I. Definisi
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dgn banyak sel yg berperan khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Batasan di atas memang sangat lengkap, namun dalam penerapan klinis untuk anak tidak praktis.
Pedoman Nasional Anak menggunakan batasan yg praktis dlm batasan operasional yaitu mengi berulang dan atau batuk persisten dgn karakteristik sebagai berikut:
1. Timbul secara episodik 2. Cenderung pd malam hari/dini hari (nokturnal) 3. Musiman 4. Adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik 5. Bersifat reversibel baik secara spontan maupun dgn pengobatan 6. Adanya riwayat asma atau atopi lain pd pasien/keluarganya
II. Etiologi
Penyebab asma secara pasti belum diketahui dgn jelas. Selain karena ada kecenderungan familier (genetik), interaksi dgn faktor pencetus mrpkn suatu dugaan yg beralasan, dgn syarat faktor pemicunya lbh dari satu.
Faktor pencetus dpt berupa: 1. Infeksi terutama infeksi RSV (Respiratory Sintitial Virus).
III. Patofisiologi
-Banyak faktor yg mempengaruhi asma blm ada patofisiologi yg dpt menjelaskan scr detail kasus asma ini.
Bila alergen yg sama masuk menempel pd sel mast yg tersensitisasi mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator-mediator inflamasi tjd peningkatan permeabilitas kapiler shg timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos secara langsung atau melalui efek simpatis.
Obstruksi jalan napas Ventilasi perfusi tidak sesuai dan hipoventilasi alveolar Hiperinflasi paru
Vasokonstriksi pulmonal
Atelektasis
Stadium III Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat aliran udara sgt sedikit suara napas hampir tdk terdengar, jg batuk seperti ditekan. Pernapasan dangkal, tdk teratur dan frekuensi napas mendadak tinggi.
V. Diagnosis
Diagnosis asma pd anak terutama ditegakkan berdasarkan: 1. Anamnesa Diketahui adanya sesak dan mengi yg tjd > 2x (serangan episodik), nokturnal, musiman, sesak setelah beban fisik serta adanya riwayat atopi pd anak dan keluarga.
2. Pemeriksaan fisik Inspeksi: ditemukan pernapasan cepat, ekspirasi memanjang, mengi (+), retraksi supraklavikular, suprasternal, dan interkostal. Pada asma kronik terlihat bentuk thoraks emfisematus, bongkok ke depan, dan diameter anteroposterior thoraks bertambah. Palpasi: sela iga melebar Perkusi: Hipersonor seluruh thoraks, terutama bagian bawah posterior. Auskultasi: mula-mula suara napas kasar/mengeras, tapi pd stadium lanjut suara napas mjd lemah atau hampir tidak terdengar, ronkhi (+) kering dan basah.
Kesulitan diagnosis akan tjd apabila asma tjd diluar serangan, serangan baru pertama kali, dan serangan hanya berupa batuk saja. Pemeriksaan penunjang mempunyai peran menunjukkan berat ringannya penyakit dan untuk kepentingan terapi.
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan penunjang lainnya: 1. Uji kecepatan aliran puncak ekspirasi 2. Radiologi: Foto thoraks 3. Spirometri, Uji Bronkodilator dan Uji Provokasi bronkus (Uji metakolin)
Variabilitas >15%
Variabilitas >30%
3. Bronkiolitis akut, biasanya anak usia <2 thn dan bayi <6bl.
4. Bronkitis. 5. Tuberkulosis kelenjar limfe di daerah trakeobronkial. 6. Asma kardial, sangat jarang pd anak. 7. Kelainan trakea dan bronkus, misalnya trakeobronkomalasia dan stenosis bronkus.
VII. Terapi
Terapi asma jangka panjang: 1. Asma Episodik Jarang (Asma ringan) Cukup diobati dgn obat pereda (reliever) berupa bronkodilator -agonis inhalasi kerja pendek bila perlu saja, yaitu bila ada gejala/serangan. 2. Asma Episodik Sering (Asma sedang) Diberikan -agonis inhalasi, anti inflamasi yaitu kromoglikat dgn dosis min.10 mg sebanyak 2-4x/hari diberikan selama 68 minggu. Jika asma terkendali kromoglikat diturunkan 23x/hari. Untuk anak >12 tahun, nedokromil dpt jg diberikan. Penggunaan ketotifen dpt dipertimbangkan utk anak yg mengalami kesulitan menggunakan obat inhalasi atau utk asma tipe rinitis.
3. Asma Persisten
a. Asma berat
Bila setelah 6-8 minggu kromoglikat gagal mengendalikan gejala dan -agonis inhalasi tetap digunakan >3x tiap minggu, berarti asmanya berat. Sebagai obat pengendali berikutnya digunakan obat steroid inhalasi. Steroid inhalasi efektif dalam dosis rendah. Sebelum menaikkan dosis, pelu dipertimbangkan penambahan salah satu obat -agonis kerja panjang atau agonis lepas terkendali, atau teofilin lepas lambat, atau anti leukotrien. Apabila dgn pemberian steroid fungsi paru mjd optimal/perbaikan klinis selama 1-2 bln, maka dosis diturunkan hingga dosis minimum yg masih bisa mengendalikan asma. Selain itu penggunaan -agonis sebagai obat pereda tetap diteruskan.
b. Asma sangat berat Jika setelah 6-8 minggu asmanya tetap belum terkendali berarti pasien menderita asma sangat berat. Penggunaan -agonis inhalasi kerja pendek >3x/hari secara teratur dan terus menerus sebaiknya dihindari. Tetapi jika penggunaan steroid inhalasi dosis sedang (400600 g/hari) asmanya belum terkendali, maka perlu dipertimbangkan tambahan -agonis kerja panjang, atau -agonis -agonis lepas terkendali, atau teofilin lepas lambat. Jika dgn penambahan tersebut asmanya belum terkendali, maka dosis dinaikkan. Dan mungkin perlu pemberian steroid oral (dosis awal 1-2 mg/KgBB/hari tappering off).
VIII. Komplikasi
-Atelektasis -Bronkiektasis
-Bronkopneumonia
-Status asmatikus -Gagal napas -Gagal jantung
IX. Prognosis
-Penderita asma ringan yg serangannya jarang sekali, 55% akan sembuh dan sisanya berlanjut sampai dewasa dala bentuk serangan yg lebih ringan dan lebih jarang. -Penderita asma sedang kemungkinan sembuh hanya 20%, sedangkan 40% akan menjadi lebih ringan dan 25% mjd lebih berat, sisanya menetap. -Penderita asma yg berat hanya 5% yg sembuh, 20% mjd asma sedang dan 15% lebih berat dan sisanya menetap.