Anda di halaman 1dari 29

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIK (PPOK)
LYSI RAHIMISTA
10101054
Pembimbing:
Dr. Erneti Aziz, Sp.P

Bagian Ilmu Penyakit Paru


Fakultas Kedokteran Universitas Abdurrab
RSUD Siak Sri Indrapura Tengku Rafian
2016

Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan
salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Pajanan faktor resiko, seperti faktor penjamu yang


diduga berhubungan dengan PPOK, semakin
banyaknya jumlah perokok pada usia muda, serta
pencemaran udara .

(WHO) pada tahun


1990 PPOK urutan
ke-6 sebagai
penyebab utama
kematian di dunia
sedangkan pada
tahun 2002 telah
menempati urutan
ke-3 .

WHO : Prevalensi
PPOK pada 2020
akan mengalami
peningkatan
morbiditas dari
urutan ke 12
menjadi urutan
ke-5
Depkes 2004: PPOK
menempati urutan
pertama penyumbang
angka kesakitan, diikuti
asma bronkhial (33%),
kanker paru (30%), dan
lainya(2%

Latar Belakang
Kebiasaan
merokok
Peningkat
an usia
harapan
hidup

Pajanan
terhadap
pencemar
an udara

Peningkat
an
kejadian
PPOK

65 juta orang
menderita PPOK
sedang sampai
berat

3 juta orang
yang meninggal
akibat PPOK
pada tahun 2005

terjadi di negara
berpenghasilan
rendah dan
menengah

2002
penyebab
kematian kelima.
2030
penyebab
kematian ketiga

WH
90% kematian O
pada PPOK

INDONESI
A

Data dari Departemen Kesehatan


Republik Indonesia tahun 2004
berdasarkan survey di 5 rumah sakit
provinsi di Indonesia menunjukan PPOK
menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakitan, diikuti
asma bronkhial (33%), kanker paru
(30%), dan lainnya(2%)

Definisi

PPO
K

hambatan aliran
udara di saluran
nafas yang
reversibel sebagian
atau nonreversibel
dan bersifat
progresif

peningkatan respon
inflamasi kronis
terhadap saluran
nafas dan paru
terhadap partikel atau
gas yang beracun
atau berbahaya

Menurut GOLD (2011)


PPOK adalah penyakit paru yang
dapat dicegah dan diobati,
ditandai oleh hanbatan aliran
udara yg persisten, bersifat
progresif dan berhubungan
dengan respon inflamasi kronik
saluran napas dan paru terhadap
partikel atau gas beracun atau
berbahaya.
Eksaserbasi dan penyakit

Faktor resiko
PPOK
Faktor
penjamu
(host)

Faktor prilaku
(kebiasaan)
merokok

Faktor
lingkungan
(polusi
udara)

Etiologi
Etiologi PPOK
eksaserbasi akut
Infeksi (virus,bakteri), pajanan
dengan polutan, penghentian
pengobatan, bronkospasme, dan
perubahan diet.

Patogenesis dan patologi


Iritasi kronik saluran
pernafasan

Respon inflamasi
saluran nafas
dan paru

stress oksidatif
dan kelebihan
proteinase

perubahan patologis
pada PPOK
Bronkitis kronis
hipertrofi kelenjar mukosa bronkus
peningkatan jumlah&ukuran sel goblet,
infiltrasi sel radang
edema mukosa radang.
Peradangan dan penyempitan
penurunan VEP1

emfisema
-Defisiensi Alfa 1 antiprotease
-bawaan(idiopatik)
-stres oksidatif

kerusakan parenkim paru pada


emfisema ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi

Diagnosis
anamnes
is
klinis
PPOK
derajat

pemeriks
aan fisik
pemeriks
aan
penunjan
g
(+)spiro
metri

Anamnesis
Penderita usia pertengahan keatas
Keluhan utama yang sering adalah
sesak, dengan atau tanpa mengi
Batuk berulang dengan atau tanpa
dahak saluran napas berulang
Riwayat merokok atau bekas
perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan

Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/ anak,


misalnya berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan
polusi udara
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga

gejala eksaserbasi akut:


Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
Derajat eksaserbasi akut dibagi menjadi 3, yaitu:
Tipe I (Eksaserbasi berat) : memiliki 3 gejala di atas
Tipe II (Eksaserbasi sedang) : memiliki 2 gejala di
atas
Tipe III (Eksaserbasi ringan) : memiliki 1 gejala di
atas

PPOK dini umumnya tidak ada kelainan


Inspeksi :
Pursed - lips breathing
Barrel chest (diameter antero - posterior dan
transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis di leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater

Pemeriksaan fisis
Palpasi
Pada emfisema
fremitus melemah,
sela iga melebar

Perkusi
Pada emfisema
hipersonor dan batas
jantung mengecil,
letak diafragma
rendah, hepar
terdorong ke bawah

Auskultasi
suara napas
vesikuler normal,
atau melemah
terdapat ronki dan
atau mengi pada
waktu bernapas
biasa atau pada
ekspirasi paksa
ekspirasi
memanjang
bunyi jantung
terdengar jauh

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Faal paru
- Spirometri
2. Laboratorium darah
3. Pemeriksaan Radiologi
-Pemeriksaan penunjang lanjutan
4. Faal paru lengkap
5. Uji latih kardiopulmoner
6. Uji provokasi bronkus
7. Analisis gas darah
8. Radiologi
9. Elektrokardiografi
10.Bakteriologi

RADIOLOGI
Diagnosis pasti
:pemeriksaan Rontgen
foto toraks P.A.
Gambaran:
Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal
melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung
(jantung pendulum/
tear drop/ eye drop
appearance)

Diagnosis
PPOK

Asma

Gambaran klinis

1.

Onset pada usia pertengahan

2.

Gejala semakin progresif

3.

Terdapat riwayat merokok atau terpajan oleh polusi yang berbahaya.

1.
2.
3.
4.
5.

Onset pada awal usia dini


Gejala bervariasi dari hari ke hari
Gejala memburuk pada malam atu dini hari
Riwayat alergi, rhinitis, atau eksim
Riwayat keluarga asma

Gagal jantung kongesti

1. Ronki halus di basal paru


2. Foto thorak memperlihatkan pembesaran jantung, edema
paru
3. Riwayat hipertensi
4. Pemeriksaan faal paru: indikasi restriksi volume

Bronkiektasis

1. Sputum purulen dalam jumlah yang banyak


2. Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
3. Foto thoraks: dilatasi bronkus dan penebalan dinding
bronkus

Tuberkulosis

1.
2.
3.
4.

Onset semua usia


Gambaran thoraks : infiltrasi paru
Konfirmasi mikrobiologi (BTA +)
Lokasi prevalensi TB tinggi

GOLD 2010
Derajat

Klinis
Gejala klinis (batuk, produksi suptum)

Derajat I:
PPOK ringan
Derajat II:

Faal paru
Normal

Gejala batuk kronik dan produksi sputum tapi sering. VEP1/KVP <70%
Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa
VEP1 80% prediksi
faal paru mulai menurun

PPOK sedang

Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan VEP1/KVP <70%


kadang ditemukan gejala batuk dan produksi
50%<VEP1<80% prediksi
sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai
memeriksa kesehatannya.

Derajat III:

Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa VEP1/KVP <70%

PPOK berat

lelah dan serangan eksaserbasi semakin sering dan 30%<VEP1<50% prediksi


berdampak pada kualitas hidup pasien

Derajat IV:

Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal napas atau VEP1/KVP <70%

PPOK sangat berat

gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. VEP1<30% prediksi atau VEP1<50%
Pada derajat ini kualitas hidup pasien meburuk dan prediksi disertai gagal nafas kronik
jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa

PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :1
Mengurangi gejala
mencegah progresivitas penyakit
Meningkatkan toleransi latihan
Meningkatkan status kesehatan
Mencegah dan menangani komplikasi
Mencegah dan menangani eksaserbasi
menurunkan kematian

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan secara umum:
Edukasi
Berhenti merokok
Obat-obatan bronkodilator (antikolinergik,
agonis B-2, xantin), antiinflamasi, antibiotik,
antioksidan, mukolitik, antitusif
Rehabilitasi
Terapi oksigen
Ventilasi mekanis
nutrisi

Tabel 2.2 Antibiotik yang umumnya digunakan pada PPOK eksaserbasi akut

Eksaserbasi ringan-sedang

Eksaserbasi sedang-berat

Lini pertama

Sefalosporin

Doksisiklin 100mg 2x/hari

Ceftriakson 1-2 g IV/hari

Kotrimoksasol 2x1tab/hari

Cefotaksim 1g tiap 8-12 jam

Ceftazidime 1-2 g IV tiap 8-12 jam

Amoksisklin-klavulanat

Penicilin antipseudomonal

Piperasillin-tazobaktam 3,375 gIV/6jam

125mg tab 3x sehari

Ticarcilinclavulanat 3,1 g IV/6jam


Makrolide

Fluoroquinolones

Klarithromisin 500mg 2x/hari

Azitrommisin 500 mg pertama, selanjutnya -

Levofloksasin 500mg IV/hari


Gatifloksasin 400mg IV/hari

250mg/hari
Fluoroquinolone

Amiglosida

Levofloksasin 500mg/hari

Gatifloksasin 400mg/hari

Moksifloksasin 400mg/hari

Tobramisin 1mg/kgbb/8-12 jam

Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit:


Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau
venturi mask
Bronkodilator: inhalasi agonis 2 (dosis &
frekwensi ditingkatkan) + antikolinergik. Pada
eksaserbasi akut berat: + aminofilin (0,5
mg/kgBB/jam)
Steroid: prednisolon 30-40 mg PO selama 10-14
hari.
Steroid intravena: pada keadaan berat
Antibiotika terhadap S pneumonie, H influenza, M
catarrhalis.
Ventilasi mekanik pada: gagal akut atau kronik

Indikasi rawat inap pada PPOK


- Eksaserbasi sedang dan berat
- Terdapat komplikasi
- infeksi saluran napas berat
- gagal napas akut pada gagal napas kronik
- gagal jantung kanan

Indikasi rawat ICU :


Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang
gawat darurat atau ruang rawat.
Kesadaran menurun, letargi, atau kelemahan otototot respirasi
Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi
hipoksemia atau perburukan PaO2 > 50 mmHg
memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non
invasif)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai