Anda di halaman 1dari 8

TATA KOORDINAT HORIZON

Pada tata koordinat horizon, letak bintang ditentukan hanya berdasarkan


pandangan pengamat saja. Tata koordinat horizon tidak dapat menggambarkan lintasan
peredaran semu bintang, dan letak bintang selalu berubah sejalan dengan waktu.
Namun, tata koordinat horizon penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.

Gambar 5.3 Koordinat horizon bintang pada (220°,45°)

Ordinat-ordinat dalam tata koordinat horizon adalah:

1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan azimut (Az). Azimut umumnya diukur dari
selatan ke arah barat sampai pada proyeksi bintang itu di horizon, seperti pada
gambar azimut bintang adalak 220°. Namun ada pula azimut yang diukur dari Utara
ke arah timur, oleh karena itu sebaiknya Anda menuliskan keterangan tentang
ketentuan mana yang Anda gunakan.

2. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan tinggi bintang (a), yang diukur dari
proyeksi bintang di horizon ke arah bintang itu menuju ke zenit. Tinggi bintang
diukur 0° – 90° jika arahnya ke atas (menuju zenit) dan 0° – -90° jika arahnya ke
bawah.

Letak bintang dinyatakan dalam( Az , a ) . Setelah menentukan letak bintang,


lukislah lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran kecil yang dilalui bintang yang
sejajar dengan horizon (lingkaran PQRS).
5.3. TATA KOORDINAT EKUATOR

Tata koordinat ekuator merupakan sistem koordinat yang paling penting dalam
astronomi. Letak bintang-bintang, nebula, galaksi dan lainnya umumnya dinyatakan
dalam tata koordinat ekuator. Pada tata koordinat ekuator, lintasan bintang di langit
dapat ditentukan dengan tepat karena faktor lintang geografis pengamat (φ )
diperhitungkan, sehingga lintasan edar bintang-bintang di langit (ekuator Bumi) dapat
dikoreksi terhadap pengamat. Sebelum menentukan letak bintang pada tata koordinat
ekuator, sebaiknya kita mempelajari terlebih dahulu sikap bola langit, yaitu posisi bola
langit menurut pengamat pada lintang tertentu.

(a) (b)

Gambar 5.4 Sikap bola langit pada φ=30 ° LU (a) dan φ=45 ° LS (b)
Sudut antara kutub Bumi (poros rotasi Bumi) dan horizon disebut tinggi kutub
(ϕ ) . Jika diperhatikan lebih lanjut, ternyata nilai ϕ=φ , dengan ϕ diukur dari Selatan
ke KLS jika pengamat berada di lintang selatan dan ϕ diukur dari Utara ke KLU jika
pengamat berada di lintang utara. Jadi untuk pengamat pada φ=90 ° LU lingkaran
ekliptika akan berimpit dengan lingkaran horizon, dan kutub lintang utara berimpit
dengan zenit, sedangkan pada φ=90 ° LS lingkaran ekliptika akan berimpit dengan
lingkaran horizon, dan kutub lintang selatan berimpit dengan zenit

Ordinat-ordinat dalam tata koordinat ekuator adalah:

1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan sudut jam atau Hour Angle (HA). Sudut jam
menunjukkan letak suatu bintang dari titik kulminasinya, yang diukur dengan
h
satuan jam (ingat,1 =15 ° ). Sudut jam diukur dari titik kulminasi atas bintang (A)
ke arah barat (positif, yang berarti bintang telah lewat kulminasi sekian jam)
ataupun ke arah timur (negatif, yang berarti tinggal sekian jam lagi bintang akan
berkulminasi). Dapat juga diukur dari 0° – 360° dari titik A ke arah barat.
2. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan deklinasi (δ ) , yang diukur dari proyeksi
bintang di ekuator ke arah bintang itu menuju ke kutub Bumi. Tinggi bintang diukur
0° – 90° jika arahnya menuju KLU dan 0° – -90° jika arahnya menuju KLS.

Dapat kita lihat bahwa deklinasi suatu bintang nyaris tidak berubah dalam kurun
waktu yang panjang, walaupun variasi dalam skala kecil tetap terjadi akibat presesi
orbit Bumi. Namun sudut jam suatu bintang tentunya berubah tiap jam akibat rotasi
Bumi dan tiap hari akibat revolusi Bumi. Oleh karena itu, ditentukanlah suatu ordinat
baku yang bersifat tetap yang menunjukkan bujur suatu bintang pada tanggal 21 Maret
pukul 12.00, yaitu ketika titik Aries  tepat berkulminasi atas pada pukul 12.00 waktu
lokal (vernal equinox). Ordinat inilah yang disebut asensiorekta (ascencio recta) atau
kenaikan lurus, yang umumnya dinyatakan dalam jam. Faktor gerak semu harian
bintang dikoreksi terhadap waktu lokal (t) dan faktor gerak semu tahunan bintang
dikoreksi terhadap Local Siderial Time (LST) atau waktu bintang, yaitu letak titik Aries
pada hari itu. Karena sudut jam titik Aries pada 21 Maret pukul 12.00 adalah 00 h, maka
pada pukul 00.00 waktu lokal HA-nya = 12h, inilah yang menjad patokan. Jadi pada
tanggal 21 Maret LST-nya adalah pukul 12h, dan kembali ke pukul 12h pada 21 Maret
berikutnya sehingga pada tanggal 21 Juni, 23 September dan 22 Desember LST-nya
berturut-turut adalah 18h, 00h, dan 06h. Jadi LST dapat dicari dengan rumus :

date−23 September
LST = ×24 jam
365 (5.1)

Adapun hubungan LST, HA00 dan asensiorekta (α )

LST =α+ HA 00 (5.2)

Tidak seperti  yang berkulminasi atas pada LST 00h, Matahari justru
berkulminasi atas pada pukul 12.00 waktu lokal, sehingga perhitungan HA tadi adalah
HA pada waktu lokal pukul 00.00. Jadi, bujur suatu bintang sebenarnya di langit pada
suatu waktu tertentu adalah HA, sedangkan bujur bakunya adalah α . LST diukur dari
titik A ke arah barat, sedangkan asensiorekta diukur berlawanan arah gerak semu
harian, yaitu dari barat ke timur jika dilihat dari atas horizon. Nilai HA adalah

HA 00 +t =HA 00 +t (5.3)

Dengan t adalah waktu lokal. Misal jika


HA =
00 +3h, maka sudut jam bintang
pada pukul 03.00 adalah +6h (sedang terbenam). Ingat, saat kulminasi atas maka HA =
00h.
Definisi Baku

LST =α+ HA 00 ,

dengan LST adalah sudut jam titik Aries pada pukul 00.00 waktu lokal, sehingga
pada 23 Sptember LST-nya adalah 00h, dan
HA
00 adalah sudut jam bintang pada pukul
00.00 waktu lokal. Jadi sudut jam (HA) bintang pada sembarang waktu dihitung
dengan:

LST + t=α + HA t

Nilai LST + t ini disebut sideral hour. Contoh pada gambar 13.3. Pada tanggal
21 Maret, LST-nya adalah 12h. Jadi letak bintang R dengan koordinat (α ,δ ) sebesar
(16h ,-50°) akan nampak di titik R pada pukul 00.00 waktu lokal. Perhatikan bahwa LST
diukur dari titik A kearah barat sampai pada titik Aries . Tampak bintang P berada
pada bujur (HA00) -60° atau -4 jam. Jadi, bintang P akan berkulminasi atas di titik Ka
pada pukul 04.00 dan terbenam di horizon pada pukul 10.00. Asensiorekta diukur dari
titik Aries berlawanan pengukuran LST sampai pada proyeksi bintang di ekuator. Jadi
telah jelas bahwa.
HA=LST −α
h h
Dengan -xh=24 −x
h
Gambar 5.5 Letak bintang pada (2 ,-50° ) pada LST 12h pukul 00.00 diamati dari
φ=40 ° LS

Lingkaran kecil KaKb merupakan lintasan gerak bintang, yang sifatnya nyaris
tetap. Untuk bintang P, yang diamati dari φ=40 ° LS akan lebih sering berada pada di
atas horizon daripada di bawah horizon. Pembahasan lebih lanjut pada bagian bintang
sirkumpolar.

Tinggi bintang atau altitude, yaitu sudut kedudukan suatu bintang dari horizon
dapat dicari dengan aturan cosinus segitiga bola. Tinggi bintang, a, yaitu

a=90 °−ζ (5.4)

Dimana jarak zenit (ζ ) dirumuskan dengan

cos ζ=cos(90 °−δ)cos(90 °−φ )+sin( 90°−δ )sin(90 °−φ )cos HA (5.5)

CONTOH:
1. Pada tanggal 22 Desember 2010 Tukiyem ingin mengamati bintang Rigel.
h m s
Diketahui koordinat Rigel RA/ DE=5 15 3 /−8 °11' 23 } {¿. Jika Tukiyem
melakukan pengamatan pada lintang 5° LS, tentukanlah:
a) Sudut jam Rigel pada pukul 21.30 waktu setempat dan apakah Rigel tampak
atau tidak.
b) Tinggi bintangnya.
Penyelesaian:
h m s
a) Pada tanggal 22 Desember LST = 06h, dan α =RA=5 15 3 sehingga
LST + t=α + HA t
HA t =06h + 21h 30m−5 h 15m 3 s
HA t =22 h 14m 57 s =−1h 45m 3s
h m s
Atau HA t =−1 45 3 , sehingga Rigel akan nampak (ingat bintang akan
nampak jika -6h < HA <6h).

h m s
b) φ=5 ° LS=−5 ° , δ=DE=−8° 11' 23} {¿, dan HA t =−1 45 3 =−26 ° , 26
cos ζ=cos(90 °−δ)cos(90 °−φ )+sin( 90°−δ )sin(90 °−φ )cos HA
cos ζ=cos(90 °+8 ° ,19 )cos(90 °+5 ° )+sin(90 °+8 ° ,19 )sin(90 °+5 °)cos(−26 ° , 26)
cos ζ=0 . 8967
ζ =26 ° ,27
a=90 °−ζ=63 ° ,73
5.4. TATA KOORDINAT EKLIPTIKA

Pada tata koordinat ekliptika, lingkaran ekliptika turut diperhitungkan dan


merupakan lintang 0°. Ekliptika, seperti halnya yang kita tahu merupakan bidang edar
Bumi mengelilingi Matahari. Ternyata bidang edar planet-planet lainnya hampir
sebidang juga dengan ekliptika. Oleh karena itu, tata koordinat ekliptika sangat cocok
untuk menggambarkan letak Matahari dan planet-planet.

Beberapa ketentuan dalam menggambar ekliptika adalah sebagai berikut:


1. Ekliptika merupakan lingkaran besar pada bola langit yang berpotongan dengan
lingkaran ekuator langit.
2. Sudut antara ekliptika dengan ekuator besarnya 23°,5.
3. Titik potong antara lingkaran ekuator langit dan lingkaran ekliptika merupakan titik
vernal equinox (titik Aries ) dan autumnal equinox.
4. Tegak lurus terhadap bidang ekliptika adalah Kutub Ekliptika Utara (KEU) dan
Kutub Ekliptika Selatan (KES).
5. Titik  selalu bergerak pada bidang ekuator searah peredaran semu harian akibat
pergerakan bidang ekliptika terhadap ekuator. Pada LST = 00h,  berada di titik A.

Jadi, tidak seperti ekuator, kedudukan ekliptika berubah-ubah dengan deklinasi


maksimal +23°,5 dan minimal -23°,5.
Gambar 5.6 Pergeseran titik Aries akibat rotasi ekliptika terhadap ekuator,
tampak posisi ekliptika pada LST = 18h.

Ingat bahwa perhitungan HA selalu dimulai pada waktu lokal 12.00. Pada waktu
lokal pukul 12.00 posisi Matahari berada di titik kulminasi atasnya di titik E (pada
tengah hari Matahari tepat berada di atas kepala, bukan?). Tampak pada gambar, pada
LST 18h (winter solstice) ekliptika berada 23°,5 di selatan ekuator, pada LST 06h
(summer solstice), ekliptika berada 23°,5 di utara ekuator, sedangkan pada LST 00h 
di titik A dan pada LST 12h  berimpit dengan Matahari saat waktu lokal 00.00 di Q.
Gambar 5.7 Bintang dengan posisi(300 ° , 45° ) diamati dari φ=30 ° LS pada LST 18h.

Ordinat-ordinat dalam tata koordinat ekliptika adalah:

1. Bujur suatu bintang dinyatakan dengan bujur astronomis ( λ ) , diukur dari titik Aries
berlawanan arah peredaran semu harian (negatif, lihat gambar) sampai pada
proyeksi bintang pada ekliptika, besarnya dari 0° sampai 360°.

2. Lintang suatu bintang dinyatakan dengan lintang astronomis( β ) , yang diukur dari
proyeksi bintang di ekliptika ke arah bintang itu menuju ke kutub ekliptika. Tinggi
bintang diukur 0° – 90° jika arahnya menuju KEU dan 0° – -90° jika arahnya
menuju KES.

Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan ( λ , β ) . Lintasan peredaran semu


harian benda langit dilukis sejajar ekuator melalui benda langit tersebut, dengan
kulminasi atas Ka dan kulminasi bawah Kb.

Anda mungkin juga menyukai