Anda di halaman 1dari 22

TETANUS

Pembimbing
dr. H. Amir Rahman, Sp.B
Oleh :
Santi Nurfitriani
NPM : H1AP011004

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.M.YUNUS
2016

PENDAHULUAN

Tetanus terutama ditemukan pada negaranegara kurang dan sedang berkembang


dengan iklim hangat dan lembap yang padat
penduduk.
Tetanus merupakan salah satu penyakit yang
menjadi target program imunisasi World
Health Organization.
Insidensi tahunan tetanus di dunia adalah
0,5-1 juta kasus dengan tingkat mortalitas
sekitar 45%.

Tetanus adalah gangguan neurologis


yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan
oleh tetanospasmin, suatu toksin protein
kuat yang dihasilkan oleh Clostridium
tetani.

ETIOLOGI

Clostridium tetani
gram positif dan
anaerob murni
berbentuk
batang yang
langsing
panjang 25 um
dan lebar 0,3
0,5 um
Spora seperti
raket squash
dan vegetatif.

PATOGENESIS

c. tetani

Masuk melalui
luka

Pelepasan
tetanolisin dan
tetanospasmin

Toksin masuk ke
badan sel

Toksin di
transportasikan
dalam axon dan
secara retrograd
ke dalam badan
sel di batang
otak dan saraf
spinal

terikat pada
ujung-ujung saraf
di seluruh tubuh

berdifusi keluar
dan akan masuk
dan
mempengaruhi
neuron di
dekatnya

Interneuron
inhibitor spinal
terpengaruh

gejala-gejala
tetanus

Tetanoplasmin terikat
dengan gangliosida GD1b
dan GT1b

Toksin masuk ke
aliran darah

MANIFESTASI KLINIS

Tetanus
lokal

Tetanus
sefalik

Tetanus
neonatoru
m

Tetanus
general

MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi 3 hari sampai 4 minggu atau
lebih lama, rata-rata 8 hari.
Tetanus lokal
Jarang ditemukan.
Spasme dan peningkatan tonus otot
terbatas pada otot-otot di sekitar tempat
infeksi tanpa tanda-tanda sistemik.
Kontraksi dapat bertahan selama beberapa
minggu sebelum perlahan-lahan
menghilang.

Tetanus sefalik
Insiden sekitar (6%)
Bentuk khusus tetanus lokal yang
mempengaruhi otot-otot nervus
kranialis terutama di daerah wajah.
Dapat timbul setelah otitis media
kronik maupun cidera kepala (kulit
kepala, mata dan konjungtiva, wajah,
telinga, atau leher).

Tetanus general
Sekitar 80% kasus tetanus merupakan
tetanus general.

Trismus
Risus sardonikus
Opistotonus
Kejang otot akut
Overaktivitas saraf simpatis dan
otonom
Kesadaran tidak terganggu

Tetanus neonatorum
Disebabkan
proses
pertolongan
persalinan yang tidak steril seperti
perawatan bekas potongan tali pusat
yang tidak steril.
Rigiditas,
mulut mencucu seperti
mulut
ikan
(karpermond),
sulit
menelan ASI, iritabilitas dan spasme
merupakan gambaran khas tetanus
neonatoum.

DIAGNOSIS

Diagnosis tetanus manifestasi klinis.


Selain
trismus,
pemeriksaan
fisik
menunjukkan hipertonisitas otot-otot, refleks
tendon dalam yang meningkat, kesadaran
yang tidak terganggu, demam derajat rendah,
dan sistem saraf sensoris yang normal
Sebagian besar pasien memiliki riwayat luka
dalam 2 minggu terakhir dan secara umum
tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus
toksoid yang jelas

KLASIFIKASI TETANUS (ABLETT'S)

Grade I
Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general,
tidak ada distres pernapasan, tidak ada spasme
dan disfagia
Grade II
Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme
ringan hingga sedang dengan durasi pendek,
takipnea 30 kali/menit, disfagia ringan.
Grade III
Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme
spontan yang memanjang, distres pernapasan
dengan takipnea 40 kali/menit, apneic spell,
disfagia berat, takikardia 120 kali/menit.
Grade IV
Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme
spontan yang memanjang, distres pernapasan
dengan takipnea 40 kali/menit, apneic spell,
disfagia berat, takikardia 120 kali/menit.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum terhadap
tetanus:
kontrol jalan napas dan
mempertahankan ventilasi yang
adekuat.
Ruang perawatan khusus yang sunyi
dan gelap.
Pasien harus diistirahatkan dengan
tenang

Penatalaksanaan berikutnya yaitu:


1. Menetralisasi dari toksin yang bebas
Pemberian HTIG 5000-10.000 IU.
ATS dengan dosis 40.000 IU.
2. Menyingkirkan sumber infeksi
antibiotik Penisilin G (100.000-200.000
IU/kgBB per hari dibagi 2-4 dosis).
Metronidazole antibiotik pilihan
pertama untuk tetanus
Pada perawatan luka debridemen,
eksisi jaringan nekrotik, serta irigasi luka.

3. Pengendalian rigiditas dan spasme


Benzodiazepin
atrakurium dan vekuronium.
Atropin dosis tinggi apabila bradikardia
merupakan manifestasi utama
4. Pengendalian disfungsi otonomik
Morfin efektif menurunkan output
katekolamin. Obat lain yang telah
digunakan termasuk klonidin dan
magnesium.
5. Penatalaksanaan intensif suportif diet
cukup kalori
6. Vaksinasi

KOMPLIKASI

Komplikasi tetanus dapat terjadi akibat


penyakitnya seperti laringospasme,
atau sebagai konsekuensi dari terapi
sederhana, seperti sedasi yang
mengarah pada koma, apirasi atau
apneu, atau konsekuensi dari
perawatan intensif, seperti pneumonia
berkaitan dengan ventilator.

PENCEGAHAN
Ada 2 cara mencegah tetanus yaitu dengan
perawatan luka yang adekuat dan imunisasi aktif
dan pasif.

PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi
mortalitas pasien tetanus adalah
masa inkubasi, periode awal
pengobatan, imunisasi, lokasi
fokus infeksi, penyakit lain yang
menyertai, beratnya penyakit dan
penyulit yang timbul

TINJAUAN PUSTAKA

1.

2.

3.
4.
5.

6.

7.
8.

WHO. Current recommendations for treatment of tetanus during


humanitarian emergencies. WHO Technical Note. 2010
Cherry JD, Harrison RE. Tetanus in Textbook of Pediatric Infections
Diseases, 5th ed, Vol.2. Sauders. 2004
WHO Immunization surveillance, assessment and monitoring .
Sudoyo, Aru. Buku ajarilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing
Sjamuhidajat, Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Ed 2. Jakarta: EGC.
2005.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Infomedika. Jakarta. 1986. Hal
568 573.
Sidharta. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat.2009
Sumarmo SPS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar Infeksi
dan penyakit Tropis : Tetanus. Edisi 2. IDAI. 2008

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai