DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Yogyakarta
Pendahuluan
RSCM
RSHS
RSWS
RSK
74
123
124
113
85
65
41
31
37
46
309
272
244
228
198
129
157
98
65
30
23
70
124
136
122
87
81
96
RSMH
203
242
252
134
216
230
126
152
174
Angka Kejadian
Kelompok Umur Demam Tifoid
di Lima Rumah Sakit, 1991-1996
Umur
RSCM
1-4
5-9
> 10
Jumlah
RSHS
RSWS
RSK RSMH
108
254
215
395
525
449
40
138
106
84
311
284
263
599
301
577
1369
284
679
1164
Serotipe
S.typhi
Satu
Bakteriemia
Sistemik
S.cholerae suis
Satu
Enterokolitis
Bakteriemia
Infeksi lokal
S.enteritidis
>2000
Enterokolitis
Gastroenteritis
Bakteriemia
Infeksi lokal
S.typhimurium
S. enteridis
S. heidelberg
Klinis
Infeksi Salmonela
Barier pejamu
Lokal : pH, motilitas TGI, flora
usus
Umum : imunitas humoral & selular
Organisme
Jumlah bakteri
Virulensi (serotipe)
Resistensi terhadap antibiotik
Lamina propria
respons inflamasi
endotoxin (lokal, sistemik)
multiplikasi
Plaque Payeri
Duktus torasikus
bakteriemi primer
Lokal: inflamasi
Sistemik: pengeluaran
sitokin
sirkulasi
Organ target RES (hati,limpa,ss.tl)
bakteriemi sekunder
Organ lain ( fenomena metastasis)
Fase invasif
Fase tifoid
Penyembuhan
Asimtomatik
Demam intermiten
Nyeri kepala
Lesu,lelah
Tidak enak di perut
Konstipasii
Diare
Demam menetap
Bradikardi
Hepatomegali
Splenomegali
Konstipasi
Diare
Rose spot
Karier
Relaps
Komplikasi
400C
370C
Hari -15
Hari 0
Mulai demam
Hari 7
Hari 21
Manifestasi Klinis
kesadaran menurun
hepatospenomegali
bradikardi relatif
Fenomena metastasis
miokarditis, hepatitis
Fase karier
Gejala klinis
muntah,
diare/ obstipasi,
kembung
(dalam persen)
Demam
Menggigil
Nyeri perut
Mual
Muntah
Diare
Obstipasi
Mengigau
Kesadaran menurun
Lidah tifoid
Nyeri epigastrium
Hepatomegali
Splenomegali
10
25
50
75
100
Laboratorium
Darah perifer
leukopenia, an-eosinofilia,
limfositosis relatif
Peningkatan LED,
Peningkatan enzim
transaminase
Uji Serologi IgM & IgG
Biakan Salmonella typhi
(media empedu)
Diagnosis laboratorium
++
1/800 - 1/1600
Anti-H
++
+
1/400
Anti-O
H-15
H0
H7 H8
H 12
H 21
Diagnostik Laboratorium
Hubungannya dengan perjalanan
penyakit
demam
darah
tinja
urin
antibodi
1
S.typhi masuk
minggu
Uji Diagnostik
Uji Widal
Pelacak DNA (DNA probe)
IgG protein membran luar
Immunoblotting (Typhi-dot)
PCR (polymerase chain reaction)
Komplikasi
Di dalam saluran
cerna
peritonitis,
perdarahan,
perforasi
Peritonitis, perforasi
Gejala klinis
Gelisah, kesakitan
Kesadaran menurun (stadium
lanjut)
Abdomen tegang
Nyeri tekan
Defanse musculaire
Bising usus melemah
Pekak hati menghilang
Peritonitis, perforasi
Diagnosis banding
Pengobatan
Suportif
cairan, diet
elektrolit
asam basa
Pengobatan kausal
medikamentosa (antibiotik,
kortikosteroid)
bedah (pengobatan komplikasi)
Pengobatan suportif
Cairan
rumatan, larutan D5 : NaCl 0.9% (3:1)
tambah 12.5% setiap kenaikan suhu 10
Diet
makan lunak
kurangi serat, zat yang merangsang
tidak terlalu ketat
Kloramfenikol
100mg/kgBB/hari oral,
maksimal 2 gram, 10 hari
tidak diberikan pada leukosit <2000/Ul)
Kotrimoksazol
6mg/kgBB/hari, 10 hari
Amoksisilin
100 mg/kgBB/hari, 10 hari
80 mg/kgBB/hari
intravena, intramuskular, per-infus
lama pengobatan 5 hari i
20 mg/kgBB/hari
per-oral,
lama pengobatan 10 hari
Kuinolon
tidak direkomendasikan <14 tahun (binatang
percobaan: artropati tulang rawan), FDA 1997
Evaluasi Pengobatan
Suhu 0C
Antibiotik sensitif
Demam reda
Kesadaran membaik
Tidak ada komplikasi
Nafsu makan membaik
37,5
Hari rawat
Evaluasi Pengobatan
Suhu 0C
Antibiotik
Pengobatan sesuaikan
?
37,5
Komplikasi
Fokal infeksi lain
Resisten
Dosis tidak optimal
Diagnosis salah
Pemeriksaan
penunjang
Hari rawat
Hasil Pengobatan
3,2
1,3
1,1
2,1
3,0
hari
hari
hari
hari
hari
S (%)
R (%)
I (%)
96,6
96,0
91,8
93,2
91,9
89,6
92,3
81,8
3,4
2,0
3,3
6,8
0
0
2,6
15,2
0
2,0
4,9
0
8,1
10,4
5,1
3,0
Pengobatan Komplikasi
Ensefalopati
Pengobatan Komplikasi
Perforasi
laparatomi
Suportif
Cairan,
koreksi dehidrasi,
koreksi kelainan gas darah,
koreksi kelainan elekrolit
Prognosis
Rumah sakit
Angka Kematian
(%)
RSCM
RSHS
RSWS
RSK
RSMH
00000-
4,0
0,6
3,3
2,0
3,2
Pencegahan
Higiene perorangan
Higiene lingkungan
Membasmi karier
Higiene dalam pengasuhan
anak
Penularan di rumah sakit
(nosokomial)
Vaksinasi
Klasifikasi Vaksin
Vaksin Bakteri
Vaksin
Hidup
Vaksin
Inaktif
BCG
Vaksin Virus
Campak OPV
Parotitis
Rubela
Yellow
Varisela
Fever
Difteria Meningo
Influenza Rabies
Tetanus Pneumo
Pertusis Hib
Hepatitis B
Typhim Vi
IPV
Hepatitis A
Cholera
Imunisasi Aktif
Capsular Vi polysaccharide
injeksi Typhim Vi, intramuskular
vaksin polisakarida, konjungasi
diberikan pada umur > 2 tahun
ulangan tiap 3 tahun
Ty 21-a
oral, Vivotif : 3 dosis interval
selang sehari
diberikan pada umur > 6 tahun
Kesimpulan