Anda di halaman 1dari 25

Kimia Farmasi Analisis

Infra Red

Kelompok 4:
Debby Anggun Priangan
Desita Rosalinda
Fika Maghfiroh
Febrina Susilawati
Ghina Nurkhalifah

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang


lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang mikro.
Spektroskopi IR adalah studi mengenai antara cahaya dan materi,
dimana energi yang dipancarkan berasal dari sinar inframerah
Spektrofotometer IR adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur penyerapan radiasi inframerah pada berbagai panjang
gelombang
Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah
sama dengan Spektrofotometer Inframerah Dispersi, yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistem optiknya
sebelum berkas sinar inframerah melewati contoh

Definisi Infra Merah

Skema Spektrofotometer IR

Skema Spektrofotometer FTIR

Spektrum infra merah (IR) terletak pada daerah


dengan bilangan gelombang 12800 sampai 10
cm-1atau panjang gelombang 0,78 1000 m.
Umumnya daerah infra merah terbagi dalam infra
merah dekat, infra merah tengah dan infra merah
jauh. Daerah spektrum infra merah dapat dilihat
pada Tabel.
Daerah
Dekat

Panjang
Gelombang (m)
0,78 2,5

Angka
Gelombang
(cm1)
12800 4000

Tengah

2,5 50

4000 200

Jauh

50 1000

200 10

Frekuensi
(Hz)
3,8x1014 1,2x1014
1,2x1014 6,0 x1014
6,0x1014 3,0x1014

Senyawa organik dikenai sinar infra-merah yg mempunyai


frekuensi tertentu (bilangan gelombang 500-4000 cm-1),
sehingga beberapa frekuensi tsb diserap oleh senyawa
tersebut
Beberapa banyak frekuensi tertentu yang melewati senyawa
tsb diukur sbg persentasi transmitasi (percentage
transmittance)
Persentasi transmitasi dg nilai 100 berarti semua frekuensi
dapat melewati senyawa tsb tanpa diserap sama sekali
Transmitasi sebesar 5% mempunyai arti bahwa hampir
semua frekuensi tsb diserap oleh senyawa itu

Prinsip dasar Infra Red

Untuk menginterpretasikan sebuah spektrum infra merah tidak terdapat


aturan yang pasti. Akan tetapi terdapat beberapa syarat yang harus
dipenuhi sebelum melakukan interpretasi sebuah spektrum, antara lain:
1. Spektrum haruslah cukup terpisah dan mempunyai kuat puncak
yang cukup memadai
2. Spektrum merupakan hasil analisis senyawa murni.
3. Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga pita serapan akan
teramati pada bilangan gelombang yang seharusnya. Kalibrasi
yang benar dapat dilakukan dengan standar yang dapat dipercaya,
misalnya polistirena.
4. Metode penanganan sampel harus ditentukan. Bila menggunakan
pelarut, maka jenis dan konsentrasi pelarut serta tebal sel harus
disebutkan juga.

Interpretasi Spektrum
Infra merah

A. Padat
Jika zat yang akan dianalisis berbentuk padat, maka ada dua metode untuk persiapan sampel
ini, yaitu melibatkan penggunaan Nujol Mull atau pelet KBr.
1. Nujol Mull
Cara persiapan sampel dengan menggunakan Nujol Mull yaitu: Sampel digerus dengan
mortar dan pestle agar diperoleh bubuk yang halus. Dalam jumlah yang sedikit bubuk
tersebut dicampur dengan Nujol agar terbentuk pasta, kemudian beberapa tetes pasta ini
ditempatkan antara dua plat sodium klorida (NaCl) (plat ini tidak mengabsorbsi inframerah
pada wilayah tersebut). Kemudian plat ditempatkan dalam tempat sampel pada alat
spektroskopi inframerah untuk dianalisis.
2. Pelet KBr
Sedikit sampel padat (kira-kira 1 2 mg), kemudian ditambahkan bubuk KBr murni (kirakira 200 mg) dan diaduk hingga rata. Campuran ini kemudian ditempatkan dalam cetakan
dan ditekan dengan menggunakan alat tekanan mekanik. Tekanan ini dipertahankan
beberapa menit, kemudian sampel (pelet KBr yang terbentuk) diambil dan kemudian
ditempatkan dalam tempat sampel pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis.

Persiapan Sampel Dalam


Spektrofotometer IR

B. Cairan

Bentuk ini adalah paling sederhana dan metode yang paling umum
pada persiapan sampel. Setetes sampel ditempatkan antara dua plat
KBr atau plat NaCl untuk membuat film tipis. Kemudian plat
ditempatkan dalam tempat sampel alat spektroskopi inframerah untuk
dianalisis.
C. Gas
Untuk menghasilkan sebuah spektrum inframerah pada gas,
dibutuhkan sebuah sel silinder/tabung gas dengan jendela pada setiap
akhir pada sebuah material yang tidak aktif inframerah seperti KBr,
NaCl atau CaF2. Sel biasanya mempunyai inlet dan outlet dengan
keran untuk mengaktifkan sel agar memudahkan pengisian dengan
gas yang akan dianalisis

Untuk mempermudah melakukan interpretasi suatu


spektrum infra merah, periksa adanya puncak absorpsi
(pita) dari gugus fungsional utama seperti C=O, O-H, N-H,
C-O, C=C, C=N, C=C dan NO2. Tahap-tahap berikut ini
dapat dilakakun:
1. Apakah terdapat gugus karbonil ?
Gugus C=O terdapat pada daerah 1820-1600 cm-1 (5,6-6,1
). Puncak ini biasanya yang terkuat dengan lebar medium
dalam spektrum. Serapan tersebut sangat karakteristik.

Penentuan Struktur
Molekul Organik

2. Bila gugus C=O ada, ujilah daftar berikut ini. Bila tidak ada langsung pada
nomor 3.
a. Asam : apakah ada OH ?
Serapan melebar di dekat 3400-2400 cm-1 (biasanya tumpang tindih dengan CH).
b. Amida : apakah ada N-H ?
Serapan medium di dekat 3500 cm-1 kadang-kadang memiliki puncak rangkap.
c. Ester : apakah ada C-O ?
Serapan kuat di dekat 1300-1000 cm-1.
d. Anhidrida : memiliki dua serapan C=O di dekat 1810 dan 1760cm 1
e. Aldehida : apakah ada C-H aldehida ?
Dua serapan lemah di dekat 2850 dan 2750 cm-1 atau di sebelah kanan serapan
C-H.
f. Keton : bila kelima kemungkinan di atas tidak ada.

3. Bila gugus C=O tidak ada.


Alkohol : ujilah untuk O-H
Serapan melebar di dekat 3600-300 cm-1.
Pembuktian selanjutnya yaitu adanya serapan C-O di
dekat 1300-1000 cm-1.
Amida : ujilah untuk N-H
Serapan medium di dekat 3500 cm-1
Eter : ujilah serapan C-O (serapan O-H tidak ada) di
dekat 1300-1000 cm-1

4. Ikatan rangkap dua dan/atau cincin aromatik.


C=C memiliki serapan lemah di dekat 1650 cm-1
Serapan medium dan kuat pada daerah 1650-1450 cm-1. Sering
menunjukkan adanya cincin aromatik.
Buktikan kemungkinan di atas dengan memperhatikan serapan di
daerah C-H. Aromatik dan vinil C-H terdapat di sebelah kiri 3000
cm-1. Sedangkan serapan C-H alifatik muncul di sebelah kanan
daerah tersebut.

5. Ikatan rangkap tiga


C=N memiliki serapan medium dan tajam di dekat 2250 cm-1.
C=C memiliki serapan lemah tapi tajam di dekat 2150 cm-1. Ujilah
C-H asetilenik di dekat 3300 cm-1.

6. Gugus nitro
Dua serapan kuat pada 1600-1500 cm-1 dan 1390-1300 cm-1.

7. Hidrokarbon
Keenam serapan di atas tidak ada.
Serapan utama untuk C-H di dekat 3000 cm-1.
Spektrumnya sangat sederhana, hanya terdapat serapan lainlain di dekat 1450 cm-1 dan 1375 cm-1.

Spektrum infra merah golongan asam karboksilat

Example...

Dari struktur di atas dapat diketahui bahwa


senyawa tersebut terdiri dari ikatan-ikatan sebagai
berikut:
Ikatan rangkap karbon-oksigen, C=O
Ikatan tunggal karbon-oksigen, C-O
Ikatan oksigen-hidrogen, O-H
Ikatan karbon-hidrogen, C-H
Ikatan tunggal karbon-karbon, C-C

Adanya pita serapan melebar dengan intensitas kuat pada daerah


bilangan gelombang 3425,58 cm-1 yang diduga serapan dari gugus
OH terikat.
Adanya gugus OH ini didukung dengan munculnya serapan kuat
pada bilangam gelombang 1242,16 cm-1 dari CO alkohol.
Pita serapan yang tajam dengan intensitas kuat pada bilangan
gelombang 2924,09 cm-1 dan 2854,65 cm-1 diduga mengandung
gugus CH alifatik stretching. Dugaan ini diperkuat oleh adanya
serapan pada daerah bilangan gelombang 1450,47 cm-1 dan 1381,03
cm-1 yang merupakan serapan dari CH2 dan CH3 bending.
Serapan tajam dengan intensitas kuat pada daerah bilangan
gelombang 1728,22 cm-1 diduga karena adanya gugus fungsi C=O
dari suatu asam karboksilat (Lambert, dkk, 1976), sedangkan
munculnya pita serapan tajam dengan intensitas kuat pada daerah
bilangan gelombang 1620,21cm-1 menunjukkan adanya gugus
fungsi C=C alifatik stretching (Silverstein, dkk, 1981)

Tujuan : Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa


golongan triterpenoid dari rimpang temu putih.
Langkah yang dilakukan adalah isolasi, identifikasi, dan uji
antibakteri senyawa golongan triterpenoid pada rimpang temu
putih (Curcuma zedoaria). Maserasi 600 g serbuk rimpang temu
putih dengan pelarut n-heksana dan etanol secara berturut-turut
menghasilkan 9,79 g ekstrak kental n-heksana dan 23,45 g ekstrak
kental etanol.
Ekstrak kental etanol yang positif mengandung triterpenoid
dilarutkan dalam etanol-air (7:3), etanolnya diuapkan kemudian
dipartisi dengan kloroform sehingga dihasilkan ekstrak kloroform
dan ekstrak air. Hasil uji fitokimia menggunakan pereaksi
Lieberman-Buchard menunjukan bahwa ekstrak kental n-heksana
dan kloroform positif mengandung triterpenoid dan dari uji
aktivitas antibakteri.

Pemisahan ekstrak kental kloroform dengan kromatografi


kolom menghasilkan 0,44 g isolat positif triterpenoid yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. Aureus dan E.
coli.
Hasil identifikasi menggunakan spektrofotometri infra merah
menunjukkan bahwa isolat kemungkinan termasuk senyawa
golongan triterpenoid asam karboksilat, dengan karakteristik
gugus fungsi OH terikat, -CH, C=O asam karboksilat, -C=C,
-CH3, dan, C-O alkohol, serta memberikan serapan maksimum
di daerah UV pada panjang gelombang 242 nm dan serapan
landai pada panjang gelombang 280 nm.

Tujuan : Mengembangkan metode analisis untuk kontrol kualitas


(identifikasi dan autentifikasi) jahe merah dalam bentuk simplisia
maupun bubuk menggunakan spektrum FTIR dan kombinasinya dengan
kemometrik tanpa menghilangkan kebutuhan akan presisi dan akurasi
Analisis Data, Pemnbuatan Model dan Autentifikasi Jahe Merah :
Perlakuan pendahuluan berupa pemrosesan sinyal dilakukan pada setiap
spektrum FTIR yang dihasilkan yaitu koreksi garis dasar dan
normalisasi. Pembuatan model identifikasi dan autentikasi jahe merah
dilakukan dengan menggunakan data absorbans pada bilangan
gelombang 4000-400 cm-1. Analisis multivariat yang digunakan yaitu
analisis komponen utama (AKU) dan analisis diskriminan (AD). Peranti
lunak yang digunakan dalam pembuatan model tersebut yaitu XLSTAT
versi 2012

Pita 1
: O-H
Pita 2,3,4
: C-H (metil dan
Metilena)
Pita 5 & 6 : CO
Pita 7
: CC
Pita 12
: C-O (minyak atsiri dan
Sakarida)
Pita 14, 16, 17 : C-C-O atau C-COH
(pati)
Pola spektrum yang identik ini
menyebabkan sulit untuk
membedakan ketiga jenis jahe
dengan hanya menggunakan
spektrum FTIR. Oleh karena itu
diperlukan bantuan metode
kemometrik untuk dapat
membedakan ketiganya.

Kombinasi spektrum sidik jari FTIR


dan kemometrik menjadi pilihan yang
atraktif
untuk tujuan di atas.
Kombinasi ini telah banyak digunakan
dalam identifikasi dan autentikasi
tumbuhan obat untuk
tujuan
klasifikasi asal geografis, deteksi
bahan pemalsu
dan membedakan
tumbuhan yang berkerabat dekat.
Dalam penelitian ini digunakan
analisis komponen utama dan analisis
diskriminan untuk identifikasi dan
autentikasi jahe merah dari jahe emprit
dan jahe gajah.

Analisis Komponen
Utama

Analisis
Diskriminan

Identifikasi dan Autentikasi Jahe Merah

Terimakasih..
.

Anda mungkin juga menyukai