Anda di halaman 1dari 68

PLENO

Kelompo
k

15 C

MODUL 1
Skenario

RAPAT YANG MENEGANGKAN


Tn Bahrun 48 tahun diantar ke IGD RS DR M Djamil dengan keluhan tidak sadar sejak 30 menit yang lalu, ketika sedang rapat dikantornya. Sebelumnya ia sempat mengeluhkan sakit kepala, muntah dan langsung tidak sadar. Dalam perjalanan ke rumah sakit, ia mengalami kejang seluruh tubuh, yang dimulai dari sisi tubuh sebelah kanan. Sampai di IGD, dari pemeriksaan dokter jaga, didapat kesadaran koma dengan GCS : 8 ( E=2,V= 2 dan M4). TD : 200/100 mmHg. Nadi : 92x/menit, suhu : 37,9 C. Ditemukan kaku kuduk (+), Laseque+/+ dan Kernig +/+ dan paresis N VII kanan. Dengan rangsangan nyeri, terlihat sisi kanan tertinggal dari kiri dan refleks Babinski ditemukan pada sisi kanan. Sebenarnya Tn Bahrun sudah lama menderita hipertensi, namun

Setelah dilakukan konsultasi ke bagian Neurologi, dilakukan pemeriksaan Brain CT Scan dengan hasil adanya lesi hiperdens di ganglia basalis kiri, kemudian pasien segera dirawat di ruang emergensi Neurologi dan mendapatkan berbagai jenis obat-obatan. Pemandangan di ruang emergensi ini sungguh membuat hati menjadi pilu. Pada bed 1, terbaring pasien muda usia yang mengalami koma setelah kecelakaan lalu lintas, pada bed 5, terbaring seorang pasien dengan meningitis, juga dengan kesadaran menurun. Menurut kepala ruangan, semua pasien diruang emergensi ini, walaupun dalam keadaan koma, tetap dilakukan fisioterapi pasif, untuk mencegah kontraktur. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, bagaimanakah anda menjelaskan kondisi Tn Bahrun?

1. Kejang : suatu kondisi yang timbul karena aktivitas


neuron yang tidak normal pada otak menyebabkan pelepasan impuls secara berlebihan pada otot terjadi relaksasi dan kontraksi yang cepat dan berulang

2. GCS (Glasgow Coma Scale) : suatu skala yang


digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pada pasien dengan menilai respon terhadap rangsangan yang diberikan (Eye, Verbal, Motorik) (Normal 3-15)

3. Kaku Kuduk : salah satu rangsangan meningeal


yang termasuk dalam rangkaian pemeriksaan neurologis. Hasil (+) pada pasien meningitis dan perdarahan subarachnoid.

4. Kernig : pemeriksaan neurologis yang merupakan


salah satu tanda rangsangan meningeal. Hasil (+) bila ditemukan tahanan dan rasa nyeri sebelum sudut 135

6.

Laseque : pemeriksaan neurologis yang merupakan salah satu tanda rangsangan meningel dimana akan dikatakan positif pada kelainan seperti rangsang selaput otak, isialgia, dan iritasi pleksus lumbosakral. Dikatakan positif bila didapat nyeri dan tahanan sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat terhadap persendian panggul 7. Paresis : berkurangnya kekuatan otot 8. Refleks Babinski : refleks patologis yang mengindikasikan adanya gangguan pada saraf motorik. Namun, pada anak bayi refleks fisiologis 9. Hiperdens : daerah yang menyerap sinar lebih banyak sehingga terlihat lebih terang 10. Meningitis : peradangan pada meningeal atau selaput otak yang disebabkan oleh bakteri, virus, dll 11. Fisioterapi pasif : fisioterapi yang dilakukan dengan bantuan orang lain ataupun tenaga medis. 12. Kontraktur : keterbatasan mobilitas sendi sebagai akibat dari perubahan patologis pada permukaan sendi, otot, tendon, atau jaringan lunak lainnya yang secara fungsional berhubungan dengan sendi

1. 2.

Bagaimana hubungan antara keluhan Tn. Bahrun dengan rapat yang menegangkan? Mengapa pak bahrun mengeluh sakit kepala, muntah, dan tidak sadar, serta ketika dalam perjalanan, terjadi kejang seluruh tubuh yang dimulai dari sebelah kanan? Berapa lama kira-kira sejak mulai keluhan sakit kepala, muntah, dan tidak sadar? Apa interpretasi dari GCS, TD, Nadi, Suhu, Kaku kuduk, laseque, kenig dan paresis N. VII kanan? Bagaimana munculan dari paresis N. VII kanan? Bagaimana hubungan riwayat hipertensi yang diderita Tn. Bahrun dengan keluhan yang dialaminya sekarang? Apa interpretasi dari pemeriksaan refleks babinski? Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Brain CT scan? Apa indikasi dari pemeriksaan Brain CT scan?

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. Mengapa pasien segera dirawat di ruang emergensi? Dan apa kirakira obat-obatan yang bisa diberikan?

11.Mengapa bisa terjadi koma setelah kecelakaan lalu lintas 12.Apa saja faktor resiko dari meningitis? 13.Bagaimana cara mencegah kontraktur dengan fisioterapi pasif? 14.Mengapa pasien meningitis juga mengalami penurunan kesadaran? 15.Bagaimana hubungan umur dengan penyakit yang diderita

tn. Bahrun?

1. Bagaimana hubungan antara keluhan tn. Bahrun dengan rapat yang menegangkan? Rapat yang menegangkan (dengan kondisi emosi yang meningkat) dapat memicu hipertensi yang memang sudah diderita oleh tn bahrun timbul keluhan keluhan

2. Mengapa pak bahrun mengeluh sakit kepala, muntah, dan tidak sadar, serta ketika dalam perjalanan, terjadi kejang seluruh tubuh yang dimulai dari sebelah kanan?
- hipertensi tekanan vaskular meningkat kompensasi : mempersempit pembuluh darah oksigen yang menurun aliran darah keotak juga menurun sakit kepala - tekanan intrakranial yang meningkat merangsang pusat muntah - kejang disebabkan oleh saraf saraf yang mengalami iskemik sebagai akibat ketidakseimbangan ion ion pada lesi di bagi. kejang yang mulai dari sebelah kanan : disebabkan oleh karena adanya persilangan di inti saraf

3. Berapa lama kira-kira sejak mulai keluhan sakit kepala, muntah, dan tidak sadar? mulai dari gejala awal tidak sadar kira-kira 1 jam

4. Apa interpretasi dari GCS, TD, Nadi, Suhu, Kaku kuduk, laseque, kernig?
GCS : 8 koma dimana E = 2 mata membuka setelah diberi rangsangan nyeri (menekan kuku) V = 2 pasien lebih banyak mengerang (mengeluarkan suara tanpa arti) M = 4 menghindar dari rangsangan yang diberikan dengan cara menarik ekstremitas / tubuh Tekanan Darah 200/100 : Hipertensi maligna Nadi 92x/menit : Normal (60-100 x / menit) suhu 37.9 C : sedikit meningkat (N: 36.5-37.5 C) kaku kuduk + : terdapat tanda rangsang meningeal Laseque +/+ : terdapat nyeri dan tahanan sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat terhadap persendian panggul (positif pada kedua ekstremitas bawah) Kernig +/+ : ditemukan tahanan dan rasa nyeri sebelum sudut 135 derajat pada persendian lutut terhadap paha (positif pada kedua ekstremitas bawah)

5. Bagaimana munculan dari paresis N. VII kanan?

Bagian wajah yang mengalami paresis wajah kanan otot wajah kanan menjadi lebih lemah dibanding otot wajah kiri

6. Bagaimana hubungan riwayat hipertensi yang diderita Tn. Bahrun dengan keluhan yang dialaminya sekarang?
Pada orang dengan hipertensi kronik terjadi proses degeneratif pada otot dan dinding pembuluh darah ttu, spt pembuluh darah intraserebral oleh karena adanya penambahan tekanan (hipertensi) yang dimilikinya timbul aneurisma kecil-kecil apabila suatu waktu terjadi lonjakan tekanan darah yang lebih tinggi lagi (ex: marah) aneurisma tersebut pecah perdarahan intra serebral timbul hematom yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial timbul keluhan-keluhan lainnya koma terjadi bila terjadi penekanan pada rostral batang otak.

7. Apa interpretasi dari pemeriksaan refleks babinski? Terjadi dorsofleksi jempol kaki pada stimulasi dari permukaan plantar (sol/ space occupaying lesion), terjadi pada lesi saluran piramidal SOL pada sisi kiri. 8. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan Brain CT scan? lesi HIPODENS, yg menandakan bagian jaringan otak yg telah mati stroke iskemik lesi HIPERDENS, yang menandakan bagian jaringan yg terdapat bekuan darah stroke hemoragik Jadi, yang terjadi pada Tn. Bahrun : STROKE

9. Apa indikasi dari pemeriksaan Brain CT scan? Pada kasus tn. Bahrun, terdapat keluhan-keluhan seperti sakit kepala, tidak sadar indikasi dari Brain CT Scan (curiga ada perdarahan intrakranial, neoplasma, dll) 10.Mengapa pasien segera dirawat di ruang emergensi? Dan apa kira-kira obat-obatan yang bisa diberikan? Karena perdarahan intrakranial merupakan kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan yang cepat dan tepat, jika tidak fatal Obat yang bisa diberikan : - Anti hipertensi untuk mengontrol hipertensi - Neuroproteksi

11.Mengapa bisa terjadi koma setelah kecelakaan lalu lintas? Kecelakaan dapat menyebabkan trauma pada susunan saraf pusat, misal trauma kapitis. Pada trauma kapitis, banyak yang bisa terjadi misalnya fraktur, hipovolemi, perdarahan intrakranial peningkatan tekanan intrakranial kompresi pada berbagai bagian otak, dan bila mengompresi rostral batang otak koma

12.Apa saja faktor resiko dari meningitis? Faktor resiko terjadinya meningitis : Infeksi sistemik yang didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll. 13.Bagaimana cara mencegah kontraktur dengan fisioterapi pasif ? Dengan fisioterapi pasif, sendi pasien diberikan gerak pasif oleh orang lain ataupun tenaga medis agar tidak terjadi atrofi pada otot dan jaringan sekitar sehingga mobilitas dapat terjaga

14. Mengapa pasien meningitis juga mengalami penurunan kesadaran? meningitis merupakan suatu proses peradangan infiltrasi sel sel leukosit PMN ke sekitar mengenai korteks yang merupakan pengemban kewaspadaan kesadaran menurun 15.Bagaimana hubungan umur dengan penyakit yang diderita tn. Bahrun? resiko stroke hemoragik meningkat pada lanjut usia, tu pada usia > 65 tahun. Namun, apabila disertai dengan hipertensi, dapat terjadi pada usia yang lebih muda.

Tn. Bahrun (48 th) Rapat Emosi meningk at Hiperten si Kronik Sakit kepala, muntah, tidak sadar Paresis N. VII Kejan g Ganggua n vaskuler Kesadaran menurun Perdarahan di otak pemeriksaa n kernig Kaku kuduk Ruang Emergensi Stroke Pemeriksa an Brain CT scan

Koma
Lasequ e komplikas i

prognosis

tatalaksan a

medikamento sa

bedah

Mahasiswa mampu menjelaskan :

Patofisiologi, etiologi dan tingkattingkat kesadaran Anamnesa dan pemeriksaan fisik neurologis pada gangguan kesadaran Trauma pada sistem saraf pusat Infeksi SSP Gangguan vaskular

GANGGUAN KESADARAN

KESADARAN : Kondisi waspada dengan kesiagaan yang terus menerus terhadap keadaan lingkungan Mampu memberikan respon penuh terhadap rangsang

Perilaku dan pembicaraan sesuai keinginan pemeriksa

PROSES KESADARAN
Interaksi yang sangat kompleks dan terusmenerus secara efektif antara hemisfer otak, formatio retikularis serta semua rangsang sensorik yang masuk Jaras kesadaran berlangsung secara multi sinaptik menggalakkan inti (neuron di formatio retikularis) mengirimkan impuls seluruh korteks secara difus dan bilateral

ARAS (ASCENDING RETICULAR ACTIVATING SYSTEM)


Suatu rangkaian atau network sistem dari serabut-serabut aferen dalam formatio retikularis (dari kaudal berasal dari medula spinalis menuju rostral yaitu diensefalon Cortex cerebral melalui brain stem)
Thalamus

ARAS
cerebellum

Brain stem reticular activating system

pons

Medula spinalis

PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN


Kesadaran: Kuantitatif : jumlah input susunan saraf pusat menentukan derajat kesadaran. Pemeriksaan dengan penilaian GCS Kualitatif : cara pengolahan input itu sehingga menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran, contoh: tingkah laku, perasaan hati, orientasi, jalan pikiran, kecerdasan, daya ingat kejadian

TINGKAT KESADARAN
1. Sadar(compos mentis): respon yang baik/penuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar 2. Somnolen: keadaan mengantuk, kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang 3. Stupor(sopor):kantuk yang dalam, dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi 4. Coma: tidak sadar sepenuhnya dan tidak berreaksi terhadap rangsang internal maupun external

GANGGUAN KESADARAN
Dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1.Gangguan pada ARAS dan kedua hemisfer cerebri (somnolen, stupor, coma) 2.Gangguan pada pusat kognitif (korteks serebri), dimana gangguan ini lebih mempengaruhi fungsi mental, ekspresi, psikologis, melibatkan sensasi, emosi dan proses berpikir (confusion, delirium, ilusi, halusinasi)

KLASIFIKASI GANGGUAN KESADARAN


1. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal atau lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk (gangguan metabolik, intoksikasi, infeksi sitemis, hipertermia, epilepsi) 2. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal atau lateralisasi disertai dengan kaku kuduk (perdarahan subarahnoid, meningitis, ensefalitis) 3. Gangguan kesadaran disertai dengan kelainan fokal (tumor otak, perdarahan intraserebral, infark
serebri, abses serebri)

PATOFISIOLOGI Disfungsi otak difus : merupakan proses metabolik atau submikroskopik yang menekan aktivitas neuronal (ggn metabolik, toksik, kejang, meningitis, viral encephalitis, hipoksia dll) Efek langsung pada batang otak : stroke batang otak, trauma Efek kompresi pada batang otak : tumor, abses, perdarahan intraserebral, subdural maupun epidural

Patofisiologi Koma: Gangguan Atau lesi Korteks Serebri

Sistem aktivasi Retikuler ascending


Serabut penghubung

Perubahan kesadaran global

KOMA TERJADI AKIBAT DARI:


1. Lesi supratentorial, infeksi mening atau perdarahan subarahnoid yang menghasilkan peningkatan tekanan intrakranial (prosesnya melalui brainstem) 2. Lesi pada fossa posterior brainstem, yang mengakibatkan penekanan pada brainstem 3. Metabolik, endokrin atau ensefalopati anoksia dengan keterlibatan hemisfer serebri yang difus 4. Bangkitan General tonic clonic

PENYEBAB KOMA
Intrakranial

1.
2.

Traumatik: epidural hemorrhage, subdural, intracranial hemorrhage


Infeksi: subdural empyema, brain abscess, meningitis bakterial dan fungal, viral encephalitis Neoplasma: primer, metasstase Vaskular: infark, intracerebral hemorrhage

3. 4.

PENYEBAB KOMA
Metabolik
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.

Gangguan asam-basa dan elektrolit: hyper/hyponatremia, hyper/hypokalemia, hypermagnesia, hyperkalsemia Penyakit endokrin: DM, hyperosmolar ninketotik, chusings syndrome Koma hepatikum Koma uremikum Ensefalopati anoksia: obstruksi jalan nafas, cardiac arrest, pulmonary disfunction Defisiensi vitamin: thiamine, niasin Racun dan Intoksikasi: alkohol, heroin, barbiturat, organic solvent

ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS GANGGUAN KESADARAN

DIAGNOSIS KESADARAN MENURUN


Anamnesis Pemeriksaan fisik umum Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, head CT Scan, MRI)

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


1. Tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi (tipe pernafasannya), ada tidaknya aritmia Bau nafas Kulit Kepala Leher Toraks/ abdomen dan ekstremitas

2. 3. 4. 5. 6.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. 2. Derajat kesadaran: secara kuantitatif dinilai dengan GCS Pemeriksaan brainstem reflex: perhatikan posisi bola mata, refleks pupil, refleks kornea, refleks gerak bola mata. Bila ditemukan refleks cahaya pupil anisokor besar kemungkinan etiologi struktural Pemeriksaan refleks motoriknya: adakah kelumpuhan sesisi/ hemiparesis, refleks patologis, refleks fisiologis, refleks movement spt deserebrasi / dekortikasi

3.

Pupil 1 Dolls head and caloric induced eye movement

Mid-Brain not working 2

Mid-Brain and Pons not working 3 Pons not working

Corneal reflex

Gag and tracheal reflex

Medulla not working

Motor responses in cranial nerve territory on painful stimulation of the limbs 5

Mid-Brain,pons and medulla not working

No respiratory movements when pCO2 rises above 6,65 kPa 6

Medulla not working

Brainstem Reflexes for Coma

CRANIAL NERVES IN COMA


pupils: CN II (afferent), sympathetics and parasympathetics (CNIII, autonomic portion) Oculocephalic maneuver: CNs III, IV and VI, and integrity of MLF corneal reflex and nasal tickle: CN V (afferent) and CN VII cold water calorics: CN VIII (afferent) and MLF + CN III, IV and VI (*** response to sound also checks CN VIII) gag reflex: CN IX (afferent), CN X efferent spontaneous respiratory pattern: relies on many levels of brainstem/diencephalon (see diagram)

POLA NAFAS

Nafas cepat dan dalam ada periode apneu

Respon motorik terhadap rangsangan nyeri (penekanan daerah supraorbital) A. B. C. Hemisfer kanan Diensefalon Midbrain/ Pons

PENATALAKSANAAN Setiap pasien koma dikelola menurut pedoman: Airways : bebaskan jalan nafas cek saturasi oksigen Breathing : beri bantuan nafas Circulation : menjaga tekanan darah Hentikan kejang jika terjadi kejang Periksa keseimbangan cairan pasang kateter Pemasangan pipa NGT (nasogastric tube)

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS


Komplikasi : hipoksia, edema otak, herniasi tentorial, sepsis, septic shock, bronchopneuminia, stress ulcer Koma yang bersifat struktural prognosis bersifat ad malam, begitu juga dengan insufisiensi batang otak Tanda-tanda prognosis buruk: tidak ada refleks pupil dan gerak bola mata, tidak ada refleks kornea, atonia anggota gerak, tidak ada refleks visual, auditori dan somatosensorik

SKALA KOMA GLASGOW Eye


Membuka mata spontan Terhadap rangsang suara Terhadap rangsang nyeri Menutup mata terhadap semua rangsangan
Orientasi baik Bingung Bisa membentuk kata tetapi tdk mampu ucapkan kalimat Mengeluarkan suara yang tidak berarti Tidak ada suara Menurut perintah Dapat melokalisir rangsang setempat Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak Menjauhi rangsang nyeri (fleksi) Ekstensi spontan Tidak ada gerakan samasekali

4 3 2 1
5 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1

Verbal

Motorik

GANGGUAN PERDARAHAN DALAM OTAK (GDPO)/STROKE

FAKTOR RESIKO (Hiperkolesterolemi) LDL


Hipertensi Obesitas

Kelainan Pemb. Darah Otak Atherosclerosis Pecahnya Pemb. Darah Otak Stroke Hemoragik Penyempitan Pemb. Darah Otak

Penyakit Jantung
Melepas gumpalan darah / sel / jar. mati DM Penebalan dinding pemb. darah otak Hambatan sumbatan aliran darah ke otak

Aliran darah otak terganggu

Merokok

Mekan konsentrasi fibrinogen


Stroke Iskemik

ETIOLOGI
Perdarahan / Stroke Hemoragik (15-20%) Perdarahan Intraserebral Perdarahan Sub Arachnoid Bukan Perdarahan / Stroke Iskemik (8085%) Trombosis Serebri Emboli Serebri

TROMBOSIS SEREBRI

Bekuan disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di pemb. darah otak Stroke saat sedang tidur Gejala : defisit neurologik bergantung pada lokasi infark Hemiparesis, disartri, refleks babinski + Diagnosis : CT scan kepala (hipodens) Tatalaksana : Hemodilusi, Antikoagulan, Kontrol terhadap edema otak, antagonis kalsium

EMBOLI SEREBRI Bekuan (trombus) yang terlepas : emboli menyumbat pemb darah otak Serangan stroke saat sedang beraktivitas Gejala klinis gangguan motorik dan sensorik sesuai lokasi lesi dan gejala lain spt pada trombosis serebri Diagnosis : CT scan ditemukan infark multipel dan disekitarnya tampak ptechie Tatalaksana : angiografi emboli, antikoagulan dengan dosis terkontrol

PERDARAHAN INTRA SEREBRAL


Akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan rupturnya pemb darah otak.

Embolus yang lepas (daerah tsb mnjadi lemah), shg mudah ruptur.
Pemakaian antikoagulan yg tidak terkontrol

Stroke sering terjadi pada saat beraktivitas


Gejala : nyeri kepala hebat, mual muntah, serta kesadaran yang menurun secara cepat, bisa disertai kejang.

Hemiparesis kontralateral dan paresis n. kranial sesuai lokasi lesi


Diagnosis : CT scan

Tatalaksana

turunkan

TD,

hentikan

pemakaian

PERDARAHAN SUB ARACHNOID


Penyebab : Trauma

Ruptur aneurisme vaskular : aneurisme sakular berry


Perdarahan intraserebral yg mencapai subarachnoid Arterio Venous Malformation (AVM) Gejala : nyeri kepala hebat disertai gejala rangsangan meningeal +, bisa disertai kejang Kelemahan separuh anggota gerak dan afasia

Diagnosis : CT Scan, Pungsi Lumbal, Angiografi


Tatalaksana : pantau status neurologik scr teratur, bed rest, balance cairan, analgesik untuk sakit kepala, kontrol TD, bila sudah stabil : clipping aneurisme

TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT

CEDERA KEPALA (TRAUMA KAPITIS) Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala didefinisikan dengan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai pendarahan interstistial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Resiko utama pasien yang mengalami cidera kepala adalah kerusakan otak akibat atau pembekakan otak sebagai respons terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intakranial.

KLASIFIKASI: Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka dapat kita lihat sebagai berikut:

Cedera kepala ringan ( CKR ) : GCS antara 13-15


Dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada penyerta seperti fraktur tengkorak , kontusio atau temotom (sekitar 55% ). Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) : GCS antara 9-12, Hilang kesadaran atau amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan ( bingung ). Cedera kepala berat ( CKB ) : GCS 3-8 Hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoma atau

Jenis-Jenis Cedera Kepala


1. Fraktur tengkorak Susunan tulang tengkorak dan beberapa kulit kepala membantu menghilangkan tenaga benturan kepala sehingga sedikit kekauatan yang ditransmisikan ke dalam jaringan otak. 2 bentuk fraktur ini : fraktur garis (linier) yang umum terjadi disebabkan oleh pemberian kekuatan yang amat berlebih terhadap luas area tengkorak tersebut dan fraktur tengkorak seperti batang tulang frontal atau temporal. Masalah ini bisa menjadi cukup serius karena LCS dapat keluar melalui fraktur ini.

2. Cedera otak dan gegar otak


Kejadian cedera minor dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna. Gegar otak ini merupakan sindrom yang melibatkan ganguan neurologis sementara dan dapat pulih tanpa ada kehilangan kesadaran pasien mungkin mengalami disorientasi ringan, kurang konsentrasi, amnesia retrogad, dll. Cedera otak serius yang dapat terjadi adalah kontusio,laserasi dan hemoragi. 3. Komosio serebral Adalah hilangnya fungsi neurologik sementara tanpa kerusakan struktur. Komosio umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit. Dapat menimbulkan amnesia atau disorientasi.

4. Kontusio cerebral

Merupakan cedera kepala berat dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi pada subtansi otak. Dapat menimbulkan edema cerebral 2-3 hari post truma. Akibatnya dapat menimbulkan peningkatan TIK dan meningkatkan mortalitas (45%).
5. Hematoma Ekstradura ( Hematoma Epidural )

Setelah cedera kepala, darah berkumpul di dalam ruang epidural (ekstradural). Keadaan ini sering diakibatkan dari fraktur tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal tengah putus atau rusak (laserasi), arteri ini berada di antara duramater dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal. Perdarahan karena arteri ini dapat menyebabkan penekanan pada otak.

6. Hematoma Subdural

Adalah pengumpulan darah diantara duramater dan arachnoidmater. Paling sering disebabkan oleh trauma tetapi dapat juga terjadi kecenderungan pendarahan akibat aneurisma. Perdarahan subdural lebih sering terjadi pada vena dan merupakan akibat putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural (Bridging Vein).
7. Hematoma Subarachnoid Pendarahan yang terjadi pada ruang arachnoid yakni antara lapisan arachnoidmater dengan piameter. Seringkali terjadi karena adanya vena yang ada di daerah tersebut terluka. Sering kali bersifat kronik. 8. Perdarah Intracerebral Adalah pendarahan ke dalam subtansi otak, pengumpulan darah 25ml atau lebih pada parenkim otak. Penyebabnya

Manifestasi Klinis - Nyeri yang menetap atau setempat. - Bengkak pada sekitar fraktur sampai pada fraktur kubah cranial. - Fraktur dasar tengkorak: Darah keluar dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva. Otorea serebrospinal (LCS keluar dari telinga ), minorea serebrospinal (LCS keluar dari hidung). - Laserasi atau kontusio otak ditandai oleh cairan spinal berdarah.

- Penurunan kesadaran.
- Pusing / berkunang-kunang. - Peningkatan TIK - Dilatasi dan fiksasi pupil atau paralisis ekstremitas

Penatalaksanaan Menilai jalan nafas : Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas, maka pasien harus diintubasi. Menilai pernafasan Menilai sirkulasi. Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan. Pasang jalur intravena. Berikan larutan koloid sedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema. Obati kejang ; Kejang konvulsif dpt terjadi stlh cedera kepala & harus diobati mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan & dpt diulangi 2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin 15mg/kgBB Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto tulang belakang servikal

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai