Tonsilitis kronik
PROFESSIONAL MENTOR:
Fatimah Jufria
2009730134
IDENTITAS
Nama
: An. F
Umur
: 7 tahun
Alamat
: Banjar
Agama
: Islam
Tanggal MRS : 25 februari 2013
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Nyeri menelan sejak 1 minggu yang lalu.
yang lalu
KELUHAN TAMBAHAN
o Nyeri tenggorokan
o Batuk
o mimisan
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1 bulan SMRS
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Saat MRS
Os datang ke poli THT untuk berobat,
datang dengan keluhan yang sama yaitu nyeri
pada tenggorokan yang saat ini masih
dirasakan, nyeri saat ini dirasakan terus
menerus, os merasakan ada sesuatu yang
mengganjal ditenggorokannya terutama saat
menelan, os juga mengeluh batuk. Namun os
juga mengeluh sering mendengkur terutama
saat tidur, tetapi tidak sampai menyebabkan
os sesak nafas. Tidak ada cairan keluar dari
telinga dan tidak ada gangguan pendengaran.
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Keluhan yang sama beberapa tahun yang
lalu.
Sering mimisan sejak umur 2 tahun.
DM (-)
Hipertensi (-)
Asma (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
o Riwayat asma, Tb paru, DM dan Hipertensi
disangkal.
ANAMNESIS
Riwayat alergi:
o Pasien tidak memiliki riwayat alergi dingin,
debu, makanan, ataupun obat-obatan.
Riwayat pengobatan:
Os hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dari rs
tetapi tidak mengetahui obat apa yang diberikan.
Riwayat psikososial:
Pasien sering minum
sembarangan
es
dan
jajan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum :
Thorax
Inspeksisakit
: Bentuk
dan
Tampak
ringan
pengembangan
dinding
Kesadaran
:
dada simetris
Komposmentis
Auskultasi : BJ I dan II
Tanda Vital :
murni, regular, vesikuler
TD(+/+),
= Murmur
tdk dilakukan
(-), Gallop
(-), Wheezing (-)
Nafas
= 22x/mnt
Palpasi
: Vokal Fremitus
kiri dan
kanan normal
Nadi
= 80x/mnt
0
Suhu
Perkusi
: Sonor
= 37
C (+/+)
StatusGeneralis
Generalis
Status
Kepala : normocephal, rambut
Abdomen
bewarna: Distensi
hitam, distribusi
rata
Inspeksi
abdomen
(-),
massa
Mata (-)
: konjungtiva anemis
(-/-), sklera
ikterik
Palpasi
: Nyeri
tekan(-/-), refleks
pupil (+/+) (-)
isokor
epigastrium
hepatomegali (-)
splenomegali
Telinga : lihat(-)status
massa
lokalis
intraabdomen
Hidung : lihat(-)
status lokalis
Perkusi
4 kuadran
Mulut : :timphani
bibir kering
(-),
abdomen
(+)stomatitis (-), lidah
sianosis (-),
Auskultasi
tidak kotor: Bising
dan tidak
usus
tremor,
normal
gigi palsu (-), gigi goyang (-),
(+)
gigi carries (+) dan gigi
Ekstremitas
gangrene
(-) hangat, udem
Superior
: akral
(-/-),
Tenggorok
lihat status
lokalis
RCT < 2: detik,
sianosis
(-/-)
Leher : :akral
lihathangat,
status lokalis
Inferior
udem
(-/-), RCT < 2 detik, sianosis (-/-)
PEMERIKSAAN TELINGA
AD
Normotia,helixsign(-),tragus
Aurikula
sign(-)
tandaradang(-),nyeritekan(-),
Preaurikula
fistula(-)
AS
Normotia,helixsign(-),tragussign
(-)
tandaradang(-),nyeritekan(-),
fistula(-)
Tenang,udem(-),fistel(-),
Retroaurikula
Tenang,udem(-),fistel(-),
sikatriks(-),nyeritekan(+)
sikatriks(-),nyeritekan(-)
Hiperemis(+), udem(-),
serumen (+), massa (-)
MAE
Hiperemis(-),udem(-),serumen
(-),massa(-)
MTintak,hiperemis(-),edema(-),
Sulitdinilai
MembranTimpani
reflekscahaya(conoflight)(+)jam
7
PEMERIKSAAN TELINGA
AD
AS
Tidakdilakukan
PerasatValsava
Tidakdilakukan
Tidakdilakukan
PerasatToynbee
Tidakdilakukan
Tidakdilakukan
UjiRinne
Tidakdilakukan
Tidakdilakukan
UjiWeber
Tidakdilakukan
Tidakdilakukan
UjiSchwabach
Tidakdilakukan
PEMERIKSAAN HIDUNG
Dextra
Rhinoskopi anterior
Sinistra
Tenang
Mukosa
Tenang
(-)
Sekret
(-)
Eutrofi
Konkainferior
Eutrofi
Deviasi(-)
Septum
Deviasi(-)
(-)
Massa
(-)
(+)
Passaseudara
(+)
PEMERIKSAAN HIDUNG
Sinus paranasal:
Frontalis : Hiperemis (-/-), edema (-/-), Nyeri
tekan (-/-), Baal (-/-)
Maksilaris: Hiperemis (-/-), edema (-/-), Nyeri
tekan (-/-), Baal (-/-)
Etmoidalis : Hiperemis (-/-), edema (-/-), Nyeri
tekan (-/-), Baal (-/-)
Sfenoid : Hiperemis (-/-), edema (-/-), Nyeri
tekan (-/-), Baal (-/-)
Transluminasi Sinus : Tidak dilakukan
Tes penciuman: tidak dilakukan
PEMERIKSAAN OROFARING
Dextra
Pemeriksaan Orofaring
Mulut
Sinistra
Tenang
Mukosamulut
Tenang
Bersih,basah
Lidah
Bersih,basah
Tenang
Palatummolle
Tenang
Karies(+)
Gigi
Karies(-)
Simetris
Uvula
Simetris
Tonsil
Hiperemis(-)
Mukosa
Hiperemis(-)
T2B,permukaanrata
Besar
T2B,permukaanrata
Melebar
Kripta
Melebar
(-)
Detritus
(-)
(-)
Perlengketan
(-)
PEMERIKSAAN TENGGOROK
PEMERIKSAAN
NASOFARING
NaSofaring (Rhinoskopi posterior)
Konkasuperior
Tidakdilakukan
Torustubarius
Tidakdilakukan
FossaRossenmuller
Tidakdilakukan
Plikasalfingofaringeal
Tidakdilakukan
PEMERIKSAAN OROFARING
Faring
Tenang
Mukosa
Tenang
(-)
Granula
(-)
simetris,hiperemis(-),
edema(-)
(-)
Arkuspharynx
Postnasaldrip
simetris,hiperemis(-),
edema(-)
(-)
PEMERIKSAAN LARINGOFARING
Laringofaring (Laringoskopi indirect)
Epiglotis
Tidakdilakukan
Plikaariepiglotika
Tidakdilakukan
Plikaventrikularis
Tidakdilakukan
Plikavokalis
Tidakdilakukan
Rimaglotis
Tidakdilakukan
PEMERIKSAAN LEHER
Dextra
Pemeriksaan
Sinistra
Pembesaran(-)
Thyroid
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarsubmental
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarsubmandibula
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarjugularissuperior
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarjugularismedia
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarjugularisinferior
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarsuprasternal
Pembesaran(-)
Pembesaran(-)
Kelenjarsupraklavikularis
Pembesaran(-)
RESUME
Anamnesis
an. Laki-laki, 7 tahun, datang dengan
keluhan nyeri tenggorokan sudah 1
bulan yang lalu. 1 minggu terakhir
mengeluh ada sesuatu yang mengganjal
ditenggorokannya
terutama
saat
menelan
dan
mengeluhan
sering
mendengkur terutama saat tidur. Os
juga mengeluh ada batuk dan mimisan
2 hari SMRS. Saat dibawa ke RS, sudah
tidak mimisan.
RESUME
Pemeriksaan Fisik
Pada
pemeriksaan
mulut
dan
tenggorokan,
terdapat
gigi
caries
dextra, pada pemeriksaan tonsil tampak
pembesaran tonsil T2B/T2B . Serta pada
pemeriksaan telinga dextra terdapat
serumen lunak.
DIAGNOSA KERJA
Tonsillitis Kronis
Dasar diagnosis
Subjective (Anamnesis) :
Nyeri tenggorokan
Ada yang mengganjal di
tenggorokan saat menelan
Objective (Pemeriksaan Fisik) :
Tonsil besar T2B/T2B
PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
1. Antibiotik : Amoxicilin asam clavulanat 3050 mg/KgBB/hari
2. Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/KgBB/x
2. Non-medikamentosa
o.Menjaga higienitas bagian mulut
o.Konsul ke dokter gigi setelah dilakukan
tonsiloadenoidektomi
3. Rencana tindakan
o.Tonsilektomi dan adenoidektomi
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
tonsilitis
Fungsi tonsil :
menangkap dan
mengumpulkan
bahan asing
dengan efektif
organ utama
produksi antibodi
dan sensitisasi sel
limfosit T dengan
antigen spesifik.
Anatomi Tonsil
Tonsilla palatina mendapat vascularisasi dari :
ramus tonsillaris cabang dari arteri facialis;
cabang-cabang a. Lingualis; a. Palatina ascendens;
a. Pharyngea ascendens.
InnervasinyaN. Glossopharyngeus dan nervus
palatinus minor. Pembuluh limfe masuk dalam nl.
Cervicales profundi.
Tonsila disusun oleh jaringan limfoid yang meliputi
epitel skuamosa yang berisi beberapa kripta.
Celah di atas tonsila merupakan sisa darin
endodermal muara arkus bronkial kedua, di mana
fistula bronkial/ sinus internal bermuara..
Tonsilitis akut
Tonsilitis peradangan pada tonsil
terjadi mendadak pada anak-anak
(insiden tertinggi 5-6 tahun)
streptococcus beta hemolitikus grup A,
streptococcus viridans dan pyogenes
Virus
Faktor predisposisi
Manifestasi klinis
demam
nyeri tenggorok,
nyeri sewaktu
menelan
Halitosis
suara menjadi serak
tidak nafsu makan,
nyeri ditelinga,
tonsil membengkak,
kripti tidak melebar
hiperemis
Detritus berbentuk
folikel
lacuna akan tertutup
oleh membrane
semu
kelenjar
submandibula
bengkak dan nyeri
tekan.
Diagnosa
Tes Laboratorium
untuk menentukan apakah bakteri yang
ada dalam tubuh pasien merupkan
bakteri gru A, karena grup ini disertai
dengan demam renmatik,
glomerulnefritis, dan demam jengkering.
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
Penatalaksanaan
Berdasarkan etiologi
`virus banyak istirahat, minum
minuman hangat
Bakteri Antibiotik oral 10 hari
Tonsilitis kronis
Etiologinya : sama dengan tonsilitis
akut (streptococcus beta hemolitikus
grup A, srteptococcus viridans dan
piogenes dan pneumococcus),
namun terkadang bakteri berubah
menjadi bakteri golongan gram
negatif.
proses ra
Patofisiologi
Tonsilitis membranosa
Tonsilitis difteri etiologinya adalah
Corynebacterium diptheriae.
Patofisiologi
bakteri masuk melalui mukosamelekat
serta berkembang biak pada permukaan
mukosa saluran pernapasan atas dan
mulai memproduksi toksin yang
merembes ke limfemenyebar ke
seluruh tubuh
Manifestasi klinis
biasanya pada anakanak usia 2-5 tahun,
suhu tubuh yang
naik,
nyeri tenggorok,
nyeri kepala, nadi
lambat,
tidak nafsu makan,
badan lemah dan
lesu
tonsil membengkak
ditutupi bercak putih
kotor melekat
meluas menyatu
membentuk
Tonsilitis difteri
Diagnosis :
Pemeriksaan preparat langsung diidentifikasi
secara fluorescent antibody, teknik yang
memerlukan seorang ahli.
Diagnosis pasti dengan isolasi C. diptheriae
dengan pembiakan pada media Loffler,
dilanjutkan tes toksinogenesitas secara invitro
dan invivo.
Pemeriksaan dengan tes laboratorium
(preparat kuman), tes Schick (tes kerentanan
terhadap difteri).
Penatalaksanaan :
Anti difteri serum dosisnya 20.000100.000 unit, antitoksin (serum
antidiptheria/ADS),
antimikrobial (penisilin prokain 50.000100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari,
bila alergi beri eritromisin 40 mg/kg BB/
hari,
kortikosteroid khusus pada pasien
tonsilitis dengan obstruksi saluran
napas.
Tonsilektomi
Tindakan mengangkat tonsil palatina
seutuhnya bersama jaringan
patologis lainnya, sehingga fossa
tonsilaris bersih tanpa meninggalkan
trauma yang berarti pada jaringan
sekitarnya seperti uvula dan pilar
Indikasi tonsilektomi :
adanya sumbatan (hiperplasia tonsil dengan sumbatan
jalan napas, gangguan menelan dan berbicara, sleep
apnea, cor pulmonale),
infeksi (infeksi telinga tengan berulang, rhinitis dan
sinusitis yang kronis, peritonsiler abses dan abses kelenjar
limfe berulang, tonsilits kronis dengan gejala nyeri
tenggorok yang menetap dan napas berbau),
indikasi lainnya :
tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih,
tonsilits terjadi sebanyak 5 kali atau lebih dalam kurun waktu 2
tahun,
tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu 3
tahun,
tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
kontraindikasi
absolut
Penyakit darah:
leukemia, anemia
aplastik, hemofilia dan
purpura
Penyakit sistemik
yang tidak terkontrol:
diabetes melitus,
penyakit jantung dan
sebagainya.
relatif
Anemia (Hb <10 gr%
atau HCT <30%)
Infeksi akut saluran
nafas atau tonsil
(tidak termasuk abses
peritonsiler)
Poliomielitis epidemik
Usia di bawah 3 tahun
(sebaiknya ditunggu
sampai 5 tahun)
Teknik operasi
Teknik Guillotine
Menggunakan alat Guillotine
Keuntungan : cepat
danpraktis,komplikasianestesikecil
biayamurah
Kerugian :sisadari tonsil,
perdarahan yang hebat
Teknik diseksi
Irigasi
Kauter
Angkat
Cari
Insisi
Bawa
Memegang
Elektrosurgery
Frekuensi radio yang digunakan dalam
spektrum elektromagnetik berkisar pada
0.1 hingga 4 MHz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini
mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf atau jantung
Teknik bedah listrik > monopolar blade,
monopolar suction, bipolar dan prosedur
dengan bantuan mikroskop
Radiofrekuensi
elektroda disisipkan langsung ke jaringan
Selama periode 4-6 minggu, daerah jaringan
yang rusak mengecil dan total volume
jaringan berkurang
pada suhu rendah (400C-700C)
alat Bovie, Elmed Surgitron system (bekerja
pada frekuensi 3,8 MHz), the Somnus
somnoplasty system (bekerja pada 460 kHz),
the ArthroCare coblation system dan Argon
plasma coagulators
Skapel harmoni
teknologi ultrasonik > memotong dan
mengkoagulasikan > kerusakan jaringan
minimal.
suhu lebih rendah dibandingkan
elektrokauter dan laser.
elektrokauter atau laser (biasanya 1500C4000C),
skalpel harmonik (biasanya 500C -1000C)
Coblation
coldablation
memanfaatkanplasma/molekul
sodiumyang
terionisasiuntukmengikisjaringan
REFERENSI
Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi
keenam. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008.
Adams GL, Boeis LR, Highler PA. Buku Ajar Penyakit
THT : Edisi 6.1997. Jakarta : Penerbit EGC
Ballenger JJ. Diseases of the oropharynx. In:
Otorhinolaryngology head and the neck surgery. 15th
Ed. Lea Febiger Book. Baltimore, Philadelphia,
Hongkong, London, Munich, Sydney, Tokyo, 1995:23644.
Standar pelayanan medis 10 penyakit terbanyak.
RSHS Bandung. 2004. h. 68-69