Anda di halaman 1dari 25

BAB II PEMERIKSAAN MUTU ASPAL

A. Umum Fungsi aspal dalam konstruksi perkerasan jalan adalah sebagai berikut : a. Sebagai bahan pengikat, harus memberikan daya lekat yang baik. Syarat utama adalah mempunyai daya adhesi dan daya kohesi yang besar. b. Sebagai pengisi, harus dapat mengisi volume yang tersedia.Syarat utama : 1. Mempunyai sifat plastis yang besar. 2. Mempunyai sifat kecairan yang cukup. ASPAL MINYAK (petrolium asphalt) ASPAL BUATAN TER TERJADINYA ASPAL ASPAL ALAM ASPAL GUNUNG (ROCK ASPHALT)

ASPAL DANAU (LAKE ASPHALT)

ASPHALT BASE CRUDE OIL

ASPAL MINYAK

PARAFIN BASE CRUDE OIL

MIXED BASE CRUDE OIL

Gambar II.1. Asal terjadinya aspal.

Berdasarkan penggunaannya, aspal dibagi dalam beberapa jenis : 1. Aspal panas/keras ( asphalt cement = AC ) Penetrasi 40, 60, 80, 120, dan 200 2. Aspal cair/dingin (cutback aspatl ) RC, MC dan SC Aspal keras + bahan pelarut 3. Aspal emulsi ( Emulsi cathtonic / anionic ) Aspal keras + air + bahan pengemulsi. Aspal sebelum digunakan harus dilakukan beberapa pemeriksaan mutu antara lain : a. Pemeriksaan penetrasi, menunjukkan pada tingkah perkerasan. Hubungan nilai penetrasi dalam pelaksanaan adalah terhadap : 1. Lokasi / daerah penggunaan aspal. 2. Jenis macam konstruksi. 3. Kepadatan lalu lintas. b. Titik lembek, menunjukkan pada saat aspal mulai lembek. Hubungan terhadap pelaksanaan bersama-bersama dengan nilai penetrasi adalah : 1. Dalam pencampuran, penghamparan dan pemadatan. 2. Suhu luar dan kecepatan lalu lintas berpengaruh pula terhadap titik lembek dan penetrasi. c. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal. Hubungan terhadap pelaksanaan adalah gambaran mengenai batas pemanasan yang masih diijinkan, tanpa timbul bahaya kebakaran. Sifat tersebut dipengaruhi oleh komposisi kimia sifat hilang dalam pemanasan. d. Kehilangan berat terhadap pemanasan. Sifat ini akan mempengaruhi sifat-sifat mekanis aspal antara lain : 1. Penetrasi 2. Titik lembek 3. Daktilitas e. Daktilitas Sifat ini dipengaruhi oleh beberapa sifat kimia, misalnya paraffin. Aspal yang mengandung paraffin tinggi mempunyai daktilitas rendah. Suhu udara,

frekuensi lalu lintas dan beratnya kendaraan akan mempengaruhi perubahan suhu perkerasan. Untuk mendapatkan suhu tersebut, aspal harus mempunyai sifat daktilitas yang tinggi. Aspal mempunyai daktilitas yang terlalu besar akan memberikan performance yang kurang baik.

Tabel II.1. Gradasi penetrasi yang dianjurkan untuk semen aspal. Penggunaan Perkerasan Panas Kering Lapangan Terbang 1. Runaway 2. Taxiway 3. Parkir pesawat Jalan Raya 1. Lalu lintas berat dan sangat berat 2. Lalu lintas sedang sampai ringan Jalan kelur masuk 1. Industri 2. Servise Station 3. Tempat tinggal Lapangan parkir 1. Industri 2. Perniagaan Rekreasi 1. Lapangan tennis 2. Tempat main Pinggiran jalan 60 70 60 70 60 70 60 70 85 100 60 70 60 70 85 100 60 70 60 70 85 100 85 100 60 70 Iklim Panas Lembab 85 100 60 70 60 70 60 70 85 100 60 70 60 70 85 100 60 70 60 70 85 100 85 100 60 70 Sedang 85 100 85 100 60 70 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 60 70 Dingin 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100 85 100

(Sumber : Dirjen Bina Marga DPU (LASTON))

B. Pemeriksaan Penetrasi Bahan - Bahan Bitumen 1. Maksud dan tujuan Pemeriksaan penetrasi bahan-bahan bitumen dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban dengan waktu tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu.

2. Peralatan a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi dengan ketelitian sampai 0,1 mm. b. Pemegang jarum seberat (47,5 0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi. c. Pemberat (50 0,05) gram dan (100 0,05) gram masing-masing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr. d. Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 40 oC atau HRC 54 sampai 60 dengan ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung. e. Cawan contoh dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan disiram yang rata-rata berukuran seperti berikut : Tabel II.2 Ukuran cawan untuk pemeriksaan penetrasi Penetrasi Dibawah 200 200 sampai 300 f. Bak perendam (waterbath) Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang dari 0,1 oC. Bejana dilengkapi dengan plat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan bejana. g. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi. Tempat tersebut mempunyai isi tidak lebih dari 350 ml, dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak. Diameter 55 mm 70 mm Dalam 35 mm 45 mm

h. Pengukur waktu Untuk pengukuran penetrasi diperlukan stopwacth dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik per 60 detik. Untuk pengukuran dengan alat otomatis kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik. i. Termometer.

3. Benda Uji Memanaskan contoh perlahan-lahan serta mengaduk hingga cukup cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh ter tidak lebih dari 60 oC diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90 oC diatas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit mengaduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam contoh. Setelah cair merata dituangkan kedalam tempat contoh, dan didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Dibuat dua benda uji (duplo). Menutup benda uji agar bebas dari debu dan didiamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.

4. Cara Melakukan a. Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan memasukkan tempat air tersebut dalam bak perendam pada suhu yang telah ditentukan. Mendiamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar. b. Memeriksa pemegang jarum dapat dipasang dengan baik dan membersihkan jarum penetrasi dengan toluenie atau pelarut lain kemudian mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan memasang jarum pada pemegang jarum. c. Meletakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100 0,1) gram. d. Memindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.

e. Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji. Kemudian mengatur angka nol di arloji penetrometer, sehingga jarum penunjuk berhimpit dengannya. f. Melepaskan pemegang jarum dan serentak menjalankan stopwacth selama jangka waktu (5 0,1) detik. g. Memutar arloji penetrometer dan membaca angka penetrasi yang berhimpit dengan jarum penunjuk. Dibulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat. h. Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan menyiapkan alat penetrasi untuk pekerjaan berikutnya. i. Melakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan sama lain dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

Alat Uji Penetrasi ( Penetration Test )

Termometer

Waterbath

Gambar II. 2. Alat Pemeriksaan Penetrasi Bahan Bahan Bitumen

5. Hasil Pemeriksaan Tabel II.3. Hasil Pemeriksaan Penetrasi Penetrasi pada suhu 25 oC 100 gr ; 5 detik Sket Pengamatan *1 *2 *5 *4 Rata-rata Total rata-rata *3 1 2 3 4 5 I II

83 63 79 70 79 74,8

76 55 71 50 65 63,4
(Sumber : Hasil Penelitian)

69,1 (0,1 mm) tidak termasuk pen 60 -70

6. Analisa Percobaan Penetrasi Percobaan I Penetrasi Percobaan II Penetrasi Rata-rata = = = = 7. Kesimpulan a. Syarat (spesifikasi) pada pemeriksaan penetrasi adalah 60-70. b. Dari hasil percobaan penetrasi, didapat nilai rata-rata 69,1 (0,1 mm) = 69,1 = 74,8 =

sehingga benda uji tidak memenuhi spesifikasi.

8. Saran a. Peletakkan benda uji ke dalam waterbath usahakan dalam keadaan datar/ rata agar sampel tetap pada keadaan awal atau datar b. Perlu ketepatan saat pembacaan waktu (tiap 5 detik) pada stopwacth sehingga tidak berdampak pada pembacaan penetrometer dan apabila

pembacaan stopwatch lebih dari 5 detik hasil tersebut tidak berlaku c. Perendaman sempel selama 30 menit, jika dalam perendaman kurang dari yang di tentukan, akan mempengaruhi hasil nilai penetrasi. Baiknya pengujian diulangi.

C. Pemeriksaan Titik Lembek Aspal 1. Maksud dan Tujuan Pemeriksaan titik lembek aspal dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisar antara 30 oC sampai 200 oC. Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin ukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.

2. Peralatan a. Termometer. b. Cincin kuningan. c. Bola baja diameter 9,55 mm; berat 3,45 sampai 3,55 gram. d. Alat pengarah bola. e. Bejana gelas, yang dapat menahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5 cm dan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm. f. Dudukan benda uji. g. Penjepit.

3. Benda Uji a. Memanaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara tidak masuk. b. Setelah cair merata, menuangkan contoh kedalam dua buah cincin. Suhu pemanasan aspal tidak lebih dari 56 oC di atas titik lembeknya. Waktu untuk pemanasan aspal tidak lebih dari dua jam. c. Meratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang telah dipanaskan. d. Meletakkan kedua cincin diatas plat kuningan yang telah diberi lapisan glycerin. e. Mendiamkan benda uji pada suhu sekurang-kurangnya 5 oC dibawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.

4. Cara Melakukan a. Memasang dan mengatur kedua benda uji di atas kedudukannya dan meletakkan pengarah bola diatasnya. Kemudian memasukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas, mengisi bejana dengan air suling baru dengan suhu (5 1) oC sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. Meletakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji ( 12,7 mm dari setiap cincin). Memeriksa dan mengatur jarak antara permukaan plat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm. b. Meletakkan bola bola baja pada tengah permukaan masing masing benda uji dalam bejana yang bersuhu 5 C menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengaruh bola. c. Memanaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5 C per menit. Kecepatan pemanasan tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan ratarata dari awal hingga akhir pekerjaan. Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5 C.

Termometer

Bejana gelas, Dudukan benda uji, Cincin, & Bola baja

Gambar II.3 Alat Pemeriksaan Titik Lembek Aspal

5. Hasil Penelitian Tabel II. 4. Hasil Pemeriksaan Titik lembek Aspal Suhu Yang Diamati No
o

Waktu (Detik) I 0 375 641 865 1113 1397 1713 2017 2351 2437 II 0 375 641 865 1113 1397 1713 2017 2351 2437

Titik Lembek o C I II

C 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

41 50 59 68 77 86.6 95 104 113 122

10 15 20 25 30 35 40 45 50

49o 49o

49o

Rata Rata Titik Lembek

( Sumber : Hasil Penelitian )

6. Kesimpulan a) Spesifikasi untuk pemeriksaan titik lembek aspal antara 48 oC 58o C. b) Hasil rata-rata penelitian titik lembek adalah 49o C, sehingga aspal memenuhi syarat spesifikasi / dapat digunakan dalam mix design.

7. Saran a) Kecepatan pemanas perlu dijaga agar kenaikan suhu ketentuan yaitu 5 oC per menit. b) Apabila pada sample terdapat perbedaan suhu antara 48o C 58o C melebihi 1 oC (tidak memenuhi spesifikasi), maka percobaan diulangi. c) Pada saat menuangkan aspal kedalam cincin uji harus benar-benar penuh. d) Pada saat pendinginan aspal, aspal harus benar-benar dingin dan berada pada suhu normal, sehingga tidak terjadi overheating (temperature tinggi). e) Pemeriksaan harus seteliti mugkin agar diperoleh titik lembek aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 48o C 58o C tidak melebihi

D. Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup 1. Maksud dan Tujuan a. Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar dengan Cleveland Open Cup dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79 C. b. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. c. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suhu titik di atas permukaan aspal.

2. Peralatan a. Termometer. b. Cleveland open cup adalah cawan kuning. c. Plat pemanas : terdiri dari logam, untuk meletakkan cawan cleveland, dan bagian atas dilapisi seluruhnya dengan asbes setebal 0,6 cm. d. Sumber pemanas : pembakaran gas atau tungku listrik, atau pembakaran alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala sekitar bagian atas cawan. e. Penahan angin, suatu alat yang dapat menahan angin apabila digunakan nyala secara pemanasan. f. Nyala penguji : yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.

3. Benda Uji a. Memanaskan contoh aspal antara 148,9 C dan 176 C, sampai cukup cair. b. Kemudian mengisi cawan Cleveland sampai garis dan menghilangkan (pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.

4. Cara Melakukan. a. Meletakkan cawan diatas plat pemanas dan pengatur sumber pemanas sehingga terletak di bawah titik tengah cawan. b. Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan. c. Menempatkan termometer tegak lurus didalam benda uji dengan jarak 6,4 mm diatas cawan, dan terletak pada satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji. d. Kemudian mengatur sehingga pada poros termometer terletak pada jarak diameter cawan dari tepi. e. Menempatkan penahan angin di depan nyala penguji. f. Menyalakan sumber pemanas dan mengatur pemanas sehingga pemanas mengalami kenaikan suhu menjadi (15 1) C permenit sampai benda uji mencapai 56 C dibawah titik nyala perkiraan. g. Kemudian mengatur pemanasan 5 C sampai 6 C per menit pada suhu antara 56 C dan 28 C dibawah titik nyala perkiraan. h. Menyalakan nyala penguji sehimgga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam waktu satu detik. Mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2 C. i. Melanjutkan pekerjaan f dan h sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan benda uji. j. Melanjutkan pekerjaan I sampai terlihat nyala yang agak lama sekurangkurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Membaca suhu pada termometer dan mencatat.

5. Catatan Pada praktikum Bahan Perkerasan kali ini, percobaan titik nyala dan titik bakar dengan Cleveland open cup tidak diujikan karena alat dan ruang yang tidak memungkinkan.

E. Pemeriksaan Daktilitas Bahan - Bahan Bitumen 1. Maksud dan Tujuan Maksud pemeriksaan daktilitas adalah mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antar dua cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

2. Peralatan. a. Termometer. b. Cetakan daktilitas kuningan. c. Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan ketelitian 0,1 oC, dan benda uji dapat direndam sekurangkurangnya 10 cm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji. d. Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap. 2. Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan.

3. Benda Uji 1. Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas plat dasar dengan glycerin. Kemudian memasang cetakan daktilitas diatas plat dasar. 2. Memanaskan contoh aspal kira-kira 100 gr sehingga cair dan dapat dituangkan. Untuk menghindari pemanasan setempat, lakukan dengan hatihati, pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80 oC sampai 100 oC diatas titik lembek. Kemudian contoh disaring dengan saringan no. 50 dan setelah diaduk, dituangkan ke dalam cetakan. 3. Pada saat mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh berlebihan. 4. Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu memindahkan semuanya kedalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit, kemudian meratakan contoh berlebihan dengan pisau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

4. Cara Melakukan a. Mendiamkan benda uji pada suhu 25 oC dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit, kemudian melepaskan benda uji dari plat dasar dan sisisisi cetakannya. b. Memasang benda uji pada alat mesin uji dan menarik benda uji secara teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai benda uji putus. Perbedaan kecepatan lebih kurang 5 % masih diijinkan. Membaca jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus (dalam cm). Selama percobaan benda uji harus selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm dari air dan suhu harus dipertahankan tetap (25 0,5) oC.

Cetakan Daktilitas

Cetakan Daktilitas

Mesin Uji Daktilitas

Gambar II.4 Alat Pemeriksaan Daktilitas

5. Hasil Pemeriksaan Tabel II.5. Hasil pemeriksaan daktilitas bahan-bahan bitumen Daktilitas pada suhu 25 oC ; 5 cm/menit Pengamatan I Pengamatan II Hasil Pengamatan Pembacaan pengukuran pada alat 1500 mm 1500 mm 1500 mm ( Sumber : Hasil Penelitian ) Keterangan Tidak putus Tidak putus

6. Kesimpulan a. Persyaratan daktilitas benda uji yang dianjurkan adalah minimal 1000 mm. b. Dari Hasil pemeriksaan didapat nilai daktilitas benda uji sebesar 1500 mm (aspal tidak putus) dan memenuhi spesifikasi.

7. Saran a. Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau tergantung pada permukaan maka pengujian dianggap tidak normal. Untuk menghindari hal tersebut maka berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah Methyl Alkohol atau Sodium Klorida. b Waktu mengambil benda uji (aspal) pada saat suhu yang telah ditentukan (800 C-1000C diatas titik lembek). c. Waktu perendaman ditentukan (85menit). d. Ketelitian dalam pembacaan sangat diperlukan agar mendapatkan hasil yang benar, karena mempengaruhi hasil perhitungan. benda uji harus sesuai dengan waktu yang telah

8. Catatan Pada Praktikum bahan perkerasan kali ini, pemeriksaan daktilitas tidak di praktekan karena alat praktikum yang tidak bisa di pakai. data yang digunakan adalah data praktikum tahun lalu, tidak praktek tapi hanya dijelaskan.

E. Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen Keras 1. Maksud dan Tujuan Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen keras dengan picnometer. Berat jenis bitumen adalah perbandingan antara berat bitumen dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

2. Peralatan a. Termometer. b. Bak perendam yang dilengkapi suhu dengan ketelitian (25 0,1) oC. c. Picnometer. d. Air suling sebanyak 1000 cm3. e. Bejana gelas.

3. Benda Uji a. Panaskan contoh bitumen keras sebanyak 50 gram, sampai menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat. b. Tuangkan contoh tersebut ke dalam picnometer yang telah kering hingga terisi bagian.

4. Cara Melakukan a. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas picnometer yang tidak terendam 40 mm. Kemudian rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam sehingga terendam sekurangkurangnya 100 mm. Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25 oC. b. Bersihkan dan keringkan lalu timbang picnometer dengan ketelitian sampai 1 mg. (A) c. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah picnometer dengan air suling kemudian tutuplah picnometer tanpa ditekan.

d. Letakkan picnometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup hingga rapat, kembalikan bejana berisi picnometer ke dalam bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah picnometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah picnometer dengan ketelitian 1 mg. (B) e. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam picnometer yang telah kering hingga terisi bagian. f. Biarkan picnometer sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg. (C) g. Isilah picnometer yang terisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar. h. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan picnometer didalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat. i. Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurangkurangnya 30 menit. Angkat, keringkan dan timbanglah picnometer. (D)

Termometer

Bejana Gelas dan Picnometer

Gambar II.5 Alat Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen Keras.

5. Hasil Pemeriksaan Tabel II.6. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Aspal Berat picnometer kosong Berat picnometer + air Berat picnometer + aspal Berat picnometer + air + aspal Berat aspal Isi aspal Berat jenis aspal = (A) (B) (C) (D) (C A) (B A) (D C) 37 gram 60 gram 56 gram 60 gram 19 gram 19 gram 1 gram/cc
(Sumber : Hasil Penelitian)

(C A) ( B A) ( D C )

6. Analisa Percobaan Berat jenis aspal

(C A) ( B A) ( D C )

7. Kesimpulan a. Spesifikasi untuk pemeriksaan berat jenis aspal antara 1 1,05 gram/cc. b. Dari hasil pemeriksaan didapat berat jenis aspal adalah 1 gram/cc. Maka benda uji memenuhi spesifikasi. Sehingga benda uji dapat digunakan. 8. Saran a. Ketelitian dalam menimbang harus benar-benar diperhatikan, karena akan mempengaruhi hasil perhitungan. b. Dalam menuangkan aspal cair ke picnometer, diharuskan tepat tinggi picnometer agar tidak berpengaruh pada berat total picnometer.

c. Ketepatan waktu (diamkan dalam waktu 30 menit) saat picnometer telah terisi aspal.

Anda mungkin juga menyukai