Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN TRANSFUSI, MENGHITUNG DOSIS OBAT, SYRINGE PUMP/INFUSION PUMP BLEEDING MANAGEMENT (BALUT TEKAN)

A. PENGERTIAN Transfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan, atau trombosit melalui jalur intravena (IV).

B. TUJUAN 1. Untuk mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya mencegah kerusakan jaringan yang permanen. 2. Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali.

C. KOMPETENSI DASAR LAIN YANG HARUS DIMILIKI UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN TERSEBUT Perawat harus mengerti dan memahami tentang prosedur CPR yang benar. Prinsip dasar dari CPR adalah CAB (Compression, Airway, Breathing). 1. Chest Compression Merupakan penekanan dada terdiri dari aplikasi berirama kuat di seluruh bagian bawah sternum. Hal ini membuat aliran darah dengan meningkatkan tekanan intrathoracic dan langsung menekan jantung. Hal ini menghasilkan aliran darah dan pengiriman oksigen ke miokardium dan otak. Penekanan dada yang efektif penting untuk memberikan aliran darah selama CPR. Untuk alasan ini semua pasien penderita serangan jantung harus menerima chest compression. Bantuan sirkulasi juga diberikan bagi penderita yang mengalami henti jantung dengan tanda-tanda sebagai berikut: a. Tidak sadar. Terjadi 15-20 detik setelah henti jantung. b. Tidak terabanya denyut nadi arteri besar. Arteri karotis atau femoral adalah yang paling mudah diraba.

c. Penampilan seperti orang mati (death-life appearance). Warna kulit pasien bisa sangat biru (asfiksia), sangat abu-abu (henti jantung primer) atau sangat pucat (hipovolemia dan hipotermia). Tanda lain yang mungkin ada diantaranya: apnea dan dilatasi pupil. 2. Airway Bantuan untuk membuka jalan napas dengan memposisikan kepala korban dengan manuver head tilt-chin lift atau jaw thrust. 3. Breathing Pemberian napas buatan baik dengan cara mulut ke mulut, mulut ke hidup, atau melalui alat bantu seperti masker amubag. Pemeriksaan jalan napas: L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

D. INDIKASI, KONTRA INDIKASI, DAN KOMPLIKASI 1. INDIKASI a. Henti nafas (respiratory arrest), henti nafas yang bukan hanya disebabkan gangguan pada jalan nafas, dapat juga terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistol, bradikardia, fibrilasi ventrikel). Contoh henti nafas karena gangguan jalan nafas, seperti hipoksia akut. Sedangkan, gangguan sirkulasi, misalnya, tension pneumothoraks. b. Henti jantung (cardiac arrest) disebabkan oleh beberapa hal seperti: 1. Hipoksemia, 2. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, atau hipomagnesia), 3. Gangguan irama jantung (aritmia), 4. Tamponade jantung, 5. Infark jantung kecil yang mengakibatkan kematian listrik pada jantung,

c. d.

Keracunan dan atau kelebihan dosis obat-obatan. Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang untuk hidup.

2. KONTRAINDIKASI a. Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat. b. Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi. c. Bila dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah 30 menit sampai dengan 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP. 3. KOMPLIKASI

a. Patah tulang rusuk atau tulang dada b. Inflasi gaster, regurgitasi, mengurangi volume paru c. Pneumotoraks d. Hemotoraks e. Kontusio paru f. Laserasi hati dan limpa g. Emboli lemak

E. ALAT DAN BAHAN 1. Back board 2. Bag mask 3. Alat defibrilator otomatis 4. Sarung tangan F. ANATOMI TARGET TINDAKAN Jantung Jantung merupakan organ tubuh yang paling berperan di dalam sistem

kardiovaskuler. Fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Lokasi jantung sendiri berada di dekat paru-paru. Tepatnya di bagian kiri tengah dada. Jantung sebenarnya adalah sebuah organ yang terdiri atas otot. Otot jantung berbeda dengan otot-otot lain di bagian tubuh lainnya. Jantung manusia dewasa mempunyai panjang 12 cm, lebar 9 cm dengan ketebalan sekitar 6 cm. Jantung mempunyai 2 sisi, yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Di dalam jantung terdapat 4 ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Atrium letaknya berada di bagian atas jantung sedangkan ventrikel berada di bagian bawah jantung. Atrium kiri berfungsi sebagai tempat penerima darah segar dari paru-paru. Sedangkan atrium kanan berfungsi sebagai tempat penerima darah tidak segar dari seluruh tubuh. Adapun ventrikel kiri merupakan tempat yang pemompa darah ke seleuruh tubuh dan ventrikel kanan merupakan tempat yang memompa darah ke paru-paru.Ada perbedaan struktur antara atrium dan ventrikel. Di sini, ventrikel ototnya lebih tebal dan kuat. Hal ini tentu saja untuk mengakomodasi ventrikel untuk tidak mudah rusak saat memompa darah.Di antara ruang jantung terdapat lubang yang dihalangi oleh katup. Katup ini merupakan lapisan fibrosa. Katup antara atrium dan ventrikel (kanan ataupun kiri) disebut sebagai katup atrioventrikular kiri, atau katup trikuspidalis. Adapun katup antara ventrikel dan arteri besar disebut sebagai katup semilunaris. Sistem pernapasan Hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Faring. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringiofaring. Nasofaring

adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui 2 naris internal (koana), yaitu Dua tuba eustachius (auditorik) yang menghubungkan nasofaring dengan teling tengah dan amandel faring (adenoid faring) adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak di dekat naris internal. Orofaring, dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muscular, suatu perpanjangan palatum keras tulang. Orofaring tersusun atas uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak dan amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior. Sedangkan laringofaring, mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya. Laring. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilage dan membran. Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea sedangkan membrana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, antara lain membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis. Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea. Epiglottis merupakan katup tulang rawan untuk menutup laring sewaktu orang menelan, yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Cartilago cricoidea yaitu cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cartilago arytenoidea yaitu Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak

pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan. Membran mukosa. Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa. Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara. Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan berbentuk seperti C. Trachea tersusun atas 16 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot. Bronkus, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

G. PROTOKOL/PROSEDUR a. Jika seorang penolong menemukan korban dewasa yang tidak ada respon (tidak ada pergerakan atau respon terhadap stimulus luar) atau melihat korban tibatiba jatuh pingsan, maka penolong harus memastikan keamanan tempat kejadian b. Cek kesadaran dan respon korban dengan menepuk bahunya selagi meneriakkan nama korban.

c. Jika penolong lebih dari satu orang maka penolong non petugas kesehatan menghubungi institusi yang mempunyai fasilitas/layanan gawat darurat (rumah sakit, polisi, atau instansi terkait). Penolong non petugas kesehatan harus siap menerima instruksi dan melakukannya. d. Jika melihat korban tidak berespon dan tidak bernapas atau hanya sesak terengah-engah maka petugas kesehatan dapat mengasumsikan bahwa korban mengalami henti jantung. e. Petugas kesehatan memeriksa nadi korban sebaiknya tidak lebih dari 10 detik. Jika nadi tidak dapat dirasakan secara tepat selama waktu tersebut, maka petugas sebaiknya memulai RJP dengan kompresi dada (chest compression). f. Chest Compression Tempatkan korban pada posisi telentang pada permukaan datar dan keras, bisa menggunakan backboard. R: Memfasilitasi kompresi eksternal pada jantung dimana kompresi dilakukan diantara sternum dan permukaan yg keras. Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri di samping korban jika korban berada di tempat tidur (bila perlu dengan bantuan ganjalan kaki untuk mencapai tinggi yang diinginkan sehingga dan papan kayu untuk mendapatkan kompresi yang efektif selama tidak memakan waktu). Tempatkan satu telapak tangan di atas pusat/tengah dada korban (setengah dari bagian bawah sternum). Tempatkan tangan yang lain di atas tangan pertama. Jaga siku tetap lurus dan posisi bahu tepat di atas tangan petugas kesehatan lurus ke sternum korban. Untuk mendapatkan kompresi dada yang efektif terdapat dua kata kunci yaitu push hard, push fast yang berarti tekan kuat, tekan cepat. Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan) ketika mendorong lurus ke bawah (menekan) dada. Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi

(5 cm), sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anteriorposterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm). Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kompresi (sekitar 18 detik). Frekuensi kompresi setidaknya 100 kali/menit. Menunggu recoil dada yang sempurna dalam sela kompresi R: Recoil dada selama kompresi umum terjadi. Ketidaksempurnaan recoil dinding dada berhubungan dengan tekanan intratorakis tinggi, penurunan hemodinamik secara signifikan termasuk penurunan perfusi koroner, cardiac index, aliran darah myocardia, dan perfusi cerebral. Meminimalisir interupsi dalam sela kompresi R: Interupsi dilakukan dengan mengecek kembalinya sirkulasi darah spontan (ROSC) dan pemenuhannya terhadap perfusi organ vital. Interupsi dilakukan dengan palpasi nadi. Interupsi tidak perlu dilakukan sesering mungkindan dibatasi waktunya tidak lebih dari 10 detik. Menghindari ventilasi berlebihan R: Perbandingan RJP kompresi dada sebanyak satu siklus yang dilanjutkan dengan ventilasi adalah 30 : 2. Hal tersebut diakukan agar advanced airway tersedia, kemudian lakukan kompresi dada tanpa terputus sebanyak 100 kali/menit dan ventilasi setiap 6-8 detik/kali (8-10 nafas/menit). g. Airway Posisikan korban dengan the head tilt chin lift maneuver untuk membuka jalan napas korban jika tidak ada indikasi/ tidak dicurigai cedera tulang belakang. Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust tanpa mengekstensikan kepala. R: Mematenkan jalan napas dan menyediakan ventilasi yang adekuat adalah prioritas di CPR. Immobilisasi tulang belakang mungkin akan mengganggu dalam usaha mempertahankan kepatenan jalan napas tapi membantu mempertahankan keselarasan tulang belakang.

1. Teknik Head-Tilt a. Posisi pasien telentang di tempat datar b. Posisi perawat di samping pasien c. Dengan ibu jari atau dua jari telunjuk dan jari tengah angkat dagu pasien 2. Teknik Chin Lift a. Posisi pasien telentang di tempat datar b. Posisi perawat di samping pasien c. Letakkan telapak tangan di dahi pasien d. Tekan dahi pasien ke bawah sehingga kepala sedikit ekstensi 3. Teknik Jaw Thrust a. Posisi pasien telentang di tempat datar b. Posisi perawat di atas kepala pasien c. Letakkan ibu jari kanan dan kiri di rahang bawah bagian depan dan keempat jari lainnya di mandibula d. Dorong rahang bawah ke depan Memeriksa ada tidaknya nafas pada korban dengan look, feel, listen Periksa apakah bernafas normal, tidak lebih dari lima atau 10 detik. Cari gerak dada, dengarkan suara nafas normal, dan rasakan napas seseorang di pipi dan telinga. Napas sambil terengah-engah termasuk napas yang tidak normal. Jika orang itu tidak bernapas normal, maka mulailah pernapasan mulut ke mulut. h. Breathing Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat.

Mouth-to-Mouth Rescue Breathing Pastikan hidung korban terpencet rapat Ambil nafas seperti biasa (jangan terlalu dalam) Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin Berikan satu ventilasi tiap satu detik Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik. Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban. Pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar dapat memberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml. Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 8 detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi. Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan, ventilasi dilakukan dengan kecepatan 5-6 detik/nafas atau sekitar 10-12 nafas/menit dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit. Untuk satu siklus perbandingan kompresi dan ventilasi adalah 30 : 2, setelah terdapat advance airway kompresi dilakukan terus menerus dengan kecepatan 100 kali/menit dan ventilasi tiap 6-8 detik/kali. i. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun atau petugas ahli datang. j. Pada penggunaan alat defibrilasi otomatis, pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut

hingga petugas ACLS (Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau korban mulai bergerak.

H. ASPEK KESELAMATAN DAN KEAMANAN YANG HARUS DIPERHATIKAN Aspek safety yang harus diperhatikan dalam melakukan RJP adalah saat kompresi dada. Letak kompresi harus benar yaitu 2 jari dari xyphoid processus. Penekanan tidak boleh terlalu dalam sehingga berakibat pada faktur tulang dada dan tulang rusuk yang bisa berdampak pada muncul flail chest.

I.

HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN 1. Ada/ tidaknya obstruksi jalan napas. 2. Posisi klien ketika dibuka jalan napasnya Jika korban tidak ada cidera tulang belakang, maka kepala diposisikan head tilt chin lift. Sedangkan jika pasien mempunyai cidera tulang belakang, maka diposisikan jaw thrust tanpa esktensi kepala. 3. Bila kondisi pasien tidak responsif, segera lakukan RJP. Memeriksa ada tidaknya nafas pada korban dan memeriksa denyut nadi pasien.

tidak lagi dianjurkan bertujuan untuk meminimalisir waktu untuk memulai RJP. 4. Saat kompresi harus menggunakan prinsip push hard, push fast, dengan memperhatikan frekuensi serta kedalaman kompresi.

J.

DOKUMENTASI 1. Identitas Klien : nama, umur, jenis kelamin. 2. Trauma/cidera yg dialami : tanggal, jam, tempat, penjelasan tentang cidera, pertolongan pertama yang diberikan. 3. Hasil pengkajian napas

DAFTAR PUSTAKA McCann, J. A. (2004). Nursing Procedures. 4th Ed. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins. Robert A. Berg, et al. (2010). Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care: Circulation. Part 5. Texas: AHA. Sherwood, L. (2003). Human physiology: From cells to systems. 3rd ed. New York: Thompson Learning.

Anda mungkin juga menyukai