Anda di halaman 1dari 46

SAHAM

Pengertian

Saham adalah surat berharga yang


merupakan tanda kepemilikan seseorang atau
badan terhadap suatu perusahaan. Pengertian
saham ini artinyaadalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang
biasa disebut emiten. Saham menyatakan
bahwa pemilik saham tersebut adalah juga
pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan
demikian kalau seorang
investor membeli saham, maka ia pun
menjadi pemilik atau pemegang saham

Pengertian

Saham adalah surat berharga yang


merupakan tanda penyertaan modal pada
perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut.
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan
dalam berbagai instrumen finansial yang
mengacu pada bagian kepemilikan sebuah
perusahaan.

Jenis saham

Saham Biasa
Saham Preferen

Karakteristik Saham biasa

Hak suara pemegang saham, dapat memillih


dewan komisaris
Hak didahulukan, bila organisasi penerbit
menerbitkan saham baru
Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang
diberikan saja

Karakteristik Saham Preferen

Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan


karakteristik yang berbeda
Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki
prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal
pembagian dividen
dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari
periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada
periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa,
bila kesepakatan antara pemegang saham dan
organisasi penerbit terbentuk

Kapan investor dapat membeli


saham?

Seorang investor dapat membeli saham di pasar


perdana maupun pasar sekunder. Pada pasar
perdana, emiten yang baru go public menawarkan
sahamnya kepada investor melalui para penjamin
emisi dan agen penjual.
Investor dapat membeli langsung melalui para
penjamin emisi penerbitan saham tersebut atau
melalui agen penjual. Kemudian saham yang dibeli
pada pasar perdana dapat di-perjualbelikan
melalui pasar sekunder atau di bursa efek
melalui perusahaan pialang.

Untuk apa membeli saham?

Membeli saham merupakan alternatif lain


dalam mengamankan dan sekaligus
meningkatkan nilai kekayaan (dalam hal ini
kekayaan berupa uang). Jadi mengamankan
dan meningkatkan kekayaan bisa dalam
bentuk berbagai macam, misalnya:
celengan, menyimpan di bank, dibelikan
emas, dibelikan tanah, dibelikan apartemen
dan masih banyak lagi.

Mengapa harus memilih saham


untuk investasi?

karena lebih menguntungkan. Sebab kelebihan


menabung dengan cara memiliki saham adalah
kemampuannya memberikan keuntungan yang
tidak ter-hingga. Tidak terhingga ini bukan berarti
keuntungan investasi saham biasa sangat besar
dalam rupiahnya. Tetapi, tergantung pada
perkembangan perusahaan penerbitnya. Apabila,
perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba
yang besar, maka ada kemungkinan para
pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan
yang besar juga.

Mekanisme perdagangan saham


di Indonesia

Pertama yang perlu dilakukan adalah investor harus menjadi


nasabah pada perusahaan efek dahulu.
Investor membuka rekening dengan membayarkan deposit
sejumlah Rp 25 juta, sementara yang lain mewajibkan
sebesar Rp 15 juta dan seterusnya.Jumlah yang disetorkan
bervariasi. Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah
nominal membeli saham tidak ada tapi di Bursa Efek
Indonesia pembelian minimal 500 lembar atau 1 lot,
misalnya harga saham perusahaan XYZ senilai Rp 100,00
maka dana minimal yang dibutuhkan untuk membeli satu lot
sama dengan Rp 50.000,00 ( 500 lembar dikali Rp 100,00 ).
Transaksi penjualan atau pembelian dapat dilakukan pada
Hari bursa

Pengertian Risiko dan Tingkat


Pengembalian

Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang


terjadinya kerugian atau kehancuran.
Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai
kemungkinan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan atau berlawanan dari yang
diinginkan.
Dalam industri keuangan pada umumnya,
terdapat suatu jargon high risk bring about
high return, artinya jika ingin memperoleh
hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada
risiko yang lebih besar pula.


Risk and return adalah kondisi yang dialami
oleh perusahaan, institusi, dan individu dalam
keputusan investasi yaitu, baik kerugian
maupun keuntungan dalam suatu periode
akuntansi.

Hubungan antara risiko dengan tingkat


pengembalian adalah:

1. bersifat linear atau searah.


2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka
semakin tinggi pula risiko.
3. Semakin besar asset yang kita tempatkan
dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi
tersebut.
4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada
pasar yang bersifat normal.


Jika Anda berinvestasi dalam saham spekulatif
(atau saham apapun), Anda mengambil risiko
dengan harapan memperoleh suatu
pengembalian yang besar. Risiko suatu aset
dapat dianalisis dengan dua cara:
1. Secara berdiri sendiri (stand- alone), di mana
aset tersebut dianggap terpisah.
2. Berdasarkan jumlah portofolio, di mana aset
tersebut dianggap sebagai salah satu dari
sejumlah aset dalam portofolio.


Jadi aset stand alone-risk adalah risiko investor yang
akan dihadapi jika seorang investor hanya mengadakan
satu aset. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar aset diadakan di portofolio, tetapi perlu dipahami
stand-alone risk berguna untuk memahami risiko dalam
konteks portofolio. Tidak ada investasi yang harus
dilakukan kecuali tingkat pengembalian yang
diharapkan cukup tinggi untuk mengkompensasi para
investor untuk risiko yang diperoleh dari investasi.
Misalnya, dapat dipastikan bahwa beberapa investor
akan bersedia untuk membeli saham perusahaan
minyak jika pengembalian yang diharapkan lebih besar.


Pada umumnya, aset berisiko (risky assets) jarang
menghasilkan tingkat pengembalian yang
diharapkan para investor, aset berisiko
mendapatkan lebih baik atau kurang dari yang
awalnya diharapkan. Memang, jika aset selalu
menghasilkan pengembalian yang diharapkan para
investor, maka tidak akan berisiko. Risiko investasi
berkaitan dengan probabilitas yang berproduktif
rendah atau pengembalian yang negatif, sangat
besar mempunyai peluang pengembalian yang
rendah atau negatif, yang berisiko investasi

Hubungan Karakteristik Risk and


Return

Semakin besar probabilitas berarti pengembalian aktual


akan jauh di bawah
pengembalian yang diharapkan dan semakin besar standalone risk yang terkait dengan aset.
The average investors adalah orang yang menolak risiko,
yang berarti bahwa investor tersebut harus dikompensasi
utuk melakukan aset yang berisiko. Oleh karena itu, aset
yang berisiko lebih tinggi memiliki return yang dibutuhkan
daripada aset yang kurang berisiko.
Aset yang berisiko terdiri dari (1) diversiable risk, yang mana
risiko dapat dihilangkan melalui diversifikasi, kemudian (2)
market risk, yang mana risiko tidak dapat dihilangkan
melalui diversifikasi.


Risiko yang berhubungan dengan aset individu
adalah kontribusi risiko portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik yang merupakan
aset market risk (risiko pasar). Karena market
risk tidak dapat dihilangkan melalui
diversifikasi, para investor harus dikompensasi
untuk menahan risiko tersebut.


Menurut Paul L. Krugman dan Maurice
Obstfeld bahwa pada kenyataanya, seorang
investor yang netral terhadap risiko cenderung
mengambil posisi agresif maksimum. Ia akan
membeli sebanyak mungkin aset yang
menjanjikan hasil tinggi dan menjual
sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih
rendah.


Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takut pada risiko (Risk Avoider)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan
yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang
sifatnya mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter
pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
2. Hati-hati pada risiko (Risk Indifference)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan.
Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara
ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3. Suka pada risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan
spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin
menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker
adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter
ini yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.

Tipe-tipe Risiko

Pure Risk (Risiko Murni): suatu ketidakpastian terjadi, maka


kejadian tersebut pasti menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat
dikelompokkan menjadi 3 tipe risiko, yaitu:
1. Risiko aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada
aset fisik suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir,
gempa, tsunami, gunung meletus, dll.
2. Risiko Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami
oleh karyawan yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi.
Contoh : kecelakaan kerja yang menyebabkan terganggunya
aktivitas perusahaan.
3. Risiko Legal: risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan
atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contoh :
perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan
seperti penggantian kerugian.


Speculative Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan
terjadinya untung atau rugi. Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4
tipe yaitu:
1. Risiko Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh:
harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
2. Risiko kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet,
persentase piutang meningkat.
3. Risiko likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
kas. Contoh: kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu
membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus
menjual aset yang dimilikinya.
4. Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional
yang tidak berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer
karena berbagai hal termasuk terkena virus.


Static Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang
berada dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian
terjadinya sambaran petir.
Dynamic Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif timbul dari perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.
Subjective Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi
mental seseorang yang mengalami keragu-raguan dan
kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.
Objective Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan
aktual dari yang diharapkan sesuai dengan pengalaman.

Risiko Dalam Konteks


Portofolio

Menurut sudut pandang investor, adanya fakta bahwa suatu


saham tertentu akan naik atau turun bukanlah hal yang sangat
penting; yang penting adalah tingkat pengembalian dari
portofolionya, dan portofolio tersebut.
Kumpulan dari portofolio yang layak mewakili semua portofolio
yang dapat dihasilkan dari kumpulan aset yang diberikan.
Portofolio yang efisien adalah portofolio yang menawarkan
banyak pengembalian dari sejumlah risiko yang diberikan atau
paling tidak risiko dari sejumlah pengembalian.
Portofolio yang optimal untuk investor adalah portofolio yang
dianggap yang memiliki kemungkinan tertinggi pada kurva
indeferen yang bersinggungan dengan kumpulan portofolio
yang efisien.


Logikanya, risiko dan tingkat pengembalian
dari masing-masing sekuritas harus dianalisis
dari segi bagaimana sekuritas tersebut
mempengaruhi dan tingkat pengembalian
portofolio di mana sekuritas dimiliki.

Pengembalian
portofolio

Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan


(expected return on a portfolio), kp sederhananya adalah
rata-rata tertimbang dari tingkat pengembalian yang
diharapkan dari masing-masing aktiva di dalam portofolio,
dengan bobotnya adalah pecahan dari total portofolio yang
diinvestasikan di setiap aktiva:
Kp = w1k1 + w2k2 + ........ + wnkn
=
Ket : ki = tingkat pengembalian yang di harapkan dari
masing-masing saham

wi = bobot

n = jumlah saham

Portofolio

Ekspektasi tingkat pengembalian dari suatu portofolio


sebenarnya hanyalah rata-rata tertimbang dari ekspektasi
tingkat pengambalian individual aktiva di dalam portofolio.
Akan tetapi, tidak seperti pengambalian, tingkat dari
suatu portofolio, p , biasanya bukanlah merupakan ratarata tertimbang dari deviasi standar masing-masing aktiva
di dalam portofolio; risiko portofolio akan lebih kecil dari
rata-rata tertimbang aktiva-aktivanya. Bahkan
kenyataannya, secara teori dimungkinkan untuk
menggabungkan saham-saham yang secara individual
cukup be jika dilihat dari deviasi standarnya dan membuat
sebuah portofolio yang sepenuhnya tanpa , dengan p=0

Diversifikasikan versus
Pasar.

Diversifiable risk disebabkan oleh peristiwapristiwa acak seperti tuntutan hukum, pemogokan,
program pemasaran yang berhasil dan gagal,
memenangkan atau kalah dalam kontrak besar
dan peristiwa-peristiwa lainnya yang khusus bagi
suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak
pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu
portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi. Peristiwa merugikan yang terjadi
pada satu perusahaan akan dihilangkan oleh
peristiwa menguntungkan di perusahaan lain.


Pasar (market risk) dilain pihak tumbuh dari faktor-faktor yang
secara sistematis akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan;
perang, inflasi, resesi, dan tingkat suku bunga yang tinggi. Karena
kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktorfaktor ini, pasar tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
Investor menginginkan premi karena menanggung, jadi semakin
tinggi tingkat sebuah sekuritas semakin tinggi ekspektasi tingkat
pengembalian yang harus diberikan untuk merangsang investor
membeli (memiliki) sekuritas tersebut.
Dengan hal itu tiap investor ingin mengetahui tingkat dari setiap
saham, tingkat dari setiap saham dapat diukur melaui model
penetapan aktiva modal (capital asset pricing model-CAPM),
sebuah alat penting yang digunakan untuk menganalisis hubungan
antara dan tingkat pengembalian.


Kesimpulan utama dari CAPM adalah tingkat dari suatu
saham secara relevan adalah kontribusi yang diberikannya
kepada tingkat dari portofolio yang terdiversifikai dengan
baik.
Saham-saham yang berbeda akan mempengaruhi portofolio
dengan cara yang berbeda pula, sehingga sekuritas yang
berbeda akan memiliki derajat relevan yang berbeda.
Seluruh kecuali yang behubungan dengan pergerakan pasar
secara luas dapat dan mungkin dihilangkan melalui
diversifikasi. yang masih tersisa setelah mendiversifikasikan
pasarnya, atau yang inheren di dalam pasar, dan dapat
diukur melalui seberapa besar sebuah saham tertentu
cenderung akan bergerak naik atau turun mengikuti pasar.

Konsep Beta

Kecenderungan sebuah saham bergerak naik dan turun


mengikuti pasar akan tercermin dalam koefisien betanya (beta
coefficient), b. Beta adalah elemen kunci dari CAPM. Sebuah
saham dengan rata-rata dinyatakan sebagai saham yang
cenderung bergerak naik dan turun sesuai dengan pasar umum
yang diukur dengan suatu indeks tertentu.
Saham dari koefisien beta, b, adalah ukuran/nilai dari market
risk. Pengukuran Beta menunjukkan sejauh mana pengembalian
saham bergerak relatif terhadap pasar. Beta dari sebuah saham
yang lebih tinggi lebih stabil daripada saham rata-rata,
sedangkan Beta dari sebuah saham yang rendom kurang stabil
daripada saham rata-rata. Saham rata-rata memiliki b = 1.0.
Beta pada portofolio adalah rata-rata tertimbang dari beta pada
sekuritas individu dalam portofolio


Teorinya, sebuah saham bisa saja memiliki beta negatif. Dalam
keadaan ini, pengembalian saham akan cenderung meningkat
ketika pengembalian dari saham-saham lain turun.
Namun, ingatlah bahwa sebuah saham dalam suatu tahun
tertentu dapat bergerak berlawanan dengan pasar secara
keseluruhan, meskipun beta dari saham tersebut memiliki nilai
positif. Jika sebuah saham memiliki beta positif, kita akan
memiliki ekspektasi bahwa tingkat pengembaliannya akan naik
ketika bursa saham secara keseluruhan mengalami peningkatan.
Meskipun begitu, faktor-faktor yang spesifik dari setiap
perusahaan dapat menyebabkan tingkat pengembalian saham
yang diterima menurun, walaupun pengembalian pasar memiliki
nilai positif.

Model Yang Digunakan Dalam Risiko dan Tingkat


pengembalian

CAPM (Capital Asset Pricing Model)


APT ( Arbitrage Pricing Theory)

CAPM (Capital Asset Pricing


Model)

CAPM atau model penentuan harga aset modal adalah


model penetapan harga aktiva equilibrium yang
menyatakan bahwa expected return atas sekuritas
tertentu adalah fungsi linier positif dari sensitifitas
sekuritas terhadap perubahan return portofolio.

CAPM menjelaskan hubungan antara return dengan


beta (). Beta menunjukkan hubungan (gerakan)
antara saham dan pasarnya (saham secara
keseluruhan)[1]. Besarnya risiko perusahaan
ditentukan oleh beta.


>1 menunjukkan harga saham perusahaan
lebih mudah berubah dibandingkan indeks pasar.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi saham
menjadi lebih berisiko, artinya jika saat terjadi
perubahan pasar 1% maka pada saham X akan
mengalami perubahan lebih besar dari 1%.

<1 menunjukkan tidak terjadinya kondisi


yang mudah berubah berdasarkan kondisi pasar.

=1 menunjukkan bahwa kondisinya sama


dengan indeks pasar.


Rumus CAPM yaitu:
Ri= Rf +i (Rm-Rf), atau
Ri= Rf +(Rm-Rf)i , atau
Ri= (1-i )Rf + i .R
Keterangan:
Ri = Return saham i
Rf = Return investasi bebas risiko (Risk Free)
i = Beta saham i (indikator risiko sistematis)
Rm = Return pasar (return market)

APT ( Arbitrage Pricing Theory)

APT merupakan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross


pada tahun 1976 dimana beliau menyatakan bahwa harga
suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Rumusnya:
R i = i + i R m + e i

Keterangan:
Ri = Return saham i
i = Alpha saham i
i = beta saham i
Rm = Return pasar
ei = random error


Perhitungan Risiko
Sekedar informasi bahwa risiko yang terkecil itu
adalah obligasi (bond) yang dijual oleh
pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi
adalah saham yang dijual oleh perusahaan. Ada
model perhitungan risiko yang paling sering
dipergunakan khususnya dalam investasi, yaitu
secara standar deviasi dan varians.

Metode
Perhitungan
Return

Perhitungan return cukup sederhana, yaitu dari Harga Jual


Harga Beli + Dividen kemudian hasilnya dibagi dengan Harga
Beli.
Misalkan suatu saham dibeli dengan harga Rp 10.000. Setahun
kemudian harga saham naik menjadi Rp 15.000 dan investor
menjualnya. Dalam periode tersebut saham juga sudah
membagikan dividen sebesar Rp 1000 yang sudah dinikmati oleh
investor. Sehingga perhitungan return adalah Rp 15.000 Rp
10.000 + Rp 1000 = Rp 6000. Kemudian dibagi dengan Rp
10.000 = 60%.
Jadi return dengan berinvestasi pada instrumen tersebut adalah
sebesar 60%. Karena kesamaan karakteristik antara saham
dengan reksa dana, maka istilah return juga sering digunakan
dalam reksa dana.


Seiring dengan perkembangan ilmu investasi,
mulai muncul banyak istilah return seperti
Total Return, Compounded Return, Annualized
Return, Return yang dihitung dengan rata-rata
Aritmatik dan Return yang dihitung dengan
rata-rata Geometric.


Sebenarnya istilah Return itu sama dengan Total Return.
Kata Total menekankan pada keseluruhan namun secara
prinsip sebetulnya sama. Namun ketika dibandingkan dengan
Annualized Return atau Compounded Return istilah total
return menjadi berbeda. Sebagai contoh saya berikan ilustrasi
suatu reksa dana yang memiliki harga sebagai berikut:
Harga Akhir Tahun 2008 Rp 1000
Harga Akhir Tahun 2009 Rp 1200
Harga Akhir Tahun 2010 Rp 1500
Harga Akhir Tahun 2011 Rp 1725
Asumsi selama tahun2 tersebut tidak ada pembagian dividen.


Istilah Return atau Total Return digunakan ketika kita menanyakan,
Berapa total return tahun 2009 (Artinya beli di akhir 2008 jual di akhir
2009)
Berapa pula total return tahun 2010 dan 2011 ?
Berapa total return selama 3 tahun (beli di akhir 2008 dan jual di akhir
2011)?
Dengan menggunakan rumus return di atas maka diperoleh:
Return Tahun 2009 = Rp 1200 Rp 1000 = Rp 200 dibagi Rp 1000 = 20%
Return Tahun 2010 = Rp 1500 Rp 1200 = Rp 300 dibagi Rp 1200 = 25%
Return Tahun 2011 = Rp 1725 Rp 1500 = Rp 225 dibagi Rp 1500 = 15%
Total Return selama 3 tahun = Rp 1725 Rp 1000 = Rp 725 dibagi Rp
1000 = 72.5%

Menghitung Ratarata Return

Pertanyaan selanjutnya, adalah bagaimana menghitung ratarata return per tahun? Dari sini kemudian berkembanglah 2
cara yaitu Arithmetic Mean dan Geometric Mean.
Metode Arithmetic Mean atau dalam bahasa Indonesia
disebut Rata-rata Return Aritmatik atau Rata-rata Return
Biasa menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan
membagi total return tersebut dengan jumlah tahunnya.
Dengan menggunakan contoh di atas dimana:
Return Tahun 2009 = 20%
Return Tahun 2010 = 25%
Return Tahun 2011 = 15
Return 2008 2011 = 72.5%


Maka perhitungan Annualized Return dengan cara Rata-rata Aritmatik bisa dilakukan
dengan cara:
20% + 25% + 15% = 60% kemudian hasilnya dibagi 3 karena tiga tahun menjadi 20%
per tahun
Geometric Mean atau Rata-rata Return Geometrik dengan menggunakan data di atas
dihitung dengan cara
(1+20%) x (1+25%) x (1+15%) Hasilnya kemudian di akar pangkat 3 (sesuai jumlah
tahun) kemudian hasilnya dikurangi 1. Hasil yang diperoleh adalah 19.9305%
Bagi investor yang awam, ketika melihat harga beli 1000, harga jual 1725, periode 3
tahun, untuk menghitung rata-rata return digunakanlah logika sebagai berikut:
langsung Total Return selama 3 tahun yaitu 72.5% dibagi dengan 3 sehingga
diperoleh 24.1667% per tahun
Karena ada 3 angka dengan hasil yang berbeda, pertanyaan tentu manakah angka yang
paling benar:
Arithmetic Mean = 20% ?
Geometric Mean = 19.9305% ?
Atau Logika = 24.2667% ?


Dari tabel di atas, dengan menggunakan contoh AM
(Arithmetic Mean) kita bisa melihat bahwa nilai Rp 1000
dibungakan 20% akan menjadi Rp 1200 pada tahun
selanjutnya. Rp 1200 dibungakan 20% lagi akan menjadi
1440, dan kemudian dibungakan lagi 20% menjadi Rp 1728.
Dari contoh soal di atas diperoleh fakta bahwa pada akhir
2011, NAB/Up reksa dana adalah 1725. Dengan
menggunakan cara yang sama pada Geometric Mean dan
rata-rata yang dihitung dengan menggunakan Logika, hasil
yang sama persis dengan angka 1725 adalah dengan
Geometric Mean (Tampilan di atas ada koma karena saya
menggunakan pembulatan, jika digunakan semua angka
akan sama persis) yaitu 19.9305%.

Anda mungkin juga menyukai