Anda di halaman 1dari 24

REFERAT EPISTAKSIS

SILVI F.N 1010221052 TIFANI DIAH N. 1102007277 KINTAN PRANA A.

PENDAHULUAN

a. sphenopalatina
EPISTAKSIS

ANATOMI HIDUNG
HIDUN G LUAR KERANG KA TULANG TULAN G RAWA N RONGGA HIDUNG

D I M ND ED IN IA G L

DINDING LATERAL

DINDING INFERIOR

ING D N DI RIO E P SU R

Tinjauan Pustaka
Definisi Perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau nasofaring Etiologi Perdarahan hidung diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. (80% perdarahan berasal dari pembuluh darah Pleksus Kiesselbach)

PLEKSUS KIESSELBACH

lanjutan etiologi.
LOKAL Trauma Infeksi lokal SISTEMIK Kelainan darah Penyakit kardiovaskuler Hipertensi Arteriosklerosis Sirosis hepatis Diabetes mellitus Infeksi akut Gangguan hormonal Alkoholisme

Neoplasma Kelainan kongenital Pengaruh lingkungan Deviasi septum

Klasifikasi
Epistaksis Anterior berasal dari Pleksus Kiesselbach perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) & dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana

Epistaksis Posterior berasal dari arteri sfenopalatina (area Woodruff, dibawah bagian posterior konka nasalis inferior) atau arteri etmoid posterior

Gambaran klinis
Perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang hidung Bisa spontan. Bisa akibat trauma.

Pemeriksaan
Dgn spekulum hidung dibuka & alat pengisap bersihkan semua kotoran dalam hidung Observasi Masukkan kapas yang dibasahi larutan pantokain 2% atau lidokain 2% + larutan adrenalin 1/1000 ke dalam hidung Sesudah 10-15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi Fokus diagnostik

Rinoskopi Anterior Rinoskopi Posterior Pengukuran TD Rontgen sinus & CT scan/ MRI Endoskopi hidung Skrining thd koagulopati Riw. penyakit

PENATALAKSANAAN EPISTAKSIS
ADA 3 PRINSIP UTAMA

1. MENGHENTIKAN PERDARAHAN 2. MENCEGAH KOMPLIKASI 3. MENCEGAH BERULANGNYA EPISTAKSIS

Perbaiki KU, penderita diperiksa dalam posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah (syok) Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan hentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, cuping hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit (metode Trotter)

Tentukan sumber perdarahan pasang tampon anterior (dibasahi adrenalin + pantokain/ lidokain), serta bantuan alat penghisap Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat jelas kaustik dengan larutan nitras argenti 20-30%, asam trikloroasetat 10% atau dengan elektrokauter. (sebelum kaustik beri analgesia topikal)

Pasang tampon anterior (kapas/kasa + vaselin + betadin atau zat antibiotika). Dapat juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita dengan lebar kurang cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 1-2 hari

Perdarahan posterior tampon posterior (tampon Bellocq) kasa 3x2x2 cm dgn3 benang (2 di satu sisi, 1 di sisi lain) tampon harus menutup koana (nares posterior)

Beri obat-obat hemostatik Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang tidak dapat diatasi dengan tampon posterior pasien harus dirujuk ke rumah sakit

Tampon posterior

OBAT-OBATAN
1. ANTIBOTIKA Karena tampon dianggap benda asing dan dapat mengundang infeksi. 2. HEMOSTATIKA Untuk menghentikan perdarahan. 3. SIMPTOMATIK Untuk menenangkan pasien atau mengurangi rasa nyeri 4. KAUSATIF U ntuk menurunkan tekanan darah pada yang disebabkan hipertensi.

KOMPLIKASI
1. 2. 3. 4. 5. AKIBAT PERDARAHAN: SYOK ANEMIA ASPIRASI DARAH GAGAL GINJAL TENSI TURUN MENIMBULKAN ISKEMIA OTAK, INSUFISIENSI KORONER, INFARK MIOKARD. 1. 2. 3. 4. AKIBAT PASANG TAMPON: TIMBUL SINUSITIS TIMBUL OMA HEMOTIMPANUM AIR MATA DARAH (BLOODY TEARS) 5. SEPTIKEMIA 6. LASERASI MUKOSA HIDUNG (AKIBAT TAMPON ANTERIOR) 7. LASERASI SUDUT BIBIR, PALATUM MOLLE, ALA NASI (AKI BAT TAMPON BELLOCQ)

Prognosis
90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan prognosisnya buruk.

Kesimpulan
Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala dan bukan suatu penyakit, yang disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai