Anda di halaman 1dari 15

Penggantian Albumin pada Pasien dengan Sepsis Berat atau Syok Septik

ABSTRAK
Latar Belakang
Meskipun studi-studi sebelumnya telah mengusulkan manfaat potensial dari pemberian
albumin pada pasien dengan sepsis berat, namun efikasinya masih belum dibuktikan.
Metode
Multicenter, open-label trial, kami secara random/acak menentukan 1818 pasien dengan
sepsis berat di 100 intensive care unit (ICU), untuk diberikan cairan albumin 20% dan
kristaloid atau cairan kristaloid saja. Pada kelompok albumin, target konsentrasi serum
albumin adalah 30 g/liter atau lebih hingga penghentian di ICU atau 28 hari sejak
dirandomisasi. Outcome utama adalah meninggal karena penyebab apapun dalam 28 hari.
Outcome sekunder adalah meninggal karena penyebab apapun dalam 90 hari, jumlah pasien
dengan disfungsi organ, berbagai tingkatan disfungsi, dan lama rawat (length of stay) di ICU
dan rumah sakit.
Hasil
Selama 7 hari pertama, pasien di kelompok albumin, dibandingkan dengan kelompok
kristaloid memiliki mean arterial pressure (MAP) lebih tinggi (P=0.03) dan keseimbangan
cairan lebih rendah (P<0.001). Total harian jumlah pemberian cairan tidak berbeda secara
signifikan pada kedua kelompok (P=0.10). Setelah 28 hari, 285 dari 895 pasien (31.8%) pada
kelompok albumin dan 288 dari 900 (32.0%) pada kelompok kristaloid meninggal (relative
risk pada kelompok albumin, 1.00; 95% confidence interval [CI], 0.87-1.14 ; P=0.94).
Setelah 90 hari, 365 dari 888 pasien (41.1 %) pada kelompok albumindan 389 dari 893
(43.6%) pada kelompok kristaloid meninggal (relative risk 0.94; 95% CI; 0.85-1.05; P
=0.29). Tidak ada perbedaan signifikan dalam outcome sekunder yang diobservasi pada
kedua kelompok.
Kesimpulan
Pada pasien dengan sepsis berat, penggantian albumin dengan cairan kristaloid tidak
meningkatkan rate of survival (angka harapan hidup) pada 29 dan 90 hari.

1 | Page

Sejak beberapa dekade albumin telah diberikan kepada pasien untuk memberikan
tekanan onkotik dan volume intravaskular yang adekuat. 1 Pada tahun 1998, sebuah laporan
dari Cochrane Injuries Group Albumin Reviewer mengindikasikan bahwa pemberian albumin
memiliki potensi berbahaya bagi pasien dengan penyakit kristis, jika dibandingkan dengan
pemberian cairan kristaloid. Sedangkan laporan meta-analisis selanjutnya memberikan hasil
yang sebaliknya. 3,4
Untuk mengklarifikasi issue ini, studi berskala besar, double-blind, randomized
control trial (studi evaluasi cairan albumin vs salin)5 dilakukan, yang mana cairan albumin
4% dibandingkan dengan normal salin sebagai pergantian cairan pada pasien kritis dengan
hasil bahwa pemberian albumin adalah aman. Sebuah Analisis predefined subgroup
menunjukkan bahwa pasien sepsis berat yang diberikan albumin mengalami pernurunan
kondisi, meskipun tak signifikan, dan berisiko kematian jika dibandingkan dengan normal
salin. Sehingga, studi selanjutnya menitik beratkan pada keuntungan potensial dari
maintaning/ pemeliharaan serum albumin pada level lebih dari 30 g per liter pada pasienpasien dengan kondisi kritis.6
Ini adalah rasional yang meyakinkan untuk keuntungan potensial dalam pemberian
albumin selama sepsis berat. 7 Albumin adalah protein utama yang bertanggung jawab untuk
tekanan osmotik koloid plasma8 ; berperan sebagai suatu pembawa bagi beberapa senyawa
endogen dan eksogen

dengan sifat antioksidan dan antiinflamasi, dan sebagai penggeruk

untuk jenis oksigen reaktif.

10,11

dan nitrogen12 , dan berperan sebagai buffer/penyangga

molekul terhadap keseimbangan asam-basa .13 untuk itu kami melakukan randomized
(pengacakan), controlled-trial untuk menginvestigasi efek pemberian albumin dan kristaloid
jika dibandingkan dengan pemberian kristoloid saja, dengan target level serum albumin 30
gram per liter atau lebih dalam populasi pasien sepsis berat.

METODE
Desain Studi
Kami mengadakan studi Albumin Italian Outcome Sepsis (ALBIOS) sebuah
investigator awal, multicenter, open-label, randomized, controlled trial -- pada 100 ICU di
Italia. Anggota steering comitte mendesain studi, bertanggung jawab untuk pelaksanaan dan

2 | Page

analisis data, membuat keputusan untuk mengajukan naskah untuk tujuan publikasi, dan
mengemban tanggung jawab untuk memastikan studi telah sesuai dengan protokol.
Percobaan didanai oleh Italian Medicines Agency, yang tak memiliki peran dalam
pelaksanaan studi, melaporkan data, dan supply cairan untuk studi. Albumin yang diberikan
pada studi ini disediakan oleh masing-masing institusi yang berpartisipasi sebagai bagian dari
tatalaksana klinis pada pasien yang kritis. Protokol studi dan informed consent disetujui oleh
komite etik masing-masing institusi yang berpatisipasi. Informed consent atau deferred
consent tertulis diperoleh dari masing-masing pasien.
Randomized / pengacakan dilakukan secara sentral, dengan menggunakan komputer
dan rangkaian pekerjaan yang bersifat blinded. Randomized telah dibagi atas berbagai
tingkatan (stratifikasi) berdasarkan ICU yang berpatisipasi, dan interval antara waktu pasien
dijumpai kriteria klinis untuk sepsis berat dan randomisasi. Palaksanaan trial diawasi dengan
papan monitoring data dan keamanan, yang menunjukkan data sementara setelah terdaftar
700 pasien.
Pasien
Pasien berusia 18 tahun atau lebih yang ditemui kritera klinis untuk sepsis berat dalam
24 jam sebelumnya selama perawatan di ICU didaftarkan untuk studi ini dengan sebelumnya
disaring untuk kriteria yang memenuhi syarat. Detail kriteria inklusi dan ekslusi terdapat pada
appendix.
Perlakuan / pelaksanaan studi
Pasien secara random ditentukan untuk menerima cairan albumin 20% dan kristaloid
(kelompok albumin) atau cairan kristaloid saja (kelompok kristaloid) dari randomisasi hingga
hari ke 28 atau penghentian rawat ICU tergantung mana yang terlebih dahulu. Selama fase
awal resusitasi volume, kedua cairan diberikan pada kedua kelompok untuk mencapai goal
lebih awal. 15
Setelah randomisasi, pasien pada kelompok albumin menerima 300 ml cairan albumin
20%. Dari hari pertama hingga ke 28 atau hingga berhenti dirawat di ICU (tergantung mana
yang terlebih dahulu) albumin 20% diberikan secara harian untuk memperthankan level
serum albumin 30 g per liter atau lebih. Pada kedua kelompok, kristaloid diberikan kapanpun
tergantung kebutuhan sesuai kondisi klinis. Pemberian koloid sintetik tidak diijinkan,
sedangkan tatalaksana lain sesuai kebijaksanaan dokter.
3 | Page

Outcome
Ukuran outcome utama adalah kematian dari berbagai penyebab pada 28 hari pasca
randomisasi. Ukuran outcome sekunder dasar adalah kematian pada 90 hari pasca
randomisasi. Outcome sekunder tambahan adalah jumlah pasien dengan disfungsi organ,
tingkatan disfungsi, dan length of stay di ICU dan RS. Beratnya penyakit sistemik dapat
diukur dengan menggunakan Simplified Acute Physiology Score dengan score antara 0-163
dan skor tertinggi mengindikasikan sakit terberat.16 Fungsi organ dapat dinilai harian dengan
menggunakan Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) score, 17 dengan range 0-4 untuk
masing-masing komponen (respirasi, koagulasi, hati, kardiovaskular, dan renal) dengan angka
tertinggi mengindikasikan disfungsi organ berat. kegagalan organ baru memberi makna
sebagai suatu perubahan pada sebuah komponen selama studi dari baseline score 0,1, 2
menjadi 3, 4. Outcome tersier yang dinilai adalah post-hoc analysis termasuk penggunaan
renal-replacement therapy, insiden Acute Kidney Injury, durasi ventilasi mekanik, dan waktu
penilaian penggunaan agen vasopressor dan inotropik.
Analisis Statistik
Kami sebenarnya menentukan bahwa sebuah sampel dari 1350 pasien akan
memberikan kekuatan 80% dalam mendeteksi sebuah perbedaan absolut antara kedua
kelompok dengan poin persentase 7.5 pada mortalitas 28 hari. Pada basis dari mortalitas
baseline terestimasi 45% dengan two-side P value kurang dari 0.05 (indikasi signifikan secara
statistik). Protokol studi menspesifikkan kemungkinan peningkatan sampel hingga 1800
pasien dengan basis suatu rekomendasi data dan safety monitoring board selama analisis
sementara.
Semua analisis dilakukan dengan basis intension-to-treat. Outcome berpasangan
dibandingkan dengan menggunakan chi-square test, dan continuous outcome menggunakan
wilcoxon rank-sum test. Perbandingan volume cairan dan data fisiologis ditunjukkan dengan
menggunakan sebuah two-factor analysis of variant (varian analisis 2-faktor) untuk ukuran
berulang. Kami mengukur survival estimates berdasarkan metode Kaplan-Meier dan
membandingkan mereka dengan menggunakan log rank-test. Kami menunjukkan analisis
biasa menggunakan robust poisson regression for binary outcome. Pada post hoc analysis
outcome utama (primer) dan outcome sekunder dasar dinilai pada pasien yang memiliki syok
sepsis dan tidak memiliki syok sepsis saat pendaftaran. Tatalaksana heterogen mempengaruhi

4 | Page

kedua kelompok yang dinilai dengan menggunakan test untuk relatif risk yang umum. SAS
software, version 9.2 (SAS Institute) digunakan pada seluruh analisis.

HASIL
Populasi Studi
Dari Agustus 2008 hingga Februari 2012, total 1818 pasien dengan sepsis berat secara
random telah menerima cairan albumin 20% disertai cairan kristaloid (910 pasien) dan cairan
kristaloid saja (908 pasien) sebagai penggantian cairan. Per protokol, pendaftaran pasien
distratifikasi berdasarakan interval waktu pasien ditemukan gejla klinis sespis berat dengan
randomisasi : 6 jam atau kurang (579 pasien [31.8]) VS 6 jam atau lebih 1239 pasien
[68.2%]). Total 8 pasien diekslusi dari analisis (2 pasien pada kelompok albumin menolak
ikut serta; 5 pasien di kelompok albumin dan 1 pasien di kelompok kristaloid mengalami
randomization error) (Gambar 1 pada Supplementary Appendix)
Setelah follow up, data kematian pada 90 hari memungkinkan untuk 888 dari 903
pasien (98.3%) pada kelompok albumin dan pada 893 dari 907 (98.5%) pada kelompok
kristaloid. Baseline Characteristics sama diantara kedua kelompok, kecuali untuk sedikit
ketidakseimbangan pada jumlah pasien dengan disfungsi organ dan nilai saturasi vena sentral
(Tabel 1). lokasi utama dari infeksi, tipe mikroorganisme, dan proporsi pasien menerima
antibiotik sama pada kedua kelompok (Tabel S2 pada Suplementary Appendix)
Terapi Cairan dan Efek Terapi
Selama 7 hari pertama,kelompok albumin, jika dibandingkan dengan kelompok
kristaloid menerima volume cairan albumin 20% lebih besar sevara signifikan (P<0.001) dan
lebih sedikit cairan kristaloid (P<0.001). Pada kelompok Albumin pemberian cairan Albumin
20% dihitung rata-rata median harian yaitu 4.3 % (interquatile range, 2.9-5.8) dari total cairan
yang diberikan. Total pemberian cairan selama 7 hari pertama tidak berbeda secara signifikan
antara kedua kelompok (3738 ml [interquartile range, 3174-4437]) dan 3825 ml [interquartile
range, 3205-4533], masing-masing; P=0.10) (Tabel S3 pada Suplementary Appendix)
Level serum Albumin meningkat secara signifikan pada kelompok Albumin
dibandingkan kelompok kristaloid dari hari ke 1 hingga 28 (P<0.001) (Gambar 1A). Pada 7
hari pertama, kelompok kelompok albumin memiliki heart rate lebih rendah secara signifikan
5 | Page

dibandingkan kelompok kristaloid (P=0.002), dan juga memiliki Mean Arterial Pressure
(MAP) yang lebih tinggi secara signifikan

(P=0.03) (Tabel S4 dan Gambar S2 pada

Suplementary Appendix). Keseimbangan cairan harian lebih rendah pada kelompok Albumin
dibandingkan kelompok kristaloid (P<0.001) (Gambar 1B). Median kumulatif kesimbangan
cairan juga lebih rendah secara signifikan pada kelompok Albumin dibandingkan dengan
kelompok Kristaloid (347 ml [interquartile range, -3206 hingga 4042] vs 1220 ml
[interquartile range, -2767 hingga 5034] P= 0.004) (Tabel S5 pada Suplementary Appendix)
Outcomes
Pada 28 hari setelah randomisasi, 285 dari 895 pasien (31.8%) pada kelompok
Albumin dan 288 dari 900 pasien (32.0%) pada kelompok kristaloid meninggal (relative risk
kelompok Albumin, 1.00; 95% Confidence Interval [CI], 0.87 1.14 ; P=0.94) (Table 2).
Pada follow up 90 hari, 365-888 pasien (41.1%) pada kelompok Albumin dan 389 dari 893
(43.6%) pada kelompok kristaloid meninggal (relative risk, 0.94 ; 95% CI, 0.85-1.05 ; P =
0.29). Tidak ada perbedaan signifikan dalam probabilitas survival (harapan hidup) antara
kelompok Albumin dan kelompok Kristaloid selama 90 hari pasca randomisasi (P=0.39)
(Gambar S2)
Tidak ada perbedaan signifikan yang tampak antara kedua kelompok dengan
memperhatikan pada sejumlah gagal organ yang baru berkembang atau skor median SOFA
(Tabel 2). Analisis skor SOFA pada masing-masing sistem organ menyatakan bahwa, jika
dibandingkan dengan kelompok kristaloid maka kelompok albumin memiliki skor lebih
rendah pada kardiovaskular (P=0.03), skor koagulasi lebih tinggi (P=0.04), dan skor hati
lebih tinggi (P=0.02). Tidak ada perbedaan signifikan antara outcome sekunder dan tersier,
kecuali pada waktu pengskoran pemberian agen vasopresor dana antibiotik yang lebih pendek
pada kelompok albumin dibandingkan dengan kelompok kristaloid (P=0.007) (Tabel 2)
Pada analisis subkelompok/ subgrub, tak ada perbedaan signifikan yang tampak pada
prespecified subgroups yang distrafikasi berdasarkan interval antara waktu pasien ditemukan
gejala klinis sepsis berat dengan randomisasi (Gambar S3 pada Suplementary appendix).
Sebaliknya perbedaan signifikan tampak pada post hoc subgroups analysis yang termasuk
1121 pasien dengan syok sepsis, dibandingkan dengan 660 pasien tanpa syok sepsis pada saat
pendaftaran (relative risk dengan septic shock, 0.87 ; 95% CI, 0.77-0.99 ; relative risk tanpa
septic shock, 1.13 ; 95% CI, 0.92-1.39 ; P=0.03 untuj heterogenitas) (Gambar S3 pada

6 | Page

Suplementary Appendix). Pencocokan untuk Baseline covariates tidak signifikan dalam


mengubah hasil (Tabel S6 pada suplementary appendix)

7 | Page

Nilai plus minus rata SD. Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua
kelompok kecuali dengan memperhatikan saturasi oksigen vena sentral (P=0.02) dan
sejumlah pasien dengan disfungsi organ (P=0.04). COPD menunjukkan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik, dan ICU Intensive Care Unit
Body Mass Indes adalah berat dalam kg dibagi dengan tinggi dalam meter
yang dikuadratkan
Diantara kondisi preexisting, penyakit hati diartikan sebagai keberadaan
sirosis, hipertensi portal, episode sebelumnya dari insufisiensi hati.
Imunodefisiensi adalah sebagai kemunculan bersama penyakit imunosupresif atau
resep terapi imunosupresif ; dan penyakit jantung iskemik atau kongestif sebagai New
York Heart Association class II
The Simplified Acute Physiology Score (SAPS II)16 yang digunakan untuk
menaksir beratnya penyakit klinis pada baseline. Score range dari 0-163
dengan score lebih tinggi mengindikasikan penyakit lebih berat
Data pada tekanan vena sentral memungkinkan untuk 841 pasien pada
kelompok albumin, dan 858 pada kelompok kristaloid ; data pada level laktat,
untuk masing-masing 874 dan 867 ; data pada level serum albumin, masing-masing
821 dan 813 ; data pada level albumin, masing-masing 893 dan 894 ; data saturasi
oksigen vena sentral, masing-masing 798 dan 802
The Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) Score termasuk subscore
ranging dari 0-4 untuk masing-masing 5 komponen(respirasi, koagulasi, hati,
jantung dan renal/ginjal) dengan angka lebih tinggi mengindikasikan kerusakan lebih
berat. Scoring dimodifikasi dengan mengeluarkan assessment dari cerebral failure
(gagal cerebral/otak) (The Glasgow Coma Scale), yang ditunjukkan pada pasien, dan
dengan pengurangan nilai ambang MAP hingga 65 mmHg untuk subscore
kardiovaskular 1, untuk konsistensi dengan target hemodinamik ditetapkan
berdasarkan the early goal-directed therapy. 15
; Disfungsi organ diartikan sebagai SOFA score 2 atau lebih pada komponen
respirasi ; 2 atau lebih pada komponen koagulasi; 2 atau lebih pada komponen
hati; 1, 3, atau 4 pada komponen kardiovaskular; dan 2 atau lebih pada komponen
renal.5 Sebuah skor 2 untuk komponen kardiovaskular tidak termasuk karena skor
tersebut telah ditetapkan untuk penggunaan obat vasopressor dosisi rendah (sebuah
kondisi yang tidak dipertimbangkan untuk berhubungan erat dengan disfungsi
kardiovaskular)
Syok pada saat randomisasi diartikan sebagai skor 3 atau 4 pada skor SOFA
untuk kardiovaskular 5
;

8 | Page

9 | Page

Gambar 1. Level Serum Albumin Hingga hari ke-28 dan Keseimbangan Cairan
Hingga Hari ke-7
Panel A menunjukkan konsentrasi serum albumin hingga hari ke-28 pada pasien yang
menerima albumin disertai kristaloid, dan kristaloid saja. Hari ke 0 adalah saat
randomisasi. Data berupa median, batang I (I bar) mengindikasikan interquartile
ranges. Nilai P untuk perbandingan antara kedua kelompok ditunjukkan dengan
menggunakan analisis dua faktor dari varian/ perbedaan untuk ukuran berulang-ulang
terkait waktu test (28 hari untuk serum albumin, termasuk hari ke 0) dan efek kelompok.
Panel B menunjukkan keseimbangan cairan hingga hari ke-7 pada pasien yang
menerima albumin dan kristaloid atau kristaloid saja. Keseimbangan cairan harian
dihitung sebagai perbedaan jumlah total cairan yang diberikan (termasuk albumin 20%,
kristaloid, produk darah lain seperti packed red cell, fresh frozen plasma, atau platelet
ataupun cairan lainnya) dan jumlah total cairan yang keluar setiap hari (termasuk urinary
output dan kehilangan cairan lainnya seperti kemungkinan kehilangan cairan akibat
penggunaan renal replacement therapy berkelanjutan (continuous), kehilangan cairan
lewat feses, isi gaster teraspirasi, drainase cairan, dan keringat. Untuk hari pertama,
keseimbangan cairan dihitung secara tepat dari waktu randomisasi hingga hari pertama,
yang dirata-ratakan 16 jam pada kedua kelompok. Baris horizontal pada kotak
mengindikasikan median, atas-bawah mengindikasikan interquartile range, Batang I
sebagai percentile range ke 5 hingga 95. Nilai P perbandingan kedua kelompok
ditunjukkan dengan menggunakan analisis dua faktor dari varian/ perbedaan untuk
ukuran berulang-ulang terkait waktu test dan efek kelompok.

10 | P a g e

Gagal organ didefinisikan sebagai perubahan pada komponen spesifik SOFA


score harian17 dari skor 0, 1, atau 2 pada baseline hingga skor 3 atau 4 pada periode
studi 5,17,18
Nilai merupakan median dan interquartile range dari SOFA score, mewakili skor
SOFA harian untuk masing-masing pasien selama periode studi (termasuk SOFA
score pada baseline). Tidak ada imputasi (penyalahan) untuk kehilangan data.
Length of stay di rumah sakit termasuk ICU
; Outcomes tersier yang dianalisis dengan post hoc analysis
Termasuk pasien dengan berbagai bentuk resep renal replacement therapy oleh
dokter selama studi termasuk pasien dengan chronic renal failure
Acute Kidney Injury didefinisikan berdasarkan kiteria risiko, cedera, kegagalan, loss,
dan (RIFLE) end state kidney injury 20 untuk acute kidney injury pada peningkatan
kenaiakan harian dari level serum kreatinin dari baseline selama periode studi.
;

11 | P a g e

Durasi bantuan ventilasi termasuk hanya pada waktu selama periode studi, dan tidak
membutuhkan durasi total pemberian bantuan ventilasi
Waktu untuk suspensi/pengskoran agen vasopresosr atau inotropik yang
diperkirakan dengan jumlah hari dalam pemberian agen vasopresor atau
inotropik pada pasien seperti yang sedang menjalani terapi sesuai baseline. Data
memungkinkan untuk 582 pasien pada kelompok albumin dan 576 pada kelompok
kristaloid.

Gambar 2. Kemungkinan harapan hidup dari randomisasi hingga hari ke 90.


Gambar menunjukkan estimasi Kaplan-Meier kemungkinan harapan hidup pasien selama
pemberian albumin + kristaloid dan kristaloid saja. Nilai p dihitung dengan menggunakan
The log-rank test.

DISKUSI
Hasil utama dari percobaan berskala besar ini menyediakan bukti efikasi dan
keamanan penggunaan albumin selama sepsis berat strategi intervensi yang selama ini terus
12 | P a g e

diperdebatkan).

21,22

Pemberian albumin pada kristaloid selama 28 hari pertama terapi untuk

mempertahankan level serum albumin 30 gr per liter atau lebih dinyatakan aman, namun
tidak memberikan keuntungan harapan hidup dibandingkan penggunaan kristaloid saja,
hingga periode follow up hari ke 90. Penemuan yang sama pada subgrub yang terstratifikasi
berdasarkan interval waktu antara ditemuinya kriteria klinis sepsis berat dan aplikasi terapi.
Penemuan pada percobaan kami mungkin tampak kontradiktif dengan the predefined
Subgroup Analysis dari studi SAFE, 5 yang mengusulkan sebuah keuntungan harapan hidup
dalam penggunaan albumin pada sepsis berat.

Hal yang masuk akal dari hipotesis ini

didukung oleh keuntungan hemodinamik signifikan yang terobservasi23 dan oleh investigasi
lebih jauh yang menujukkan bahwa koreksi hipoalbuminemia menurunkan beratnya disfungsi
organ.

4,6

efek menguntungkan yang sama juga diusulkan sebuah meta-analisis besar yang

berkesimpulan bahwa penggunaan cairan mengandung albumin dapat dihubungkan dengan


penurunan mortalitas dibandingkan dengan yang terlihat pada cairan lainnya.
Hasil kami mengkonfirmasi bahwa pemberian albumin menghasilkan keuntungan
hemodinamik yang kecil namun signifikan. Proporsi lebih besar secara signifikan pada
kelompok albumin diandingkan pada kelompok kristaloid mencapai target MAP dalam 6 jam
sejak randomisasi (tabel S7 pada Suplementary Appendix). Selama 7 hari pertama, MAP
lebih tinggi, heart rate dan keseimbangan cairan lebih rendah, di kelompok albumin
dibandingkan dengan kelompok kristaloid. Lebih jauh subskor SOFA kardiovaskular rata-rata
lebih rendah pada kelompok albumin, dan waktu pengskoran agen vasopressor atau inotropik
lebih singkat, mengindikasikan penurunan penggunaan vasopressor. Efek ini diperoleh
dengan jumlah yang sama pada pemberian cairan di kedua kelompok.

Penemuan ini

mengkonfirmasi pemberian albumin selama sepsis berat, termasuk distribusi cairan lebih
besar pada kompartemen intravaskular, dan juga efek memungkinkan albumin sebagai
penggeruk Nitric Oxide,12 yang memediasi vasodilatasi perifer selama sepsis. 25,26
Outcome sekunder juga menyediakan profil detail keamanan pemberian albumin
selama sepsis berat. Insiden gagal organ selama studi sama pada kedua kelompok. Kami
menemukan SOFA subscore rata-rata sedikit lebih rendah pada komponen hati dan koagulasi
pada kelompok albumin, mengindikasikan jumlah serum bilirubin lebih tinggi dan platelet
yang lebih rendah, masing-masing, jika dibandingkan dengan kelompok kristaloid. Akan
tetapi kelebihan absolut pada konsentrasi bilirubin serum adalah tipis (median, 1.0 mg per
deciliter [interquartil range, 0.6 1.7] VS 0.9 mg per deciliter [interquartil range, 0.5 1.5]
13 | P a g e

P<0.001) dan kemungkinan dihubungkannya metode yang digunakan untuk menyiapkan


cairan albumin, yang mungkin tidak dapat efisien dalam pembersihan kandungan bilirubin
dari plasma.21,27 penurunan sedikit dari jumlah platelet pada kelompok albumin mungkin
menjadi pertanda lebih jauh

untuk adanya ekspansi besar kompartemen vaskular pada

kelompok ini dibandingkan dengan kelompok kristaloid, dengan konsekuensi dilusi dari
kandungan hemoglobin (Tabel S4 dari suplementary Appendix)
Post hoc univariat dan analisis multivariat dari data yang berasal dari 1121 pasien
dengan syok sepsis menunjukkan mortalitas lebih rendah secara signifikan saat 90 hari pada
kelompok albumin dibandingkan dengan kelompok kristaloid. Sebaliknya subgrub pasien
dengan sepsis berat tanpa syok sepsis, mortalitas muncul lebih tinggi pada pasien yang
dirawat dengan albumin dibandingkan dengan kristaloid saja, meskipun perbedaan masih
jauh dari signifikan. Analisis tidak diprespesifikasi sehingga mungkin dikarakteristikkan oleh
well-known biases. Akan tetapi keadaan syok pada sepsis beratmewakili sebuah clinicalentity yang terdefinisi dengan baik. Lebih jauh, sifat onkotik, anti inflamasi, dan penggeruk
NO dari albumin adalah penting secara klinis, yang mungkin tereksploitasi secara maksimal
dalam kondisi paling berat, seperti disfungsi kardiovaskular.
Percobaan kami mempunyai keterbatasan tertentu. Pertama, kami memasukkan
penggunaan cairan albumin dengan konsentrasi lebih besar dibandingkan studi SAFE (20%
vs

4%).

Konsekuensinya

volume

cairan

albumin

yang

diberikan

lebih

sedikit

dibandingkanpada studi SAFE, sejak goal kami untuk memperbaiki hipoalbumnemia dan
tidak mengganti secara langsung volume intravaskular. Kedua, mortalitas terobservasi dalam
28 hari lebih rendah dari ekspektasi sesungguhnya. Dengan demikian meningkatkan
kemungkinan studi dalam kondisi underpowered. Akhirnya hanya kira-kira sepertiga terdaftar
selama fase awal sepsis berat.
Sebagai kesimpulan, penambahan albumin sebagai tambahan pada kristaloid untuk
mengkoreksi hipoalbuminemia dibandingkan dengan penggunaaan kristaloid saja, pada
pasien sepsis berat selama berada di ICU tidak memberikan keuntungan harapan hidup pada
28 hari dan 90 hari terapi, meskipun terdapat peningkatan variable hemodinamik.
Keuntungan klinis albumin terlihat pada post hoc analysis pada subgrup pasien dengan syok
sepsis memerlukan konfirmasi lebih jauh.

14 | P a g e

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai