Pelatihan Bidan Hukum Kes
Pelatihan Bidan Hukum Kes
HUKUM KESEHATAN
adalah peraturan perundang-undangan
yang mencakup pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan selaku
health proveider kepada masyarakat yang
membutuhkannya selaku health receiver
tanpa pelangaran HAM yang bersifat lex
specialis.
LEX
SPECIALIS
(BUKAN
LEX
GENERALIS
2. MENGANDUNG
NORMA
EKSEPSIONAL
UNTUK
PERLINDUNGAN
HUKUM
PROVIDERS DAN RECEIVERS
3. TIDAK TERCAKUP DALAM LINGKUP HUKUM
FORENSIK DAN HUKUM KODIFIKASI
(PIDANA/PERDATA/ACARA)
Yurisfrudensi
PENGERTIAN BIDAN
Pasal 16
(1) Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:
a. penyuluhan dan konseling;
b. pemeriksaan fisik;
c. pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
d. pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I,
preeklamsi ringan dan anemi ringan;
e. pertolongan persalinan normal;
f. pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak
sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah
dini (KPD) tanpa infeksi,perdarahan post partum, laserasi jalan
lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term;
g. pelayanan ibu nifas normal;
h. pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakupratensio plasenta,
renjatan, dan infeksi ringan;
i. pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan
haid.
Pasal 17
Dalam keadaan tidak terdapat dokter
yang berwenang pada wilayah tersebut,
bidan dapat memberikan pelayanan
pengobatan pada penyakit ringan bagi
ibu dan anak sesuai dengan
kemampuannya.
Pasal 18
Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaskud dalam Pasal 16
berwenang untuk:
a.memberikan imunisasi;
b.memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas;
c.mengeluarkan placenta secara manual;
d.bimbingan senam hamil;
e.pengeluaran sisa jaringan konsepsi;
f. episiotomi;
g.penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II;
h.amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm;
i.pemberian infus;
j.pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, dan sedativa;
k.kompresi bimanual
PASAL 19
Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf b, berwenang
untuk:
a. memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan
alat kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit
dan kondom;
b. memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi;
c. melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim;
d. melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa
penyulit;
e. memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan,
keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.
Pasal 20
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan, masyarakat
sebagaimana dimaskud dalam pasal 14 huruf c, berwenang
untuk:
a. pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan
Pasal 21
1. Dalam keadaan darurat bidan berwenang
melakukan pelayanan kebidanan selain
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14.
2. Pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan
jiwa.
UU NO 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN
Pasal 58
(1). Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Perintah undang-undang;
Perintah pengadilan;
Izin yang bersangkutan;
Kepentingan masyarakat; atau
Kepentingan orang tersebut.
Pasal 58
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang,
tenaga
kesehatan,
dan/atau
penyelenggaraan
kesehatan
yang
menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
UNDANG-UNDANG NO. 36
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan :
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan , baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat
bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup diluar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan
trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Pasal 102
(1) Penggunaan sediaan farmasi yang berupa
narkotika dan psikotropika
hanya dapat
dilakukan berdasarkan
resep dokter atau
dokter gigi dan dilarang untuk disalahgunakan.
eksklusif
sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi
medis
(2) Selama pembrian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diadakan ditempat kerja dan tempat sarana umum.
UU NO 36 TAHUN 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
UU NO 36 TAHUN 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN
Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
UU NO 36 TAHUN 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 9
(1)
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf a harus memiliki kualifikasi minimum
Diploma Tiga, kecuali tenaga medis.(2) Ketentuan
lebih lanjut mengenai kualifikasi minimum Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menter
UU NO 36 TAHUN 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 11
(1)TenagaKesehatan dikelompokkan kedalam:
a.
tenaga medis;
b.
tenaga psikologi klinis;
c.
tenaga keperawatan;
d.
tenaga kebidanan;
e.
tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan
masyarakat;
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 44
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan setelah memenuhi persyaratan
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
1. Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 61
Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan
yang memberikan pelayanan langsung kepada
Penerima
Pelayanan
Kesehatan
harus
melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan
Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak
menjanjikan hasil
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 63
(1) Dalam keadaan tertentu Tenaga Kesehatan
dapat
memberikan pelayanan di luar kewenangannya.
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai menjalankan
keprofesian di luarkewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri
PELIMPAHAN TINDAKAN
(1) Dalam melakukan pelayanan kesehatan, Tenaga Kesehatan dapat
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
1.
2.
3.
4.
Pasal 66
Setiap Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
berkewajiban untuk mematuhi Standar Profesi, Standar
Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur Operasional.
Standar Profesi dan Standar Pelayanan Profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk masing-masing jenis Tenaga
Kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi bidang kesehatan
dan disahkan oleh Menteri.
Standar Pelayanan Profesi yang berlaku universal ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.
Standar Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
REKAM MEDIS
1.
2.
3.
4.
Pasal 70
Setiap Tenaga Kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan perseorangan wajib membuat rekam medis Penerima
Pelayanan Kesehatan.
Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah
Penerima Pelayanan Kesehatan selesai menerima pelayanan
kesehatan.
Setiap rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan harus
dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan atau paraf Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Rekam medis Penerima Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh Tenaga Kesehatan dan pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 73
1. Setiap Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan wajib menyimpan rahasia kesehatan Penerima
Pelayanan Kesehatan.
2. Rahasia kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan dapat
dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan Penerima
Pelayanan Kesehatan, pemenuhan permintaan aparatur
penegak hukum bagi kepentingan penegakan hukum,
permintaan Penerima Pelayanan Kesehatan sendiri, atau
pemenuhan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
UNDANG-UNDANG NO 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 13
2. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah
Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.
UNDANG-UNDANG N0 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 32
a)memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b)memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c)memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d)memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
e)memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi;
f)mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g)memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit
h)meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion)
yang mempunyai Surat ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit;
i)mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 75
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik
berhak mendapatkan pelindungan hukum
sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan
Perundang-undangan.
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 77
Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan
akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan
dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 78
Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan
kelalaian dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan
kesehatan, perselisihan yang timbul akibat kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
penyelesaian sengketa di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN
2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN
Pasal 88
(1) Tenaga Kesehatan lulusan pendidikan di
bawah Diploma Tiga yang telah melakukan
praktik sebelum ditetapkan Undang-Undang
ini, tetap diberikan kewenangan untuk
menjalankan praktik sebagai Tenaga Kesehatan
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun setelah
Undang-Undang ini diundangkan
UNDANG-UNDANG NO 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Pasal 46
Rumah Sakit bertanggung jawab secara
hukum
terhadap
semua
kerugian
yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Pasal 17
(1) Setiap tenaga kesehatan dilarang memberikan
susu formula bayi dan/ atau produk bayi
lainnya yang dapat menghambat program
pemberian ASI eksklusif kecuali dalam hal
diperuntukan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15
(2) Setiap tenaga kesehatan dilarang menerima
dan/atau mempromosikan susu formula bayi
dan/atau produk bayi lainnya yang dapat
menghambat program pemberian ASI Ekslusif.
Pasal 18
(1) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan
dilarang memberikan susu formula bayi
dan/atau produk bayi lainnya yang dapat
menghambat program pemberian asi
eksklusif kepada bayi dan/atau keluarganya,
kecuali dalam hal diperuntukkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
(2) Pemyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan
dilarang menerima dan/atau mempromosikan
susu formula bayi dan/atau produk bayi
lainnya yang dapat menghambat program
pemberian ASI ekslusif
kelalaian
berat
yang
mengakibatkan
Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun.
2. Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan kematian,
setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
PERBUATAN-PERBUATAN BIDAN
YANG DAPAT DIANCAM PIDANA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PENAHANAN PASIEN
BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK
ABORSI ILEGAL
EUTHANASIA
PELECEHAN SEKSUAL
KETERANGAN PALSU
MEMELSUKAN ISI MEDICAL RECORD
MENJUAL SUSU FORMULA
TERIMA
KASIH
CURICULUM VITAE
NAMA
Pendidikan
Pekerjaan