Anda di halaman 1dari 21

RESUSITASI JANTUNG

PARU
HENDRICO YOGA
1510221005

LATAR BELAKANG

Resusitasi
jantung paru
adalah
serangkaian
penyelamatan
hidup pada
henti jantung

Henti jantung
menjadi penyebab
utama kematian.
Diperkirakan
350.000 orang
meninggal per
tahunnya akibat
henti jantung di
Amerika dan
Kanada

Menurut American
Heart Associaton,
rantai kehidupan
mempunyai
hubungan erat
dengan tindakan
jantung paru, karena
penderita yang
diberikan RJP,
mempunyai
kesempatan yang
amat besar untuk
data hidup kembali

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

usaha untuk mengembalikan fungsi


pernafasan dan atau sirkulasi akibat
terhentinya fungsi dan atau denyut
jantung
Dapat diartikan pula sebagai usaha
untuk mengembalikan fungsi pernafasn
dan atau sirkulasi yang kemudian
memungkinkan untuk hidup normal
kembali setelah fungsi pernafasan dan
atau sirkulasi gagal

INDIKASI

Henti nafas

tidak adanya gerakan dada dan aliran udara


pernafasan dari korban atau pasien

Henti jantung

ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba


(karotis, femoralis, radialis) disertai
kebiruan atau pucat sekali,
pernafasan berhenti atau satu-satu,
dilatasi pupil tak bereaksi terhadap
rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.

Resusitasi Jantung Paru


Pengenalan segera terhadap
henti jantung dan aktivasi
dari emergency response
system
Perawatan postcardiac arrest yang
terintegrasi

Advanced life
support yang
efektif

RJP yang awal dengan


menekankan pada
kompresi dada

Defibrilasi
yang cepat

Bantuan Hidup Dasar

Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk


oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital melalui ventilasi buatan dan
sirkulasi buatan sampai paru dan
jantung dapat menyediakan oksigen
dengan kekuatan sendiri secara normal

G (gauge)
H (head)
I (Intensive care)
D (drug)
E (EKG)
A (airway)
B (breathing)
C (circulation)

Fase
3
Fase
2
Fase
1

Sebelum melakukan tahapan A (airway)


terlebih dahulu dilakukan prosedur awal
pada pasien/korban, yaitu:

Memastikan keamanan lingkungan


Memastikan kesadaran pasien/korban
Meminta pertolongan
Memperbaiki posisi pasien/korban
Mengatur posisi penolong

AIRWAY

head tilt-chin lift


maneuver

dilakukan jika
tidak ada trauma
pada leher

jaw-thrust
maneuver

Pada pasien
dengan trauma
leher

BREATHING

mouth-to-mouth
mouth-to-nose
mulut ke stoma
trakheostomi

CIRCULATION

Memastikan ada
tidaknya denyut
jantung pasien/korban
Memberikan bantuan
sirkulasi

Dari tulang dada


(sternum) diukur 2- 3
jari ke atas. Daerah
tersebut merupakan
tempat untuk
meletakkan tangan
penolong.

DRUGS

Penting:

adrenalin : Mekanisme kerja


merangsang reseptor alfa dan
beta, dosis yang diberikan 0,5 1
mg iv
Natrium Bicarbonat: Penting untuk
melawan metabolik asidosis,
diberikan iv dengan dosis awal : 1
mEq/kgBB
Sulfat Atropin: Mengurangi tonus
vagus memudahkan konduksi
atrioventrikuler dan mempercepat
denyut jantung pada keadaan sinus
bradikardi
Lidokain: Meninggikan ambang
fibrilasi dan mempunyai efek
antiaritmia dengan cara
meningkatkan ambang stimulasi
listrik dari ventrikel selama diastole

Berguna:

Isoproterenol: Merupakan
obat pilihan untuk
pengobatan segera
(bradikardi hebat karena
complete heart block)
Propanolol: Suatu beta
adrenergic blocker yang
efek anti aritmianya
terbukti berguna untuk
kasus-kasus takhikardi
ventrikel yang berulang
atau fibrilasi ventrikel
berulang dimana ritme
jantung tidak dapat diatasi
dengan Lidocaine

EKG & DEFIBRILATION

Diagnosis elektrokardigrafis
untuk mengetahui adanya
fibrilasi ventrikel dan
monitoring
Terapi dengan memberikan
energi listrik Dilakukan pada
pasien/korban yang penyebab
henti jantung adalah
gangguan irama jantung.
Penyebab utama adalah
ventrikel takikardi atau
ventrikel fibrilasi.
Pada penggunaan orang
awam tersedia alat Automatic
External Defibrilation (AED)

G (Gauge)
melakukan monitoring terusmenerus terutama system
pernapasan, kardiovaskuler

I (Intensive care)
perawatan
intensif di ICU,
yaitu : tunjangan
ventilasi

BANTUAN
HIDUP TERUSMENERUS

H (Humanization)
semua tindakan
hendaknya
berdasarkan
perikemanusiaan

H (Head)
resusitasi untuk
menyelamatkan
otak dan sistim
saraf dari
kerusakan lebih
lanjut

H (Hipotermi)
Segera dilakukan
bila tidak ada
perbaikan fungsi
susunan saraf pusat
yaitu pada suhu
antara 30 32C.

Keputusan untuk mengakhiri resusitasi

Keputusan untuk memulai dan mengakhiri usaha resusitasi


adalah masalah medis, tergantung pada pertimbangan
penafsiran status serebral dan kardiovaskuler penderita.
Kriteria terbaik adanya sirkulasi serebral dan adekuat adalah
reaksi pupil, tingkat kesadaran, gerakan dan pernafasan
spontan dan refleks.
Keadaan tidak sadar yang dalam tanpa pernafasan spontan
dan pupil tetap dilatasi 15-30 menit, biasanya menandakan
kematian serebral dan usaha-usaha resusitasi selanjutnya
biasanya sia-sia
Kematian jantung sangat memungkinkan terjadi bila tidak
ada aktivitas elektrokardiografi ventrikuler secara berturutturut selama 10 menit atau lebih sesudah RJP yang tepat
termasuk terapi obat

KESIMPULAN

Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary


Resuscitation (CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai
suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau
henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, guna
mencegah kematian biologis
Indikasi dari RJP adalah henti nafas dan henti jantung yang
harus dilakukan segera penolongan pertama pemberian
bantuan hidup dasar. Perlu diperhatikan sebelum melakukan
pertolongan terutamakan terlebih dahulu keadaan sehingga
tidak mengancam jiwa baik penolong maupun korban. Terdapat
beberapa fase RJP, yaitu Fase 1 atau Basic Life Support
(Circulation, Airway, Breathing), Fase 2 atau Advance Life
Support (Drugs, EKG, Fibrilation Treatment) dan Fase 3 atau
Prolonged Life Support (Gauge, Head, Hypothermia,
Humanization, Intensive care).

Anda mungkin juga menyukai