Filsafat Ilmu Lengkap
Filsafat Ilmu Lengkap
BIDANG/WILAYAH FILSAFAT
Estetika
MANUSIA
F. Ilmu
Logika
Metodologi
Etika,
Religi
Obyek Pengetahuan
1. Fenomena/gejala alam fisis (External
world)
2. Masa lalu (the Past)
3. Masa depan (The future)
4. Values (etis, estetis, religius)
5. Abstraksi
6. Mind (dimensi dalam/psikis)
1.
2.
3.
4.
5.
Teori Kebenaran:
T. Korespondensi (the correspondence theory of truth). Aristoteles
Veritas est adequatio intellectus et rhei
T. Konsistensi atau koherensi (the Concistence theory of truth)
T. Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Tokoh pragmatisme
Amerika Charles Sander Pierce (1834-1914);m William James
(1842-1920); John Dewey (1859-19 ), Kemanfaatan, kegunaan,
efekltivitas yang menetukan kebenaran. James Something is
true it is works. Ilmu dilihat sebagai problem solving. Ilmu
sebagai instrumen(talisme).
T. Performatif atau tindak bahasa (John Langshaw Austin (19111960)
T. Paradigmatis (berdasarkan aturan paradigma yang digunakan)
Batas Pengetahuan
Batas pengetahuan tergantung pada jenis
pengetahuan:
1.Pengetahuan biasa
2.Pengetahuan ilmiah
3.Pengetahuan filosofis
4.Pengetahuan teologis
Paradigma Newtonian
Positivisme
Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental
dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse Cs.
(2004, 47) yaitu:
1. Mendefinisikan obyek yang dikaji secara obyektif.
Obyek dan focus penelitian adalah peristiwa (fenomena) masyarakat yang
dapat diobservasi yang berada di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh
mengandung prasangka dan terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi
kesimpulan studi. Misalnya Durkheim merumuskan definisi tujuan pendidikan
sebagai berikut, Pemdidikan adalh tindakan yang dilaksanakan oleh generasigenerasi dewasa kepada generasi yang belum dewasa dalam kehidupan sosial.
Pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan sejumlah
kondisi fisik, intelektual dan moral pada anak seperti yang dituntut masyarakat
politik terhadap si anak dalam keseluruhan dan lingkungan sosial yang
diperuntukkannya
2. Memilih satu atau beberapa kriteria yang obyektif.
Dalam buku pertamanya De la division du travail socia l (pembagian Kerja
Sosial). Durkheim mempelajari bebagai bentuk solidaritas sosial yang berbedabeda dari sudut hukum. Ia juga berusaha mencari penyebab tindakan bunuh
diri dengan mempergunakan angka klematian akibat bunuh diri. Kana tetapi
harus diperhatian berbagai kriteria yang digunakan dalam menganalisis bunuh
diri itu
terlalu ekstrem dan mengandung beberapa ciri dan kelemahan antara lain:
positivisme tidak mengakui sifat kontigensi, relativitas dan historisitas pikiran (rasio) manusia.
Pendukung positivisme seperti dikemukakan Hillary Putnam, seakan dapat memposisikan diri
sebagaimana Tuhan melihat realitas dengan transparan apa adanya. Pandangan ini ditolak
oleh Putnam (1983; 1989), Gadamer, Heidegger. Kuhn , Rorty, dan tokoh paradigma
Konstruktivis (tema ini akan dibahas selanjutnya). Putnam dan Rorty dengan jelas
mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, sehingga tidak mampu
melihat realitas dengan transparan dan holistik
pandangan evolusionisme, pandangan tentang keseragaman serta kesatuan hukum alam
(grand theory) tidak mampu menjelaskan keberagaman budaya manusia, karena itu
pandangan positivisme ini cendrung ditolak oleh pendukung pascapositivisme dan
postmodernisme. Pandangan kesatuan ilmu pengetahuan tidak mampu memperhitungkan
situasi budaya lokal, etnis, budaya multikultural, psikologi pribumi (indigeneous psychology),
studi budaya-budaya, dan teori-teori feminis yang banyak menjadi perhatian pada pluralisme
budaya sekarang ini. Grand-theory tidak menerima cerita-cerita kecil dan suara dari
kelompok yang terpinggirkan, karena itu dalam ilmu sosial-budaya pandangan ini banyak
dikritik dan ditinggalkan.
Kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan akan membawa pada kemajuan ternyata di sisi lain
juga menimbulkan hal-hal yang negatif bagi kehidupan (persaingan senjata/perang,
kesenjangan antara negara kaya dan miskin, masalah ekologi) dan lain-lain. Masalah ini
menjadi salah satu kritik kaum pospositivis terhadap pandangan positivisme ilmiah yang
sangat mempercayai kemampuan ilmu pengetahuan untuk menciptakan kemakmuran,
keadilan dalam masyarakat modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata bersifat
ambivalen, artinya di samping memberi harapan dan kemudahan bagi umat manusia, akan
tetapi di sisi lain menimbulkan dampak negatif yang sangat memprihatinkan.
Critical Theory
ajaran Marx yang ditinggalkan oleh Tokoh Mazhab Frankfurt antara lain:
1. Teori nilai pekerjaan Marx dianggap kehilangan arti, karena dalam
masyarakat industri maju ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tenaga
produktif yang utama. Jika Marx menganggap ekonomi sebgaia infrastruktur
yang menentuka suprastriuktur, maka pada abad xxi ini sering disebut
sebagai era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan. Jadi ilmu
pengetahuan dianggap sebagai modal (capital) utama.
Pertentangan modal (kapital) dengan pekerjaan juga kehilangan
relevansinya, karena penindasan manusia tidak lagi penindasan kaum
kapitalis pada pekerja (buruh), akan tetapi semuanya ditindas oleh sistem,
di mana proses produksi yang ditentukan oleh teknologi sudah tidak
terkontrol lagi. Dengan demikian analisis kelas yang begitu penting dalam
pemikiran Marx, kehilangan fundamennya atau tidak relevan lagi.
Hilangnya pertentangan kelas, disebabkan meleburnya kaum proletariat ke
dalam sistem sehingga tidak lagi memiliki semangat revolusioner,
Proletariat bukan lagi subyek bagi revolusi menyeluruh.
Critical Theory
Generasi I Teori Kritis menghasilkan karakter Teori
sbb :
1. Teori bersifat historis, maksudnya teori didasarkan
atas situasi mesyarakat yang kongkrit, lalu
melakukan kritik terhadap kondisi masyarakat yang
tidak adil dan tidak manusiawi.
2. Teori Kritis bersifat kritis terhadap
pandangan/teorinya sendiri
3. Metode dialektik yang digunakan memunculkan
kecurigaan terhadap kondisi masyarakat aktual.
4. Teori tidak bersifat kontemplatif tapi bertujuan praxis,
di mana teori mendorong transformasi masyarakat
yang hanya mungkin bisa diterapkan melalui praxis
T. Feminis
Ada tiga faktor yang membantu terciptanya gelombang
aktivitas feminis akhir-akhir ini antara lain:
Berkembangnya pemikiran kritis pada tahun 1960-/1970an.
Kemarahan aktivis perempuan yang terhimpun dalam gerakan
anti perang, penegakan hak-hak sipil, gerakan mahasiswa yang
hanya bertujuan menentang menentang sikap seksis dan liberal
di dalam gerakan tersebut.
Pengalaman kaum perempuan dalam menghadapi prasangka
dan diskriminasi yang mereka alihkan menjadi tuntutan upah
dan pendidikan yang lebih tinggi (Ritzer dan Goodman, 2004:
98).
T. Feminis
1.
2.
3.
4.
Jika diteliti secara rinci dapat dilihat ciri utama teori sosiologi
feminis dalam upaya membangun sosiologi yang prefosional
anatara lain:
Menekankan bahwa pengalaman, pekerjaan, dan kehidupan
perempuan sama pentingnya dengan, pengalaman, pekerjaan dan
kehidupan kaum laki-laki.
Penekanan itu diiringi oleh kesadaran bahwa ,mereka berbicara
dari pendirian hendak diwujudkan bukan dengan nada
keangkuhan obyektivisme, karena mereka ingin menjadikan teori
sosiologi laki-laki sebagai patner bagi teori yang mereka bangun.
Kesadaran bahwa sosiologi bertujuan untuk mereformasi
kehidupan sosial, di mana tujuan akhirnya adalah untuk
meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kehidupan.
Kesadaran bahwa ketimpangan sosial sebagai masalah utama
dalam upaya mencapai kemajuan, karena itu ketimpangan dan
ketidak adilan itu harus diatasi .
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam proses pengetahuan ini yang terjadi bukanlah dualisme subyekobyek, rasio dan emosi. Akan tetapi proses yang menyatukan antara
tangan, kepala dan hati (hand, brain, and heart).
Dalam pandangan ini ilmu pengetahuan menjadi holistik, relasional serta
bertangungjawab terhadap berbagai proses keputusan kelompok. Ada tiga
pengertian analitis menuju ke suatu teori yang holistik (terpadu) yaitu:
1. Memberi tempat bagi mereka yang tertekan, sebagai cara untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang adil,
bertangungjawab. Subyek yang dijadikan sebagai obyek penelitiasn justru
harus diposisikan sebagai mitra dialog;
2. Ilmu dan penelitian diakui tidak netral, terdapat hubungan antara gaya
kognitif dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial;
3. Ciri relasional ilmu dan penelitian mengakui dan menjalani proses, dan tidak
dapat meninggalkan sumbangan pengalaman prarasional sekalipun. (lihat
tulisan J.B. Banawiratma, dalam, Budi Susanto, 1994, 97).
Pengertian Modernitas
modernisasi
Posmodern
Sebelum kita menjelaskan posmodern ada baiknya kita jelaskan
asumsi ilmiah paradigma positivisme yg dominan pd era modern
yang ditolak oleh epistemologi posmodernis, antara lain:
Metode ilmiah adalah metode yang baku: (konstruksi sosial,
Feyerabend)
Pertanyaan manusia dan sosial-budaya dapat dijawab dengan
metode ilmiah yang baku itu (maksudnya positivisme).
Eksistensi manusia (human being) itu seperti mesin.
Obyektivitas total itu dapat dicapai.
Kuesioner itu selalu mengemukakan kebenaran.
Proses penelitian benar-benar bebas dari bias personal.
Semua yang ada hanya merupakan sebuah teka-teki sosial yang
akan terpecahkan melalui metode eksperimen.
Posmodern
megemukakan pengertian post-modern sebagai
sesudah modern. Ia mengemukakan bahwa
pengertain postmodern itu merupakan
campuran beberapa atau gabungan seluruh
pengertian berikut: hasil dari modernisme; anak
dari modernisme; akibat dari modernisme;
penyangkalan akan modernisme; penolakan
terhadap modernisme (Appinnanesi, Chris
Garrat, 1995).
Istilah moderrn berasal dari kata Latin modo yang berarti barusan.
Istilah itu dimunculkan tahun 1127 oleh Suger seorang kepala
biarawan Basilika St. Denis di Paris Waktu itu Ia melakukan
renovasi yang hasilnya berupa karya arsitektur yang benar-benar
baru (bukan seperti arsitektur Yunani, bukan Romawi) karena itu
Suger mengalami kesulitan untuk menyebutnya, sehingga ia
menggunakan istilah opus modernum (sebuah karya modern)
(Appignanesi, Richard dan Chris Garratt1995: 6). Dalam filsafat era
Renaisans dan Pencerahan sering disebut sebagai awal zaman
modern. Modernisme dalam pengertian kultural dimulai pada tahun
1900-an ketika terjadi inovasi teknologi massal, yaitu gelombang
pasang kedua revolusi industri yang telah terjadi sekitar tahun 1800an
Periode dari tahun 1890-an sampai 1920-an dapat disebut sebagai
masa kejayaan zaman modern sedangkan masa sesudah tahun
1960-an/1970-an disebut sebagai zaman posmodern.
5. Mode informasi cara produksi, dalam terminoligi marxis, kini tidak lagi
relevan, era sekarang adalah era informasi era postindustri . Era dimana
masyarakat postmodern mengorganisir dan menyebarkan informasi dan
hiburan.
6. Simulasi Jean Baudrillard (1983) menyatakan bahwa apa yang disebut
dengan realitas, sekarang tidaklah stabil dan tidak dapat dilacak dengan
konsep ilmiah tradisional (maksudnya positivisme), termasuk juga
Marxisme. Masyarakat semakin tersimulasi, tertipu dalam dunia citraan
dan Wacana yang secara cepat menggantikan pengalaman manusia atas
realitas. Goldman dan Parson (1995) mengemukakan bahwa, iklan
merupakan wahana utama dunia simulasi itu.
7. Perbedaan dan penundaan dalam bahasa: Bahasa ,menurut Jacques
Derrida tidak lagi berada dalam hubungan representasional pasti atas
realitas. Bahasa tidak lagi dapat menggambarkan realitas dunia secara
jernih dan transparan. Bahasa dianggap bersifat licin, media ambigu yang
bisa mengaburkan pemahaman yang jelas menjadi tak pasti. Posmodern
mengkritisi pandangan obyektivismeuniversalisme dalam wacana ilmiah.
Dekonstruksi atau pembacaan kreatif atas teks dari Derrida, membuka
ruang bagi penafsir untuk menyingkapkan kekayaan makna teks.
11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era
postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/
cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model
Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi.
Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman
daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal..
Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang
otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan
mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah
kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang
bersifat lokal.
12. Otherness (ke-liyan-an) : Pemikir postmodernis memberikan ruang dan
penghargaan pada kelompok yang selama ini terpinggirkan (termarjinalkan).
Penghargaan pada kel;ompok atau suara yang terpinggirkan selama ini,
berkaitan erat dengan munculnya gerakan dan perjuangan hak-hak sipil
serta penghargaan pada multikutural(isme) akhir-akhir ini.
(Yasraf 244).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pluralistis
Berjalan di atas perubahan yg konstan
Kurang dlm otoritas universal
Hieterarkhis & Permainan
Merujuk pada Polivalensi penafsiran
Dominasi media & Pesan-pesannya
Anti esensialis (semua tanda-tanda)
Didominasi pemirsa, pembaca
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tipe Legislator:
Memiliki kewenangan mengatasi perbedaan
Pendapat legislator benar & mengikat
Otoritas karane ilmu yg lebih unggul
Ilmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmu
Ilmuwan pemilik kolektif atas pengetahuan yg dihasilkan
Ilmu dianggap berhubungan langsung dg perbaikan sosial
Ilmuwan tdk terikat dgn tradisi lokal serta menjastifikasinya.
Ilmuwan melakukan kontrol thdp aturan & aplikasi ilmu
Tipe Interpreter:
1.
2.
3.
4.
5.
Daniel Bell
Pengantar Ke Pemikiran
Posmodernis: Lyotard
Gagasan Teori Kritis:
Pada Teori kritis sudah dikemukakan kritik tokohnya pada ilmu pengetahuan &
Kebudayaan modern.
Max Horkheimer & Theodor Adorno, Dialectic of Enlightenment (1944) mengkritik
dorongan untuk menguasai alam dan dominasi kapitalisme lanjut adalah satu bentuk
fasisme barbar dan irasional. Teori kritis sudah tidak mempercayai Narasi modern.
Melalui buku itu Habermas membedakan:
a) tindakan instrumental & strategis: tujuannya keberhasilan dlm relasinya dengan
lingkungan (fisik-sosial)
B) tindakan komunikatif: tujuan bukan kepentingan ehois, tapi untuk mendapatkan
saling pemahaman
Habermas melalui teori komunikatifnya mengusulkan untuk menggantikan
subyektivitas & rasionalitas yang monologis dengan konsep yang dialogis
Habermas sudah mengemukakan tentang keberagaman rasionalitas & diskursus.
Tanpa terjebak pada relativisme/skeptisisme dgn asumsi: rasionalitas komunikatif
karena pencapaian kesepahaman tanpa tekanan diantara subyek yang bertemu &
bertindak. (Habermas masih mempercayai keunggulan rasionalitas- Neonitszchean
justru melihat kekurangannya).
Pemikir Postrukturalis:
Jean Francois Lyotard (1924 Lahir di Versailles tahun 1924 Belajar Filsafat dan sastra di Sorbonne
Ia dipengaruhi oleh Kant , Husserl (buku pertamanya La
phenomenologie (1954)
Ia pernah mengajar di Algeria, pengalaman ini
membuatnya menjadi seorang ilmuwan & politisi yg
radikal. Skembalinya di Prancis ia bergabung dengan
kelompok Socialisne ou Barbarie (kiri dan anti perang. Ia
mengritik dan menyatakan Marxisme tidak lagi memadai.
Tahun 1966 Ia keluar dari Socialisme ou Barbarie
Ia menjadi dosen di Universitas Nanterre dan aktif
terlibat dlm gerakan mahasiswa 1968 dan politik oposisi
2.