Anda di halaman 1dari 43

10 MASALAH

PROGRAM

PUSKESMAS PEDES

Eka Yunita
Maria Cattleya
Junita Karla Taneo

Batas Wilayah Kerja


Puskesmas Pedes
Utara
Selatan

UPTD Puskesmas Sungai


Buntu
UPTD Puskesmas Kuta Mukti

Barat

UPTD Puskesmas Cibuaya

Timur

UPTD Puskesmas Kerta Mukti

Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes


mempunyai 8 desa binaan yaitu Desa Payung Sari, Desa
Karang Jaya, Desa Kerta Rahaja, Desa Rangdu Mulya, Desa
Laban Jaya, Desa jati Mulya, Desa Kerta Mulya dan Malang
Sari.
Jarak dari Puskesmas Pedes Ke Kota Kabupaten + 35 Km
dengan waktu tempuh
+ 90 menit menggunakan roda empat.

PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEDES

No

Nama Desa

Jarak

Rata rata

Kondisi

terjauh

waktu

keterjaungkauan Desa

ke PKM Tempuh ke PKM


Roda
Roda

Roda

Roda

Dua

Empat

Dua

Empat

Jalan

1
2
3

Payung Sari
Karang Jaya
Kerta

3
3

10 mnt 20 mnt
15 mnt 20 mnt

Bisa
Bisa

Bisa
Bisa

Baik
Baik

Raharja
Rangdu

20 mnt 30 mnt

Bisa

Bisa

Sedan

Bisa
Bisa
Bisa

g
Baik
Baik
Sedan

Bisa

g
Sedan

5
6
7
8

Mulya
Laban Jaya
Jati Mulya
Kerta Mulya
Malang Sari

6
4.5
6
7

20 mnt 30 mnt
15 mnt 25 mnt
20 mnt 30 mnt
25 mnt 40 mnt

Bisa
Bisa
Bisa
Bisa

Berdasarkan data dari masing-masing desa penduduk


wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes pada
tahun 2013 berjumlah 60.240 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 31.051 jiwa dan perempuan sebanyak 29.189 jiwa.
Grafik 1. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
12000

10000

8000

6000

4000

2000

0 - 11 bln 12 - 35 bln 36 - 59 bln 5 - 6

th 7 - 12 th 13 - 15 th 16 - 18 th 19 - 25 th 26 - 44 th 45 - 59 th
Laki - laki

Perempuan

>

60 th

No.

Desa

Jumlah Penduduk
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Payung Sari

4869

4578

9447

Karang Jaya

4617

4340

8957

Kerta Raharja

4000

3760

7760

Rangdu Mulya

3258

3062

6320

Laban Jaya

3113

2926

6039

Jati Mulya

4911

4617

9528

Kerta Mulya

3385

3182

6567

Malang Sari

2898

2724

5622

Jumlah

31051

29189

60240

Grafik 2. Pekerjaan

55%

15%

14%

10%
2%

4%

NO

JENIS SARANA KESEHATAN

SWAS
TA

PEMERINTAH

JUM-LAH

Pustu

Poskesdes

11

Ambulan (mobil Pusling)

Praktek Bidan Swasta

10

10

Pos Bindu

Posyandu

49

49

Klinik 24 jam

- Dokter Umum

- Dokter gigi

12

12

18

18

18

18

BP

- Perawat
- Bidan

9
10

Pengobatan Tradisional
Apotek

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

10 penyakit terbanyak tahun


2013
Nama Penyakit

ISPA
Febris
Gastritis
Rheumatik
Gastro Enteritis
Dermatitis
Neuralgia
Anemia
Hipertensi
Asma
Lain - lain
Jumlah Total

Jumlah
7.460
4.526
3.395
2.472
1.844
1.802
1.131
1.047
963
922
16.350
41.912

17.8
10.8
8.1
5.9
4.4
4.3
2.7
2.5
2.3
2.2
36.7
100

10 penyakit terbanyak tahun


2014
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Nama Penyakit
ISPA
Common old
Hipertensi
Demam
Dermatitis
Konjunctivitis
Myalgia
Gastroentritis
Cephalgia
Gastrodio denitis
Lain - lain
Jumlah Total

Jumla
h

4,154
1,679
1,046
704
692
442
202
301
192
157
501
10,070

41,3
16,7
10,4
7,0
6,8
4,3
2.0
3,0
1,9
1,6
5,0

100

10 MASALAH PROGRAM

CAKUPAN SKRINING KATARAK


Menurut survei Kementerian Kesehatan RI
tersebut, penyebab utama kebutaan di
Indonesia salah satunya adalah penyakit
katarak.
Angka kejadian kebutaan yang disebabkan
oleh penyakit katarak melebihi separuh
angka kebutaan nasional.
Kebutaan
akibat
katarak
sebabkan
produktivitas dan mobilitas penderitanya
terganggu, sehingga menimbulkan dampak
sosioekonomi bagi masyarakat, dan akan
menurunkan kualitas hidup masyarakat
secara keseluruhan.

Sasaran

60420

Pencapai
an

90

Cakupan

Target

0,15

100%

Penyebab
Masalah

Solusi
Masalah

Kurangnya
pengetahuan
masyarakat.
Rendahnya
kesadaran
masyarakat
untuk
memeriksakan matanya.
Kurangnya
penyuluhan
mengenai kesehatan mata.
Koordinasi
lintas
program
belum optimal.
Jumlah petugas pemeriksa tidak
mencukupi
Memberikan
dorongan
dan
pendidikan kepada masyarakat
mengenai katarak.
Memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat
agar
memeriksakan
matanya
jika
penglihatannya tidak baik.
Optimalisasi kerjasama lintas
program.
Menambah jumlah pemeriksa
dengan memberikan pelatihan
skrining katarak bagi karyawan.

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET FE


PADA BUMIL
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu
indikator
keberhasilanlayanan
kesehatan di suatu negara.
Kematian ibu terjadi karena beberapa sebab,
diantaranya anemia.
Di Indonesia prevalensi anemia pada
kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%
(SKRT).
Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31
orang wanita hamil pada trimester II didapati
23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%)
menderita kekurangan besi.

Sasara
n

Pencapai
an

177
1

535

Cakupan

Target

30,21
%

90%

Penyebab
Masalah

Solusi
Masalah

Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya
tablet Fe pada kehamilan.
Kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan kehamilan pada
tenaga kesehatan masih belum
optimal
Koordinasi
lintas
program
belum optimal.
Memberikan pengetahuan yang
penting dan berkesinambungan
bagi
masyarakat
mengenai
tablet
Fe
dan
pentingnya
memeriksakan kesehatan pada
tenaga kesehatan
Koordinasi dengan program lain
seperti
kelas
ibu
hamil,
penyuluhan Gizi terutama gizi
Bumil

CAKUPAN BCG

Pada tahun 1974, cakupan imunisasi di Indonesia


baru mencapai 5% sehingga pemerintah pada
tahun 1977 menyelenggarakan PPI atau Expanded
Program on Immunization(EPI).

Program PPI merupakan program pemerintah


dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen
internasional
dalam
rangka
percepatan
pencapaianUniversal Child Immunization(UCI)
pada akhir tahun 1982.

Tahun 1980 Program imunisasi secara rutin terus


dikembangkan dengan memberikan beberapa
antigen, yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.

Sasara
n
1593

Pencapai
an
1175

Cakupa
n
73,76

Target
98%

Penyebab
Masalah

Solusi Masalah

Tingkat
pengetahuan
masyarakat akan pentingnya
imunisasi BCG masih kurang
Bayi
terlambat
untuk
mendapatkan imunisasi BCG.
Koordinasi lintas sektor belum
optimal.

Memberikan penyuluhan dan


pengetahuan
mengenai
pentingnya
imunisasi
bagi
kesehatan bayi dan menjadi
suatu kegiatan yang rutin.
Meningkatkan
koordinasi
dengan lintas sektor, seperti
camat, kepala desa, kader, dan
toma-toga.

CAKUPAN PELAYANAN USIA LANJUT


Keberadaan kelompok lanjut usia yang telah mulai
berkembang di seluruh propinsi akhir-akhir ini,
merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan
masyarakat khususnya para lanjut usia terhadap
pelayanan yang terjangkau, berkelanjutan dan bermutu
dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna dan produkrif selama mungkin.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk
Indonesia atau sekitar 15,3 juta orang akan berusia
diatas 60 tahun (SUPAS, Lembaga Demografi UI 1985).
Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik
menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah
lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu
sekitar 19 juta jiwa atau 8,4% dari seluruh jumlah
penduduk

Sasaran
13013

Pencapa
ian
595

Cakupan
4,57

Target
70%

Masal
ah

Saran

Rendahnya pengetahuan lansia akan pentingnya


menjaga kesehatan
Kurang memadai dan mendukungnya sarana dan
prasarana di puskesmas

Penyuluhan tentang penyakit pada lansia


Diadakannya kegiatan bagi para lansia seperti senam
bersama
Mengadakan kerja sama antar puskesmas dengan
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di wilayah kerja
puskesmas Pedes
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lansia di
puskesmas

CAKUPAN KESEMBUHAN PASIEN TB BTA


POSITIF
Berdasarkan WHO, cara yang paling ekonomis
untuk memberhentikan penularan TB dalam
masyarakat yang tingkat insiden penyakitnya tinggi
adalah dengan pengobatan.
Manakala metode pengobatan yang terbaik untuk
penderita TB adalah Directly Observed Treatment,
short-course (DOTS) yang secara global telah
meningkatkan angka kesembuhan dari 40% kepada
80% dan menurunkan kos pengobatan dari $10
USD kepada $3 USD untuk seorang penderita
ketika awal diperkenalkan tahun 1970-an.

Sasaran
83

Pencapaian
23

Cakupan
27,71

Target
85%

Masal
ah

Saran

Masih rendahnya pengetahuan dasar masyarakat


tentang pemakaian DOTS sebagai strategi utama
dalam meningkatkan persentase kesembuhan penderita
Masih rendahnya kesadaran/motivasi penderita untuk
berobat secara rutin (DO tinggi) dan rendahnya
pemberdayaan PMO
Lingkungan perumahan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan dan PHBS di rumah tangga masih rendah
Penyuluhan tentang penyakit TB dan efektivitas DOTS
secara global oleh WHO
Pemberdayaan berbagai pihak seperti keluarga, guru,
bidan desa atau tenaga lainnya sebagai Pengawas
Menelan Obat(PMO) diasumsikan sebagai salah satu
upaya untuk mencegahnya penderita putus pengobatan
/ DO
Penyuluhan tentang kepentingan mewujudkan Rumah
Sehat dan PHBS rumah tangga sebagai faktor
pendukung kesembuhan penderita di peringkat
masyarakat

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA DIARE

Episode diare setiap tahun di Indonesia masih berkisar sekitar


60 juta dengan kematiannya sebanyak 200.000-250.000.

Menurut survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan di


Indonesia pada tahun 2002 angka kematian karena diare
merupakan 12% diantara seluruh angka kematian kasar yang
besarnya 7/1000 penduduk.

Angka ini merupakan angka yang tertinggi diantara semua


penyebab kematian. Sekitar 15% penyebab kematian bayi dan
26% kematian anak balita disebabkan oleh diare.

Sasaran
16507

Pencapa
ian
681

Target
75%

Cakupan
4,31

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA DIARE


Penyebab Masalah :
Kurangnya pengetahuan tentang Perilaku hidup bersih dan sehat
Kurang memahami dan mengerti apa itu diare
Kurangnya kader dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang diare
Pemecahan Masalah :
Meningkatkan Program Pemberantasan Penyakit Diare yang merupakan salah satu usaha pokok di
Puskesmas
Lokasi pelayanan mudah dijangkau.
Informasi tentang diare mudah dimengerti oleh masyarakat.
Penderita diare mendapatkan pelayanan yang sama di semua unit pelayanan kesehatan, baik
Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dilengkapi buku pedoman
penanggulangan diare.
Pelatihan bagi petugas kesehatan untuk peningkatan ketrampilan.
Petugas kesehatan menginginkan prosedur kerja sederhana, tersedianya sarana pengobatan yang
memadai, serta website diare.

CAKUPAN PENGAWASAN JAMBAN


Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap
lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia
harus dikelola dengan baik yaitu harus di suatu
tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Suatu jamban disebut sehat untuk pedasaan
apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
Tidak mencemari air
Tidak mencemari tanah permukaan
Bebas dari serangga
Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Aman digunakan oleh pemakainya
Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan
gangguan bagi pemakainya
Tidak menimbulkan pandangan yang kurang
sopan

Sasara
n
6411

Pencapai
an
107

Cakupa
n
1,67

Target
75%

Penyebab masalah
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang syarat jamban
yang baik
Masih banyaknya masyarakat yang buang air besar di
sungai
Pemecahan
masalah
Kurangnya fasilitas
jamban dan ketersediaan air bersih
memadaipenyuluhan tentang syarat jamban yang baik
yang
Dilakukannya
Mengusulkan edukasi kepada masyarakat untuk buang air
besar pada jamban yang sudah tersedia
Mengusulkan pembangunan jamban yang memenuhi syarat
kepada dinas kesehatan yang bekerja sama dengan
departemen pekerjaan umum

CAKUPAN PENGAWASAN SUMBER AIR


BERSIH
Air bersih merupakan salah satu
kebutuhan pokok sehari-hari, yang
digunakan sebagai air minum atau
keperluan rumah tangga dan memenuhi
syarat kesehatan.
Ciri-ciri air bersih
a.Jernih, tidak berbau
b.Suhunya sebaiknya sejuk dan tidak
panas
c. Bebas unsur-unsur kimia yang
berbahaya seperti besi (Fe), seng (Zn),
raksa (Hg), dan mangan (Mn)
d.Tidak Mengandung unsur mikrobiologi
yang membahayakan seperti coli tinja

Sasara
n
6411

Pencapai
an
107

Cakupa
n
1,67

Target
80%

Penyebab masalah
Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air bersih
masih kurang
Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air
sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Terbatasnya sarana air bersih yang ada di masyarakat
Kondisi geografis yang dekat dengan laut

Pemecahan masalah
Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada
masyarakat tentang pentingnya penggunaan air bersih
untuk kepentingan sehari-hari
Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas
kesehatan yang bekerjasama dengan departemen
pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana
perpipaan (PDAM) yang dibiayai oleh pemerintah

CAKUPAN UPAYA KESEHATAN SEKOLAH

Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan


kualitas manusia Indonesia adalah upaya pendidikan
dan kesehatan.

Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses


belajar mengajar harus menjadi Healt Promoting
School artinya sekolah yang dapat meningkatkan
deraajat kesehatan warga sekolahnya, dimana :

Sekolah memiliki lingkungan kehidupan sekolah yang


mencerminkan hidup sehat
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal
Terjaminnya proses belajar mengajar dengan baik
Terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya
kemampuan peserta didik untuk berprilaku hidup
sehat.

Sasara
n
35

Pencapai
an
18

Cakupa
n
51,43

Target
100%

Penyebab masalah
Kurang memaksimalkan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas
yang dapat memberikan pelatihan bagi dokter kecil
Tidak ada jadwal perencanaan kegiatan dokter kecil
Kurangnya kerjasama antara Puskesmas dengan pihak sekolah
dalam melaksanakan pelatihan dokter kecil

Pemecahan masalah
Memaksimalkan kinerja petugas kesehatan yang dapat
memberikan pelatihan dokter kecil dengan menggabungkan
kegiatan pelatihan dokter kecil dari berbagai sekolah dalam suatu
tempat dan waktu yang bersamaan
Membuat jadwal perencanaan kegiatan pelatihan dokter kecil
yang lebih baik
Meningkatkan kerjasama antara petugas UKS Puskesmas dengan
guru UKS di setiap sekolah binaan dengan memotivasi siswa
sekolah agar mengetahui pentingnya program yang akan
dilaksanakan.

CAKUPAN KELUARGA BERENCANA

Keluarga Berencana adalah tindakan yang


membantu
pasangan
suami
istri
untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mengatur
interval
antara
kehamilan,
mengontrol
waktu
saat
kelahiran
dalam
hubungan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional (BKKBN) memiliki peran sentral guna
mengendalikan
kelahiran
agar
laju
pertumbuhan penduduk dapat ditekan sehingga
ledakan penduduk dapat ditangani secara
terkoordinasi.

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB


merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang
sedemikian tinggi.

Sasara
n
11.90
9

Pencapai
an
3.871

Cakupa
n
32,50

Target
100%

Penyebab masalah
Kurangnya pendataan peserta KB aktif karena banyak yang
membeli obat KB sendiri tanpa ke Bidan Desa
Adanya peserta KB yang berhenti (Drop Out) yang mengganti
KB nya dengan jenis KB lain (contohnya: kondom atau pil KB)
Kurangnya penyediaan jenis-jenis KB

Pemecahan masalah
Melakukan pendataan ulang peserta KB aktif secara lengkap
Melakukan follow up pada peserta KB yang terdaftar
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu-ibu tentang
program KB (contoh: penyuluhan KB)

Thank
You

Anda mungkin juga menyukai