Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI UU NO.

23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN


ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK
(Studi di BAZNAS Kabupaten Banyumas)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh
MEDIANA RESTA ARUM
NIM. 1617301074

PROGRAM HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
PEDOMAN TRANSLITERASI BAHASA ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman
pada Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba’ B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Sa| S| Es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ H{ H{ Ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha’ Kh Ka dan ha

‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Z|al Z| Zet (dengan titik di atas)

‫ر‬ Ra’ R Er
‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan ye

‫ص‬ S{ad S{ Er (dengan titik di bawah)

‫ض‬ D{ad D{ De (dengan titik di bawah)


‫ط‬ T{a’ T{ Te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ Z{a Z{ Zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ ‘Ain ...’... Koma terbalik di atas

‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa’ F Ef

‫ق‬ Qaf Q Qi

‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nun N En

‫و‬ Waw W We

‫ه‬ Ha’ H Ha
‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof

‫ي‬ Ya’ Y Ye

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap

‫سنةهلال‬ Ditulis Sunnatulla>h

Ta’ Marbu>tah di akhir kata bila dimatikan ditulis h

‫اإلجارة‬ Ditulis Al-Ija>rah

Vokal Pendek
Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ Fath{ah Fath{ah A

ِ Kasrah Kasrah I

ِ D{amah D{amah U

Vokal Panjang

1. Fath{ah + alif Ditulis A>

‫حاجية‬ Ditulis H{a>jiyyah


2. Kasrah + ya’ mati Ditulis I>

‫الشافعي‬ Ditulis Al-Sy>afi’i>


3. D{ammah + waw mati Ditulis U>

‫ضرورية‬ Ditulis D{aru>riyyah

Kata Sandang Alif +Lam


a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
‫العقل‬ Ditulis Al-‘aql

‫امالل‬ Ditulis Al-ma>l


b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan l (el) nya.

‫ال َدين‬ Ditulis Al-di>n

‫النفس‬ Ditulis Al-nafs

Penulisan kata-kata dalam Rangkaian Kalimat


Al-Ija>rah al-Muntahaiya
‫االجارةاملنتهيةابلتمليك‬ Ditulis
bi al-Tamli>k

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap muslim memiliki kewajiban dalam beribadah, diantaranya


adalah menunaikan zakat yang merupakan rukun islam ketiga dalam islam. 1
Zakat adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya atau disebut
juga sebagai fakir miskin. 2 Kewajiban membayar zakat merupakan bentuk
tanggung jawab atas perintah Allah yang dalam pelaksanaannya ada aturan
yang diberlakukan, seperti kadar tertentu yang menjadikan harta tersebut
wajib dibayarkan. Saat ini, masyarakat cenderung lebih memilih
membayarkan zakatnya kepada mustahik secara langsungdibandingkan
melalui lembaga resmi milik pemerintah. Hal tersebut menjadi salah satu
penyebab rendahnya penerimaan jumlah zakat yang dipungut secara resmi
melalui BAZ atau LAZ.3

Selain membayar zakat, kita juga dibebani wajib pajak. Sebagai warga
negara Indonesia, kita diwajibkan untuk turut serta menyumbangkan harta kita
melaluiwajib pajak dengan tujuan untuk pembangunan nasional. Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.4 Dari sinilah, permasalahan
mengenai dualisme terhadap kewajiban pembayaran zakat dan pajak ini

1
Aden Rosadi, Zakat dan Wakaf: Konsepsi, Regulasi, dan Implementasi (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2019), hlm.13.
2
Aden Rosadi, Zakat, hlm. 21.
3
Ugi Suharto, Keuangan Publik Islam: Reintepretasi Zakat dan Pajak (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 197.
4
Mardiasmo, Perpajakan (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2019), hlm. 3.
1
2

timbul dan menjadi masalah yang patut untuk mendapat perhatian lebih dari
pemerintah. Masyarakat, kususnya umat islam di Indonesia, saat ini
menyikapi hal tersebut dengan 3 penilaian, yaitu:

Pertama, membayar kewajiban zakat dan pajak secara bersamaan,


dengan risiko, harta yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Kedua,
membayarkan salah satu kewajiban, dalam hal ini masyarakat cenderung
memilih membayarkan kewajiban pajaknya saja dengan diniatkan sebagai
pembayaran zakat juga, sehingga jumlah harta yang dikeluarkan menjadi lebih
sedikit. Ketiga, tidak membayarkan dua – duanya, yaitu pajak dan zakat.
Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap kewajiban membayar pajak juga
menjadi alasan utama mereka masih acuh terhadap kewajiban membayar
pajak dan zakat.5

Banyak pandangan mengenai perbedaan dan persamaan antara


kewajiban membayar zakat dan pajak. Pada intinya, keduanya merupakan
suatu aturan yang sudah ditetapkan, meski dalam implikasinya masih banyak
perdebatan terhadap dualisme kewajiban pembayaran tersebut, tetap tidak
dipungkiri, bahwasannya hal tersebut tetap wajib dilaksanakan6

Zakat, pada hakikatnya merupakan jembatan untuk mempersempit


jurang kemiskinan serta penghubung antara yang kaya dan yang miskin. Zakat
diyakini, dapat mengentaskan kemiskinan, melalui distribusi yang nyata.
Islam menjelaskan pula bahwa, sebaiknya dalam pemungutan dan pengelolaan
zakat, dilakukan oleh lembaga yang berwenang, yaitu lembaga resmi yang
dibentuk oleh pemerintah, karena dianggap memiliki pandangan yang lebih
objektif. Jika pemungutan dan pengolaan berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan aturan, maka jumlah zakat di Indonesia dapat mengalami peningkatan

5
Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan Kesadaran dan
Membangun Jaringan (Jakarata: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 42.
6
Arief Mufraini, Akuntansi, hlm. 44.
3

yang signifikan dan dapat membantu mengentaskan masalah kemiskinan. 7

Di Malaysia, zakat dikelola oleh negara dan swasta. Negara


mempunyai hak dan kewajiban penuh dalam mengelola zakat dan mendukung
secara penuh swasta yang membantu pemungutan zakat. Pemerintah melalui
perwakilan kerajaan negara, juga ikut berperan dalam membuat regulasi
dalam bentuk undang - undang zakat. Swasta yang melakukan penghimpunan
zakat, juga didukung penuh oleh pemerintah setempat, pemerintah hanya
bertindak sebagai fasilitator dan penanggungjawab. Setiap tahunnya, Malaysia
mengalami peningkatan yang signifikan, dikarenakan pembayaran zakat
dinegara ini sudah terinteregasi dengan pemotongan penghasilan dan apabila
muslim terdeteksi tidak membayarkan zakatnya, akan ada sanksi individu
yang diberikan sesuai dengan ketentuan undang - undang yang berlaku. 8

Berikut ini adalah tabel kutipan pemungutan zakat di Malaysia dari


tahun 2016 - 2020:

Tabel 1.1

Kutipan pemungutan zakat dari tahun 2016 - 2020

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020


RM Juta 580.6 615.1 651.2 682.2 756.0
Sumber: Laporan pungutan zakat PPZ Malaysia

Tabel pungutan diatas membuktikan bahwa, Malaysia selalu


mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam menerima jumlah zakat yang
dibayarkan oleh masyarakat. hal tersebut patut menjadi contoh untuk negara
Indonesia yang memang mayoritas masyarakatnya adalah seorang muslim.

Sesuai dengan data Kementrian Dalam Negeri (KEMENDAGRI)

7
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 79.
8
Aden Rosadi, Zakat, hlm. 156.
4

bahwa. penduduk muslim di Indonesia mencapai 237.53 Juta, jumlah tersebut


setara dengan 86.9 % dari populasi penduduk tanah air yang berjumlah 273.32
Juta orang. Data tersebut resmi per 31 Desember 2021. 9 Sesuai dengan data
yang tertera tersebut, seharusnya penghimpunan dana zakat di Indonesia juga
semakin bertambah setiap tahunnya. Terdapat beberapa studi yang membahas
mengenai potensi zakat di Indonesia, yaitu:

Pertama, studi PUSKAS BAZNAS, studi menunjukan bahwa potensi


zakat di Indonesia, mencapai 233.8 triliun. Sedangkan diketahui bahwa
penghimpunan SIZ seacara nasional pada tahun 2019 melalui OPZ resmi
mencapi 10 triliun, atau masih 5.2% dari potensi zakat yang ada. 10

Kedua, studi PIRAC. Studi ini menunjukan bahwa potensi zakat di


Indonesia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
survey ke 10 kota besar di Indonesia, PIRAC menunjukan bahwa potensi rata
– rata muzakki mencapai Rp. 684.550 pada tahun 2007, meningkat dari
sebelumnya yaitu Rp. 416.000 pada tahun 2004. 11

Ketiga, PEBS FEUI menggunakan pendekatan jumlah muzakki dari


populasi muslim di Indonesia dengan asumsi 95 muzakki yang membayar
pajak, maka dapat diproyeksikan potensi penghimpunan dana zakat pada
tahun 2009 mencapai Rp. 12,7 triliun.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta menunjukan bahwa potensi zakat nasional dapat mencapai Rp. 19,3
triliun. 12

Namun pada kenyataanyam potensi zakat di Indonesia yang telah

9
` Viva Budy Kusnandar, “Prosentasi Pemeluk Agama Islam di Indonesia”, kemendagri.go.id,
diakses 30 Mei 2022, pukul 14.32.
10
Pusat Kajian Strategis BAZNAS, Outlook Zakat di Indonesia (Jakarta, Puskaz
BAZNAS,2021), hlm. 36.
11
Clarashinta Canggih, et.al, “Potensi dan Realisasi Dana Zakat Indonesia”, Al Uqud, vol.1
no.1, hlm.17.
12
Clarashinta Canggih, Potensi, hlm. 21.
5

digambarkan oleh studi tersebut, tidak dibarengi dengan penghimpunan dana


zakat dilapangan. Data terkini menunjukan jika terdapat kesimpangan yang
tinggi antara potensi zakat dengan penghimpunan zakat dilapangan. Data ini
diperjelas dengan potensi zakat yang tercatat secara resmi oleh OPZ nasional
dengan perkiraan jumlah mencapai Rp. 144,5 triliun, sedangkan jumlah zakat
yang diterima oleh lembaga OPZ resmi nasional hanya berjumlah Rp. 10,2
triliun dan tercatat dilembaga bukan resmi OPZ sebesar Rp. 61,7 triliun
dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp. 71,4 triliun atau masih setara dengan
21.7% dari jumlah yang diperkirakan oleh OPZ resmi. 13

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kesenjangan antara potensi


zakat dan juga pemungutan zakat dilapangan, diantaranya adalah:

1. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap wajib zakat serta


rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang
menaungi atau mengelola zakat secara langsung (BAZ dan LAZ)

2. Minimnya pengetahuan mengenai dampak positif jika masyarakat


menyalurkan zakatnya melalui lembaga resmi nasional milik
pemerintah menyebabkan banyak masyarakat tidak memiliki
orientasi pemekiran jangka panjang

3. Basis zakat yang tergali dimasyarakat masih terfokus pada


beberapa jenis zakat tertentu, seperti zakat fitrah dan zakat profesi

4. Masih rendahnya insentif bagi wajib zakat untuk membayar zakat,


khususnya menganai zakat sebagai pengurang wajib pajak.
Masyarakat banyak yang belum tahu jika bukti pembayaran zakat
yang dibayarkan dilembaga resminasional milik pemerintah dapat

13
Fahreza Rizky, “Implementasi Zakat Perlu ditingkatkan”, idxchannel.com, diakses 30 Mei
2022, pukul 15.07.
6

menjadi pengurang beban kena pajak pada pajak penghasilan. 14

Sebagai solusi agar wajib zakat tidak terkena beban ganda yang
berlebihan, pemerintah mencoba mengeluarkan peraturan terkait hal tersebut,
dalam hal ini adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat (sebagai perubahan atas Undang-Undang No. 38 tahun 1999) pasal 22
yang menyebutkan “zakat yang dibayar muzakki kepada BAZNAS atau LAZ
dapat dikurangkan sebagai penghasilan kena pajak”. Maksud dari hal ini
adalah mengenai wajib pajak penghasilan. Pada pasal 23 ayat (1) disebutkan
bahwa “BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat pada
setiap muzakki” sedangkan pada ayat (2) disebutkan pula “bukti setoran zakat
sebagai mana disebutkan pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang wajib
pajak penghasilan”. Melalui peraturan tersebut, pemerintah mencoba
memberikan solusi untuk mengurangi beban ganda yang ditanggung oleh
masyarakat, khususnya umat muslim di Indonesia.

Masyarakat dapat memebayarkan zakatnya melalui lembaga resmi


yang dibentuk oleh pemerintah baik itu BAZNAS atau LAZ dan lembaga
resmi lainnya yang terdaftar. Sehingga masyarakat dapat menggunakan bukti
pembayannya sebagai beban pengurang wajib pajak penghasilan, setidaknya
beban ganda yang ditanggung masyarakat akan sedikit berkurang. Sesuai
dengan peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 2010 pasal 1 ayat (1) huruf (a)
yang menyebutkan bahwa “zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi: zakat atas
penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama
islam dan atau oleh wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh
muslim kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk

Pusat Kajian Strategis BAZNAS, Outlook Zakat di Indonesia (Jakarta, Puskaz


14

BAZNAS,2021), hlm. 13.


7

atau disahkan oleh pemeritah”.15

Dengan adanya Undang-Undang tersebut diharapkan dapat memacu


kesadaran masyarakat terhadap wajib zakat dan pajak agar mengurangi beban
ganda yang ditanggung oleh masyarakat. Meskipun data dilapangan masih
belum sesuai dengan potensi zakat yang dijelaskan oleh OPZ resmi
pemerintah bahkan setelah dikeluarkannya Undang-Undang sesuai dengan
yang disebutkan diatas, tetap tidak dapat dipungkiri bahwa Undang-Undang
tersebut sudah membantu pemerintah dalam melaksanakan pemungutan wajib
zakat dan wajib pajak secara sekala nasional, meski masih tergolong rendah.
Agar dapat menjadi maksimal, pemerintah perlu mengkaji kembali Undang-
Undang yang saat sudsh berjalan, mengapa? Karena dalam peraturannya,
pemerintah tidak menegaskan mengenai sanksi yang diberikan pada indifidu
atau badan yang tidak membayarkan zakatnya, sehingga tidak ada peraturan
yang mengikat masyarakat agar wajib secara aturan membayarkannya
dilembaga resmi yang sudah dibentuk pemerintah.

Sehingga akan sangat lebih baik, apabila pemerintah dapat melakukan


perbaikan hukum yang berlaku dan menjadikan zakat sebagai pemotong
kewajiban penghasilan kena pajak dan memberikan sanksi kepada individu
yang atau badan yang tidak membayarkan zakatnya dengan didikuti perbaikan
pengelollan zakat dilapangan sehingga muzakki dapat terkontrol serta dapat
memberikan rasa percaya dari muzakki kepada pengelola. Selain dua hal
diatas pemerintah juga dapat menerapkan sistem pemunguatan yang sama
dengan sistem pemungutan pajak di Indonesia, dengan memotong secara rutin
dan langsung melalui penghasilan yang diterima oleh masyarakat, dengan
tujuan agar pemungutan pajak dan zakat dapat berjalan selaras dan dapat
mencapai potensi zakat seperti yang sudah dijelaskan diatas. Hal tersebut
dapat dilaksanakan tanpa membuat zakat yang sudah dibayarkan masyarakat

15
Badan Pemeriksa Keuangan Negara Indonesia “Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2010”, peraturabpk.go.id, diakses 30 Mei 2022, pukul 13.09.
8

masuk ke kas negara atau digunakan sebagai dana anggaran dan


pembangunan nasional. Pemerintah dapat menegaskan dengan peraturan yang
dapat menjamin bahwa masyarakat tidak perlu khawatir akan penggunaan
dana zakat yang tidak semestinya. Hal tersebut diharapkan dapat membantu
menumbuhkan jumlah zakat yang diterima setiap tahunnya oleh negara
sehingga dapat dialokasikan bagi masyarakat – masyarakat kurang mampu
serta hal – hal yang berkaitan dengan kemaslahatan.

Atas pertimbangan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana


praktik pelaksanaan zakat sebagai oengurang penghasilan kena pajak di
Lembaga Amil Zakat yaitu BAZNAS kota Banyumas. Dengan judul skripsi
“Implementasi UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak di BAZNAS Kabupaten Banyumas”.

B. Definisi Operasional

Definisi operasioanal adalah batasan konsep atau istilah yang


dipergunakan dalam penelitian sebagaimana yang diterapkan dalam penelitian
tersebut. Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah – istilah
yang berada dalam judul skripsi. 16 Sesuai dengna judul penelitian yaitu
“Implementasi UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak di BAZNAS Kabupaten Banyumas”,
maka dibawah ini adalah beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam definisi
operasional:

1. Implementasi

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut sebagai


pelaksanaan; penerapan. Implementasi adalah suatu tindakan atau

16
M. Audi Ghafari, “Respon Wajib Pajak Terhadap Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan
Kena Pajak”, 2017, hlm. 16.
9

pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Implemntasi biasanya dilaksanakan setelah perencanaan
dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah
bermuara pada aktifitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu
sistem, implemntasi bukan sekedar aktifitas, tapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. 17 Dalam hal ini adalah
tindakan atau pelaksanaan dari penerapan UU No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat sebagai pengurang wajib pajak penghasilan, khususnya
di BAZNAS Kabupaten Banyumas.

2. Undang-Undang

Undang-Undang menurut UU No. 12 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (3)


didefinisikan sebagai “Undang-Undang adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden”. Undang-Undang disini adalah berisiaturan
mengenai hal tertentu yang memang harus diberikan aturan dalam
pelaksanaanya agar menjadi tegas dan terkordinir. Dalam hal ini adalah
peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan zakat dan pajak di
Indonesia. 18

3. Zakat

Zakat berasal dari kata zaka yang berarti suci atau mensucikan, baik,
berkah, berkembang, dan memperbaiki. Menurut istilah, zakat adalah
nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syariat tertentu
yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan sebagiannya dan

17
Purwanto dan Sulistyastuti, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991) hlm. 21.
18
KKP Negara Indonesia “Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011”, kkp.go.id, diakses 30
Mei 2022, pukul 13.13.
10

diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu


pual. Firman Allah SWT dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 103 yang
artinya “ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihakn dan mensucikan mereka”. Zakat dalam penelitian ini lebh
tertuju pada zakat profesi setiap individu muslim atau badan yang
pemiliknya seorang muslim. 19

4. Pajak

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan


keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Cara Perpajakan Pasal 1 ayat (1) berbunyi “pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya keperluan rakyat”.20 Pajak yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pajak penghasilan.

5. Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008


tentang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenkan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun
pajak. Pajak penghasilan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang
mempuanyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran
untuk dikenakan pajak penghasilan. Hal ini adalahbagi para orang pribadi
dan badan hukum. 21

6. Wajib Pajak

19
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita, hlm. 80.
20
Mardiasmo, Perpajakan, hlm. 80.
21
Gustian Djuanda dan Irwansyah Lubis, Pelaporan Pajak Penghasilan (Jakarata: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 3.
11

Wajib pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat


(2) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Dalam penelitian Ini wajib pajak terfokuskan pada orang
pribadi beragama islam dan badan yang pemiliknya menganut agama
islam. 22

C. Rumusan Masalah

Indoensia memiliki potensi yang besar dalam hal sumber pendapatan, baik
itu dari pajak yang diberikan kepada negara, mauapun dari zakat yang juga
diberikan kepada pemerintah untuk dikelola dan digunakan untuk kepentingan
tertentu sesuai dengan aturan yang berlaku. Apabila pemungutan dan
pengelolaan pajak dan zakat dapat terlaksana dengan baik maka akan
terwujud tatanan masyarakat sejahtera di negara ini. Tidak semua negara
muslim dapat mewajibkan pembayaran zakat, karena menganut definisi dalam
islam yang menyebutkan bahwa zakat adalah suatu hal yang sukarela tanpa
ada paksaaan dari pihak manapun. Namun permasalahan dualisme beban
ganda terhadap pembayaran wajib pajak serta zakat menjadi hal yang patut
untuk diperhatikan. Atas dasar uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:

1. Bagaiamana implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011


tentang Pengelolaan Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak?

2. Bagaimana dampak yang diperoleh setelah adanya penerapan zakat


sebagai pengurang penghasilan kena pajak?

3. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan zakat sebagai pengurang


penghasilan kena pajak? Dan bagaimana solusi yang dapat diterapkan?

22
Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus (Jakarta: Salemba Empat, 2019), hlm. 18.
12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana implemntasi dan pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelollan Zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak khususnya di BAZNAS Kabupaten
Banyumas.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang diperoleh setelah adanya


penerapan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak baik itu bagi
lembaga pengelolanya maupun bagi masyarakat

3. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang terjadi selama pelaksanaan


implemetasi tersebut serta bagaiamana solusi yang sudah diterapkan.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Pada manfaat ini, penelitian ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi yang konkrit dan sumbangsih pemikiran yang dapat
memperluas wawasan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya dalam permasalahan dualisme wajib pajak dan wajib zakat di
Indonesia dalam rangka pemenuhan potensi zakat dan meningkatkan
jumlah pemasukan kas negara melalui pajak.

Kemudian manfaat yang bagi pengembangan ilmu Hukum Ekonomi


Syariah dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
terhadap penegasan hukum dan ilmu megenai dualisme wajib pajak dan
wajib zakat di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Badan Amil Zakat


13

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan ilmu yang konkrit bagi


Badan Amil Zakat khususnya Kabupaten Banyumas dalam
melaksanakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat dengan tujuan agar pengelolaan dan pemungutan
zakat dapat terlaksana dengan baik.

b. Bagi masyarakat

Diharapkan pula agar penelitian ini dapat membantu masyarakat


khususnya muslim agar lebih paham mengenai prosedur wajib pajak
dan wajib zakat serta manfaat yang akan diperoleh jika menjalankan
kewajiban tersebut.

E. Kajian Pustaka

Dalam mencari sumber untuk mengerjakan penelitian ini, peneliti


menemukan beberapa judul skripsi dan jurnal yang ditulis oleh mahasiswa.
Beberapa literatur yang membahsa permasalahan dualisme pajak dan zakat
adalah:

Skripsi Siti Nurul Azizah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Walisongo Semarang pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Analisis Praktik
Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak (Studi Kasus BAZNAS
Kota Semarang)”. Dalam skripsi ini, Siti melakukan penelitiannya di
BAZNAS Kota Semarang mengenai praktik zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak. Hasil penelitian Siti, dari data yang diolah
menyimpulkan bahwa masih banyak yang masyarakat yang memiliki
kesadaran rendah dalam meunaikan kewajiban zakat dan pajaknya.
Masyarakat juga cenderung kurang mempercayai lembaga pengelola zakat
dikarenakan minimnya sosialisasi dan pengetahuan mengenai manfaat apa
saja yang akan diperoleh jika masyarakat membayarkan zakatnya secara
langsung di BAZ atau LAZ. Siti juga menyimpulkan bahwasannya praktik
zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di BAZNAS Kota semarang
14

masih rendah dan perlu diadakan penegasan kembali terkait dengan hukum
yang berlaku bagi individu atau badan yang tidak membayarkan zakatnya. 23

Skripsi Andi Nurul Hafsah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Alauddin Makasar pada tahun 2018 dengan judul skripsi “Regulasi Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak pada WP Sebuah Pendekatan
Kritis”. Dalam skripsi ini, Andi melakukan penelitian di BAZNAS Kota
Sulawesi Selatan mengenai regulasi atau hukum yang menegaskan
pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Dalam
penelitiannya, Andi menyimpulkan bahwa sudah ada regulasi yang tegas
mengatur mengenai hal tersebut, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan
bahwa setiap individu muslim atau badan yang pemiliknya beragama islam,
maka wajib menyetorkan atau membayarkan zakatnya melalui lembaga yang
telah resmi dibentuk Pemerintah, sehingga mereka akan emndaptakn bukti
pembayaran guna menjadi syarat pembayaran penghasilan kena pajak
nantinya. Namun kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap peraturan
dan hukum yang mengikat hal tersebut menjadikan potensi zakat di Kota
Sulawesi Selatan juga rendah. 24

Jurnal Nanda Suryadi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan
Syarif Kasim Riau pada tahun 2021 dengan judul jurnal “Zakat Sebagai
Pengurang Penghasilan Kena Pajak”. Dalam studi ini, Nanda menyebutkan
bahwa penerapan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak memnag
sedikit membantu dalam pemungutan zakat dan pajak secara langsung. Nanda
juga menyebutkan bahwa atauran ini dianggap sudah berhasil apabila telah
merubah setidaknya dari yang menerima menjadi salah satu yang dapat
memberdayakan hartanya bagi yang kurang mampu. Hal ini dapat terlaksana

23
Siti Nurul Azizah, “Analisis Praktik Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak Studi
Kasus di BAZNAS Kota Semarang”, eprints.walisongo.ac.id, diakses 31 Mei 2022, pukul 07.23.
24
Andi Nurul Hafsah, “Regulasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak pada WP
Sebuah Pendekatan Kritis”, repositori.uin-alauddin.ac.id, diakses 31 Mei 2022, pukul 07.29.
15

apabila masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya


membayarkan zakatnya melalui lembaga yang resmi dan berwenang
mengelola zakat dan pajak secara baik agar dapat menjadikan tatanan
masyarakat yang sejahtera. Sosialisai menjadi salah satu solusi yang dapat
pemerintah lakukan agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. 25

Jurnal Ai Nur Bayinah Program Studi Akuntansi Syariah Sekolah


Tinggi Ekonomi Islam SEBI pada tahun 2015 dengan judul jurnal
“Implementasi Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak”. Dalam
studinya, Ai Nur Bayinah menjelaskan bahwa praktik zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak ini sangat baik bagi kemajuan bersama.
Agakanya masyarakat diberikan sosialisasi yang lebih lagi terkait hal tersebut
serta menyebutkan keuntungan atau manfaat yang akan diperoleh jika
membayarkan zakatnya di BAZ atau LAZ secara langsung. Disebutkan pula
bahwa prosentasi angka yang diberikan sebesar 10% bagi mereka yang sudah
membayarkan zakatnya dan akan digunakan untuk membayar pajak
merupakan angka yang cukup tinggi dan patut dipertimbangan masyarakat
untuk selalu menggunakan kesempatan tersebut supaya dapat mengurangi
beban ganda yang ditanggung. 26

F. Kerangka Teori

Zakat adalah harta tertentu yang sudah mencapai nisabnya yang


diwajibkan oleh Allah untuk dibayarkan dan kemudian diberikan kepada yang
membutuhkan atau fakir msikin. 27 Sementara Pajak adalah suatu pungutan kas
negara yang sifatnta wajib dan memaksa serta tidak mendapatkan timbal balik
secara langsung yang digunakan untuk kepentingan pembangunan negara

25
Nanda Suryadi, “Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak”, journal.uir.ac.id,
diakses 31 Mei 2022, pukul 07.56.
26
Ai Nur Bayinah, “Implementasi Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak”,
journal.sebi.ac.id, diakses 31 Mei 2022, pukul 08.03.
27
Yunida Een Fryanti, Akuntansi Lembaga Zakat dan Wakaf (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2017), hlm. 1.
16

serta kesejahteraan rakyat.28 Pengelolaan zakat sebelumnya diatur dalam


Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, namun dalam pelaksanaanya, UU
tersebut belum maksimal dikarenakan pada saat itu Undang-Undnag yang
mengatur mengenai pajak belum emmuat peraturan tentang zakat, sehingga
sulit saat dijalankan bersama, kemudian diadakannya Undnag-Undang Nomor
36 Tahun 2008 atas perubahan keempat Undnag-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak penghasilan yang berbunyi “harta yang dihibahkan,
bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud pada pasal 4
ayat (3) huruf (a) dan huruf (b) kecuali zakat penghasilan yang nyata-nyata
dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama islam kepada BAZ
dan LAZ yang disahkan oleh pemerintah”.29

Pada tahun 2001 sebenarnya para pembayar zakat penghasilan sudah


menjadikan jumlah zakat yang dibayar sebagai faktor pengurang atas
penghasilan kena pajak pada pajak penghasilan. Ini adalah langkah awla yang
baik, walaupun langkah ini belumlah cukup karena zakat bukan hanya ada
pada penghasilan kena pajak, tetapi meliputi banyak hal yang justru oleh
pemerintah tidak dikenakan pajak. Sebagai contoh adalah zakat hasil
pertanian dan zakat hewan ternak. Namun demikian, pemerintah secara tidak
langsung menghargai zakat sebagai salah satu kewajiban atau rukun islam
untuk mendorong sekaligus mengintakan bahwa zakat adalah sesuatu yang
wajib ditaati dan diamalkan serta dilaksanakan.

Yang menjadi persoalan adalah adanya anggapan bahwa umat islam di


Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena pengeluaran ganda,
selain membayar pajak juga mmebayar zakat dari penghasilan yang
diperolehnya. Oleh kerna itu, untuk kebaikan dan keadilan bersama, sudah
selayaknya hal ini menjadi perhatian yang cukup penting untuk diberikan
solusi agar masyarakat tidak lagi merasa terbebani dengan kewajiban ganda

28
Gustian Djuanda dan Irwansyah Lubis, Pelaporan, hlm. 82.
29
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita, hlm. 89.
17

tersebut.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan beberapa metode untuk


memperoleh data yang diperlukan dalam pelaksanaan penyusunan skripsi.
Metode tersebut adalah:

1. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan skripsi, penyusun menggunakan jenis penelitia (field


resecrh) atau penelitian lapangan. Dalam hal ini, penyusun mencari data
secara langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian, yaitu
BAZNAS Kabupaten Banyumas. Dalam penelitian ini, penyusun
menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu memaparkan teori –
teori yang berkaitan dengan zakat dan pajak baik yang terdapat dalam Al
Quran, al Hadits, peraturan perundang-undangan yang membahas
mengenai pajak dan zakat, serta sistem pengelolaan dan pelaksanaan zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak di BAZNAS Kabupaten
Banyumas, dan setelah itu baru dilaksanakan pengkajian sistem
implementasinya. 30

2. Sumber Data

Sumber data yang peneliti gubnakan terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama atau
asli yaitu langsung dari informan. Data ini merupakan data mentah
yang nantinya akan digunakan dan diproses untuk tujuan tertentu

30
Mariah, “Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di Kabupaten Bekasi”,
repository.uinjkt.ac.id, diakses 31 Mei 2022, pukul 10.31.
18

sesuai dengan kebutuhan.31 Dalam hal ini adalah untuk bahan skripsi
yang sedang disusun oleh peneliti. Peneliti mendapatkan data primer
tersebut dari wawancara yang dilakukan terhadap amil atau pengurus
BAZSNAS Kabupaten Banyumas dengan topik pembahasan zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Peneliti juga melakukan
wawancara kepada pengurus KPP Pratama kota Purwokerto.

b. Sumber Data Skunder

Data skunder merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung.


Data skunder biasanya diperoleh dalam bentuk laporan, jurnal,
catatatn, Undang-Undang, buku serta literatur lainnya. 32

3. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai proses melihat, mengamati, dan


mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu
tujuan tertentu. Observasi juga dimaksud sebagai kegiatan mencari
data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau
diagnosis.33 Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi di BAZNAS
Kabupaten Banyumas dan KPP Pratama Purwokerto.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan


dnegan cara menanyakan secara langsung kepada narasumber terkait
dengan topik yang sedang dituju. Metode ini lebih mudah digunakan
karena, narasumber akan lebih jelas dalam menjalskan secara

31
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita, hlm. 94.
32
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita, hlm. 94.
19

terperinci. Dalam penelitian ini, penyusun akan mewawancarai


narasumber dari beberapa objek penelitian yang berbeda, yaitu amil
atau pengurus BAZNAS Kabupaten Banyumas, pengurus atau
pegawai KPP Pratama Kota Purwokerto, serta masyarakat dan badan
yang beragama islam.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal


atau variabel yang berupa catatan, translip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat lengger, agenda dan sebagainya. Metode ini
dilakukan guna memperoleh data yang beripa dokumentasi tentang
BAZNAS Kabupaten Banyumas, KPP Pratama kota Purwokerto serta
masyarakat dan badan yang beragama islam. 34

4. Metode Analisis Data

a. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah dimana toeri masih menjadi alat penelitian


dari awal menemukan masalah, membangun hipotesa dan melakukan
pengamatan dilapangan sampaidengan menguji data. Metode ini biasa
dilakukan pada penelitian lapangan atau (field reserch). Metode ini
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian bahwa
sesungguhnya pandangan deduktif menuntun penelitian dengan
terlebih dahulu emnggunakan teori sebagai alat ukur bahkan isntrumen
membangun.

b. Metode induktif

Metode ini berbalik dengan metode deduktif, jika metode deduktif dari
awal sudah emnegaskan toeri sebagai landasan utamanya, metode

34
Nanda Suryadi, Zakat, hlm. 45-46
20

induktif ini berbeda dari cara pandangnya, metode ini cenderung


menggunakan data sebagai pondasi dalam penelitian. Bahkan dalam
format induktif, tidak mengenal teori sama sekali. Dalam metode ini
semua faktor baik itu lisan maupun tulisan dari sumber data yang telah
diambil dan disajikan untuk emnjawab permasakahan dalam
penelitian, oleh karen aitu, penelitian ini cenderung sam aseperti
penelitian deskriptif. 35

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan pola dalam penyusunan laporan


untuk gambaran secara garis besar bab demi bab. Dengan sistematika
pembahasan, diharapkan para pembaca akan lebih dalam memahami isi dari
sebuah laporan atau jurnal maupun skripsi. Maka penyusunan skripsi terbagi
menjadi beberapa bab bagian, yaitu:

Bab I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, definisi


operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II: Pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum tentang
zakat, pajak, wajib pajak, pajak penghasilan, serta zakat sebgai pemngurang
penghasilan kena pajak.

Bab III: Pada bab ini berisi mengenai gambaran umum BAZNAS
Kabupaten Banyumas dan KPP Pratama Purwokerto.

Bab IV: Pada bab ini akan dibahas mengenai inti permasalahan atau
hasil penelitian yang sudah peneiliti peroleh selama beberapa waktu. Bab ini
akan membahasa bagaimana gambaran implemtasi Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat serta bagaiamana hambatan yang
terjadi selama menjalankan implemtasi tersebut.

35
Nanda Suryadi, Zakat, hlm. 60.
21

Bab V: pada bab ini berisi penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan
saran. Peneliti akan memberikan kseimpulan dan saran bagi lembaga terkait.
22

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul, dan Mariyah Ulfah. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer.
Bandung: Alfabeta, 2010.
Azizah, Siti Nurul. “Analisis Praktik Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan
Kena Pajak di BAZNAS Kota Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang, 2018.

Bayinah, Ai Nur. “Implementasi Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena


Pajak”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam. Vol. 3, no. 1, 2015, 84-90.
Djuanda, Gustian, dan Irwansyah Lubis. Pelaporan Pajak Penghasilan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Fryanti, Yunida Een. Akuntansi Lembaga Zakat dan Wakaf. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2017.

Ghaffari, M Audi. “Respon Wajib Pajak Terhadap Zakat Sebagai Pengurang


Penghasilan Kena Pajak”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Hafsah, Andi Nurul. “ Regulasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena
Pajak Pada WP; Sebuah Pendekatan Kritis”. Skripsi. Makasar: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Alauddin Makasar, 2018.
Huda, Qomarul. Fiqh Muamalah. Yogjakarta: Teras, 2011.
Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2019.
Mariah. “Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di Kabupaten
Bekasi”. Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarih Hidayatullah
Jakarta, 2011.
Mufraini, Arief. Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengkomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat, 2019.
Rozadi, Aden. Zakat dan Wakaf: Konsepsi, Regulasi dan Implementasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2019.
Suharto, Ugi. Keuangan Publik Islam: Reinterpretasi Zakat dan Pajak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Suryadi, Nanda. “Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak”.


23

Syarikat: Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah. Vol. 4, no. 2, 2021, 10-17.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN
PENGESAHAN
NOTA DINAS PEMBIMBING
ABSTRAK
PEDOMAN TRANSLITERASI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Definisi Operasional
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Mnfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
BAB II : GAMBARAN UMUM MENGENAI TOPIK PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Dasar Hukum
BAB III : GAMBARAN UMUM MENGENAI OBJEK PENELITIAN
A. BAZNAS
B. KPP PRATAMA
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
B. Kendala yang dihadapi BAZNAS Kabupaten Banyumas dan KPP
Pratama Kota Purwokerto
C. Solusi dualisme beban ganda wajib zakat dan pajak
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
24

Anda mungkin juga menyukai