa pada proses evaporasi
2. Mengetahui konstanta laju evaporasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Evaporasi adalah proses penguapan air atau pelarut dari suatu larutan.
Proses ini melibatkan perpindahan panas dan massa secara simultan. Panas yang
disuplai akan menyebabkan molekul air atau pelarut pada permukaan larutan
mengalami kenaikan energi kinetik. Molekul-molekul yang memiliki energi
kinetik yang cukup tinggi akan lepas dari permukaan larutan dan berubah menjadi
uap. Proses evaporasi akan menghasilkan produk yang kental (konsestrat).
Konsentrat adalah larutan yang sebagian air atau pelarut diuapkan. Proses
evaporasi akan berlangsung lebih cepat jika proses perpindahan panas dan massa
berjalan secara efektif (Sari, 2020).
Evaporasi merupakan suatu proses berubahnya air menjadi uap air dari
perairan terbuka, tanah dan batuan lainnya. Perbedaan tekanan uap, suhu udara,
angin, kualitas air dan permukaan bidang evaporasi dapat memengaruhi proses
evaporasi. Pengukuran besarnya evaporasi dapat dilakukan dengan berbagai
macam teknik, mulai dari pengukuran langsung dengan panci evaporasi atau
perhitungan dengan berbagai metode dan gabungan keduanya. Tujuan dari
penguapan adalah untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang
tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap (Jesiani et al., 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju penguapan adalah:
1. Laju perpindahan panas: Semakin besar laju perpindahan panas,
semakin cepat proses penguapan.
2. Jumlah panas yang dibutuhkan: Semakin besar jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan air, semakin lama proses penguapan.
3. Suhu maksimum: Semakin tinggi suhu maksimum, semakin cepat
proses penguapan.
4. Tekanan pada saat uap terjadi: Semakin rendah tekanan pada saat uap
terjadi, semakin cepat proses penguapan. Perubahan lain yang
mungkin terjadi di dalam bahan selama penguapan:
5. Perubahan lain, seperti perubahan komposisi larutan, dapat
mempengaruhi laju penguapan (Haji et al., 2017).
Neraca massa adalah metode untuk menghitung jumlah massa bahan yang
masuk, keluar, terakumulasi, dan terbuang dalam suatu sistem. Neraca massa
didasarkan pada hukum kekekalan massa, yang menyatakan bahwa massa tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Dalam suatu sistem proses industri, neraca
massa dapat digunakan untuk menentukan komposisi produk, menghitung
kebutuhan bahan baku, mengoptimalkan proses produksi, dan memantau kinerja
proses (Putri & Alkindi, 2022).
Rotary evaporator adalah alat laboratorium yang bisa membuat cairan
menjadi lebih kental. Cara kerjanya adalah dengan memanaskan cairan dan
menguapkan pelarutnya. Pelarut adalah zat yang digunakan untuk melarutkan zat
lain. Misalnya, air adalah pelarut untuk gula. Rotary evaporator bisa digunakan
untuk membuat sirup, ekstrak, dan produk-produk lainnya (Artini et al., 2022).
BAB IV
HASIL

Berdasarkan praktikum acara VI, diperoleh beberapa hasil analisa data


berupa tabel dan grafik sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Bt Prediksi dan SSE pada Tekanan 180
mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
t (menit) Brix Observasi ln t ln(-ln((Bt-Be)/ Bt prediksi SSE
(%) (B0-Be))) (%)
0 10,4 #NUM! #NUM! 10,800 0,160
5 10,5 1,609 -1,702 11,399 -0,899
10 10,5 2,303 -1,702 11,400 -0,900
15 10,5 2,708 -1,702 11,400 -0,900
20 10,6 2,996 -0,903 11,400 -0,800
25 10,7 3,219 -0,367 11,400 -0,700
30 10,7 3,401 -0,367 11,400 -0,700
35 10,9 3,555 0,583 11,400 -0,500
40 10,9 3,689 0,583 11,400 -0,500
45 10,9 3,807 0,583 11,400 -0,500
50 10,9 3,912 0,583 11,400 -0,500
55 11,0 4,007 #NUM! 11,400 -0,400
60 11,0 4,094 #NUM! 11,400 -0,400
Jumlah -7,539

Tabel 4.2 Hasil Analisis Bt Prediksi dan SSE pada Tekanan 240 mmHg
dan Suhu Pemanas 70 ° C
t (menit) Brix Observasi ln t ln(-ln((Bt-Be)/ Bt prediksi SSE
(%) (B0-Be))) (%)
0 11,5 #NUM! #NUM! 11,800 0,090
5 11,6 1,609 -1,870 12,125 0,276
10 11,8 2,303 -0,581 12,172 0,139
15 11,9 2,708 -0,166 12,201 0,091
20 11,9 2,996 -0,166 12,222 0,104
25 11,9 3,219 -0,166 12,238 0,114
30 12 3,401 0,225 12,251 0,063
35 12 3,555 0,225 12,262 0,069
40 12 3,689 0,225 12,272 0,074
45 12,1 3,807 0,666 12,281 0,033
50 12,1 3,912 0,666 12,288 0,035
55 12,2 4,007 #NUM! 12,295 0,009
60 12,2 4,094 #NUM! 12,301 0,010
Jumlah 1,106

1.000

0.500
ln(-ln((Bt-Be)/(B0-Be)))

0.000
0.000f(x) 0.500
= 0.349524549363332
1.000 1.500 x −2.000
1.3957986855447
2.500 3.000 3.500 4.000 4.500
R² = 0.205132614387409
-0.500

-1.000

-1.500

-2.000
ln (t)

Bt−Be
Gambar 4.1 Hubungan antara ln t dengan ln-ln dalam Penentua
Bo−Be
Brix pada Tekanan 180 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C

0.5
ln(-ln((Bt-Be)/(B0-Be)))

0 f(x) = 0.281401412022577 x − 0.923010153420847


R² = 0.262287254232501
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
-0.5

-1

-1.5

-2
In (t)

Bt−Be
Gambar 4.2 Hubungan antara ln t dengan ln-ln dalam Penentuan
Bo−Be
Konstanta Laju Perubahan Brix pada Tekanan 240 mmHg dan Suhu
Pemanas 70° C
11.6
11.4
11.2
11
10.8
Brix (%)

10.6
Brix Prediksi
10.4 Brix Observasi
10.2
10
9.8
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (t)

Gambar 4.3 Perbandingan Antara Brix Observasi dengan Brix Prediksi


Terhadap Waktu Pada Tekanan 180 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C

12.4
12.2
12
11.8
Brix (%)

11.6
11.4
11.2
11
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (t)

brix obsevasi brix prediksi

Gambar 4.4 Perbandingan Antara Brix Observasi dengan Brix Prediksi


Terhadap Waktu Pada Tekanan 240 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
11.500
11.400 f(x) = 0.0197959413362835 x + 11.2152282593571
R² = 0.214662229705565
11.300
11.200
Brix prediksi (%)

11.100
11.000
10.900
10.800
10.700
10.600
10.500
10.4 10.5 10.5 10.5 10.6 10.7 10.7 10.9 10.9 10.9 10.9 11.0 11.0
Brix observasi (%)

Gambar 4.5 Hubungan Brix Prediksi dengan Brix Observasi sebagai Uji
Validasi pada Tekanan 180 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
12.400
12.300 f(x) = 0.0257032054764631 x + 12.0284582452502
R² = 0.565891554641277
12.200
12.100
Brix Prediksi (%)

12.000
11.900
11.800
11.700
11.600
11.500
11.5 11.6 11.8 11.9 11.9 11.9 12 12 12 12.1 12.1 12.2 12.2
Brix Observasi (%)

Gambar 4.6 Hubungan Brix Prediksi dengan Brix Observasi sebagai Uji
Validasi pada Tekanan 240 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum acara VI yang berjudul “Evaporasi” bertujuan untuk


mempelajari kesetimbangan massa pada proses evaporasi serta mengetahui
konstanta laju evaporasi. Pada praktikum ini, analisis yang digunakan untuk
menghitung jumlah massa pemanas yang dibutuhkan, yaitu menggunakan prinsip
kesetimbangan massa dimana jumlah massa masuk akan sama dengan jumlah
massa keluar. Pada perlakuan tekanan 180 mmHg, diketahui jumlah massa bahan
awal sebesar 0,096 kg dan massa akhir 0,0875 kg serta massa air yang diuapkan
sebesar 0,0006 kg, kemudian digunakan persamaan keseimbangan massa untuk
mencari kebutuhan jumlah massa pemanas yang dibutuhkan. Diperoleh jumlah
massa pemanas yang dibutuhkan pada perlakuan tekanan 180 mmHg sebesar
0,0024kg. Pada perlakuan tekanan 240 mmHg, dengan jumlah massa bahan awal
sebesar 0,097 kg dan massa akhir 0,0919 kg serta massa air yang diuapkan sebesar
0,0003 kg, maka jumlah massa pemanas yang dibutuhkan pada perlakuan tekanan
240 mmHg sebesar 0,0023 kg. Terlihat pada tekanan 240 mmHg jumlah air yang
diuapkan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan 180 mmHg. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ozgur & Koc (2015) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi tekanan maka penguapan yang terjadi akan
semakin kecil.
Pada perhitungan juga dilakuan analisis SSE atau Sum of Squared Error
untuk mengetahui tingkat eror pada data observasi. Nilai SSE yang didapatkan
pada perlakuan tekanan 180 mmHg sebesar -7,539, sedangkan nilai SSE pada
perlakuan tekanan 240 mmHg sebesar 1,106, dimana SSE yang nilainya
mendekati 0 menandakan nilai error nya kecil, maka data pada perlakuan tekanan
240 mmHg memiliki error data yang lebih kecil, sehingga hal ini menunjukkan
data observasi yang didapat pada tekanan 240 mmHg lebih mendekati valid.
Pada praktikum acara VI, variasi yang dipilih adalah variasi tekanan.
Variasi tekanan ini pastinya akan berpengaruh terhadap laju perubahan massa,
nilai brix dan nilai sse. variasi tekanan akan berpengaruh terhadap konsentrasi
gula dalam larutan. Dalam pengaruhnya terhadap laju perubahan massa, semakin
tinggi tekanan, maka laju penguapan air akan semakin rendah. Hal ini disebabkan
oleh adanya gaya tarik antar molekul air yang semakin besar pada tekanan tinggi.
Akibatnya, air akan lebih sulit untuk keluar dari permukaan bahan. Dalam
pengaruhnya terhadap nilai brix, semakin tinggi tekanan, maka konsentrasi gula
dalam larutan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan
volume larutan pada tekanan tinggi. Dalam pengaruhnya terhadap nilai sse,
semakin tinggi tekanan, maka ukuran partikel bahan akan semakin kecil. Hal ini
disebabkan oleh adanya gaya tumbukan antar partikel bahan yang semakin besar
pada tekanan tinggi.
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa grafik yang
ditunjukan pada gambar 4.1 sampai dengan 4.6. Gambar 4.1 dan 4.2 diketahui
nilai konstanta laju perubahan brix. Pada gambar 4.1 dengan tekanan 180 mmHg
diperoleh nilai konstanta laju perubahan brix sebesar 4,04 dan pada gambar 4.2
dengan tekanan 240 mmHg diperoleh nilai konstanta laju perubahan brix sebesar
0,39. Hal tersebut menunjukkan, evaporasi dengan tekanan rendah dapat
meningkatkan laju perubahan brix.
Pada gambar 4.3 dan 4.4 diperoleh grafik perbandingan antara brix
prediksi dengan brix observasi. Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan grafik brix
prediksi dan observasi cenderung naik, tetapi pada brix observasi kenaikannya
dapat terlihat perubahannya, sedangkan brix prediksi cenderung konstan. Hal ini
telah sesuai teori sehingga brix prediksi dengan brix observasi tidak memiliki
perbedaan yang terlalu jauh.
Berdasarkan gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan hubungan brix prediksi
dengan brix observasi, pada perlakuan tekanan 180 mmHg diperoleh nilai R2
sebesar 0,2147 dan pada perlakuan tekanan 240 mmHg diperoleh nilai R2 sebesar
0,5659. Pada perlakuan tekanan 180 mmHg maupun 240 mmHg, keduanya
memperoleh nilai R2 yang sama sama mendekati 1, maka hal tersebut
menunjukkan data observasi yang diuji dianggap valid.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum acara VI dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada proses evaporasi, prinsip kesetimbangan massa dimana
jumlah massa masuk akan sama dengan jumlah massa keluar
digunakan untuk menghitung jumlah massa pemanas yang
dibutuhkan.
2. Konstanta laju evaporasi pada tekanan 180 mmHg sebesar 4,04
dan pada tekanan 240 mmHg sebesar 0,39.

\
DAFTAR PUSTAKA
Artini, N. P. R., Mahardiananta, I. M. A., & Nugraha, I. M. A. (2022). Rancang
Bangun Chiller Berbasis Mikrokontroler Untuk Evaporasi Senyawa Bahan
Alam. Jurnal Resistor (Rekayasa Sistem Komputer), 5(1), 10–16.
https://doi.org/10.31598/jurnalresistor.v5i1.1082
Haji, A. T. S., Wirosoedarmo, R., & Tyas, M. W. (2017). Analisis Nomografi
Suhu, Laju Penguapan dan Tekanan Udara untuk Perancangan Alat
Desalinasi Tenaga Surya Dengan Pengaturan Vakum. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, 4(2), 1–6.
https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2017.004.02.1
Jesiani, E. M., Apriansyah, A., & Adriat, R. (2019). Model Pendugaan Evaporasi
dari Suhu Udara dan Kelembaban Udara Menggunakan Metode Regresi
Linier Berganda di Kota Pontianak. Prisma Fisika, 7(1), 46.
https://doi.org/10.26418/pf.v7i1.32515
Ozgur, E., & Koc ak, K. (2015). The effects of the atmospheric pressure on
evaporation. Acta Geobalcanica, 1, 23.
Putri, A. S., & Alkindi, H. (2022). Analisa Perhitungan Kesetimbangan Massa
Dan Kalor Pada Unit Rotary Dryer. 4.
Sari, F. (2020). Identifkasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi,
Terhadap Konsentrasi Larutan Sari Jahe. 9.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai