Anda di halaman 1dari 20

HIV (+) DALAM KEHAMILAN

PENDAHULUAN
Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS)


Merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama
pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air
susu ibu.
Virus tersebut merusak sistim kekebalan tubuh
manusia dan menyebabkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh

fenomena

baru penyebaran HIV/AIDS, yaitu


infeksi HIV mulai terlihat pada para
pengguna Narkotik suntikan (IDU/Injecting
drug user). Penularan pada kelompok IDU
terjadi secara cepat karena penggunaan
jarum suntik bersama

INFEKSI PRIMER HIV


2

tipe HIV ---- HIV 1 (Penyebab utama) &


HIV 2

Infeksi

pertama tdk bergejala -----Asimptomatik

Flu

like syndrom ------ 5 30 hari stlh infeksi

Kehamilan

tidak signifikan mempengaruhi risiko


kematian, progresivitas menjadi AIDS, atau
progresivitas penurunan CD4+ (hemodilusi).
Kehamilan hanya sedikit meningkatkan kadar
virus HIV (viral Load) .
ODHA yang hamil tidak terjadi penurunan
kondisi fisik ibu, sehingga biasanya HIV(+)
terdeteksi secara kebetulan .

Pengaruh HIV pada kehamilan


Abortus
Prematuritas
IUGR
KJDR
Penularan

pada janin

ANAMNESIS

Riwayat terjangkit :
- Pengguna narkoba
- Riwayat Transfusi (1978-1985),
transplantasi organ,donor semen,
- pasien dari daerah endemik
- Sering berganti pasangan seksual
- Curiga jika mengidap TBC aktif
- Pekerjaan yang sering terekspos dengan darah
dan cairan tubuh.

PEM. FISIS

TIDAK ADA GEJALA KHAS


Pem. kehamilan biasa
BB
TV --- Suhu & pernapasan
Kulit ---- skin rash,tanda pengguna narkoba
Mulut : tanda jamuran, ulkus
Limpadenopaty
Pulmo : batuk, sputum,sesak
Abdomen : hepatosplenomegaly
Genitalia : keputihan, vaginal ulkus

Pem Penunjang
Lab :
- Darah lengkap : jika AIDS--- lekopeni,
trombositopeni, anemia.
- HIV test (serologi) ---- Elisa / Western blot
- CD4 : < 200/ml ---- AIDS
< 200 350 / ml ---- ART
- Viral load --- PCR / b DNA ---- > 50 coppies/ml deteksi
55.000coppies/ml ART
> 1000 coppies/ml SC
- Hep B & C
- TB skin tes
USG

Terapi

Untuk mencegah transmisi inutero, diberikan


Antiretrovirus (ART). Berbeda dengan populasi
ODHA lainnya, ART direkomendasikan untuk semua
ODHA yang sedang hamil untuk mengurangi resiko
transmisi, tanpa memperhitungkan kadar CD4+. Hal
ini berdasarkan bahwa resiko transmisi perinatal
meningkat sesuai dengan kadar HIV ibu dan resiko
transmisi dapat diturunkan hingga 20% pada ODHA
yang dalam terapi ART. 6,7,

Tujuan pemberian ART pada kehamilan :


- Untuk memaksimalkan kesehatan ibu
- Mengurangi resiko transmisi HIV dengan
cara menurunkan kadar HIV serendah
mungkin.

Obat

ART yang pertama kali diteliti untuk


mengurangi transmisi inutero adalah
zidovudin (ZDV) dimana obat diberikan sejak
minggu ke 14 kehamilan, dilanjutkan ZDV
intravena pada saat intra partum untuk
ibu,diikuti dengan ZDV sirup yang diberikan
pada bayi sejak usia 6-12 jam sampai 6
minggu.

Di

Indonesia, obat pencegahan yang paling


mampu dilaksanakan adalah pemberian
nevirapin 200 mg dosis tunggal saat
persalinan dan ZDV diberikan 2x 300mg/hr
mulai kehamilan 36 minggu, dikombinasikan
dengan pemberian nevirapin 2 mg/kgbb
dosis tunggal pada bayi.

Penatalaksanaan Obstetri
Konseling
Untuk

mengurangi risiko transmisi HIV yang lebih


terutama terjadi pada saat intrapartum, beberapa
peneliti mencoba membandingkan transmisi
antara ODHA yang menjalani seksio sesarea
elektif dengan persalinan pervaginam. Persalinan
dengan seksio sesarea elektif dapat menurunkan
resiko transmisi hingga 80% dibanding dengan
persalinan pervaginam.

Dinegara maju, seksio sesarea sebelum persalinan dapat


mengurangi penularan dari ibu kebayi sampai 80%.
Bila bedah sesarea elektif disertai dengan terapi ART
maka risiko dapat diturunkan sampai 87%.
Walaupun demikian bedah sesarea bukan tanpa risiko,
apalagi pada ODHA dengan imunitas yang rendah. Pada
tindakan bedah perlu dipertimbangkan kondisi masingmasing daerah, biaya untuk tindakan operasi, fasilitas
untuk tindakan tersebut, komplikasi pasca bedah akibat
imunitas ibu yang rendah.

ASI mengandung HIV dalam jumlah yang cukup


banyak. Konsentrasi median sel yang terinfeksi HIV
pada ibu dengan HIV (+) adalah 1 per 104 sel.
Kadar tertinggi dalam ASI terjadi mulai minggu
pertama sampai 3 bulan setelah persalinan.
HIV dalam konsentrasi rendah masih dapat dideteksi
pada ASI sampai 9 bulan setelah persalinan.
Resiko penularan paling tinggi pada 6 bulan pertama,
kemudian menurun secara bertahap pada bulan-bulan
berikutnya.
Atas pertimbangan tadi , ODHA tidak dianjurkan
untuk menyusui bayinya dan digantikan dengan susu
formula.

Di negara maju, tidak mengalami kendala. Namun,


Hal tersebut sulit dilakukan di negara berkembang
mengingat keterbatasan dana untuk membeli susu
formula, kesulitan mencari air bersih dan
menyediakan botol bersih, selain norma-norma
masyarakat tertentu. Karena hal-hal tersebut, WHO,
Unicef dan UNAIDS mengeluarkan rekomendasi
untuk menghindari air susu ibu yang terkena HIV
jika alternatif susu lain tersedia dan aman.

HAL PENTING

Transmisi vertikal HIV dari Ibu ke janinnya, dapat


melalui Transmisi in utero, Transmisi intrapartum dan
transmisi pascapersalinan.
Angka penularan selama kehamilan 5-10 %.
Pada waktu bayi dalam kandungan, bayi mendapat
zat makanan dan O2 dari darah ibu yang
dipompakan ke darah bayi, walaupun begitu
umumnya darah ibu tidak bercampur dengan darah
bayi, sehingga tidak semua bayi yang dikandung ibu
dengan HIV(+) tertular HIV saat dalam kandungan.

Plasenta diduga mempunyai efek anti HIV-1 dengan


mekanisme yang masih belum diketahui. Salah satu
hormon plasenta human chorionic gonadotropin
(hCG) diduga melindungi janin dari HIV-1 melalui
beberapa cara, seperti menghambat penetrasi virus
ke jaringan plasenta, mengontrol replikasi virus
didalam sel plasenta dan menginduksi apoptosis selsel yang terinfeksi HIV-1.
Perlindungan ini dapat rusak bila ada infeksi virus,
bakteri ataupun parasit pada plasenta atau pada
keadaan dimana daya tahan ibu sangat rendah,
misalnya keadaan gizi ibu yang jelek.

Anda mungkin juga menyukai