Anda di halaman 1dari 54

Myelitis Transversa

Pembimbing:
dr. Hj. Ken Wirastuti,
M.Kes, Sp.S.KIC
Oleh :

Bayu Robie Wibisono


012065146

IDENTITAS

Nama / Umur
: An. IA / 16 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal masuk
: 13 September 2016
Dirawat ke
: Pertama

ANAMNESA
Dengan autoanamnesa pada tanggal 16 Juli
2010
Keluhan Utama : Kelemahan pada
keempat ektrimitas
Keluhan Tambahan : demam

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengalami kelemahan pada keempat
ekstrimitas 1 hari yang lalu, sebelumnya pasien
mengatakan bahwa baru saja berpergian jauh yaitu
ke Yogyakarta mengendarai mobil. Setelah pulang
dari bepergian tersebut pasien mengalami
kesemutan pada daerah punggung, dan juga pasien
mengeluh badan terasa panas.

Setelah badan panas, pasien setelah kesemutan


di punggung merasakan kelemahan keempat
anggota gerak. Merasa berat dan tak bisa
digerakkan.

Akhirnya pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit


Islam Sultan Agung Semarang pada tanggal 13
September 2016 pukul 22.00

D isangk
al

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Hipertensi, DM,
Sakit Jantung,
Trauma kepala,
Sakit kepala
sebelumnya,
Kegemukan

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama

RIWAYATKELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN
Tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS :
Keadaan umum :Tampak lemah sedang
Gizi : Baik
Tanda vital

TD kanan : 110/80 mmHg


TD kiri : 110/80 mmHg
Nadi kanan : 82x/menit
Nadi kiri : 82x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu: 36,5C
Limfonodi : Tidak ada pembesaran limfonodi
Jantung: BJ I-II reguler, gallop(-), murmur (-)
Paru : Suara dasar vesikuler/vesikuler, rh-/-, wh -/Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, edema(-)

STATUS PSIKIATRI
Tingakah laku : Wajar
Perasaan hati : Eutim
Orientasi
: Baik
Jalan pikiran : Baik
Daya ingat
: Baik

STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran
: Compos Mentis , E4M6V5
= 15
Sikap tubuh : Berbaring terlentang
Cara berjalan : Tidak dilakukan
Gerakan abnormal : Tidak ada

GCS

Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba pulsasi A.Temporalis
dextra
& sinistra
Nyeri tekan : Tidak ada

Leher
Sikap : Normal
Gerakan : Bebas ke segala arah
Vertebra : Dalam batas normal
Nyeri tekan : Tidak ada

GEJALA RANGSANGAN MENINGEAL


Kanan

Kaku kuduk :
Laseque : >
Kerniq
: >
Brudzinsky I :
Brudzinsky II :

Kiri

(-)
70
>70
135
>135
(-)
(-)
(-)
(-)

NERVI CRANIALIS
N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu : Normosmia /
Normosmia
N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan : Baik / Baik
Pengenalan warna : Baik / Baik
Lapang pandang : Sama dengan pemeriksa
Funduscopy : Tidak dilakukan

N III,IV,VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exophtalmus : (-) (-)
Enophtalmus : (-) (-)
Gerakan bola mata
Lateral : Baik Baik
Medial: BaikBaik
Atas lateral : BaikBaik
Atas medial : BaikBaik
Bawah lateral : BaikBaik
Bawah medial : BaikBaik
Atas: BaikBaik
Bawah: BaikBaik

Pupil
Ukuran pupil : 3 mm / 3mm
Bentuk pupil : bulat / bulat
Isokor/anisokor: : isokor
Posisi : sentral / sentral
Rf cahaya langsung:
: (+) / (+)
Rf cahaya tdk langsung: : (+) / (+)
Rf akomodasi/konvergensi: (+) / (+)

N .V (Trigeminus)
Menggigit : (+)
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas Atas : (+) / (+)
Tengah : (+) / (+)
Bawah : (+) / (+)
Rf masester : (+) / (+)
Rf zigomatikus : (+) / (+)
Rf cornea : (+) / (+)
Rf bersin : Tidak dilakukan

N VII (Facialis)
Pasif
Kerutan kult dahi : Simetris kanan dan kiri
Kedipan mata : Simetris kanan dan kiri
Lipatan nasolabial : Simetris kanan dan kiri
Sudut mulut : Simetris kanan dan kiri

Aktif
Mengerutkan dahi : Simetris kanan dan kiri
Mengerutkan alis : Simetris kanan dan kiri
Menutup mata : Simetris kanan dan kiri
Meringis : Simetris kanan dan kiri
Menggembungkan pipi : Simetris kanan dan kiri
Gerakan bersiul : Simetris kanan dan kiri
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : Tidak ada
Lidah kering : Tidak ada

N. VIII ( Acusticus )
Mendengarkan suara gesekan jari tangan : (+) /
(+)
Mendengar detik arloji : (+) / (+)
Tes Schawabach : Tidak dilakukan
Tes Rinne
: Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan

N. IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynk : Simetris
Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak
dilakukan
Refleks muntah : Tidak dilakukan

N.X ( Vagus )
Denyut nadi : Teraba, reguler
Arcus faring: Simetris
Bersuara : Baik
Menelan
: Tidak ada gangguan

N. XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala : Normal
Sikap bahu
: Simetris
Mengangkat bahu : Simetris

N.XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah : Simetris kanan dan
kiri
Kekuatan lidah
: Baik
Atrofi lidah
: Tidak ada
Artikulasi
: Baik
Tremor lidah
: Tidak ada

MOTORIK
Gerakan :

Kekuatan:

terbatas terbatas
terbatas Terbatas

3 3
1 1
Tonus : normotonus pada keempat
ekstremitas
Trofi: Eutrofi pada keempat ekstremitas

REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon Kanan Kiri
Refleks Biseps: (+) (+)
Refleks Triseps : (+) (+)
Refleks Patella : (+) (+)
Refleks Archilles : (+) (+)

Refleks Periosteum : Tidak dilakukan

Refleks Permukaan :
Dinding perut : Normal
Cremaster : Tidak dilakukan
Spinchter Anii : Tidak dilakukan

Refleks Patologis :

kanan

Hoffman Trommer : (-) (-)


Babinski
: (-) (-)
Chaddock
: (-) (-)
Openheim
: (-) (-)
Gordon
: (-) (-)
Schaefer
: (-) (-)
Rosolimo
: (-) (-)
Mendel Bechterew : (-) (-)
Klonus paha
: (-) (-)
Klonus kaki
: (-) (-)

kiri

SENSIBILITAS
Eksteroseptif :
Nyeri : (+)
(+) (dari pusar
sampai kaki kanan & kiri bagian lateral)
Suhu : tidak dilakukan
Taktil : (+)
(+)(dari pusar
sampai kaki kanan & kiri bagian lateral)
Propioseptif :
Vibrasi
: Tidak dilakukan
Posisi
: (+) / (+)
Tekan dalam
: Tidak dilakukan

KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN


Tes romberg
: Tidak diperiksa
Tes Tandem
: Tidak diperiksa
Tes Fukuda
: Tidak diperiksa
Disdiadokenesis
: Tidak diperiksa
Rebound phenomen
: Tidak diperiksa
Dismetri
: Tidak diperiksa
Tes telunjuk hidung : Tidak diperiksa
Tes telunjuk telunjuk
: Tidak diperiksa
Tes tumit lutut
: tidak dilakukan

FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkotinensia
Retensi
Anuria
:

Defekasi
Inkotinensi
Retensi

: Tidak ada kelainan


: Ada
Tidak ada kelainan

:Tidak ada kelainan


:Tidak ada kelainan

FUNGSI LUHUR
Fungsi
Fungsi
Fungsi
Fungsi
Fungsi

bahasa :Baik
orientasi
:Baik
memori
:Baik
emosi
:Baik
kognisi :Baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium
Keterangan

14-09-2016

20-09-2016

Nilai
Rujukan

Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin

15.0

15

12-16 g/dL

Hematokrit

43,4

43,8

37-47%

Eritrosit

5,18

5,3

4,3 6,0

13,32

juta/L
4800

Leukosit

14,04

10800 /L

Laboratorium imunologi 14 september


2016
IgG Anti toxoplasma : 2156 iu/ml
IgG Anti CMV : 27 aU/ml
IgG Anti HSV 1 : 34,75 COI
IgM Anti HSV I : 1,243 Index
MRI
Multiple lesi pada aspek anterior dan
posterior kanan kiri medulla spinalis
setinggi C1-2 dan C3-Th3 disertai edema
di sekitarnya, sesuai dengan gambaran
Acute Tranverse myelitis

RESUME
Anamnesa
Pasien mengalami kelemahan pada keempat
ekstrimitas 1 hari yang lalu, sebelumnya pasien
mengatakan bahwa baru saja berpergian jauh yaitu
ke Yogyakarta mengendarai mobil. Setelah pulang
dari bepergian tersebut pasien mengalami
kesemutan pada daerah punggung, dan juga
pasien mengeluh badan terasa panas.
Setelah badan panas, pasien setelah kesemutan di
punggung merasakan kelemahan keempat anggota
gerak. Merasa berat dan tak bisa digerakkan.
Akhirnya pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang pada tanggal 13
September 2016 pukul 22.00

Pemeriksaan:
Status interna
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 36,5o C
Gizi : baik
K/L : tak
Thorak : tak
Abdomen : tak
Extermitas : akral hangat, tetraplegi
ekstremitas tipe spastik
Status psikiatri : dalam batas normal

Status Neurologis :
Motorik : Gerakan : Bebas
Bebas Terbatas

Bebas

Kekuatan :
3
3
1
1
Refleks Patologis : Babinski (+) kaki
kanan&kiri
Chaddock, Openheim, Gordon
(+)kaki
kiri.
Sensibilitas
:menurun dari pusar sampai
kaki kanan dan kiri bagian lateral
(T10-S1).

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis:myelitis transversa,
tetraplegia spastik
Diagnosis Topis : cervical 1-2, cervical
3thoracal 3
Diagnosis Etiologis : toxoplasma,
CMV, herpes

Terapi
Infus RL 20 tetes/menit

Medikamento
sa

Metilprednisolon 3 x 16 mg
Cefixim 2 x 200 mg
Rebal plus 2 x 1
Binoscom 2 x 1
Paracetamol 3x500
Na diklofenak 2x50

Non

Fisioterapi
medikament
osa

PROGNOSA
Ad vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad cosmeticum : Dubia ad malam

Mielitis
Transversa

Definisi

Mielitis transversa adalah kelainan neurologi yang


disebabkan oleh peradangan sepanjang medulla spinalis
baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari medulla
spinalis.

Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla


spinalis

trasversa menunjukkan posisi dari peradangan sepanjang


medulla spinalis

Mieliti transversa merupakan suatu gangguan neurologi


yang disebabkan oleh kehilangan selubung mielin pada
medulla spinalis, disebut juga sebagai demielinisasi.

Demielinisai ini muncul secara idiopatik menyertai infeksi


atau vaksinisasi, atau disebabkan multipel sclerosis.

Salah satu teori mayor tentang penyebabnya inflamasi


immune-mediated adalah sebagai suatu hasil paparan
terhadap antigen virus.

Kelainannya berupa inflamasi melibatkan medulla spinalis


pada kedua sisinya.

Pada mielitis transversa akut, onset terjadi tiba tiba dan


progresif dalam beberapa jam dan atau beberapa hari

Lesi dapat terjadi di setiap bagian dari medulla spinalis


meskipun biasanya pada bagian kecil. 2

Epidemiologi

Mielitis transversa dapat diderita oleh orang


dewasa dan anak anak baik pada semua jenis
kelamin maupun ras.

Usia terjadi antara umur 10-19 dan 30-39


tahun.

etiologi

infeksi viral

reaksi autoimun yang abnormal atau


menurunnya aliran darah melalui pembuluh
darah yang terletak pada medulla spinalis .

komplikasi dari syphilis, campak, penyakit lyme,


dan beberapa vaksinasi termasuk chichenpox
dan rabies

idiopatik

infeksi virus:

varicella zooster

herpes simplek

sitomegalovirus

Epstein-Barr

influensa

Echovirus

human immunodeficiency virus ( HIV ),

infeksi bakteri pada kulit, infeksi telinga


tengah( otitis media), dan Mycoplasma
pneumoniae ( pneumonia bakterial ).

Mielitis transversa juga terdapat pada


beberapa penyakit autoimun seperti systemic
lupus erythematosus, Sindrom Sjogren's, dan
sarcoidosis

Beberapa kasus mielitis transversa disebabkan


oleh malformasi arteri-vena spinalis ( kelainan
yang merubah aliran darah ) atau penyakit
vaskuler seperti atherosklerosis yang
menyebabkan iskemik.

Patologi
Makroskopis pada medulla spinalis yang mengalami
peradangan akan tampak edema, hiperemi dan pada
kasusberat terjadi perlunakan ( mielomalasia ). 4
Mikroskopis

leptomening tampak edema

pembuluh pembuluh darah yang melebar dengan infiltrasi


perivaskuler

pada medulla spinalis tampak pembuluh darah yang melebar


dengan infiltrasi perivaskuler ( limfosit / leukosit ) di substansia
grisea dan alba.

Tampak pula kelainan degeneratif pada sel - sel ganglia, pada


akson akson dan pada selubung mielindari mikroglia.

Traktus traktus panjang disebelah atas atau bawah daripada


segemen yang sakit dapat memperlihatkan kelainan kelainan
degeneratif.5

Gambaran klinik

Mielitis tranversa dapat terjadi secara akut


( terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa
hari )

subakut ( terjadi dalam satu atau dua minggu )

Gejala awal umumnya meliputi sakit pinggang


parastesia yang mendadak di kaki

hilangnya sensorik dan paraparesis ( kelemahan pada sebagian


kaki). Paraparesis sering menjadi paraplegia ( kelemahan pada
kedua kaki dan pungung bagian bawah).

Gangguan fungsi kandung kemih dan buang air besar sering


terjadi

spasme otot

gelisah

sakit kepala

demam

sistem respiratori

empat gejala klasik mielitis tranversa :

kelemahan otot atau paralisis kedua lengan


atau kaki( allodinia ).

pekaan yang tinggi terhadap perubahan


temperatur atau suhu panas atau dingin1

Nyeri

kehilangan rasa pada kaki dan jari jari kaki

Disfungsi kandung kemih dan buang air besar

Nyeri adalah gejala utama pada kira- kira sepertiga


hingga setengah dari semua penderita mielitis transvera.
Nyeri terlokalisir di pinggang atau perasaan yang menetap
seperti tertusuk atau tertembak yang menyebar ke kaki,
lengan atau badan .

Diagnosa dan diagnosa banding

mielopati akibat kompresi medulla spinalis


( baik karena neoplasme medulla spinalis
instrinsik maupun ekstrinsik, ruptur diskus
intervertebralis akut )

infeksi epidural dan polineuritis pasca infeki


akut ( sindroma guillain barre ).4

Mendiagnosa mielitis tranversa dengan pemeriksaan riwayat


perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik dan neurologi.

Bila dicurigai trauma medulla spinalis, harus dicari untuk


menyingkirkan lesi ( daerah yang mengalami kerusakan atau
kelainan fungsional ) yang menyebabkan penekanan medulla
spinalis .

lesi lesi yang berpotensi menekan medulla spinalis


misalnya tumor, herniasi,bergesernya diskus, stenosis
( penyempitan saluran yang menahan medulla spinalis ) atau
abses.

Untuk menyingkirkan lesi dan memeriksa inflamasi medulla


spnalis MRI ntuk melihat gambaran otak dan medulla
spinalis

Pungsi lumbal dapat dilakukan pada mielitis transversa biasanya


tidak didapati blokade aliran likuor, pleoitosis moderat ( antara 20
200 sel/mm3 ) terutama jenis limposit, protein sedikit meninggi ( 50
120 mg / 100ml) dan kadar glukosa normal.

sindroma gullain barre dimana djumpai peningkatan kadar protein


tanpa diertai pleositosis. Pada sindroma gullain barre, jenis kelumpuhan
flakid serta pola gangguan sensibilitasnya di sampaing mengenai
kedua tungkai juga terdapat pada kedua lengan ( glove and stocking ).

Lesi kompresi medulla spinalis dapat dibedakan dari mielitis karena


perjalanan penyakitnya tidak akut sering didahului dengan nyeri
segmental sebelum timbulnya lesi parenkim medulla spinalis.

Selain itu pada pungsi lumbal djumpai blokase aliran likuor dengan
kadar protein yang meningkat tanpa disertai adanya sel.

Pemerikaan foto polos vertebra antero posterior dan lateral,mielografi


dan sken tomografi akan lebih memastikan ada tidaknya lesi kompresi
medulla spinalis tersebut.4

Tes darah

dilakukan untuk menyingkirkan berbagai


penyakit lainnya :

lupus erithematosus sistemik, HIV, dan


defisiensi vitamin B12 .

pada penderita mielitis transversa, cairan


cerebrospinal dalam medulla spinalis dan otak
mengandung protein lebih tinggi dan
peningkatan leukosit

Pengobatan

Tujuan pengobatan pertama ditujukan untuk meredakan respon immun


yang disebabkan oleh trauma medulla spinalis.

Pengobatan awal pada penderita mielitis tranversa dengan pemberian


steroid dosis tinggi secara intravena atau oral. Pada beberapa kasus,obat
immunosuppresent yang sangat kuat seperti cyclophosphamide.

Pada beberapa penderita dengan mielitis transversa sedang dan berat


diberikan steroid selama 5 sampai 7 hari.

plasma exchange dapat digunakan. Prosedur ini melibatkan


memindahkan darah dari pasien, dan pemisahan ke dalam sel darah dan
plasma ( cairan). Sel darah kemudian bercampur menjadi suatu pengganti
cairan plasma buatan dan kembali ke pasien itu. karena sel sel immun
didalam plasma,ini secara efektif dapat merusakkan sel imun pada tubuh,
yang dapat membantu mengatasi kerusakan mielin. 6

glukokortikoid atau ACTH ,

biasanya diberikan pada penderita yang datang dengan gejala awitannya sedang
berlangsung dalam waktu 10 hari pertama atau bila terjadi progresivitas defisit
neurologik.

Glukokortikoid diberikan dalam bentuk prednisolon oral 1 mg / kg berat badan / hari


sebagai dosis tunggal selama 2 minggu lalu secara bertahap dan dihentikan setelah
7 hari.

Bila tidak dapat diberikan peroral dapat pula diberikan metilprednisolon secara
intravena dengan dosis 0,8 mg / kg/hari dalam waktu 30 menit.

ACTH dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 40 unit dua kali perhari
( selama 7 hari ),

lalu 20 unit dua kali sehari ( selama 4 hari ) dan 20 unit dua kali perhari ( selama 3
hari ) .

untuk mencegah efek samping kortikosteroid, penderita diberi diet rendah garam
dan simetidin 300 mg 4 kali / hari atau ranitidin 150 mg 2 kali / hari. Selain itu
sebagai alternatif dapat diberikan antasida peroral. 4

Pengobatan mielitis tranversa diusahakan selama 6 bulan mulai dari


serangan. Setelah itu, sebaiknya upaya pengobatan lebih efektif diarahkan
ke rehabilitasi dan rehabilitasi harus dimulai sedini mungkin untuk
mengurangi kontraktur dan mencegah tromboemboli.

Nyeri diobati dengan obat obatan seperti gabapentin, carbamazepine,


nortriptyline, atau tramadol.

Pemasangan kateter diperlukan karena adanya retensi urin dan untuk


mencegah terjadinya infeki raktus urinarius dilakukan irigasi dengan
antieptik dan pemberian antibiotik profilaksis ( trimetropin
sulfametoksasol ) 1 gram tiap malam.

Konstipasi dan dan retensi urin

Oxybutinin, hyoscyamine, tolterodine, dan propantheline sering dapat


mengobati beberapa masalah kandung kemih

Dulcolax, senekot, dan bisacodyl dapat membantu memperbaiki


konstipasi.4,6

Pencegahan dekubitus dilakukan dengan alih baring tiap 2


jam.

diet / nutrisi 125 gram protein, vitamin dosis tinggi dan


cairan sebanyak 3 liter perhari dibutuhkan.

Setelah masa akut berlalu maka tonus otot mulai meninggi


sehingga sering timbul spasme kedua tungkai, hal ini dapat
diatasi dengan pemberian baclofen 15-80 mg / hari, atau
diazepam 3 4 kali 5 mg / hari.4

Prognosis
Perbaikan dari mielitis tansversa biasanya dimulai antara 2
sampai 12 minggu dari onset gejala dan mungkin
berlangsung sampai 2 tahun.

bila tidak ada perbaikan dalam 3 6 bulan pertama, maka


tidak dijumpai penyembuhan yang signifikan.

sepertiga akan mengalami penyembuhan yang sempurna

Sertiga mengalami perbaikan dan meninggalkan defisit


neurologis: gaya berjalan yang spastik, disfungsi sensorik
dan sering kencing atau inkontinensia urin.

Sepertiga lain tidak mengalami perbaikan sama sekali,.


Meskipun sulit membuat prediksi pada setiap kasus, para
peneliti menyatakan bahwa onset gejala yang cepat secara
umum menghasilkan perbaikan yang jelek .

DAFTAR PUSTAKA

National Institut of neurological disorder and stroke, myelitis


trasversa dalam www.ninds.nih.gov/disorder/trasversemyeilitis.

Anonymous. transversa myelitis Dalam


www.wikipedia.org/wiki/trasverse myelitis

Anonymous, mielitis tranversa Dalam


www.healthnewsflash.com/conditions/transverse_myelitis.htm

Harsono, dr. 2003. Mielitis transversa Dalam Kapita Selekta


Neurologi, Gajah mada University press, Yogyakarta

Igusti Gede Ngoerah,dr,Prof. 1994. Mielitis Dalam Dasar


Dasar Ilmu Penyakit Saraf, Airlangga University Press,
Surabaya

anonymous. Mielitis tranversa dalam


www.answer.com/topic/transverse mielitis

Anda mungkin juga menyukai