PENDAHULUAN
Evaporasi adalah proses penguapan air atau pelarut dari suatu larutan.
Proses ini melibatkan perpindahan panas dan massa secara simultan. Panas yang
disuplai akan menyebabkan molekul air atau pelarut pada permukaan larutan
mengalami kenaikan energi kinetik. Molekul-molekul yang memiliki energi
kinetik yang cukup tinggi akan lepas dari permukaan larutan dan berubah menjadi
uap. Proses evaporasi akan menghasilkan produk yang kental (konsestrat).
Konsentrat adalah larutan yang sebagian air atau pelarut diuapkan. Proses
evaporasi akan berlangsung lebih cepat jika proses perpindahan panas dan massa
berjalan secara efektif (Sari, 2020).
Evaporasi merupakan suatu proses berubahnya air menjadi uap air dari
perairan terbuka, tanah dan batuan lainnya. Perbedaan tekanan uap, suhu udara,
angin, kualitas air dan permukaan bidang evaporasi dapat memengaruhi proses
evaporasi. Pengukuran besarnya evaporasi dapat dilakukan dengan berbagai
macam teknik, mulai dari pengukuran langsung dengan panci evaporasi atau
perhitungan dengan berbagai metode dan gabungan keduanya. Tujuan dari
penguapan adalah untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang
tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap (Jesiani et al., 2019).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju penguapan adalah:
1. Laju perpindahan panas: Semakin besar laju perpindahan panas,
semakin cepat proses penguapan.
2. Jumlah panas yang dibutuhkan: Semakin besar jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan air, semakin lama proses penguapan.
3. Suhu maksimum: Semakin tinggi suhu maksimum, semakin cepat
proses penguapan.
4. Tekanan pada saat uap terjadi: Semakin rendah tekanan pada saat uap
terjadi, semakin cepat proses penguapan. Perubahan lain yang
mungkin terjadi di dalam bahan selama penguapan:
5. Perubahan lain, seperti perubahan komposisi larutan, dapat
mempengaruhi laju penguapan (Haji et al., 2017).
Neraca massa adalah metode untuk menghitung jumlah massa bahan yang
masuk, keluar, terakumulasi, dan terbuang dalam suatu sistem. Neraca massa
didasarkan pada hukum kekekalan massa, yang menyatakan bahwa massa tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Dalam suatu sistem proses industri, neraca
massa dapat digunakan untuk menentukan komposisi produk, menghitung
kebutuhan bahan baku, mengoptimalkan proses produksi, dan memantau kinerja
proses (Putri & Alkindi, 2022).
Rotary evaporator adalah alat laboratorium yang bisa membuat cairan
menjadi lebih kental. Cara kerjanya adalah dengan memanaskan cairan dan
menguapkan pelarutnya. Pelarut adalah zat yang digunakan untuk melarutkan zat
lain. Misalnya, air adalah pelarut untuk gula. Rotary evaporator bisa digunakan
untuk membuat sirup, ekstrak, dan produk-produk lainnya (Artini et al., 2022).
BAB IV
HASIL
Tabel 4.2 Hasil Analisis Bt Prediksi dan SSE pada Tekanan 240 mmHg
dan Suhu Pemanas 70 ° C
t (menit) Brix Observasi ln t ln(-ln((Bt-Be)/ Bt prediksi SSE
(%) (B0-Be))) (%)
0 11,5 #NUM! #NUM! 11,800 0,090
5 11,6 1,609 -1,870 12,125 0,276
10 11,8 2,303 -0,581 12,172 0,139
15 11,9 2,708 -0,166 12,201 0,091
20 11,9 2,996 -0,166 12,222 0,104
25 11,9 3,219 -0,166 12,238 0,114
30 12 3,401 0,225 12,251 0,063
35 12 3,555 0,225 12,262 0,069
40 12 3,689 0,225 12,272 0,074
45 12,1 3,807 0,666 12,281 0,033
50 12,1 3,912 0,666 12,288 0,035
55 12,2 4,007 #NUM! 12,295 0,009
60 12,2 4,094 #NUM! 12,301 0,010
Jumlah 1,106
1.000
0.500
ln(-ln((Bt-Be)/(B0-Be)))
0.000
0.000f(x) 0.500
= 0.349524549363332
1.000 1.500 x −2.000
1.3957986855447
2.500 3.000 3.500 4.000 4.500
R² = 0.205132614387409
-0.500
-1.000
-1.500
-2.000
ln (t)
Bt−Be
Gambar 4.1 Hubungan antara ln t dengan ln-ln dalam Penentua
Bo−Be
Brix pada Tekanan 180 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
0.5
ln(-ln((Bt-Be)/(B0-Be)))
-1
-1.5
-2
In (t)
Bt−Be
Gambar 4.2 Hubungan antara ln t dengan ln-ln dalam Penentuan
Bo−Be
Konstanta Laju Perubahan Brix pada Tekanan 240 mmHg dan Suhu
Pemanas 70° C
11.6
11.4
11.2
11
10.8
Brix (%)
10.6
Brix Prediksi
10.4 Brix Observasi
10.2
10
9.8
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (t)
12.4
12.2
12
11.8
Brix (%)
11.6
11.4
11.2
11
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (t)
11.100
11.000
10.900
10.800
10.700
10.600
10.500
10.4 10.5 10.5 10.5 10.6 10.7 10.7 10.9 10.9 10.9 10.9 11.0 11.0
Brix observasi (%)
Gambar 4.5 Hubungan Brix Prediksi dengan Brix Observasi sebagai Uji
Validasi pada Tekanan 180 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
12.400
12.300 f(x) = 0.0257032054764631 x + 12.0284582452502
R² = 0.565891554641277
12.200
12.100
Brix Prediksi (%)
12.000
11.900
11.800
11.700
11.600
11.500
11.5 11.6 11.8 11.9 11.9 11.9 12 12 12 12.1 12.1 12.2 12.2
Brix Observasi (%)
Gambar 4.6 Hubungan Brix Prediksi dengan Brix Observasi sebagai Uji
Validasi pada Tekanan 240 mmHg dan Suhu Pemanas 70 ° C
BAB V
PEMBAHASAN
\
DAFTAR PUSTAKA
Artini, N. P. R., Mahardiananta, I. M. A., & Nugraha, I. M. A. (2022). Rancang
Bangun Chiller Berbasis Mikrokontroler Untuk Evaporasi Senyawa Bahan
Alam. Jurnal Resistor (Rekayasa Sistem Komputer), 5(1), 10–16.
https://doi.org/10.31598/jurnalresistor.v5i1.1082
Haji, A. T. S., Wirosoedarmo, R., & Tyas, M. W. (2017). Analisis Nomografi
Suhu, Laju Penguapan dan Tekanan Udara untuk Perancangan Alat
Desalinasi Tenaga Surya Dengan Pengaturan Vakum. Jurnal Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, 4(2), 1–6.
https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2017.004.02.1
Jesiani, E. M., Apriansyah, A., & Adriat, R. (2019). Model Pendugaan Evaporasi
dari Suhu Udara dan Kelembaban Udara Menggunakan Metode Regresi
Linier Berganda di Kota Pontianak. Prisma Fisika, 7(1), 46.
https://doi.org/10.26418/pf.v7i1.32515
Ozgur, E., & Koc ak, K. (2015). The effects of the atmospheric pressure on
evaporation. Acta Geobalcanica, 1, 23.
Putri, A. S., & Alkindi, H. (2022). Analisa Perhitungan Kesetimbangan Massa
Dan Kalor Pada Unit Rotary Dryer. 4.
Sari, F. (2020). Identifkasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi,
Terhadap Konsentrasi Larutan Sari Jahe. 9.
LAMPIRAN