Anda di halaman 1dari 56

ada yang kelewat 203 - 216

Episode 203
Syarif menemui istrinya bakshi bano. Bakshi tersenyum melihat kedatangan suaminya. Sujamal
terlihat sedikit gugup dengan kedatangan sharif. Syarif berkata aku senang kau sudah
mendapatkan pelayan yang bisa melayanimu. bakshi terseyum. Sujamal berkata jangan khawatir
tuan, aku akan mengurusnya dengan baik. Syarif memperhatikan sujamal dan mendekatinya, dia
terlihat sedikit heran, kemudian syarif tertawa dan dan menanyakan namanya.
Sujamal menjawab dengan gugup namaku dilawar khan, Syarif berkata kau terlihat seperti
seorang pejuang rajvanshi, dia akan membunuhmu jika dia melihatmu. Sujamal sedikit lega dan
berkata dalam hati terima kasih tuhan, dia tidak mengenaliku.
Pada ruq, Gulbadan berkata ketika ayahmu meninggal, kami mengkhawatirkanmu ratu ruqaiya,
tapi sekarang kau sudah menjadi wanita yang kuat, saat kami membawamu kemari jalal sangat
senang. Ketika itu kami tahu bahwa kalian berdua adalah partner. Raja humayun melihatmu dan
berkata bahwa kau adalah ratunya Mughal. Ruq tersenyum senang mendengarkan cerita
gulbadan. Hoshiyar datang dan memberitahu ruq bahwa jalal ingin menemuimu di kamarmu
malam ini. Ruq memandang hoshiyar dan berkata baiklah, pergilah. Hoshiyar mohon diri, ruq
berkata pada gulbadan, kita sedang membicarakannya dan sekarang ia ingin menemuiku.
Gulbadan tersenyum, aku senang melihat kalian bersama. Ruq pergi.
Di ruang sidang, Bakshi memberi salam pada ibunya dan memberitahu bahwa dilawar khan
mengurusnya dengan baik, sementara sujamal terus memperhatikan maan singh dan jodha, ia
bahagia melihat keduanya dalam keadaan yang sehat dan baik baik saja. Jodha berkata pada
bakshi, jika kau memerlukan sesuatu bilang saja padaku, bakshi hanya tersenyum, jodha lalu
duduk di depan sujamal, sujamal memperhatikannya dengan perasaan campur aduk, sementara
maham terus memperhatikan mereka. Jalal datang ke ruang sidang, Maan membuka sidang, kita
sudah menyerang baaj bahudar. Jalal berkata mereka mendapat bantuan dari pangeran pratap,
berhati-hatilah, bagaimana dengan sujamal? Syarif berkata kami sedang mencarinya yang mulia.
Jalal berkata aku menginginkannya, hidup ataupun mati. Jodha terkejut, sementara jalal
menampakkan kemarahan di wajahnya.
Maham datang ke kamar javeda, maham panik karena melihat asap mengepul dan api di tempat
tidur javeda. Maham berteriak, javeda apa ini? Javeda menjawab dengan suara seperti suara lakilaki, aku menghirup hokkah dari pagi tadi, aku sangat sedih karena aku tidak menjadi pemimpin
harem ini ibu., javeda terlihat sempoyongan. Maham memarahinya, kalau kau terus melakukan
semua kebodohan ini, maka aku akan membunuhmu. kau wanita bodoh.
di kamar bakshi. Dilawar khan (sujamal) sedang mengurus bakshi, jalal datang menemui bakshi.
Jalal berkata mengapa kau duduk-duduk seperti itu bukannya beristirahat. Bakshi berkata aku

baru akan beristirahat. Jalal berkata jangan lupa, kau harus meminum obatmu. Bakshi cemberut,
aku tidak mau minum obat.
FBS; Sujamal lalu teringat, dulu jodha tidak mau meminum obatnya. jodha berkata tabi. itu iri
padaku, itulah alasannya kenapa dia memberiku obat yang pahit. Sujamal berkata kalau begitu
aku yang akan meminumnya. Jodha heran, mengapa kakak yang meminum obatku? Sujamal
berkata aku meminumnya untukmu. Jodha lalu mengambil obat dari tangan sujamal dan
meminumnya.
Bakshi berkata ratu ruqaiya telah menunjuk dia untuk melayaniku. Jalal tersenyum, dia
melakukan pekerjaannya dengan baik. Jodha datang ke kamar bakshi dan terkejut melihat jalal,
maafkan aku karena mengganggu percakapan kalian. Jalal memandang jodha, kalau begitu aku
pergi dulu. Jodha menghampiri bakshi yang terlihat tidak senang dengan kedatangannya dan
berkata aku membawa krim untukmu. Bakshi lalu meminta dilawar untuk mengambilnya,
sujamal mengambilnya dan berpikir, jika jodha tidak mengenaliku, maka tidak seorangpun yang
bisa mengenaliku.
Ruq menyuruh para pelayan untuk menghias kamarnya dengan indah, ruq tersenyum sendiri
mengingat jalal, dia berkata dalam hati, jalal datang setelah beberapa hari dia tidak ke kamarku,
semuanya kembali seperti semula, harem milikku begitu juga jalal, jodha sudah tidak berarti bagi
jalal. ruq larut dengan pikirannya sendiri. Maham datang ke kamar ruq dan tersenyum, ruq
berkata kau sudah datang. aku sudah menunggumu. Maham menggoda, aku tidak tahu kalau kau
begitu mencintaiku. Ruq berbalik, kau? Aku kira... Maham berkata kau mengira jalal bukan? Dia
akan datang padamu nanti malam. Ruks tersenyum, di harem berita menyebar seperti api.
Maham melihat sekitar, kau sedang bersiap siap menyambutnya ratu ruqaiya? Ruq berkata aku
tidak perlu menyiapkan apapun untuk menyambutnya, dia milikku dan selamanya akan begitu.
Maham berkata, kau adalah teman masa kecilnya jalal, tapi kau tidak mengenalnya dengan baik.
Dia terlihat cemas beberapa hari ini, tapi bukan karena urusan politik. Dia tidak mau
mngatakannya padaku. Ruq mungkin dia akan menceritakannya padaku malam ini. Maham
berkata kau tidak perlu menunggu dia mengatakannya padamu, langsung tanyakan padanya ratu
ruqaiya, mungkin semua ketegangannya itu disebabkan oleh ratu jodha, kau harus
mengetahuinya, mungkin dia sedang jatuh cinta. Ruq berkata kau tidak mengenalnya maham,
jalal tidak mmpunyai hati. Maham berkata tapi sekarang dia memutuskan sesuatu dengan hatinya
ratu ruqaiya. Bagaimanapun, aku akan selalu mendoakan kebaikanmu.
Di kamar, bakshi sedang menunggu kedatangan sharif, dia sedang memotong kacang dan secara
tidak sadar dia mengiris tangannya. Sujamal melihatnya dan mengkhawatirkan bakshi lalu
mengobati lukanya. Sujamal berkata tidak baik memakan paan dan suparis (sejenis kacang) dg
kondisimu sekarang. Bakshi berkata aku merasa tenang saat memakannya. Sujamal berkata
mengapa kau butuh ketenangan? Kau mempunyai kakak dan suami yang sangat mencintaimu.
Bakshi berkata dgn wajah yang sedikit marah, iya. Sujamal melihat lukisan jodha dan bertanya

pada bakshi tentang lukisan itu. Bakshi menjawab aku sudah mengirimnya pada ratu jodha,
bakshi berpikir sharif pasti membuatnya lagi. bakshi berkata pelukis itu membuat lukisan yang
sangat indah, dia akan melukis sesuatu seperti apa curi ciri yang kau katakan padanya. Tapi dia
membuat lukisan ratu jodha ketika sharif memintanya membuat lukisan. sujamal heran, mengapa
dia mengatakan ciri-ciri ratu jodha ? bakshi marah dan berteriak, kau tidak perlu menanyakannya
padaku, Pergi dari sini. sujamal meninggalkan bakshi, sujamal berpikir pasti ada alasannya
kenapa sharif membuat lukisan jodha dan mengapa bakshi bano terlihat tidak senang ketika
mendengar nama jodha.
Jodha sedang berada di balkon kamarnya dan sedang memikirkan jalal. Jodha berkata dia adalah
raja, dia akan melakukan apapun yang dia pikir benar.
FBS; Jodha teringat bagaimana saat jalal mengatakan padanya, ratu jodha, bagaimana
pendapatmu ketika aku sedang menghabiskan waktu denganmu, tapi seseorang dari keluargaku
ada di antara kita? Jodha menjawab aku akan merasa tidak enak padanya.
Jodha berkata harem ini adalah milik jalal, dan semua ratu adalah miliknya, lalu kenapa aku
merasa tidak senang jika dia menghabiskan waktu dengan istrinya yang lainnya.
Episode 204
jalal menemui ruq, ruq menyapanya dan mengatakan kau membuatku menunggu Lama hari ini,
duduklah, aku sudah menyuruh pelayan untuk membuat hidangan favoritmu, kita akan bermain
sebuah permainan hari ini,kau mau minum? Jalal menjawab aku tidak masalah jika minum
anggur, ruq memberinya minum, Jalal meminumnya dalam satu tegukan, Jalal berkata aku haus,
aku ingin kau juga minum bersamaku, ruq berkata bagaimana aku bisa berkata tidak kepada mu,
ruq minum bersama jalal dan berkata sekarang kita akan memainkan permainan.
di kamar, jodha berbaring sedih, moti bertanya apa yang terjadi, jodha mengatakan aku hanya
merasa mengantuk, moti mengatakan kau tidak makan malam, moti memeriksa apakah jodha
demam, moti mengatakan kau tidak demam, mengapa kau sedih. Jodha mengatakan aku tidak
tahu apa yang terjadi padaku jalal marah padaku, dia tidak berbicara tanpa mengetahui
kebenarannya.
Ruq dan jalal bermain luddo, ruq bertanya apa ada masalah? aku melihat kau menjauhkan diri
dari jodha,kau tidak berbicara dengannya, apakah semua baik saja? Jalal bertanya di mana kita?
Ruq menjawab di kamarku, jalal mengatakan lalu mengapa kita harus berbicara tentang jodha,
jika masih ingin berbicara tentang jodha sebaiknya aku pergi dari kamarmu ini. Ruq segera
menjawab baiklah aku menyesal, maafkan aku, kumohon kau jangan pergi,aku tidak akan
berbicara tentang orang lain. Jalal meminta minuman lagi.

moti mengatakan kau bilang aku adalah temanmu, ketika kau sedih maka ceritakan padaku ada
apa?apa yang kau butuhkan? jodha mengatakan Jangan berkata begitu, aku tidak tahu apa yang
terjadi, jalal memberitahu bahwa ia akan menghabiskan malam bersama ruq, dia adalah istrinya,
mengapa aku merasa sedih, moti mengatakan itu wajar. jodha mengatakan aku merasa ingin
menangis dan kau bilang itu wajar? jalal bilang jika aku jatuh cinta dengannya dan dia pergi ke
kamar istri lain lalu bagaimana perasaanku, apakah akan merasa tidak enak dan aku menjawab
bahwa mereka semua adalah istrimu, bahkan aku akan merasa buruk sebagai istri jika
melarangmu, moti mengatakan Kau mendapat jawabanmu.
Di kamar ruq berhasil memenangkan permainan, jalal mengatakan jodha bermain lebih baik, ruq
berkata kau bilang kita tidak akan berbicara tentang Jodha,kau kembali membuat masalah, jalal
mengatakan jodha berbohong kepadaku. Ruq mengatakan aku tidak berpikir dia bisa berbohong
kepadamu, Jalal berkata aku telah melihat dengan mataku sendiri ,bahkan dia berbohong padaku.
Ruq mengatakan perempuan bisa berada dalam kondisi yang dia tidak inginkan menyakiti
seseorang atau dia melakukan sesuatu yang salah dan ingin menyembunyikannya, jalal berkata
dia tidak bisa melakukan sesuatu yang salah, ruq memberinya minum dan berpikir keraguan jalal
membuatku menang.
malamnya, jalal dan ruq tidur bersama. jalal melepas tangannya dari ruq, dia bangun dan kembali
meminum anggur, ia teringat jodha pergi dengan laki-laki itu, dia melempar gelas, merasa
gelisah dan keluar.
jalal datang ke kamar Jodha. Dia sangat mabuk tapi tidak lupa untuk melepas sepatunya didepan
pintu. Jalal melihat jodha tidur dengan tenang, jalal duduk di tempat tidurnya, ia menyentuh
kakinya, Jodha bergerak tapi kembali tidur, Jalal terus membelai kakinya, ia mendekati jodha
lalu bersandar dan menatap bibir jodha, jalal mengingat kembali saat Jodha bertemu dengan
laki2 lain dan bagaimana ketika jodha mrndorongnya sekali dikamar,Jalal mundur dan mencoba
untuk bangun tapi jatuh ke lantai. jodha bangun dan kaget melihat jalal. Jodha bertanya apa yang
kau lakukan di sini? Jalal menjawab terakhir kali kau menolakku dan mendorongku sampai jatuh
dan sekarang aku jatuh karena diriku sendiri, jodha mengatakan kau mabuk, Jodha membantu
jalal berdiri. Jalal berkata kau tidak melakukan hal yang benar padaku, Kau Tahu sudah lama aku
sangat menyukaimu. mengapa kau lakukan itu padaku. Jodha bertanya apa yang kau katakan?
jodha membantu jalal berbaring di tempat tidurnya, jodha berbalik pergi tapi ia merasakan
duppatanya tertarik sehingga tidak bisa berjalan. Jodha berkata aku sangat menghormatimu
tolong lepaskan dupattaku,jodha berbalik dan melihat ternyata jalal sudah tidur. Dupattanya
tersangkut di bawah tangan jalal, jodha melihat jalal dan tersenyum lalu melepas dupatanya dari
timpahan tangan jalal, jodha menarik tirai kelambu kamar dan mengatakan terakhir kali aku
mendorongmu itu hal berbeda tapi sekarang semuanya sudah berbeda.Jodha meninggalkan Jalal
yg tertidur pulas di tempat tidur.

Dikamar, bakshi sudah tidur, Sujamal datang dan mematikan api diya, sujamal berkata sekarang
aku bisa mencari pengkhianat itu, ia pergi keluar dan mencari kesana-sini. Tentara bertanya siapa
kau, sujamal berkata aku Dilawar khan pelayan bakshi dan aku akan pergi ke dapur, tentara
menunjukkan jalannya lalu pergi, sujamal berpikir bahwa keamanan sangat ketat disini, aku tidak
bisa mnemukannya dengan mudah, aku pikir aku harus pergi, ia berubah arah karena maham
berdiri di sana. Sujamal berpikir aku heran maham tidak tidur di malam hari dan selalu
berkeliaran. maham bertanya apa yang kau lakukan di sini, Dilawar mengatakan aku akan ke
dapur dan aku tidak tahu jalannya, maham berpikir Sujamal sangat pintar dan berkata kau tidak
bisa berjalan seperti ini, kau tidak boleh melakukan kesalahan ini lagi, sujamal berkata hal itu
tidak akan terjadi lagi, maham mengatakan berhenti kau harus mengatakan bahwa kau tidak akan
melakukannya lagi pada dirimu sendiri. Sujamal lalu pergi. Maham mengatakan kau pintar tetapi
aku adalah Maham Manga, aku akan menunggu ketika kau akan pergi menemui Jodha, maka aku
akan memainkan kartu ku,
Episode 205
Para pelayan sedang melakukan perawatan kecantikan pada ruqaiya. Seorang ratu bertanya
bagaimana malammu. Ruq mengatakan sangat menakjubkan, kita mabuk, bermain game dan
berbicara banyak hal dan paginya dia tidak mengganggu tidurku, dia pergi tanpa memberitahuku,
ratu mengatakan kita merasa iri padamu, ruq berpikir jodha harus tahu apa yang terjadi semalam.
di kamar, jodha melakukan puja aarti, moti datang dan jodha menunjukkan jalal di tempat
tidurnya, moti mengatakan kahna mendengar doamu, mengapa ia datang kesini dan apa yang
terjadi antara kalian berdua? jodha menyuruh moti pergi. ruq datang dan bertanya bagaimana
kabarmu, pagi yang cerah, jodha mengatakan ya, ruq mengatakan aku pikir kau harus tidur
karena kau mungkin belum tidur tadi malam, aku pikir kau pintar dengan meninggalkan harem
tetapi kau kehilangan harem dan juga jalal. tadi malam indah sekali, sekarang kau mengerti
bahwa jalal hanya milikku, tadi malam jalal menghabiskan malam bersamaku. Pandangan ruq
jatuh ke tempat tidur jodha dan terlihat jalal tidur di sana, ruq merasa malu dan jodha tersenyum
tipis. Tanpa berkata ruq pergi dg kesal. jalal bangun dan berkata kepalaku sakit, jalal membuka
matanya dan melihat jodha membawa air minum. Jalal berkata aku bermimpi? apa yang kau
lakukan di kamar ruqaiya, jodha mengatakan kau berada di kamarku, jalal mengatakan mengapa
kau membawaku ke sini, jodha mengatakan kau sendiri yg datang ke sini tadi malam dan kau
mabuk. jalal tertegun dan bangun dari tempat tidur, jodha mengatakan kau ingin menanyakan
sesuatu tadi malam, jalal bertanya apa yang aku katakan? jodha mengatakan kau bilang apa yang
aku lakukan padamu tidak benar, jalal mengatakan aku ingin pergi, jodha mengatakan beritahu
aku dulu, jalal berpikir aku harus bertanya padanya, jalal mengatakan bukan apa-apa aku hanya
mabuk saat itu. Jalal mendekati jodha dan menatapnya lalu mencondongkan tubuhnya dan
mengambil gelas air dari meja, mereka saling menatap, jalal pergi, jodha menatap kepergian
jalal.

jalal sedang berendam di bak mandi, ruq datang, jalal mengatakan bantu aku mandi dan pilihkan
pakaian untukku. Ruq mengatakan mengapa kau tdk menyuruh jodha, jalal mengatakan apa, ruq
mengatakan jangan berpura, kau bilang kau tidak ingin berbicara tentang jodha tapi kemudian
kau pergi ke kamarnya, jalal mengatakan saat itu aku sedang mabuk, aku pergi ke kamarnya
hanya untuk mengajukan beberapa pertanyaan, ruq mengatakan kau tidak harus memikirkan
tentang hal-hal yang mengganggumu, ruq memeluk jalal dan mengatakan pikirkan saja
tentang saat-saat indah yg kita habiskan tadi malam.
moti mengatakan pada jodha, Hoshiyar berada dikamar selama tiga hari, ia tidak menjawabku,
jodha mengatakan aku akan melihatnya. Jodha dan moti datang ke kamar hosyiar. Hoshiyar
menangis, Jodha bertanya apa yang terjadi, apa ada masalah, hosyiar berkata aku kehilangan
ibuku, jodha mengatakan aku marah padamu, kau menyembunyikan masalahmu dariku. Hosyiar
menunjukkan liontinya, jodha berkata liontin yg indah. Hosyiar berkata aku lahir di dunia ini
pada hari dan tanggalterburuk, aku tidak lahir dalam jenis laki-laki ataupun perempuan, tidak ada
yang menghormatiku, jodha mengatakan jangan berpikir seperti itu, hidup adalah untuk semua
orang, kau harus mencintai hidupmu, jangan pernah mengatakan seperti ini lagi, jodha
memberikan gelangnya pada Hoshiyar sebagai hadiah ulang tahun, hosyiar mengatakan kau
memiliki hati seperti emas.
ruq memeriksa keuangan di harem, ruq berkata ada korupsi di keuangan harem. maham
mengatakan jodha telah melakukan pengeluaran terlalu banyak. jodha datang dan mengatakan
aku ingin meminta izin darimu, hari ini adalah hari ulang tahun hoshiyar dan kami ingin
merayakannya, ruq tertawa dan mengatakan kau ingin merayakan ulang tahun seorang kasim,
jodha mengatakan kenapa jika ia kasim, ia juga manusia, mereka memiliki hak untuk bahagia,
ruq mengatakan dia seorang pelayan yg harus berada dibawah batasanya dan uangnya juga telah
habis. jodha mengatakan jangan khawatir tentang uang, aku akan melakukannya sendiri, maham
mengatakan ruq benar, semua orang akan menertawaimu, ruq berkata jalal juga tidak akan
menyukainya dan ia tidak punya waktu untuk kebodohan ini, jodha berkata aku akan meminta
izin dari jalal, jodha pergi. Ruq tertawa, dia ingin menjadi malaikat di harem dan juga dia
bertemu seseorang secara sembunyi. jalal bilang kepadaku dalam keadaan mabuk, jalal bilang
harus memastikan jodha terus bertemu dg orang itu dan jalal terus mencurigai dia dan kemudian
suatu hari jalal akan meragukannya dan merusak hubungannya. maham mengatakan kau pintar.
dilwar kan akan pergi ke kamar jodha. sharif menghentikanya, Dilawar mengatakan bakshi
bilang kepadaku untuk membawa lukisan ini ke kamar jodha, sharif mengatakan bawa ini ke
kamarku sekarang, jalal datang dan melihat lukisan jodha, sharif berkata bakshi membuat lukisan
ini dan ingin menghadiahkanya pada jodha tapi aku pikir itu akan lebih baik dipasang di
kamarmu, Sharif menyuruh dilawar untuk membawa lukisan itu ke kamar jalal , jalal bertanya
tentang Sujamal, sharif mengatakan aku akan segera menangkapnya. Sujamal berpikir mengapa
sharif berbohong didepan jalal.

jalal melihat lukisan jodha, jodha masuk, jalal segera menyembunyikan lukisannya, jodha
mengatakan aku pergi ke ruqaiya utk minta izin tapi dia menolak jadi aku datang kepadamu. jalal
mengatakan aku tidak punya banyak waktu, cepat katakan. jodha mengatakan aku akan datang
lagi nanti, jalal mengatakan tidak, kau bisa mengatakanya sekarang, jodha mengatakan hari ini
adalah hari ulang tahun Hoshiyar dan aku ingin merayakannya, jalal mengatakan ini tidak pernah
terjadi, jodha berkata tapi. jalal mengatakan saat ruqaiya sudah menolakmu seharusnya kai tdk
datang ke sini, jodha mengatakan dia akan bahagia, jalal mengatakan sudah aku bilang iti tdk
akan terjadi. Apa kau pikir bahwa aku akan mengubah keputusanku jika kau bertanya lagi dan
lagi, aku tidak punya waktu untuk semua ini, jalal pergi.
Jiwa jodha mengatakan semuanya sudah berakhir, kita tidak bisa bicara, jalal mengatakan aku
marah karena sesuatu yang lain dan itu membawa perbedaan, kau berbohong kepadaku, jodha
mengatakan aku punya alasan sendiri. jalal mengatakan aku tidak pernah ingin menyakitimu,
tetapi kita terjebak pada masalah. jodha mengatakan aku masih percaya padamu sepenuhnya.
Jiwa jalal dan jodha pergi kearah berlawanan.
Episode 206
Perayaan dimulai, resham menari, jalal dan jodha tersenyum. ruq mengatakan pada jalal, ini
tidak pernah terjadi sebelumnya, ada apa, dia hanya seorang kasim, jalal mengatakan aku terkejut
kau berbicara seperti ini, Hoshiyar sudah lama melayanimu. Ruq berkata iya tapi dia bukan
temanku, Hoshiyar memang sudah lama melayaniku tetapi aku tidak bisa mengabaikan bahwa
dia hanya seorang kasim dan ia harus diletakkan di tempat yg tepat, jalal melihat jodha dan
mengatakan setiap orang harus diletakkan di tempat yang tepat, mereka pantas., tapi aku pikir
kasim memiliki perasaan juga, ruq mengatakan ayo kita pergi untuk makan malam, jalal
mengatakan aku akan makan di sini saja, ruq mengatakan bagaimana bisa kau makan di sini,
jalal berkata aku datang ke sini jadi akan makan di sini, jalal bertanya tentang maham? resham
mengatakan dia pergi ke Dargah utk mendoakanmu, ruq berkata kau sudah dianggap sebagai
anaknya sendiri.
maham datang ke Dargah, dia berdoa. ia melihat sekeliling dan pergi ke tempat yg gelap, dia
memakai selendang dan keluar dari dargah dari sisi belakang, dia pergi ke hutan. dia bertemu
seorang laki-laki dan memerintahkan dia sesuatu, ia membuka pintu pondok dan memasukinya.
Dilawar sedang mencuci tangan dengan cara menggosok, jalal melihatnya dan berpikir mengapa
ia mencuci tangan seperti hindu padahal dia muslim, Dilawar duduk untuk makan malam, jalal
datang dan ruq bertanya darimana kau, ayo kita makan. resham menyuruh Dilawar makan,
dilawar berkata aku harus pergi ke Bakshi, resham mengatakan makanlah dulu, dilawar
mencicipi hidangan itu, jalal berpikr ada sesuatu yang salah dengan orang itu.

maham keluar dari gubuk dengan membawa catatan di tangan. maham kembali ke istana dan
membakar catatan itu, javeda datang dan bertanya apa yang sedang kau lakukan, apa yang kau
bakar, maham berkata surat cinta, javeda mengatakan kau mencintai seseorang di usiamu yg tua,
maham mengatakan ya, javeda mengatakan siapa yang mengirimnya, maham mengatakan
seseorang dari surga, javeda mengatakan mengapa kau pergi ke pasar begitu lama hari ini, javeda
memberitahu tentang perayaan ulang tahun Hoshiyar khan, maham mengatakan aku perdana
menteri, aku tdk akan pergi ke sana, javeda mengatakan aku akan pergi ke sana. maham
mengatakan ya, kau terlihat seperti kasim, javeda mengatakan apa, maham mengatakan kau tidak
boleh pergi ke sana, javeda mengatakan semua memiliki kasim tetapi kau tidak
memungkinkanku untuk memiliki mereka sebagai pelayan. maham mengatakan aku tahu, aku
terlihat bodoh dg semua pertanyaanmu, maham keluar, javeda berkata kau seharusnya tdk bilang
dirimu bodoh.
maham datang ke jalal, jalal mengatakan aku ingin bertanya apakah muslim bisa melakukan
kesalahan dalam doanya atau cara mencuci. maham mengatakan tidak bisa, muslim sejati tdk
melakukan kesalahan dalam doanya, jalal mengatakan aku harus tahu sesuatu tentang Dilawar.
Dilawar dibawa oleh pengawal, jalal bertanya siapa kau? Sujamal berkata aku Dilawar, jalal
mengatakan kau bukan Dilawar dan kau bukan muslim. Dilawar mengatakan aku bukan muslim
saat aku lahir, itu masa laluku dan aku mengubah agamaku. jalal mengatakan mengapa kau tdk
ceritakan? Sujamal berkata sudah lama aku mengubah agamaku jadi tidak memberitahumu.
maham bertanya dengan siapa ksu bekerja sebelumnya, sujamal nerkata dengan beberapa
Chandar, maaf aku harus pergi ke Bakshi. Jalal mengatakan pergilah sekarang, sujamal pergi.
jalal menyuruh maham utk awasinya. Maham mengatakan baiklah.
jalal berdiri di dekat timbangan, jodha datang. jalal mengatakan aku ingin sendirian, kali ini
tinggalkan aku, pergilah. jodha mengatakan saat aku bingung mengambil tanggungjawab harem
kau membantuku, kau meyakinkan diriku, raja bersamaku, suamiku juga bersamaku, kau
memecahkan masalahku, jalal mengatakan aku akan memecahkan masalahku sendiri. jodha
mengatakan aku istrimu berbagilah denganku, jalal mengatakan tidak penting berbagi semuanya
dengan istri, jodha mengatakan kepercayaan berkurang di antara kita. jalal ingat jodha dengan
pria lain (Sujamal). jodha mengatakan ceritakan masalahmu, jalal mengatakan aku tidak
khawatir, jodha mengatakan apa salahku. hamida mengatakan kau sedang khawatir dan dia
memintaku untuk berbicara denganmu. Jalal mengatakan jadi kau datang hanya karena
keinginanya, jodha mengatakan mengapa kau membawa kesan yang salah dari setiap
pembicaraan kita, jalal mengatakan mengapa tidak kau tinggalkan aku. Jalal pergi. jodha terluka.
paginya, jalal menemui adham, adham memberitahu jalal tentang kemenangan Malwa, jalal
bertanya tentang pir mohammad, atgah menginformasikan bahwa pir mohammad meninggal
dalam memenangkan Malwa, adham mengatakan hari setelah perang, pria baaj bahudur itu
menyerang kami, aku mencoba untuk menyelamatkanya tapi tidak bisa, adham mengingat

bagaimana dia membunuh pir muhammad. jalal mengatakan kita akan membalas dendam dan
mengapa orang setia pergi dariku.
adham bertemu maham, maham berkata kau menggunakan otakmu hari ini, berpikirla sebelum
kau bertindak, javeda datang dan melihat adam didepan maham, javeda mengajak adham pergi.
maham tertawa dan mengatakan adham melakukan pekerjaan yang besar, aku ingin jalal
mengusir jodha keluar, aku harus menaruh keraguan dan kebencian dalam pikiran jalal utk
melawan jodha.

Sinopsis Jodha Akbar episode 217


Di istana Amer, Menawati dan adik iparnya sedang berdiri diatas balkon. Ketika dengan tertatihtatih Shaguni bai datang menghampiri mereka. Menawati memberi salam pada shaguni bai dan
berkata dengan mata berkaca-kaca, "kau tahu segalanya, shaguni bai. Ramalanmu selalu benar.
Kami tidak tahu di mana Jodha berada. Beritahu kami shaguni bai." Shaguni bai mengatakan,
"tentu kau khawatir, kau adalah ibunya. Dan putri kesayanganmu telah hilang." Menawati
megiyakan sambil memangis, "ya, shaguni bai. Kami semua sangat kuatir denganya. Bahkan
pagi hari tidak memberi kami harapan apapun. Aku suah memberitahunya, wanita meninggalkan
rumah suaminya hanya setelah dia meninggal. Aku sudah katakan padanya, kalau dia datang
kesini setelah bertengkar dengan suaminya, dia tidak akan di terima di sini. ~menawati menangis
tersedu-sedu~ Aku mengatakan itu padanya.." Shaguni menegurnya, "perkataanmu membuat dia
merasa tidak di terima di Amer. Menurutmu dia akan pergi kemana jika alami situasi seperti itu?
Menawati, dia adalah putrimu. Meski dia salah atau benar sudah jadi tanggung jawabmu untuk
melindunginya. Kau tak bisa lupakan tanggung jawab itu." Tangis menawati semakin keras, "ya
shaguni bai, kau memang benar. Aku tak sengaja membuat kesalahan yang besar. Putriku yang
menerima akibatnya karena kesalahanku. Aku mohon padamu, shaguni bai, ~menawati
bersimpuh di kaki shaguni~ tolong beritahu sesuatu tentang putriku."Shaguni mengatakan kalau
Jodha dan suaminya sedang mengalami cobaan. Masalah ini akan menguji cinta mereka, dia
harus melewati cobaan ini. Dan setelah masalah ini berakhir, hubungan mereka akan semakin
kuat. Menawati berkata kalau dirinya tak paham maksud shaguni, "aku hanya ingin tahu satu hal,
apakah putriku dalam bahaya?" Shaguni menjawab, "dimanapun putrimu berada, dia akan baikbaik saja. Dia adalah putri Amer. Dia tidak akan menyerah." Menawati memengang dadanya dan
menarik nafas lega, dia bertanya, "apa yang harus kulakukan sekarang, shaguni bai?" Shaguni
menjawab, "tidak ada. Ini sudah takdir, dan takdir tidak bisa di rubah. Bagi yang akan
menghasbiskan hidup bersama, tapi sudah tidak bersama, meeka akan bersatu kembali.Dan itu

sudah di takdirkan. Saat mereka bersatu, cinta mereka akan semakin mekar. Dewi kali akan
memberimu anugerah. Dan dewa juga melindungi dia. Dimanapun dia berada, dewa krishna
selalu melindunginya. Hidup dewi kali!" Shaguni meninggalkan menawati yang sudah bisa
tersenyum lega meski masih meneteskan air mata. Meski pun panjang lebar petuah shaguni
intinya
cuma
satu,
jangan
khawatir,
Jodha
akan
baik-baik
saja.
~sinopsisjodhaakbar.blogspot.com~Jalal mendatangi banyak tempat untuk mencari Jodha. Jalal
tiba di sebuah desa, dimana Jodha dulu pernah singgah disana. Jalal turun dari kuda. Seorang
lelaki menghampirinya sambil membawa nampan berisi buah. Pengawal menahan lelaki itu agar
tidak mendekati Jalal. Tapi jalal melarang pengawalnya bersikap bergitu. jalal berkata, "jangan
kuatir, mereka dalah rakyatku, mereka tidak akan menyakitiku." Seorang pria yang sepertinya
kepala desa, menghampiri jalan dan mengucapkan salam dan mempersilahkan Jalal duduk di
dipan yang ada i halam itu. Jalal duduk di sana. Si pembawa nampan buah menawarinya, tapi
Jalal menolak dan mengucapkan terima kasih. Jalal melihat penduduk berdiri jauh darinya, di
amemanggil mereka, "mengapa kalian menjauh? Kemarilah.." Para penduduk segera bergegas
memghampiri Jalal dan duduk teratur di depannya. jalal berkata, "aku ingin bertanya, apakah
kalian melihat wanita asing yang melintas? Dia sendirian." Kepala desa memberi tahu Jalal
bahwa setiap hari mereka melihat pengembara yang melintas, "Bagaimana kami tahu siapa yang
anda maksud?" Jalal memberitahu kalau dia berbeda dari orang lain, "dia sangat cantik dan
sangat baik hati." Kepala desa mengatakan kalau beberapa hari yang lalau ada wanita seperti itu
yang datang kemari. Jalal langsungtertarik, "kau tahu siapa dia?" Kepala desa menjawab, "maaf
yang mulia, kami tidak menanyakan namanya. Di aterlihat polos. Dia memakai pakaian biasa,
tapi wajahnya sangat cantik." Istri kepala desa menambahkan kalau wanita itu membawa patung
dewa krishna. Jalal langsung menebak kalau itu Jodha. Dia berdiri dengan antusias dan bertanya,
"dia pergi kearah mana?" Penduduk desa saling pandang dan menatap Jalal. Jalal terlihat cemas,
"jangan menatapku. Aku perlu bantuan kalian, dia pergi kearah mana?" Kepala desa mengatakan
kalau wanita itu pergi keesokan harinya tanpa memberitahu siapapun. Dan mereka tidak tahu dia
pergi kemana. Jalal terlihat tak bergairah lagi. Dalam hati dia berkata, "kau pergi kemana ratu
Jodha? Setidaknya aku punya sedikit harapan. Aku akan menemukanmu!" Jalal berkata pada
kepala desa dan penduduk, "terima kasih atas bantuan kalian. Aku akan pergi sekarang." Jalal
kemudian naik keatas kudanya dan melanjutkan pencarian.Sinopsis Jodha Akbar episode 217. Di
istana Agra, Resham sedang mengendap-endap di depan kama Hamida sambil tersenyumsenyum memberi tanda pada seseorang yang tidak kelihatan. Resham mendekati pelayan hamida,
si pelayan bertanya, "Kau mau apa? Apa yang kau lakukan di sini Resham khan?" Resham
menjawab kalau dia ingin melihat korden di kamar ratu. Setelah itu dia berbalik pergi. Belum
jauh reseham berjalan, Hamida keluar dan mengajak pelayan pergi. Melihat Hamida pergi dari
ruangannya, Resham segera membalikan badan dan melangkah menuju kamar hamida. Di tengah
jalan dia memberi isyarat pada orang yang tak kelihatan agar mengikutinya. Maham segera
berlari menghamoiri Resham. Keduanya lalau masuk kekamar Hamida. Resham berjaga di depan
pintu sedangkan Maham mengeledah kamar hamida mencari sesuatu. Maham membuka setiap
kota yang ada di kamar itu. Dari sebuah peti besar, maham menemukan kotak kecil yang di
carinya, tapi kotak itu terkunci. Maham memgeledah kotak di samping tempat tidur hamida dan

menemukan kuncinya. Setelah terbuka, ternyata isinya hanya perhiasan. Maham kesal, dia
berkata, "dimana dia menyembunyikan surat itu?" Resham menyuruh maham cepat-cepat, takut
kalau hamida datang. Maham ngomel, sejak Jodha pergi, hamida lebih banyak menghabiskan
waktu di kamarnya. Maham masih mencari. Resham sudah panik karena hamida sedang menuju
kemarai. Akhirnya Maham meninggalkan kamar hamida tanpa hasil.Jalal masih terus mencari.
DI persimpangan Jalal dia bertemu dengan rombongan pengembara. Jalal menghentikan
kudanya. Orang-orang dalam rombongan itu sepertinya pernag bertemu Jalal. Mereka menyapa
Jalal dan berkata, "kami tidak menyangka bertemu anda di sini." Jalal bertanya apakah mereka
melihat wanita yang membawa patung krishna? Seorang wanita dalam rombongan itu menjawab,
"tidak yang mulia. Kami tidak melihat wanita seperti itu." Jalal terlihat kecewa, dia bertanya lagi,
"kalian mau kemana?" Si pria yang mungkin adalah kepala rombongan berkata kalau mereka
akan pergi ke Mathura untuk berdoa. Mereka pamitan pada Jalal sebelum melanjutkan
perjalanan. Jalal memgangguk dan melanjutkan kearah berlawanan. Tapi baru beberapa langkah
dia berhenti. Dia terpikir sesuatu. Pengawal bertanya, "ada apa yang mulia?" Jalal berkata, "aku
mengenal Jodha. Dia pasti akan pergi ke mathura." Pengawal mengatakan kalau mata-mata
memberitahu kalau abul mali ada di sana, sangat berbahaya kalau Jalal pergi kesana. jalal berkata
kalau saat ini yang paling penting menemukan Jodha. Jalal segera memutar arah menuju
mathura. Prajurit mengikutinya.Ruqaiya menghisap hokaah di kamarnya. Hoshiyar memijiti
kakinya. Entah apa sebabnya tiba-tiba memarahi Hoshiyar. Ruq menuduh Hoshiyar sepertinya
juga kesal karena Jodha tidak ada di sini karena itu dia tidak melakukan pekerjaanya dengan
baik, "apakah kau tidak tahu caranya memijat?" Hoshiyar berkata kalau itu tidak benar. Dia
bertanya kenapa Ruq terlihat kesal? Ruq terlihat bingung dan gelisah, "entahlah Hoshiyar. harihari sudah berlalu sejak Jalal pergi, Jalal masih sibuk mengejar ratu Jodha. Di abahkan tak
merindukanku. Kadang aku ingin tahu apa istimewanya ratu Jodha hingga Jalal sampai
mementingkan dirinya. Kalu mau, Jalal bisa mengutus prajurit untuk mencarinya, tidak perlu
pergi sendiri." Hoshiyar mengatakan kalau dirinya juga tidak paham, "maksudku anda juga
sangat cantik, dan anda berasal dari keluarga kerajaan. namun beliau menyukai ratu Jodha." Ruq
mendengar seseorang datang. Dia menyangka itu hamida. Ruq segera menyuruh Hoshiyar
membawa pergi hookahnya.Ternyata yang muncul Rahim. Rahim memberi salam pada Ruq yang
membalasnya. Pelayan datang di belakang rahim memberitahu Ruq kalau dia sedang mencoba
menidurkan Rahim, tapi Rahim pergi dari ranjangnya dan langsung ke ruangan Ruq. Ruq bilang
tak apa dan menyuruh pelayan pergi. Rahim duduk di pangkuan Ruq. Ruq menyuruh Rahim hatihati karena gaunnya terbuat dari sutera asli. Ruq berkata kalau Rahim bisa merusak gaunnya dan
menyuruhnya bangun dari pangkuannya. Tapi Rahim berkata kalau dia ingin duduk di pangkuan
Ruq. Akhirnya dengan terpaksa, Ruq membiarkan rahim duduk di pangkuannya. Ruq bertanya,
"apa yang kau inginkan?" Rahim berkata, "semenjak ibu Jodha pergi aku tidak suka apapun. Ibu
jodha biasanya menceritakan kisah yang seru padaku. Dia biasa bermain denganku, sangat
menyenangkan. ~Ruq memasang wajah tidak suka mendengarnya~ Apakah kau tahu dia biasa
menyanyikan sebuah lagu sebelum aku tidur. Kemana dia pergi? Kapan dia kembali? Bagaimana
kalau kau ceritakan kisah padaku, aku tak bisa tidur." Ruq berkata kalau dia tidak bisa bercerita,
tapi akan mencobanya, "cerita apa yang ingin kau dengar?" Rahim menjawab kalau dia ingin

mendengar semua kisah yang Jodha ceritakan. Ruq dengan kesal berkata kalau dirnya bukan ratu
Jodha. Rahim menatapnya tak mengerti.Di asilum, Jodha duduk di luar sambil menatap langit.
Jodha teringat pada rahim. Jodha berkata dalam hati, "aku meninggalkan istana, tapi aku tidak
bisa meninggalkan kenangan terhadap orang-orang yang kusayang." Mata Jodha berkacakaca.Sinopsis Jodha Akbar episode 217. Di agra, Ruq meralat kata-katanya, "maksudku, katakan
cerita apa yang ingin kau dengar? Aku akan mencobanya." Rahim bertanya menagaskan apakah
Ruq akan menceritakan kisah yang ingin dia dengar? Ruq mengangguk. Rahim berkata kalau ibu
Jodha menceritakan kisah yang mulia. Ruq berkata baiklah akan aku ceritakan. Ruq mulai
berceritakan kisah yang sangat seru katanya. yaitu kisah tentang dirinya sendiri. Kata Ruq, "ini
kisah tentang harem terbesar di dunia, tentang ratu yang menguasai semuanya. Dia menghadapi
banyak rintangan..." Ruq bercerita dengan bersemangat.Di asilum, Jodha duduk dengan
meletakan kepalanya diatas lutut. Shehnaz menyentuh pundaknya. Jodha mengangkat wajahnya
menatap Shehnaz. Air mata mengalir deras di pipi Jodha. Shehnaz menatapnya tertegun. Shehnaz
kemudian menyentuh airmata di pipi Jodha dan menatapnya dengan heran. Jodha mengusap air
matanya. Shehnaz mengerakan tangan dengan lucu dan tersenyum, Jodha ikut tersenyum.
Sehhnaz duduk di sampingnya dan berntanya, "siapa yang paling kau rindukan?" Jodha menatap
Shehnaz dan berkata kalau dia merindukan semuanya, tapi saat ini dia sangat merindukan
Rahim, "aku biasa menceritakan kisah padanya sebelum tidur." Shehnaz menatap Jodha dengan
heran, "Rahim? siapa dia? ~shehnaz mengamai penampilan Jodha~ kau ini Rajvanshi atau
Mughal?" Jodha menjawab kalau dia rajvanshi, "Rahim adalah anak yang tinggal di
lingkunganku." Shehnaz tertawa mengerti dan bertanya kisah apa yang Jodha ceritakan pada
rahim? Jodha menjawab kisahnya sendiri, "aku juga sering menceritakan kisah tentang yang
mulia. ~shehnaz terlihat bingung~ Raja kerajaan mughal." Shehnaz bertanya bagaimana Jodha
bis tahu banyak tentang yang mulia? Jodha dengan sedikit gugup berkata kalau dia tidak tahu
apapun, dia mengarang ceritanya sendiri. Shehnaz tertawa mengiayakan. Jodha menatap shehnaz
dan berkata, "boleh kuberitahu sesuatu? Orang yang menganggapmu gila itu orang yang bodoh.
Kau sangat cerdas." Shehnaz tak percaya mendengarnya, "menurutmu begitu?" Jodha
mengedipkan mata menegaskan. Shehnaz tertawa bahagia, "kau baik sekali." Lalu shehnaz
memeluk Jodha dan menyandarkan kepala di bahunya.Rahim tiba-tiba turun dari pangkuan
Ruqaiya. Ruq bertanya, "kenapa Rahim?" Rahim berkata kalau dia tidak suka dengan ceritanya,
dia lebih sukan cerita ibu Jodha, "ceritamu tidak sebagus cerita ibu jodha." Dengan sedikit sedih
Ruq berkata kalau dia sudah berusaha. Rahim berkata, "ibu jodha selalu menceritakan kisah yang
seru tentang yang mulia. Aku permisi dulu. Sampai jumpa." Rahim berlari meninggalkan Ruq
yang menatap kepergiannya dengan kesal campur kecewa. Ruq berteriak histeri, "jodha! jodha!
jodha....! Cukup aku sudah muak. Mengapa dia menggangguku? Mengapa semua orang
menyukainya?" Ruq terduduk dengan kesal. Hoshiyar segera berlari mengambil hookah
untuknya. Ruq segera menghisapnya untuk menenangkan diri.Jalal sampai di mathura. Pengawal
meminta agar Jalala tidak pergi terlalu jauh dan sebaiknya menunggu prajurit yang lain.
Pengawal itu memint agar Jalal beristirahat dulu. Tapi jalal menolaknya, "aku tidak perlu
istirahat. Jangan kuatirkan keselamatanku, ini adalah kota krishna. Orang kesini untuk berdoa,
nyawaku tidak akan terancam bahaya. Aku dengar jika seseorang berdoa dengan tulus di sini,

semua keinginannya akan terkabul. Kuharap keinginanku juga terkabul."Sinopsis Jodha Akbar
episode 217. Jalal turun dari kudanya dan berjalan memasuki kuil Krishna. Ada pasar di sekitar
kuil. jalal berkeliling di pasar tersebutsambil mencari-cari sosok Jodha, "ratu Jodha, semoga aku
menemukanmu di kota krishna." Jalal terus berjalan mencari-cari. Pengawal juga berusaha
bertanya pada setiap orangyang ditemui. Jalal lewat di depan sebuah kios. Jodha sedang berdiri
di depan kios itu bersama shehnaz dan para wanita dari asilum. Jalal tidak melihat Jodha dan
terus berjalan. Jodha dan rombongan meninggalkan kios dan berjala di belakang Jalal. Ketika
Jalal menoleh kebelakang, Jodha jug asedang menoleh mencari Shehnaz, jadi keduanya tidak
saling melihat meskipun berdekatan. jalal melanjutkan langkahnya. Seorang wanita dari
rombongan Jodha mengajak untuk pergi ke sungai yamuna untuk berdoa. Jodha setuju.
~sinopsisjodhaakbar.blogspot.com~Jalal juga sampai di tepi sungai yamuna. Dia melihat banyak
orang mandi di sana. Jalal teringat pada pembicaraanya dengan Jodha beberap waktu lalau,
ketika mereka berkunjung kesini. ~Saat itu Jodha memberitahunya bahwa orang hindu percaya
jika seseroang mandi di sungai yamuna di saat Bhai Dooj keinginannya akan terkabul, "aku
selalu pergi bersama sauadaraku setiap tahun untuk mandi di sungai yamuna. Jika saudara
kandung bersama-sama datang kesini mereka akan mempunyai umur panjang. Jika seseroang
datang sendiri dan mandi di sungai Yamuna, semua dosanya akan terhapus dan doanya terkabul."
jalal tertawa. Jodha tersinggung dan bertanya, "kenapa kau tertawa, yang mulia?" Jalal menjawab
bahwa terkadang dia tidak mengerti apa yang di katakan Jodha. Jodha sewot dan mengatakan
kalau dia tidak akan memberitahu Jalal apa-apa lagi. Jalal sambil tersenyum berkata kalau Jodha
tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bertengkar dengannya. Jodha balas mengatakan
kalau Jalal selalu mengoloknya, "ini tentang kepercayaan dan aku mempercayainya. Meski kau
tertawa, kau tak kan bisa mengubah agamaku. Aku percaya pada dewa krishna dan sungai suci
ini. Aku beritahu, yang mulia. hanya orang yang beruntung saja yang bisa mandi di sungai
ini.~Jalal tersenyum, Jodha sewot lagi~ tapi kau tak akan mengerti, kau boleh tertawa sesukamu
" Setelah berkata begitu, Jodh asegera berkelebat pergi meningglkan Jalal yang berteriak
memanggilnya dan mengatakan kalau dia hanya bercanda.~Menginggat semua itu Jalal terlihat
sedih. Dia melepas surbannya dan berkata pada pengawal kalau dirinya akan mandi di sungai
yamuna. Pengawal menyiapkan kain basahan untuk Jalal. Jalal masuk kedalan sungai dan
berjalan agak ketengah. Di akembali teringat pada kata-kata Jodha yang mengatakan kalau
mandi di sungai Yamuna dosany akan terhapus dan doanya akan terkabul. Jalal menengelamkan
kepalanya di sungai Yamuna. Saat kepala Jalal terendam di dalam air, tak jauh darinya, kepala
Jodha muncul. Saatt kepala Jalal mucul lagi, kepala Jodha masuk kembali ke air, begitu beberapa
kali. Bahkan ketika suatu saat kepala keduanya ada diatas air, mereka tetap tidak saling melihat.
Bahkan Jodha sempat memutar tubuhnya, tetap saja tidak terlihat oleh Jalal. Mungkin mereka
belum di takdirkan untuk bertemu di sungai itu . Jalal beroda, "ya allah, dia bilang jika aku
mandi di sungai yamuna doaku akan terkabul. Aku hanya punya satu keinginan, kembalikan ratu
Jodha padaku. Aku tak bisa hidup tanpa dirinya. Kumohon, persatukan kami kembali...."Sinopsis
Jodha Akbar episode 218
Episode 223

Di hutan Jalal terluka, Mali berkata tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu. Disisi lain
Jodha berhasil memperbaiki kalungnya lalu memasangkan ke lehernya dan berdoa, dewi parwati
lindungilah suamiku.
Mali akan menusukkan pedang pada jalal tapi pedangnya mengenai koin dari jodha yg disimpan
jalal. Jalal mengambil tanah dan melemparkan ke mata mali. Jalal mengeluarkan koin dan
mendekapnya di dada sambil bersyukur. Jalal bangkit dan bertarung tanpa senjata. jalal berhasil
merebut pedang mali dan merenggut lehernya. Jalal memukul mata kiri mali hingga berteriak
kesakitan. Mali jatuh ke tanah dengan mata berdarah. Jalal berkata kau tak bisa membunuhku.
Kau akan teringat padaku setiap kali kau lihat wajahmu. Jalal mencengkeram bajunya dan
menekan dada mali sambil berkata kau tahu kenapa kau selalu gagal membunuhku? Karena aku
mempunyai doa dari seluruh rakyatku dan juga istriku. Kemudian Jalal pergi dg menguatkan diri
untuk berjalan. Tiba2 Jalal tak sadarkan diri dan terjatuh, beberapa prajurit Amer membawanya
ke Amer.
Di Amer, Para wanita berdoa di depan patung siwa dan Parwati. Jodha teringat saat Jalal
meminta maaf padanya di tepi sungai Yamuna. Jodha berpikir kenapa aku masih memikirkanya?
Kenapa aku masih merindukanya,
Jalal terbaring di kamar jodha diobati oleh tabib. Bharmal datang dan berkata aku diam-diam
mengirim prajurit untuk membuntutimu dan aku senang karena keputusan itu tepat. Jalal ingin
bertemu Jodha. Bharmal berkata Jodha pergi ke danau untuk ganghaur Pooja. Jalal teringat
pertemuan pertamanya dengan Jodha di upacara ganghaur tahun lalu.
Jodha tiba di tepi danau. Menawati berkata kau harus menghanyutkan diya ini di danau dan
membuat permohonan. Menawati pergi. Jodha berpikir ibu selalu tahu apa yang terbaik untuk
anaknya. tahun lalu dia memberitahu aku bahwa orang yang aku lihat di danau akan menjadi
pendampingku di masa depan. dia meminta aku berdoa, karena dia tahu aku sedang tertekan.
Terima kasih ibu.
Jalal tiba di tepi danau. Jodha menyalakan diya dan memejamkan mata untuk berdoa. Saat
membuka mata, jodha terkejut melihat bayangan jalal di air danau. Jodha menutup matanya lagi.
Jalal terduduk menahan sakit, Raja Bharmal segera membawanya pergi. Jodha membuka
matanya lagi dan bayangan Jalal sudah hilang. Dia kemudian meletakkan diya di air dan kembali
memejamkan mata.
Bharmal berkata luka-lukamu tak akan sembuh kalau terus memaksakan diri. Kau adalah raja
mughal, hidupmu sangat berharga. Menawati datang dan menanyakan kondisi Jalal. Bharmal
mengatakan Jalal terluka dan memaksa datang karena ingin bicara dengan Jodha. Bharmal
menyuruh para pangeran dan Jalal pergi lebih dulu. Menawati berkata kau tau kan jodha marah
pada yang mulia. Bharmal berkata yang aku harapkan adalah mereka saling mendengarkan saat

mereka bertemu. Sebagai orang tua, setidaknya itu yang dapat kita lakukan. Jalal membutuhkan
jodha.
Selesai berdoa, Menawati mengajak jodha pergi. Jodha berkata ibu, tahun lalu kau mengatakan
orang yang aku lihat di danau akan menjadi suamiku. Dan hari ini aku juga melihat bayangan
orang yang sama, Aku tak tahu apakah aku berhalusinasi atau itu pantulan cahaya. Tapi aku
merasa seperti dia hadir di sini. Menawati berpikir sebenarnya yang mulia memang datang kesini
untuk bertemu denganmu. Jodha berpikir aku sudah berusaha melupakannya, tapi dia seperti
berada di mana-mana. Aku masih terus memikirkannya.
Jodha masuk kedalam kamarnya, dia melihat Jalal terbaring di kasurnya. Jodha berpikir aku
berhalusinasi lagi, apa yang terjadi padaku? Jodha bergegas keluar lalu menabrak bibinya.
Bibinya terkejut, jodha? ada apa? kau buru-buru mau kemana? Jalal terbangun. Jodha berkata
Aku tak mengerti apa yang terjadi padaku. Aku terus melihat wajah yang mulia kemanapun aku
pergi. saat aku melakukan puja aku melihat bayangan dia. Dan sekarang aku melihatnya di
kamar tidurku. Kenapa aku terus berhalusinasi? Jalal memanggil Jodha. Jodha panik, apa kau
dengar, sekarang aku mulai mendengar suaranya. Di kamar Jalal bangkit dari tempat tidur.
Bibinya yg melihat jalal, ia memberi bunga pada jodha dan segera pergi. Jodha masuk ke
kamarnya, dia tidak melihat Jalal lagi. Jodha merasa lega.
Jalal muncul dari belakang dan memanggilnya. Jodha kembali panik, Kenapa aku terus
mendengar suaranya? Jalal menyentuh pundak Jodha dan berkata Jodha, aku ingin bicara
padamu. Jodha terkejut melihat Jalal. Jodha bertanya bagaimana kau bisa ada di sini? Jalal
menjawab aku tak akan tenang kecuali sudah bicara denganmu. Jodha berkata sudah berapa kali
aku bilang, aku tak mau kembali dan aku tak ingin bicara padamu. Jalal berkata Aku tahu
kemarahanmu karena aku membuat kesalahan. Aku hanya ingin bicara padamu. Bharmal
memanggil Jalal dan berkata tabib memintamu untuk beristirahat. Kenapa kau bangun? Jalal
menjawab aku tidur dengan tenang. Lalu seseorang mengganggu tidurku. Jodha merasa bersalah.
Bharmal berkata aku ingin bicara pada Jodha.
Jodha berkata ayah, apa yang raja lakukan di kamarku? dan bagaimana dia terluka? Bharmal
menceritakan semuanya. Jodha berkata kau sudah tahu kan aku tak ingin tinggal bersamanya.
Bharmal berkata aku tahu kau kesal pada suamimu. Selama beberapa hari dia terus mencarimu?
Dia ingin berbicara padamu. Aku ingin kau merenungkan sesuatu. Suamimu sedang terluka
sekarang. Tapi kau terlalu keras kepala dan tak perduli dengan itu. Dengan marah Bharmal
meninggalkan Jodha.
Pada jodha, Menawati berkata kenapa kau ada di sini? Pergilah ke kamarmu untuk beristirahat.
Jodha berkata aku tidak ingin mengganggu Jalal, karena itu aku kemari. Menawati berkata kau
melakukan hal yang tepat. Ayahmu bilang padaku bahwa dia ingin kau menjaga yang mulia
karena dia sedang terluka. Kenapa kau harus mengurus dia kalau kau tak ingin? Karena itu aku

meminta pelayan untuk memindahkan barang-barangmu ke kamarku. Jodha berkata Tidak usah
bu. Ayah benar, itu tugasku untuk menjaganya. Jangan khawatir, aku akan mengurus semuanya.
Jodha memyuruh pelayan membawa susu kepada Jalal. Jodha pergi. Menawati berpikir jodha
bisa berpura-pura marah pada yang mulia. tapi aku tahu dia benar-benar mencintainya. Dia kesal
karena dia ingin yang mulia minta maaf dan membujuknya. Dengan karunia dewi, semua akan
baik-baik saja.
Episode 221
Bharmal memeluk Jodha dan berkata aku datang untuk menjemputmu. Semuanya akan baik-baik
saja. Aku tidak memintamu kembali ke Agra, tapi mengajakmu pulang ke Amer. Jodha menolak.
Bharmal berkata aku tahu tentang janjimu pada ibumu. Tapi dia melakukan itu untuk
menyelamatkan pernikahanmu. Rasanya ingin mati saja kalau sampai seorang anak tidak mau
pulang ke rumah orang tuanya. Jodha tetap menolak. Bharmal berkata baiklah, Aku akan tinggal
disini, meninggalkan kerajaanku. Jodha berkata tidak, ayah. Jangan berkata begitu. Aku akan
pergi denganmu. Jodha menangis di pangkuan Bharmal.
Bharmal menemui jalal dan berkata Jodha tidak ingin kembali ke Agra. Akan lebih baik kalau dia
tinggal di Amer untuk beberapa waktu. Di sana ada ibu dan juga neneknya, mereka akan
memberi penjelasan utk membantunya berpikir tentangmu. Seiring berjalanya waktu, kemarahan
Jodha pasti akan hilang, saat itulah kau bisa datang ke Amer untuk menjemputnya. Jalal berkata
aku setuju. Aku merasa bersalah atas apa yang terjadi. Bharmal berkata jodha akan kembali
padamu dan segalanya akan baik-baik saja. Dalam hati Jalal berkata aku tidak mendapatkanmu
meski setelah aku menemukanmu. Aku akan menanti hari di mana kau akan bicara padaku
seperti dulu lagi.
Keesokan paginya eemua orang berkumpul. Jodha mengucapkan terima kasih atas kebaikan
mereka semua. Jodha menanyakan Shehnaz. Seorang wanita berkata jangan khawatir, dia akan
baik-baik saja di sini.
Bharmal memberikan sumbangan kepada penghuni asilium lalu berpamitan pada Todar Mal.
Jodha menitipkan hadiah untuk shehnaz karena dia tak bisa berpamitan langsung padanya. Jodha
masuk tandu dan terkejut melihat shenaz sudah duduk didalam. Shehnaz meminta Jodha agar
tidak meninggalkannya. Seorang wanita mengajaknya keluar. Jodha memanggil shehnaz dan
berkata kau boleh ikut denganku. Shehnaz gembira dan memeluk Jodha dan berkata terima kasih
lakshmi. Jodha berkata jangan panggil aku lakshmi lagi, namaku jodha.
Jodha melihat jalal dan berpikir maafkan aku yang mulia, aku tidak bisa pergi denganmu. Aku
tidak bisa memaafkanmu. Rombongan Bharmal dan jodha berangkat ke Amer. Jalal brpikir aku
kehilangan cintamu karena keraguanku tapi akan mendapatkan hatimu kembali dengan cintaku.

Di amer, para pelayan membicarakan kedatangan Jodha. Nenek menegur mereka, Seorang
pelayan memberitahu kalau jodha akan datang bersama bharmal. Nenek sangat senang dan
meminta mereka membuat persiapan untuk menyambut kedatangan Jodha dan Bharmal.
Nenek memberitahu menawati kalau Jodha akan datang, Menawati senang dan berkata aku akan
membuat persiapan untuk menyambut Jodha. Dia teringat apa yang dikatakannya pada Jodha
saat di agra dulu. Menawati jadi sedih dan mengurungkan niatnya untuk menyambut Jodha.
Nenek menyuruh Menawati meminta maaf pada Jodha, aku rasa dia akan memaafkanmu.
Menawati tetap tidak mau. Dia meminta nenek yang menyambut Jodha, dia akan menunggu di
dalam saja.
Jalal kembali ke Agra dg kesedihan. Tiba Jalal melihat Jodha di depanya dan berkata aku yakin
kau pasti datang menemuiku di sini. jalal teringat ketika menolong tiga wanita saat di lempari
batu dan salah satu dari mereka adalah Jodha. Saat dia menarik Jodha keluar dari sungai Yamuna
dengan susah payah. Jalal tersenyum mengingatnya.

Episode 222
Jalal sangat bahagia melihat Jodha ada di depannya. Saat hendak turun dari kudanya, dia melihat
ke arah Jodha tapi Jodha sudah hilang. Jalal teringat kata-kata Jodha bahwa dia tidak bisa ikut
denganya dan juga melarang Jalal mengikutinya. Jalal berpikir Jodha pasti tersakiti saat aku
mencurigainya. Sekarang aku yang merasa sakit ditolak olehnya.
Di Amer, Jodha keluar dari tandu. Semua tersenyum melihatnya. Nenek melakukan aarti untuk
menyambut Jodha. Jodha bertanya di mana ibu? Nenek berkata ibumu menunggu di dalam.
Jodha berkata aku akan menemui ibu. Jodha mengenalkan shehnaz pada keluarganya dan
menyuruh pelayan membawa shehnaz ke kamar.
Jodha menemui ibunya. Menawati menangis bahagia dan memeluknya. Jodha berkata aku marah
padamu karena tidak menyambutku di depan. Menawati berkata aku merasa malu. Aku telah
memintamu untuk tidak pernah datang ke Amer. Aku membuat kesalahan yang sangat besar,
maafkan aku. Aku bukan ibu yang baik. Jodha berkata jangan bicara seperti itu. kau adalah ibu
terbaik di dunia. Aku tidak marah pada apa yang kau katakan padaku. Lagipula kau malarangku
pulang ke Amer demi kebaikanku sendiri. Aku tahu kau sangat mencintaiku. Mereka berpelukan.
Nenek datang mengingatkan tentang ganghaur pooja. Menawati mengatakan ganghaur akan
dilakukan dengan penuh kebahagiaan karena kehadiran Jodha.
Jalal tiba di sebuah hutan dan menyuruh prajurit agar tidak mengikutinya. Jalal berjalan kaki
memasuki hutan. Jalal berkata bagaimana bisa aku mencurigai seseorang yang benar. Jalal duduk

di bawah pohon dan menangis. Jalal teringat saat Jodha mengatakan tak mau ikut ke Agra.
Seorang pria menghampiri jalal dan memberikan makanan. Jalal bertanya siapa kau? Pria itu
menjawab aku hanyalah seorang pria miskin. Jalal berkata tapi kau punya hati seorang raja. Pria
itu berkata hanya ada satu raja, Jalaluddin Muhammad. Dia adalah pejuang tapi dia bilang tidak
punya hati tapi aku percaya dia punya hati. jalal teringat saat mengatakan pada Ruq kalau dirinya
tidak punya hati. Jalal mengambil uang dan meminta menyimpannya sebagai bayaran untuk
makanannya. Pria itu menolak, itu bukan pertukaran yang adil, seorang yang lapar, makanan
adalah hal yang paling penting. Aku memberimu makanan, hal yang paling berharga bagiku,
maka berikan aku satu hal yang sangat berharga bagimu. Jalal mengangguk dan mengambil satu
koin yang lain, Seseorang memberikan koin ini padaku dan berkata aku seharusnya
memberikannya pada orang yang mengenaliku. pria itu berkata tapi aku tidak mengenalmu. Jalal
berkata tapi kau membuatku sadar kalau aku punya hati. Pria itu menyadari dia adalah Jalal. Dia
segera bersujud sambil menangis dan memohon maaf atas kesalahannya. Jalal berkata kau tidak
membuat kesalahan apapun, kau membuatku menyadari bahwa aku punya hati. Pria itu menolak
menerimanya, Jalal teringat saat Jodha berkata Jika seseorang pernah menganggapmu kau punya
hati, maka kau bisa memberikan koin ini padanya.
Menawati memberikan Jodha kalung dan meminta agar memakainya saat festival ganghaur.
Jodha bertanya kenapa ibu ingin aku memakainya? Menawati berkata kita akan berdoa kepada
dewa siwa dan dewi parwati yang menjadi lambang kebahagiaan perkawinan. Ini adalah simbol
dewi parwati untuk melindungi para suami dari setiap kejahatan dan bahaya. kalung yang di
pegang Jodha terjatuh dan patah. Menawati memberikan kalung lain padanya tapi Jodha
menolaknya dan berkata aku akan memperbaiki kalung ini dan memakainya, aku takut kalau
terjadi sesuatu pada Jalal.
Jalal menyimpan kembali koinya, tiba Seorang pria menyerang jalal dari belakang, tapi jalal
bergerak cepat menahan tangan pria itu dan melemparkannya ke tanah. Jalal berkata saat kau
menyerangku dari belakang, itu membuktikan kau seroang pengecut. Jalal menghajarnya dan
menyuruhnya pergi. Pria itu mencoba menusuk Jalal tepat di hatinya tapi Jalal menahan tangan
orang itu dan berkata aku tidak punya hati tapi sekarang aku menyadari kalau aku punya hati,
hatiku telah kuberikan pada seseorang dan aku tidak bisa membiarkanmu menghancurkan
hatinya. Tiba-tiba ada seseorang berteriak mengayunkan pedang kearah Jalal. Jalal melemparkan
pria itu kearah penyerang dan pedang orang tersebut mengenai pria itu.
Jalal hanya melihat punggung penyerang itu dan berkata aku tidak tahu siapa kau tapi aku tidak
mau membuang waktuku untuk mengenalimu. Aku selalu menatap musuhku sebelum aku
membunuh mereka dan setelah aku melihat mereka aku tidak akan mengampuni mereka.
Penyerang itu membalikan tubuhnya, itu adalah Abul mali, ia berkata aku tidak akan
mengampuni hidupmu juga. Aku tahu kau tidak terluka tapi itu tidak akan mencegahku dari
membunuhmu. Abul mali tertawa, banyak pria bersenjata bersembunyi diatas pohon, Mereka
adalah anak buah Abul Mali.

Mereka mengelilingi Jalal, Abul mali berkata Kau orang bodoh, pergi ke wilayah musuh tanpa
prajurit dan itu demi seorang wanita, walaupun telah mencarinya,tapi dia menolakmu. Sekarang
kau akan memohon padaku untuk mengampuni hidupmu. Apa keinginan terakhirmu? Jalal
berkata aku akan berdoa. Abul mali berkata aku harus memenuhi keinginan terakhir dari
seseorang yang hampir mati. Jalal mengangkat kedua tanganya untuk berdoa. Melihat itu, anak
buah abul mali, membuang senjatanya dan ikut mengangkat tangan untuk berdoa dan Abul mali
jadi bingung. Selesai berdoa, dg cepat Jalal menyerang abul mali dan menodongkan senjata abul
mali ke arah lehernya sendiri. Semua anak buahnya kaget dan bergegas mengambil senjatanya.
Jalal berkata Kau seharusnya tidak membiarkan aku berdoa. Tuhan telah mengabulkan
keinginanku. Jalal merebut pedang abul mali dan melemparkannya. Jalal menyerang anak buah
abul mali tanpa ampun. Tapi sabetan pedang mengenai punggung jalal.
Di saat bersamaan, Jodha sedang memperbaiki kalung ganghaur dan tergores tanganya.
Jempolnya berdarah. Menawati meminta Jodha agar membiarkan saja kalung itu, tapi Jodha
menolak. Jodha terlihat cemas dan khawatir memikirkan jalal, dewi kumohon lindungi suamiku.
Di hutan, pundak Jalal terluka dan berdarah-darah terkena sabetan pedang abul mali.
Episode 223
Di hutan Jalal terluka, Mali berkata tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu. Disisi lain
Jodha berhasil memperbaiki kalungnya lalu memasangkan ke lehernya dan berdoa, dewi parwati
lindungilah suamiku.
Mali akan menusukkan pedang pada jalal tapi pedangnya mengenai koin dari jodha yg disimpan
jalal. Jalal mengambil tanah dan melemparkan ke mata mali. Jalal mengeluarkan koin dan
mendekapnya di dada sambil bersyukur. Jalal bangkit dan bertarung tanpa senjata. jalal berhasil
merebut pedang mali dan merenggut lehernya. Jalal memukul mata kiri mali hingga berteriak
kesakitan. Mali jatuh ke tanah dengan mata berdarah. Jalal berkata kau tak bisa membunuhku.
Kau akan teringat padaku setiap kali kau lihat wajahmu. Jalal mencengkeram bajunya dan
menekan dada mali sambil berkata kau tahu kenapa kau selalu gagal membunuhku? Karena aku
mempunyai doa dari seluruh rakyatku dan juga istriku. Kemudian Jalal pergi dg menguatkan diri
untuk berjalan. Tiba2 Jalal tak sadarkan diri dan terjatuh, beberapa prajurit Amer membawanya
ke Amer.
Di Amer, Para wanita berdoa di depan patung siwa dan Parwati. Jodha teringat saat Jalal
meminta maaf padanya di tepi sungai Yamuna. Jodha berpikir kenapa aku masih memikirkanya?
Kenapa aku masih merindukanya,
Jalal terbaring di kamar jodha diobati oleh tabib. Bharmal datang dan berkata aku diam-diam
mengirim prajurit untuk membuntutimu dan aku senang karena keputusan itu tepat. Jalal ingin

bertemu Jodha. Bharmal berkata Jodha pergi ke danau untuk ganghaur Pooja. Jalal teringat
pertemuan pertamanya dengan Jodha di upacara ganghaur tahun lalu.
Jodha tiba di tepi danau. Menawati berkata kau harus menghanyutkan diya ini di danau dan
membuat permohonan. Menawati pergi. Jodha berpikir ibu selalu tahu apa yang terbaik untuk
anaknya. tahun lalu dia memberitahu aku bahwa orang yang aku lihat di danau akan menjadi
pendampingku di masa depan. dia meminta aku berdoa, karena dia tahu aku sedang tertekan.
Terima kasih ibu.
Jalal tiba di tepi danau. Jodha menyalakan diya dan memejamkan mata untuk berdoa. Saat
membuka mata, jodha terkejut melihat bayangan jalal di air danau. Jodha menutup matanya lagi.
Jalal terduduk menahan sakit, Raja Bharmal segera membawanya pergi. Jodha membuka
matanya lagi dan bayangan Jalal sudah hilang. Dia kemudian meletakkan diya di air dan kembali
memejamkan mata.
Bharmal berkata luka-lukamu tak akan sembuh kalau terus memaksakan diri. Kau adalah raja
mughal, hidupmu sangat berharga. Menawati datang dan menanyakan kondisi Jalal. Bharmal
mengatakan Jalal terluka dan memaksa datang karena ingin bicara dengan Jodha. Bharmal
menyuruh para pangeran dan Jalal pergi lebih dulu. Menawati berkata kau tau kan jodha marah
pada yang mulia. Bharmal berkata yang aku harapkan adalah mereka saling mendengarkan saat
mereka bertemu. Sebagai orang tua, setidaknya itu yang dapat kita lakukan. Jalal membutuhkan
jodha.
Selesai berdoa, Menawati mengajak jodha pergi. Jodha berkata ibu, tahun lalu kau mengatakan
orang yang aku lihat di danau akan menjadi suamiku. Dan hari ini aku juga melihat bayangan
orang yang sama, Aku tak tahu apakah aku berhalusinasi atau itu pantulan cahaya. Tapi aku
merasa seperti dia hadir di sini. Menawati berpikir sebenarnya yang mulia memang datang kesini
untuk bertemu denganmu. Jodha berpikir aku sudah berusaha melupakannya, tapi dia seperti
berada di mana-mana. Aku masih terus memikirkannya.
Jodha masuk kedalam kamarnya, dia melihat Jalal terbaring di kasurnya. Jodha berpikir aku
berhalusinasi lagi, apa yang terjadi padaku? Jodha bergegas keluar lalu menabrak bibinya.
Bibinya terkejut, jodha? ada apa? kau buru-buru mau kemana? Jalal terbangun. Jodha berkata
Aku tak mengerti apa yang terjadi padaku. Aku terus melihat wajah yang mulia kemanapun aku
pergi. saat aku melakukan puja aku melihat bayangan dia. Dan sekarang aku melihatnya di
kamar tidurku. Kenapa aku terus berhalusinasi? Jalal memanggil Jodha. Jodha panik, apa kau
dengar, sekarang aku mulai mendengar suaranya. Di kamar Jalal bangkit dari tempat tidur.
Bibinya yg melihat jalal, ia memberi bunga pada jodha dan segera pergi. Jodha masuk ke
kamarnya, dia tidak melihat Jalal lagi. Jodha merasa lega.

Jalal muncul dari belakang dan memanggilnya. Jodha kembali panik, Kenapa aku terus
mendengar suaranya? Jalal menyentuh pundak Jodha dan berkata Jodha, aku ingin bicara
padamu. Jodha terkejut melihat Jalal. Jodha bertanya bagaimana kau bisa ada di sini? Jalal
menjawab aku tak akan tenang kecuali sudah bicara denganmu. Jodha berkata sudah berapa kali
aku bilang, aku tak mau kembali dan aku tak ingin bicara padamu. Jalal berkata Aku tahu
kemarahanmu karena aku membuat kesalahan. Aku hanya ingin bicara padamu. Bharmal
memanggil Jalal dan berkata tabib memintamu untuk beristirahat. Kenapa kau bangun? Jalal
menjawab aku tidur dengan tenang. Lalu seseorang mengganggu tidurku. Jodha merasa bersalah.
Bharmal berkata aku ingin bicara pada Jodha.
Jodha berkata ayah, apa yang raja lakukan di kamarku? dan bagaimana dia terluka? Bharmal
menceritakan semuanya. Jodha berkata kau sudah tahu kan aku tak ingin tinggal bersamanya.
Bharmal berkata aku tahu kau kesal pada suamimu. Selama beberapa hari dia terus mencarimu?
Dia ingin berbicara padamu. Aku ingin kau merenungkan sesuatu. Suamimu sedang terluka
sekarang. Tapi kau terlalu keras kepala dan tak perduli dengan itu. Dengan marah Bharmal
meninggalkan Jodha.
Pada jodha, Menawati berkata kenapa kau ada di sini? Pergilah ke kamarmu untuk beristirahat.
Jodha berkata aku tidak ingin mengganggu Jalal, karena itu aku kemari. Menawati berkata kau
melakukan hal yang tepat. Ayahmu bilang padaku bahwa dia ingin kau menjaga yang mulia
karena dia sedang terluka. Kenapa kau harus mengurus dia kalau kau tak ingin? Karena itu aku
meminta pelayan untuk memindahkan barang-barangmu ke kamarku. Jodha berkata Tidak usah
bu. Ayah benar, itu tugasku untuk menjaganya. Jangan khawatir, aku akan mengurus semuanya.
Jodha memyuruh pelayan membawa susu kepada Jalal. Jodha pergi. Menawati berpikir jodha
bisa berpura-pura marah pada yang mulia. tapi aku tahu dia benar-benar mencintainya. Dia kesal
karena dia ingin yang mulia minta maaf dan membujuknya. Dengan karunia dewi, semua akan
baik-baik saja.

Episode 224
Maham masuk kedalam ruangan gelap. Maham mengangkat bayi dan menyuruhnya makan dan
berkata kau harus menjawab pertanyaanku. Aku telah menunggu lama dan aku bisa menunggu
lebih lama lagi tapi aku harus mendapatkan apa yang aku inginkan. Kau mengerti. Lalu si bayi
menangis.
Di Amer, jalal meminum susu yang di siapkan pelayan. Jalal melihat Jodha sedang menumbuk
obat. Jalal berpikir Aku tahu kau peduli padaku dan aku akan berhasil membujukmu untuk
memaafkan aku. Jodha memanggil pelayan untuk mengoleskan obat di luka Jalal. Pada Pelayan,
jalal berkata aku tidak membutuhkannya. Jodha berkata ramuan itu penting bagi kesembuhan

lukamu. Jalal menjawab baiklah, kau bisa pakaikan. Jodha mengangguk dan memanggil pelayan.
Jalal berpikir aku pikir kau sendiri yang akan memakaikan obat itu. Pada pelayan, Jalal berkata
aku bisa obati lukaku sendiri. jalal dengan susah payah berusaha mengoleskan obat pada
lukanya. Jodha tak tega melihatnya dan Akhirnya jodha membantu Jalal mengoleskan obat di
lukanya.
Jalal berkata sampai kapan kau akan marah padaku? Jika kau tidak memaafkanku, aku tidak akan
bisa istirahat. Jodha berkata aku sudah mengolekan obat di lukamu, kau akan segera sembuh.
Aku pergi. Jalal merasa kesakitan, jodha berbalik dan memegang pundak jalal dan membantunya
berbaring ke tempat tidur lalu menyelimutinya. Jodha membagi dua rajang dengan menggunakan
bantal sebagai pembatasnya. Jalal berpikir aku tahu kau sangat keras kepala, tapi kekuatan
cintaku akan meluruhkan kekerasan hatimu. Terima kasih karena telah menjagaku.
Ruq pergi menemui Salima. Ruq berkata aku merasa bosan sepanjang hari sendirian, karena itu
aku kemari. Aku sangat merindukan Jalal. Salima berkata aku senang kau datang menemuiku.
Ruq berkata kupikir, aku akan pergi sekarang. Kau pasti lelah dan mau tidur. Salima mengatakan
aku tidak menggantuk. Ruq memaksa pergi dan menyuruh Salima istirahat, dia juga tak ingin
menganggu rahim yang sedang tidur.
Jalal terbangun dan melihat Jodha berdiri di depannya. wajah Jodha mendekati wajah Jalal. Jalal
berteriak ratu Jodha, apa kau... Jodha menyambar ular di samping kepala Jalal dan
membantingnya ke lantai. Jodha kembali ke tempat tidur dan berkata aku hanya menyelamatkan
hidupmu, kenapa kau berteriak? Apa ular itu sudah menggigitmu? Jalal berkata aku hanya
merasa aneh, ular berkeliaran sampai ke tempat tidur seperti ini? Jodha menjawab ya. Ular dan
juga ular betina. Jadi kau harus hati-hati. Jalal berkata kasihan ular itu, di paksa pergi. Jodha
menjawab kalau aku tak menyuruhnya pergi, dia pasti akan menggigitmu. Jalal berkata
sepertinya kau ahli dalam menangkal serangan dari berbagai jenis racun. Dulu Benazir, sekarang
ular ini. Jodha berkata sudah menjadi tugasku untuk menjaga dan memperhatikan keselamatan
seorang tamu. Jalal berkata kasihan, setidaknya ular itu merasa senang tidur seranjang denganku.
Paginya, Hamida dan Salima mendoakan Jalal dan Jodha di dargah. Hamida berkata aku harap
yang kuasa akan mengabulkan doa kita dan jalal akan berhasil menyakinkan Jodha dan
membawanya pulang ke Agra. Salima berkata aku sudah menganggap jodha sebagai adikku
sendiri. Aku sangat merindukan dia. Hamida menyuruh Salima kembali ke istana lebih dulu,
Salima pergi, Hamida melihat maham memakai selendang dan melangkah pergi. Hamida
penasaran, lalu mengikutinya.
Saat bangun, jalal mendengar suara pedang. Dia melihat Jodha sedang bertarung pedang dengan
beberapa prajurit. Jalal berkata saat kau tersenyum, wajahmu bersinar. Tapi, aku adalah alasan
kenapa senyum itu hilang dari wajahmu. pelayan datang membawa obat dan akan

mengoleskanya. Jalal menolak dan berkata aku akan pergi menemui obatku, yang akan
membuatku lebih cepat sembuh.
Shehnaz menyoraki Jodha. Jalal datang, Melihat itu, para prajurit segera pergi. Jalal bekata harus
ku akui, kemampuanmu sangat bagus dalam seni bertarung pedang. Jodha berkata orang yang
terluka sebaiknya istirahat saja. Jalal berkata kau harus percaya jika aku bisa mengalahkanmu.
jodha berkata jangan berpikir karena kau terluka aku merasa kasihan padamu. Jodha menyerang
jalal dan jalal hanya menangkis dan menghindar. Seorang pelayan berkata jalal hanya bertahan
dan tidak balas menyerang, Jalal berkata ini kesempatanmu, kau bisa hukum aku atas apa yang
telah aku lakukan. Potong leherku. Jodha menjawab aku bukan pembunuh.
Menawati dan raja Bharmal terkejut melihat Jodha dan Jalal bertarung. Bharmal bertanya apa
yang dilakukan Jodha? Tidakkah dia sadar kalau Yang Mulia terluka? Menawati berkata jangan
khawatir, yang mulia memang terluka, tapi dia adalah petarung yang hebat. Bharmal hendak
menghentikan petarungan itu tapi Menawati menahannya dan berkata ini antara suami dan istri.
Jodha melakukannya karena marah dan Jalal karena merasa bersalah, Jodha tidak akan melukai
yang mulai. Biarkan dia melepaskan kemarahannya dan menunjukan betapa dia terluka.
Jalal berkata semua orang melihatmu, Kuharap mereka tidak berpikir kalau kau sedang mencoba
membunuhku. Jodha terpengaruh dan menatap sekeliling. Jalal segera menyerang pedang Jodha
dan terlempar jauh. jalal melingkarkan tangan ke leher Jodha dan menghunus pedang. Jodha
melepaskan tubuhnya dari pegangan Jalal. Jalal berkata setidaknya, aku sudah mengalahkanmu.
Aku bebaskan kau kali ini. Jodha berkata curang. kau menipuku. Apakah kau tahu bagaimana
menang tanpa menipu? Jalal berkata segalanya adil dalam cinta dan perang. Tanpa berkata, jodha
memanggil Shehnaz dan mengajaknya pergi. Jalal berteriak, di mana sopan santunmu Ratu
Jodha? Aku sudah mengampuni hidupmu tapi kau bahkan tak berterima kasih padaku. Jodha tak
mengubrisnya, jalal tersenyum sambil mendekap lukanya yang terasa nyeri.
Sinopsis Jodha Akbar episode 225 by Jonathan Bay.
Jalal berkata kalau segalanya adil dalam cinta dan perang. Jodha menatap jalal dengan geram dan
tanpa berkata apa-apa segera beranjak pergi meninggalkannya. Menawati melihat adegan itu dari
balkon berkata pada Raja Bharmal, "bukankah aku sudah mengatakan padamu kalau segalanya
akan baik-baik saja? Apakah kau melihat kalau Kaisar menjadi lebih sehat dalam waktu
singkat?" Raja Bharmal dengan nada prihatin berkata, "tapi Jodha, dia masih kesal." Menawati
menjawab, "aku tahu. Membutuhkan waktu lama untuk mengobati patah hati. Kaisar mencoba
untuk menenangkan Jodha. Berikan dia waktu. Aku yakin dia akan sukses. Kadang suami dan
istri menjadi lebih dekat setelah bertengkar."Hamida membuntuti Maham anga. Maham tiba di
depan sebuah gua. Dia bertepuk tangan, seorang lelaki keluar menemuinya. Maham menyuruh
lelaki itu membuka pintu gerbang. Hamida terkejut melihat tempat yang di kunjungi Maham
anga. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang ingin di lakukan maham di tempat itu. Hamida

bergegas pergi dari situ sebelum ada yang menyadari keberadaanya. Di Amer, semua orang
sedang mengelilingi meja makan untuk menyantap makan siang. Para pria dan dadisa duduk di
depan meja makan, sedangkan para istri dan pelayan berdiri melayani. Bharmal dengan ramah
menanyakan kondisi dan perasaan Jalal. Jalal menjawab, "kupikir atmosfer di sini lebih cocok
denganku. Obat terasa lebih efektif." Raja memberitahu Jalal kalau dirinya dan seluruh keluarga
berdoa pada dewa agar Jalal cepat sembuh. Menawati melirik Jodha yang senyum tersipu.
Dadisa menegur Suman bai, "..kalau kau tak menyediakan makanan pada yang Mulia dengan
baik, dia tak akan makan sampai kenyang. Satu lagi, tambahkan ghee di dal nya." Jalal melirik
Jodha yang melenggos dengan lembut. Raja Bharmal mempersilahkan Jalal makan. Sebelum
makan, mereka semua berdoa. Bharmal menyantap hidanganya dengan hati gembira, begitu pula
Jalal. Sesekali dia menoleh ka arah Jodha yang selalu memalingkan muka setiap kali tatapan
mereka bertemu. Jalal menyuap makanannya. Tapi kemudian dia terdiam lama. Jodha melihat
gelagat Jalal, dan tahu kalau dia kepedasan. Jodha segera memanggil pelayan, menyuruhnya
menuangkan segelas air dan segelas jus di samping piring jalal. Jodha berkata kalau makanan
pedas akan memicu cegukannya. Pelayan segera melaksanakan perintah Jodha. Betul saja,
melihat Jus di samping piringnya, jalal segera meneguknya. Jodha terlihat puas. Melihat
perhatian Jodha, Menawati menggodanya, "kalau kau begitu peduli tentang dia, kenapa kau tak
duduk di sampingnya?" Jodha protes, "ibu..." Moti menimpali dengan cepat, "oh iya, bagaimana
aku bisa lupa? Kau marah padanya. ~dengan memainkan matanya menawati berkata~ Biarkan
dia sendiri."Sinopsis Jodha Akbar episode 225. Merasa lega setelah minum jus, Jalal menatap
Jodha. Jodha membuang pandangannya. jalal menatapnya terus. Ketika Jodha menatapnya lagi,
Jalal menganggukan kepalanya sebagai tanda terima kasih. Setelah menyantap makanannya jalal
berkata pada bharmal, "terima kasih rajasa. Makanannya enak." Raja Bharmal mengatakan, Jalal
ada di sini saat festival ganghaur, dia akan makan hidangan enak setiap hari. Jalal tersenyum.
Dadisa ikut nimbrung dengan berkata, "kenapa hanya makanan? Ada lebih banyak dari itu." Jalal
tidak mengerti maksud Dadisa. Dadisa menjelaskan, "yang mulia, festival ganghaur sedang
berlangsung. Sebagai tradisi, kami punya permainan spesial yaitu semua wanita yang sudah
menikah menutupi wajah mereka dan suami harus mengenali istrinya tanpa membuka penutup
wajahnya. Kau juga harus bersiap, kalau tidak kau bisa kalah." Jodha terpana tak percaya dengan
kata-kata dadisa. Menawati tersenyum. Jalal menatap Jodha dan berkata, "aku bisa mengenali
Ratu Jodha bahkan dengan mata tertutup." Jodha melengos lagi. Menawati dan dadisa serta
kakisa tertawa. Bharmal kemudian mengajak Jalal pergi beristirahat. Sebelum melangkah pergi,
Jalal sekali lagi menatap Jodha dengan tatapan penuh harap. Tapi Jodha memalingkan wajahnya.
Dengan kecewa, jalal melangkah pergi.Setelah para pria pergi, Jodha memanggil ibunya dan
memprotes dadisa yang mengundang jalal untuk datang dalam festival itu. Kata Jodha, "ibu.
Kenapa nenek mengundang Yang Mulia? Aku tak mau berpartisipasi dalam permainan itu
sekarang." Menawati menyahut, "ya kau benar. Kanapa harus datang? Jika kau marah dengan
suamimu, kau tak perlu ikut serta. Yang mulia mungkin akan kesal, tapi inikan tentang
kehormatan Jodha ku..." Mendengar larangan Menawati, Jodha berubah pikiran, "tidak ibu. Dia
bukan orang jahat, dia memang membuat kesalahan, tapi itu terjadi karena keadaan. Dia tidak
melukaiku dengan sengaja." Mendengar pembelaan Jodha terhadap Jalal, Menawati jadi

bingung, "Jodha, aku tak mengerti apa yang kau inginkan. Aku mendukungmu. Kalau kau
marah, kenapa harus datang? lagipula kau tidak akan menang." Jodha tidak terima, "apa? Dia tak
sepintar itu. Kalau aku memutuskan untuk menyembunyikan diri, dia tak akan mengenali aku."
Menawati menyahut, "kau bisa katakan itu pada nenek." Dadisa datang. Menawati menunjuk
dadisa dan berkata, "lihat, nenek di sini." Dadisa bertanya, "ada masalah apa Mainawati?"
Mainawati hendak mengadukan Jodha, tapi Jodha sudah memotong kalimat menawati dengan
cepat, "tidak, bukan apa-apa, dadisa, tidak ada apa-apa." Mainawati pura-pura heran, "hei...
bukankah kau baru bilang.... Baiklah. Aku ada ide, tinggallah di kamarmu, ok?" Jodha dengan
tatapan menantang bekata, "kenapa? Kenapa aku harus menyembunyikan diriku? Ini festivalku.
Aku akan berpartisipasi dalam permainan, memenangkannya, dan merayakannya juga." lalu
dengan kesal dia meninggalkan ruang makan. Mainawati dan Dadisa tertawa senang melihat
upaya mereka berhasil. Sebagai ibu, Menawati tahu, Jodha semakin di larang akan semakin
menantang.Pelayan menunjukan gaun baru yang akan dia pakai Jodha dalam festival. Menawati
memuji gaun itu dan meyuruh pelayan menaruhnya diatas sofa. Pada dadisa menawati berkata,
"ibu, kadang aku tak bisa mengerti dengan apa yang Jodha rasakan. Tapi aku yakin satu hal, dia
sangat mencintai yang mulia." Dadisa menyahut, "ya. Jodha mungkin keras kepala, tapi dia tahu
apa yang baik dan apa yang buruk." Menawati dengan wajah sedih berkata, "ketika pertama kali
dia pergi dari sini, itu merupakan sebuah pengorbanan, Sekarang aku ingin dia pergi dengan
bahagia dan terhormat." Dadisa tersenyum dan mengangguk setuju.Sinopsis Jodha Akbar
episode 225. Jodha muncul dengan wajah murung. Dadisa memanggil Jodha. Menawati menoleh
melihat Jodha yang berjalan menghampirinya. Menawati berkata, "Johda, lihat ini, aku
menyiapkan beberapa gaun untukmu. Kau akan memakainya kan?" Jodha tidak menyahut.
Menawati menatap dadisa, dadisa mengangguk, "jodha, sayang. Kenapa diam saja? Katakan
sesuatu! Pakailah gaun ini. Kau adalah kebanggan dari Amer dan Rajvanshi. Dan kami yakin,
kau akan menjaga kehormatan kita. Semoga dewi amba selalu memberkatimu.'Atgah sedang
mengontrol pekerjaan anak buahnya ketika seorang pengawal datang memberitahunya kalau
Antemad Khan ingin bertemu. Antemad adalah orang yang bertanggung jawab memasok kasim
untuk para selir. Atgah bertanya-tanya apa yang dia inginkan dan menyuruhnya masuk. Antemad
memberi salam pada Atgah, atgah mempersilahkan dia duduk dan menanyakan keperluannya.
Anteman memberitahu Atgah tentang insiden pengiriman kasim yang salah satunya adalah
Sujamal. Anteman mengatakan kalau Dilawar khan telah di rampok baju dan dokumennya. Dia
sudah melaporkan kejadian itu pada maham anga. Maham kemudian menyelidikinya. Tapi
maham kemudian malah mengirim Dilawar asli pergi dan membiarkan dilawar palsu bekerja di
istana. Anteman mengatakan kalau dia tidak mengatakan hal ini pada orang lain takut kalau
sampai berakibat buruk. Atgah mengatakan kalau apa yang di lakukan Anteman sudah tepat.
Atgah melarang anteman mengatakan semua itu pada orang lain, tapi saat jalal pulang nanti dia
harus melaporkan semua itu padanya. Anteman setuju.Di Amer, festival sudah di mulai. Para istri
menari dengan wajah di tutupi cadar. Jalal menikmati hiburan itu. Setelah beberapa saat, Dadisa
berdiri di ikuti semua orang. Dadisa menyuruh Jalal pergi dan menemukan Jodha diantara para
penari itu. jalal dengan senang hati berkata, "aku belum pernah berada di festival yang sangat
indah seperti ini, dadisa." Dadisa tersenyum dan berkata, "aku sangat senang kau memanggilku

nenek." jalal tersenyum, "jika ratu Jodha bisa memanggil ibuku sebagai ibu, kenapa aku tidak
bisa memanggilmu sebagai nenek? Kalau kau mau, kau bisa memanggilku sebagai Jalal." Dadisa
mengatakan kalau itu sangat baik, "tapi kami tak memanggil menantu kami dengan nama."
Kemudian dadisa menyuruh Jalal segera pergi untuk mengenali Jodha. Jalal segera berjalan ke
tengah arena. Mengamati para penari satu persatu. Dengan mudah dia mengenali Jodha. Tapi dia
menunggu sampai tarian selesai baru memegang tanganya. Dadisa dan yang lainnya yang tahu
kalau penari bercadar coklat itu adalah Jodha tertawa gembira. Para penari yang lain segera
mengundurkan diri. Jodha berusaha melepaskan tangannya dari pegangan jalal, tapi usahanya
sia-sia. Pegangan jalal sangat erat. Jalal berkata, "berapa lama kau akan menjauh dariku, ratu
Jodha? Aku akan memenangkan dirimu pada akhirnya." lalu Jalal mengangkat tangan Jodha
tinggi-tinggi dan berkata, "dadisa, aku mengenali istriku." Semua tertawa gembira.Sinopsis
Jodha Akbar episode 225. Jalal membalikan tubuh Jodha dan membuka kerudungnya. Jodha
menatap Jalal dengan kesal. Jalal tersenyum dan berkata, "kau mungkin kesal padaku. Tapi
gelangmu adalah kesukaanku. AKu dapat mengenalimu karenanya." Jodha memandang Jalal dan
teringat saat Jalal memakaikan gelang itu di tangannya. Tanpa berkata apa-apa, Jodha
menyentakkan tanganya dari pegangan Jalal dan melangkah pergi. Semua yang melihat tersentak
kaget. Jalal tertunduk sedih. Bharmal sekeluarga segera menghampiri Jalal dan meminta maaf,
"yang mulia, tolong maafkan Jodha. Dia keras kepala, kadang-kadang dia bertingkah kekanakkanakan." Jalal dengan sedih berkata, "tak apa Rajasa. Dia istriku. Mungkin dia tak ingin aku
memegang tangannya di depan umum. Kupikir aku harus bicara padanya secara pribadi." Jalal
segera bergegas mengejar Jodha. Menawati menyesalkan perlakukan Jodha pada Jalal, begitu
juga keluarga yang lain. Dadisa terlihat sedih dan Bharmal sedikit marah.Johda berjalan setengah
berlari menuju ke kamarnya. Jalal mengejarnya. Jodha mempercepat jalannya. Jalal berlari dan
memegang tangannya. Keduanya berhadapan dan saling menatap. Jalal dengan emosi bertanya,
"apa salahku sekarang? Katakan padaku. Apa salahku? Aku hanya memegang tanganmu sebagai
istriku. Kenapa kau menyentak tanganku dan pergi? Kau menyentakan tanganku di hadapan
semua orang. Kau tak suka aku menyentuhmu atau memegang tanganmu, baiklah aku tak akan
menyentuhmu. Aku bahkan tak akan meggengam tanganmu. Kau tak suka kehadiranku, bukan?
tak apa aku akan pergi darimu. Aku tahu aku melakukan kesalahan. Tapi aku menyesali apa yang
kulakukan. Karena itu, aku mencoba untuk menebus kesalahanku. Aku tak ingin mengatakan ini,
tapi sebagai kaisar aku telah datang kebanyak tempat untuk mencarimu. Meningalkan istanaku,
rakyatku, menyusuri hutan dan gurun hanya untuk meminta maafmu. Tapi kau belum siap untuk
melepas keangkuhanmu. Jangan lupa ratu Jodha, semua berawal darimu. Kau menyembunyikan
rahasia dariku dan membuatku salah paham. Aku bertanya padamu beberapa kali tapi kau tak
mau mengatakan yang sebenarnya. Apa yang harus aku asumsikan dalam situasi seperti
itu?"Jodha menatap jalal dengan tajam dan berkata, "aku sudah coba untuk menjelaskan. Aku
bahkan datang menemuimu tapi maham mengatakan kau tak mau menemuiku." jalal menyahut,
"hebat! kau sangat marah karena aku tak mau betemu denganmu sekali. Anehnya kau hanya
mencoba sekali. Tapi aku telah mencoba untuk minta maaf padamu berkali-kali. Aku pergi dari
agra ke Amer, Mathura lalu ke Amer hanya untuk meminta maaf padamu. Aku meminta semua
orang berdoa untu keselamatanmu. Aku tak hilang harapan untuk minta maaf padamu bahkan

saat aku tak dalam kondisi untuk berjalan. Aku sudah janji pada ibu bahwa aku akan membawa
putrinya kembali. Aku janji pada rahim akan membawa Choti Ami jaanya pulang. Tapi aku
kalah, Ratu Jodha. Jadi bagaimana jika kaisar hindustan tak bisa memenuhi janjinya? lalu
bagaimana jika seorang anak tak dapat memenuhi harapan ibunya? Tapi aku senang kau sukses
dalam tujuanmu. Kau menang. Aku menerima kekalahanku. Aku membungkuk padamu dan
meminta maaf padamu. Aku memohon padamu, maukah kau kembali ke Agra bersamaku?" Jalal
menyatukan tanganya di dada dan menunduk didepan Jodha. Jodha menatap Jalal dengan tatapan
iba, tapi hanya sesaat saja, karena setelah itu wajahnya mengeras kembali, dan dengan tegas dia
menolak, "tidak!" Jalal menatap Jodha, Jodha balas menatapnya. Jodha berlata, "aku mengambil
sumpah pernikahan denganmu, tapi kau meragukan aku. kau meninggalkan aku sendiri. Tugasmu
adalah melindungi kehormatanku tapi kau melecehkan aku. Kau mengusirku dari istana dan
sekarang kau datang untuk membawaku kembali? Aku akan kembali padamu hanya saat aku
ingin bersamamu." Jalal menunduk menahan perasaanya dan bertanya, 'jadi itu keputusan
akhirmu?" jalal mendekati Jodha, "sekarang, biar aku katakan padamu keputusan akhirku. Aku
akan kembali ke Agra. Kau boleh menolakku demi harga dirimu. Tapi aku tak akan
memgabaikan tugasku demi janji yang aku buat untuk ibuku. Kerajaan Mughal dan rakyat
membutuhkan aku. Aku kembali pada mereka. Selamat tinggal. Jaga dirimu!" jalal membalikan
badanya dan meninggalkan Jodha. Jodha menatap kepergian Jalal dengan sedih dan kecewa
seperti sesuatu telah di renggut dari hidupnya...Sinopsis Jodha Akbar episode 226
Sinopsis
Jodha
Akbar
episode
226
Malam itu juga, Jalal meninggalkan Amer, kembali ke Agra dengan wajah murung. Jodha yang
menolak untuk ikut ke Agra juga tak kalah murungnya. Jodha berpikir, "aku kesal padamu
karena kau mempertanyakan kesetiaanku. Dan kemarahanku beralasan. Jika aku setuju pergi
denganmu, itu akan menyakiti kehormatanku. Tapi aku berada dalam dilema. Aku tidak mau
pergi bersamamu, tapi aku juga tidak mau kau pergi dariku. Aku merasa seperti aku kehilangan
sesuatu yang sangat berharga bagiku."
Disaat bersamaan, diatas kudanya, jalal berpikir, "bahkan aku merasa seperti aku meninggalkan
bagian dari diriku di Amer. Tubuhku kembali ke Agra tapi jiwaku ada di Amer. Aku melakukan
banyak hal untuk menyenangkanmu. Aku menelan harga diriku. Minta maaf berkali-kali. Tapi
aku tidak bisa membujukmu. Aku meninggalkan tahta dan mahkotaku dan menghabiskan harihari mencarimu. Hanya agar aku bisa mendapat maafmu."
Terdengar
percakapan
Jiwa
Jalal
dan
Jodha.
Suara Jiwa Jodha: "aku tidak setuju kembali ke Agra bersamamu. Tapi setelah kau pergi, aku
mulai menyesali keputusanku. Setiap saat aku terus memikirkan dirimu. Semua yang aku
dapatkan
adalah
airmataku
dan
kenanganmu."
Suara Jiwa Jalal: "tapi apa gunanya meneteskan air mata? Kau belum siap untuk datang
denganku. Aku merasa seperti aku kehilanganmu. Perlu waktu sebulan untuk merubah benci
menjadi cinta. Tapi hanya butuh sekejap untuk merubah cinta menjadi benci. Cintaku tidak tahan

melawan harga dirimu, Ratu Jodha. Aku punya tahta dan mahkota. Tapi aku tidak punya
pendamping di sampingku. Pada saat itu, aku merasa seperti aku ini pria yang paling kesepian di
bumi. Aku merasa seperti musafir tanpa tujuan. Aku kembali ke Agra hanya untuk melakukan
tugasku sebagai seorang kaisar. Sebenarnya, aku ingin tinggal di Amer bersamamu."
Di Agra, Hamida sedang hilir mudik di kamarmya, memikirkan Maham anga yang pergi ke
dalam hutan belantara. Hamida penasaran sekali dengan apa yang di lakukan Maham. Muncul
berbagai macam dugaan dalam pikiran Hamida, tapi Hamida menepis semua itu karena dia tahu
Maham sangat mencintai Jalal lebih dari anaknya sendiri. Jadi tidak mungkin dia berkonspirasi
melawan Jalal. Salima datang menemui Hamida. Salima memberi salam dan bertanya apakah
Hamida memanggilnya? Hamida menyuruh salima duduk dan mengatakan kalau dirinya sedang
membutuhkan sarannya. Hamdia lalu menceritakan tentang Maham Anga dan apa yang di
lihatnya. Di akhir ceritanya hamida bano berkata, "sejak itu, aku sangat kesal. AKu tidak senang
melihat Maham pergi diam-diam ke dalam hutan belantara. Mungkin itu bukan sebuah masalah
yang harus di khawatirkan. Tapi kau tidak bisa menyembunyikan perasaan curiga." Salima
menyarankan agar Hamida menanyakan langsung pada Maham daripada menyimpan kecurigaan.
Karena kalau tidak di bicarakan masalahnya, itu bisa merusak banyak hubungan selamanya.
Hamida takut kalau nanti maham tersinggung, karena dia sangat mengkhawatirkan Jalal. Salima
berkata, "aku rasa dia tidak akan tersinggung, ibu. Jika dia tidak melakukan sesuatu yang salah,
lalu dia akan mengerti kenapa kau khawatir." Hamida sangat senang dengan saran Salima dan
mengucapkan terima kasih. Salima juga berkata kalau dia senang bisa membantu hamida dan
akan menyuruh pelayan untuk memanggil maham anga.
Maham anga datang menemui Hamida. Dia berkata, "aku sudah lama menjadi pelayan setia
kerajaan mughal, dan kau mencurigai aku?" Hamida tidak membenarkan ataupun menyangkal,
dia hanya menatap Maham dengan rasa ingin tahu. Maham melanjutkan, "yang mulia, memang
benar kau yang melahirkan jalal, tapi aku yang menyusui, membesarkan dan mengajarinya
berjalan. Kau lebih memperhatikan Jalal daripada anakku sendiri. Dan kau menanyakan
kesetiaanku?" Hamida meminta maham agar tidak tersinggung, "aku bukan mempertanyakan
kesetiaanmu dan tidak menuduhmu. Aku hanya ingin tahu kenapa kau pergi diam-diam kehutan
belantara di belakang kuil, aku khawatir padamu. Tolong beritahu aku!" Maham memberitahu
Hamida kalau dia pergi kesana untuk menenangkan diri dan berdoa, karena dia sangat khawatir
tentang jalal. Dan dia merasa mendapat ketenangan kalau pergi kesana. Hamida berkata kalau
maham punya kamar sendiri dan bisa berdoa kekamarnya dengan tenang. Maham berkata kalau
dia tidak bisa menjelaskan, tapi setiap kali ada masalah dia pergi kesana dan merasa damai.
Maham menawarkan, kalau hamida masih penasaran, dia bisa ikut denganya ke sana. Hamida
langsung menyetujui dan mengajak Maham pergi kesana sejkarang juga, hanya berdua. Maham
jadi gelisah dan bingung.
Atgah sedang berbicara dengan Atemad khan. Atgah shah terkejut dan tak habis pikir, kenapa
maham melakukan itu, padahal jalal sudah menganggap maham seperti ibunya sendiri. Athemad

berkata kalau dirinya dan dilawar sudah 2 hari berada di agra, apa tidak sebaiknya kalau mereka
pergi? Atgah melarangnya dan meyuruh mereka menunggu kepulangan jalal. Athemad bertanya
apakah itu artinya Atgah menahannya? Atgah berkata, "tidak ahtemad khan, aku memintamu
tetap disini adalah untuk keselamatanmu sendiri. Pikirkan, jika Maham anga adalah dalang di
balik konspirasi ini, dan mengatahui kalau kau atau dilawar khan datang menemuiku, bisa jadi
hidupmu mungkin dalam bahaya." Atgah khan akan menempatkan pengawal di depan kamar
mereka untuk berjaga-jaga. Pada penjaga Atgah berkata agar memastikan kalau keamanan untuk
ahteman dan dilawar di perketat dan tidak tertembus. Karena jika kedua orang itu mengatakan
yang sebenarnya, maka hidup mereka pasti dalam bahaya. Atgah berharap Maham tidak
mendengar kabar ini. para penjaga segera pergi untuk menjalankan perintah atgah. Dlam hati
atgah berkata, "kalau maham anga tahu kalau Sujamal menyamar sebagai Dilawar, kenapa dia
tidak menangkapnya?"
Maham membawa Hamida ke hutan tempatnya berdoa. Hamida berkata kalau dulu sepertinya
tempatnya tidak sejauh ini. Maham bertanya apakah Hamida lelah dan takut? Hamidi berkata dia
bersama maham dan tidak takut apa-apa. Maham membawa Hamida memasuki hutan, dan
memintanya agar dekat-dekat denganya. Di sebuah belokan, gaun hamida tersangkut ranting.
Hamia melepaskan ranting itu, tapi setelah berhasil, dia tidak melihat maham. Hamida berteriakteriak memanggil maham. Tiba-tiba Maham muncul di belakangnya dan memintanya agar
mengikuti dia dan tidak boleh jauh-jauh, karena bisa-bisa hamida tersesat. Maham membawa
Hamida masuk kesebuah gua dimana dia berdoa. Maham menunjukan tikar di lantai. Hamida
masih penasaran. Tapi tak bisa berkata apa-apa. Setelah ini, maham meminta hamida agar tidak
mencurigainya lagi. Maham kemudian mengajak Hamida pergi dari tempat itu.
Sinopsis Jodha Akbar episode 226. Jalal tiba di istana Agra. Pelayan berlari memberitahu Ruq
kalau Jalal datang. Ruq bertanya, jalal datang sendiri atau besama Jodha. Pelayan mengatakan
kalau Jalal sendirian. Ruq tersenyum senang. Pelayan juga memberitahu Hamida kalau Jalal
datang. Hamida sangat kecewa karena Jodha tidak datang bersamanya. Gulbadan menenangkan
Hamida, "Jalal pasti menemukan Jodha. Sekarang Jalal sudah datang, kau bisa tanya langsung
padanya apa yang sudah terjadi. Ayo kita pergi menyambut kedatanganya."
Para ratu dan Maham menyambut jalal. Jalal turun dari kudanya. Semua memberi hormat
padanya. Maham tertawa lebar menyambut jalal. Dia menyuapi Jalal manisan, melihat itu,
adham membuang muka tak suka. Maham mengatakan kalau dia senang jalal pulang dengan
selamat, "yang mulia, di mana ratu Jodha? Aku juga ingin menyambutnya." Jalal dengan sedih
mengatakan kalau Jodha tidak datang bersamanya. Maham pura-pura perhatian dan sedih. Atgah
dalam hati berkata, "maham anga tidak pernah menunjukan perhatian seperti ini pada ratu Jodha.
Lalu kenapa mengkhawatirkannya sekarang? Benar-benar mencurigakan. Dia pasti pura-pura
khawatir karena merasa bersalah."

Ruq tak dapat menahan perasaanya. Di depan semua orang dia berlari memeluk Jalal dan dengan
gembira berkata, "jalal, aku sangat senang kau sudah kembali. Aku tak bisa gambarkan dalam
kata-kata betapa bahagianya aku. Aku sangat merindukanmu, Jalal. kau bahkan tidak mengirim
kabar padaku. tapi tak apa. Tidak ada yang lebih baik selain keyataan kalau kau sudah kembali
dengan selamat." Ruq mengajak Jalal pergi dengannya, karena di ingin menceritakan banyak
Hal. Tapi jalal menolak dengan alasan kalau dirinya sangat lelah. Jalal menatap sekeliling
mencari Hamida, tapi tak melihatnya. Jalal bertanya, "ibu kemana?" Gulbadan memberitahu Jalal
kalau Hamida tidak terlalu sehat. Lalu dengan diringi Atgah, Jalal melangkah pergi.
Jalal menemui Hamida yang duduk sedih seorang diri. Jalal mendekati Hamida dan berkata,
"ibu, aku sudah berjanji padamu. Bahwa aku akan membawa putrimu kembali bersamaku..."
Hamida dengan wajah sedih dan nada tidak suka bertanya, "lalu kenapa kau di sini sendirian,
jalal? Kenapa Jodha tidak kembali bersamamu? Jawab aku, Jalal!"
Di Amer, Menawati juga sedang memarahi Jodha yang menolak untuk makan, "kau berikan
jawaban yang sama setiap kali mereka membawakan mu makanan. Tidak mau makan atau kau
tidak merasa mau makan. Sudah lima hari Jodha dan kau hanya duduk di dalam kamarmu. Kau
belum makan apapun. Ada apa? Beritahu aku, Jodha! Apa kau ingin menyusul yang mulia ke
Agra?" Jodha menatap Menawati dengan perasaan tak menentu mendengar dia menyebut yang
mulia dan Agra. Menawati menjadi hilang kesabaran, "jawab aku, Jodha! Apa yang kau
inginkan? Setiap harga diri ada batasnya. Kau jangan seperti itu. AKu sudah tahu kalau hatimu
terluka. Aku kira akan baik-baik saja, tapi aku salah. Kau sepertinya tidak peduli. Kaisar datang
untuk meminta maaf padamu. Dia memohon pengampunan. Dia tidak membuat kesalahan besar
itu dengan sengaja. tapi kau menolak untuk memaafkannya."
Di Agra, Hamida berkata, "kau telah membuat kesalahan besar, Jalal. Hukuman apapun akan
terlalu kecil untuk apa yang sudah kau lakukan. Jodha melakukan banyak hal untuk
kepentinganmu. Dia minum racun untuk menyelamatkan hidupmu. Dia mempertaruhkan
hidupnya untuk menyelamatkan hidupmu. Dan kau menuduh dia tidak setia? Mencurigainya.
Aku merasa malu memanggilmu putraku! Kau berjanji akan membawanya kembali. Lihat
dirimu, kau berani datang padaku tanpanya. dan bilang kalau kau tidak bisa menepati janjimu.
Karena kau tidak bisa menyakinkan Jodha agar kembali. Jawab aku, Jalal. Di mana anakku?"
Jalal setengah menangis berkata, "ibu, aku telah lakukan semua cara untuk menemukannya. Aku
berhasil menemukannya. Tapi aku gagal membujuknya untuk kembali ke Agra. Dia tidak mau
memaafkan aku, ibu. Dia sangat marah padaku. AKu merasa sangat malu karena tidak dapat
menepati janjiku padamu, ibu. Kuharap suatu saat kau akan meaafkan aku." Tanpa menunggu
sahutan Hamida jalal dengan gontai melangkah pergi.
Di Amer, Menawati berkata, "jika kau sudah memutuskan tidak ingin kembali, kenapa terus
memikirkan dia? Jodha, yang mulia meninggalkan Agra dan tahtanya dan mencarimu ke semua
tempat. Dia bahkan terluka dalam perjalanannya, dia menumpahkan darah demi kau. Tapi dia

tidak bisa menggoyahkan keputusanmu. Padahal ada ratu lain di istananya, kau harus
menganggap dirimu beruntung. ~menawati menyentuh pundak Jodha~ Jodha, aku tahu bahwa
yang mulia membuat kesalahan. Tapi dia sudah cukup menunjukan penyesalannya. Kau harus
memaafakan dia. Saat yang mulia tidak ada di sini, kau terus memikirkan tentang dia. Dan saat
dia datang kesini, kau menolak untuk kembali dengan dia. Apa menurutmu itu adil? Jodha, Amer
adalah rumahmu. Aku tidak akan memaksakan keputusanku padamu. Aku tidak akan
memintamu kembali ke Agra. Tapi sebagai ibu, aku ingin memberimu nasehat, jangan
membangun dinding yang tinggi di sekeliling hatimu. Yang membuat dirimu sendiri tidak bisa
memanjatnya saat kau menginginkannya. Pada akhirnya, kau yang harus memutuskan."
Kemudian menawati pergi meninggalkan Jodha yang masih berdiri mematung memikirkan
semua ucapan menawati dengan hati yang pedih...Bersambung
Sinopsis Jodha Akbar episode 227
Jodha Sedang duduk termenung di kamarnya ketika pintu di gedor dari luar. Jodha bertanya siapa
itu? Shehnaz menyahut kalau itu dirinya. Jodha menyuruhnya masuk. Begitu membuka pintu,
Shehnaz mulai mengeluarkan tawa merdunya sambil memanggil nama Jodha. Shehnaz yang
tertawa-tawa bahagia membuat Jodha terganggu. Dengan rasa ingin tahu Jodha bertanya,
"kenapa kau tertawa?" Dengan polos shehnaz menjawab kalau dia menertawakan kebodohan
Jodha. Jodha dengan sedikit tersinggung berkata, "kau adalah temanku, tapi kenapa kau
menertawakan aku?" Shehnaz duduk di lantai dengan wajah menegadah menatap Jodha, "karena
temanmu itulah maka sudah menjadi tugasku untuk menyadarkan mu atas apa yang telah kau
lakukan." Jodha meminta Shehnaz memberitahunya apa yang sudah dia lakukan. Shehnaz
berkata, "kekasihmu datang jauh-jauh padamu, tapi kau menolaknya. Apakah kau sudah tidak
mencintainya lagi?" Dnegan tatapan nanar Jodha menjawab, "tidak. Malah sebaliknya, aku rasa
aku mencintainya lebih dari sebelumnya." Shehnaz bertanya, "kalau begitu kenapa kau tidak
pergi ke Agra bersamanya?" Jodha menjawab, "karena aku tidak tahan dengan semua itu,"
Shehnaz menyela, "apa maksudmu?" Jodha berdiri, "aku telah melihat sisi baik yang mulia. Di
adalah pria yang lembut dan baik hati. Dia juga pemberani. Kami sering bertengkar dulu. Tapi
setiap kali itu terjadi, dia selalu mencoba mencari kebenarannya, baru setelah itu dia membuat
keputusan. Tapi kali ini, tanpa mencoba mencari tahu kebenarannya, dia menuduhku tidak setia
dan mengusirku dari Agra. Aku tak sanggup menghadapi penghinaan seperti itu lagi." Shehnaz
menghampiri Jodha, "bunga mawar selalu memberikan wanginya, walau durinya kadang
menyakiti kita. Tapi bukan berarti kita berhenti menghargai keindahannya." Shehnaz
menyodorkan selembar kain hijau kearah Jodha. Jodha menatap kain itu dengan heran dan
bertanya, "apa ini?" Shehnaz sambil tersenyum mengamati kain di tangannya dan menjawab, "ini
milik hatimu, milik cintamu, milik yang muliamu. Dia lupa membawa ini. Atau mungkin dia
meninggalkan kain ini di sini dengan sengaja agar kau selalu ingat padanya." Jodha mengambil
kain itu dari tangan Shehnaz. Shehnaz sambil tersenyum meninggalkan Jodha. Jodha menatap
kain itu dan mendekapnya di dada.
Atgah khan duduk dengan gelisah di kamarnya. Jiji anga melihat itu dan bertanya, "ada apa?
Yang mulia sudah kembali ke istana dengan selamat. lalu kenapa kau terlihat khawatir? Tolong
katakan sesuatu." Atgah dengan sedikit emosi berkata, "untuk pertama kalinya dalam hidupku
aku merasa tidak pantas duduk di posisi ini." Jiji anga bertanya apa yang membuat atgah

meragukan kemampuannya sendiri? Atgah kemudian memberi tahu jiji anga semua yang di
ketahuinya tentang Maham, dilawar khan, Sujamal dan konspirasi yang terjadi. Setelah bercerita
atgah berkata, "aku tidak mengerti harus bagaimana. Yang mulia sudah sangat stress, jika aku
beritahu dia tentang hal ini, dia akan semakin stress. Tapi jika aku tidak mengatakannya, aku
merasa telah mengkhianatinya. Yang mulia sangat menghormati Mahan anga." Jiji anga
menyahut, "kau benar. Setiap orang tahu bahwa yang mulia sangat menyayangi Maham anga.
Dia adalah pengasuh Yang Mulia. Tapi maham bisa melakukan apapun untuk mendapatkan apa
yang dia inginkan. Semua orang tahu itu." Atgah mengatakan kalau itulah yang tidak dia
mengerti, apa motif maham melakukan semua ini, pasti bukan untuk menyakiti yang mulia. Jiji
menduga kalau maham melakukan itu semua untuk menyakiti Jodha, karena maham tidak pernah
suka pada Jodha. Tujuannya pasti untuk merusak hubungan Jalal dan Jodha, "dan mungkin
karena itu Ratu Jodha menolak untuk kembali ke Agra."
Jalal sedang berdiri di depan timbangan besar. Atgah menemuinya dan memberi salam. Jalal
membalas salam atgah dan bertanya, "aku tidak memanggilmu, kenapa kau ada di sini di malam
seperti ini. Apakah ada sesuatu yang penting? Katakan padaku!" Atgah khan memberitahu jalal
kalau Athemad dan Dilawar yang asli datang menemuinya dan memberitau sesuatu yang aneh
tentang Maham anga. Atgah menceritakan semua yang diketahuinya. Jalal telihat tegang dan
marah. Atgah berkata, "berdasarkan informasi ini, sudah jelas bahwa Maham anga tahu kalau
seorang Rajput datang ke istana menyamar sebagai kasim. Mungkin dia juga tau kalau orang itu
adalah Sujamal dan mengizinkan dia bekerja di harem." Jalal menghunus pedangnya dan
berteriak, "Atgah shahab!" Atgah menundukan kepalanya di depan Jalal siap menerima hukuman
darinya. Jalal berkata, "kau adalah penasehat kepercayaanku, tapi orang yang kau tuduh
melakukan kejahatan ini bukan hanya perdana menteri kerajaan ini tapi juga ibu angkatku."
Atgah dengan tenang menjawab, "aku tahu, Yang Mulia. Tapi jika informasi yang aku berikan
padamu terbukti palsu, kau bisa menghukum mati aku." Jalal membuang pedangnya dengan
geram dan berkata, "panggilkan maham anga dan beritahu dia aku ingin segera menemuinya di
ruang sidang."
Jalal di temani Atgah menunggu maham di ruang sidang. Jalal hilir mudik dengan gelisah.
Maham datang dan memberi salam pada Jalal. Dia bertanya, "kau memanggilku ke persidangan
sekarang, apa ada sesuatu yang penting?" Jalal menyuruh Atgah khan pergi, karena dia ingin
bicara berdua dengan maham. Atgah memberi salam lalu pergi. Maham menatap Jalal dengan
khawatir. Jalal dengan wajah tanpa kompromi mendekati maham dan berkata, "Maham anga,
perdana menteri, kau di panggil ke sini untuk di tanyai tentang msalah yang penting." Maham
dengan khawatir dan heran berkata, "kau tidak pernah memanggilku seperti ini. Ada apa? Apa
ada yang tidak beres?" Jalal berkata kalau hari ini, dia berada di depan maham tidak sebagai anak
asuhnya, tetapi sebagai Kaisar yang ingin menanyakan beberapa pertanyaan, "dan kau akan
menjawab pertanyaan itu dengan jujur." Maham menyahut, "seperti yang kau perintahkan Yang
Mulia." Jalal bertanya apakah Maham tahu kalau kasim yang menyamar sebagai dilawar adalah
seorang Rajput? Maham dengan senyum ragu-ragu mengelak, "bagaimana aku bisa tahu itu?"
Jalal mengamati Maham sebentar lalu memanggil Atgah khan agar membawa dilawar masuk
kedalam. Dilawar masuk keruang sidang di dampingi seoarang pengawal. Jalal melihat kearah
Dilawar, begitu pula maham anga, maham terlihat kaget, rasa was-was mulai terlihat nyata di
wajahnya. Jalal menunjuk dilawar dan bertanya pada Maham, "apakah kau kenal dia? Apa kau
pernah bertemu dengannya?" Maham menjawab, "tidak. ~ Maham menatap Dilawar lagi~ kalau

di pikir-pikir, aku pernah melihatnya. Yang aku ingat, aku rasa, dia adalah...~ maham mncoba
berbohong~ aku ...aku mengirimnya kembali karena merasa dia tidak cocok bekerja di sini.
Kenapa?" Jalal berkata, "bagaimana kalau aku memberitahu mu kalau dia adalah Dilawar khan
yang asli yang datang mengeluh padamu kalau dilawar khan yang berkerja di istana adalah
seorang penipu. Ngomong-ngomong, aku siap percaya jika kau lupa tentang masalah ini. Tapi
apa kau menyangkal kalau merekrut kasim adalah tanggung jawabmu dan adalah tugasmu untuk
memeriksa latar belakang mereka?" Maham mengakui kalau itu adalah tanggung jawabnya,
"tapi, maafkan aku, yang mulia. AKu tidak bisa memeriksa latar belakang semua kasim. Aku
mempekerjakan orang lain untuk melakukan itu. Mereka bisa saja membuat kesalahan. Tapi
sekarang kita sudah tahu bahwa pria itu bukan dilawar khan, dia adalah Sujamal." Jalal dengan
menahan geram, menyuruh Dilawar khan pergi dan bertanya, "apa mungkin kau sudah tahu
kalau penipu itu adalah sujamal tapi kau tetap membiarkannya masuk ke istana?" Merasa Maham
tersudut denga pertanyaan jalal, maham balik bertanya, "apa maksud mu dengan berkata begitu,
Yang mulia? Aku seperti ibumu sendiri." jalal berteriak, "tidak, perdana menteri! Saat ini, aku di
sini sebagai seorang kaisar dan kau di sini sebagai seorang tersangka. Jadi tolong jangan
bicarakan tentang masalah hubungan pribadi di sini. Jadi pikir sebelum kau menjawab, perdana
menteri, karena satu saja jawaban salah, bisa merubah posisimu dari tersangka menjadi
terdakwa." Maham mengatakan kalau jawabannya masih sama, dia tidak tahu Sujamal
menyamar sebagai seorang kasim. Jalal berkata, "mungkin kau benar. Karena Sujamal sudah
telihat di Badawar, benarkan?" Mendengar itu maham tertawa, dan kekhawatirannya hilang,
"benar. Informan itu bilang semuanya di hadapanmu, aku harap kau ingat siapa dia." Dengan
nada ironis, Jalal juga tertawa senang dan berkata kalau dia masih ingat semua itu, "aku masih
ingat informasinya dan aku ingat siapa informannya." Maham kembali terlihat khawatir tapi
masih mencoba untuk tersenyum. Jalal menepuk tanganya, seorang pria di bawah menghadap
jalal oleh pengawal. Maham melihat orang itu dan terkejut. Dia teringat bagaimana dia menemui
orang itu dan menyuruhnya berkata bohong tentang Sujamal. Lelaki itu memberi Jalal salam. Dia
terlihat ketakutan. Maham memberinya tatapan yang mengintimidasi. Lelaki itu tertunduk takut.
Pada lelaki itu Jalal bertanya, "apa benar bahwa Sujamal terlihat di Badawar?" Lelaki itu
menatap Maham, Maham memberinya isyarat, melijhat itu Jalal mencabut pedangnya dan
menghunusnya dileher lelaki itu sambil berkata, "kau seharusnya takut padaku, bukan pada
perdana menteri. Jika kau berkata bohong, aku akan memenggalmu sekarang juga." Lelaki itu
kemudain bersimpuh di depan Jalal sambil memohon ampun, "ampuni aku yang mulia. Aku
tidak melakukan kesalahan apapun! Seseorang memintaku untuk mengatakan kebohongan
tentang Sujamal kalau tidak aku akan di bunuh. Ampuni aku, yang mulia." Jalal bertanya, "siapa
yang menyuruhmu memberikan informasi palsu padaku?" Lelaki itu terlihat ragu-ragu untuk
mengatakannya. Maham dengan bibir gemetar memberi isyarat dengan menggelengkan kepala.
Jalal mendekatkan pedangnya keleher lelaki itu, dengan cepat lelaki itu menjawab kalau yang
menyuruhnya adalah perdana menteri. Jalal terlihat sangat terpukul. Jalal menyuruh pengawal
membawa lelaki itu keluar.
Jalal mengabaikan Maham yang berdiri di belakangnya dan melangkah ke singasana dan
terduduk di sana dengan wajah kecewa dan terluka. Jalal berguman, "aku tidak bisa percaya
bahwa orang yang melukaiku adalah orang yang selalu meindungi aku sepanjang hidupku. Ibu
asuhku." Maham dengan ragu-ragu berkata, "Jalal anakku..." Jalal mengangkat tangannya
sebagai isyarat kalau dia tak mau mendengarnya. Maham langsung diam. Jalal berkata, "kau tau
kebenarannya...~ Jalal menatap maham dengan geram lalu berdiri mengampirinya dengan

amarah yang meluap-luap~ Selain tahu kalau penipu itu adalah Sujamal, kau juga membiarkan
dia masuk ke istana! Bahkan saat aku mencurigainya, kau tau bahwa dia adalah Sujamal. Dan
kau biarkan aku berpikir kalau ratu Joda punya hubungan dengan pria itu. Kau menipuku dan
menghasutku untuk mencurigainya dan mengikutinya. Kau tau semuanya. ~jalal menunjuk
Maham dengan marah~ kau... orang yang paling aku percaya! Aku menghormatimu melebihi
ibuku sendiri. Tapi kau...kau mengkhianati aku! Abul mali menyerang dan melukai aku. Tapi
luka yang kau buat akan membekas dihatiku selamanya. Kenapa kau melakukan ini padaku?
Kenapa kau melukai aku? Kenapa kau berkonspirasi melawan ratu Jodha? Aku tahu kadang
wanita saling iri, tapi bukan berarti bisa berbuat hal serendah ini. Untuk balas dendam dan
menyakiti wanita lain. Bahkan ratu Ruqaiya tidak begitu membenci ratu Jodha. Kau pengasuhku!
Aku mencintaimu seperti seorang ibu. Aku memperlakukanmu dengan hormat. Aku
menjadikanmu perdana menteri, apalagi yang kau inginkan?" Maham dengan suara tenang
menjawab, "kau belum melakukan apapun untukku. Kau tidak memberikan aku apapun. ~Jalal
menatap Maham dengan tatapan tak percaya~ Jangan tatap aku seperti itu. Mengingat apa yang
aku lakukan padamu, kau tidak pernah membalas jasaku! Aku yang melakukan banyak hal
untukmu! Aku alasan kau hidup sampai saat ini! Bukan hanya aku, bahkan Bairam Kan
melakukan hal yang sama untukmu. Kau hanya anak berumur empat belas tahun. Kau menjadi
kaisar hanya karena aku dan Bairam Kan. Bairam Khan dan aku yang melindungimu dari semua
bahaya! Hari ini kau ada di posisi ini karena aku dan Bairam kan. Katakan padaku, apa kau ingat
siapa kau sebelum kami melatihmu? Bairam khan dan aku yang melatihmu menjadi seperti kau
hari ini. Kau mewarisi tahta hanya karena kau punya darah bangsawan. Dan aku tidak bisa
menjadi ratu karena di darahku mengalir darah pelayan. Satu-satunya yang bisa aku lakukan
adalah mengikuti perintah dari bangsawan sepertimu. Aku sudah melayanimu bertahun-tahun.
Aku mencintaimu dan merawatmu seperi putraku sendiri. "
Maham takbisa lagi menahan air matanya, denganhisteri sdia berkata, "Bairam khan dan aku
mengajarkanmu bagaimana menjadi pemimpin, mengajarimu politik dan strategi peperangan.
Tapi apa yang kau berikan padaku sebagai balasannya? Kau memperlakukan aku sebagai ibumu,
itu saja. Kau katakan kau mengangkatku sebagai perdana menteri? Maafkan aku yang mulia, kau
tidak memberikan aku posisi perdana menteri sebagai sebuah hadiah. Kau tahu aku bijaksana,
pemberani dan bisa diandalkan. Itulah alasannya kenapa kau menjadikan aku seorang perdana
menteri. Jika aku tidak punya kemampuan itu, kau tidak akan menjadikan aku perdana menteri.
Posisiku akan sama saja seperti pengasuh yang lain. Koreksi aku jika salah. Aku mencintaimu
seperti putraku dari dulu hingga sekarang dan sampai nanti. Tapi aku tidak bisa terima jika ratu
Rajput yang kau anggap menawan itu mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Aku
mendapatkan posisi dan reputasi ini setelah mengabdi di kerajaan mughal selama bertahu-tahun.
Aku tidak akan membiarkan wanita rajvanshi itu mengambil semua itu dariku hanya karena dia
beruntung menikahi seorang kaisar. Hanya beberapa bulan sejak dia datang dalam hidupmu, kau
mulai mempercayainya. Ya, aku yang berkonspirasi melawan ratu Jodha. Hari ini aku akan
mengakui semuanya di depanmu. Bukan hanya sekali ini, aku sudah sering melakukannya untuk
membuat ratu Jodha jatuh. Aku ingin kau melupakan dia. Aku ingin dia meninggalkan mu, pergi
dari istana ini dan tidak pernah kembali ke Agra. Itu karena kau mulai mencintainya. Kau
percaya dengan semua perkataan Ratu Jodha. Tapi kau menolak untuk mempercayaiku. Seluruh
perhatianmu hanya untuk Ratu Jodha. Selama hidupku aku lebih memperhatikanmu melebihi
putraku sendiri, Adham Khan. Aku tidak terima kau lebih mencintinya ketimbang aku. Aku akan
melayanimu sampai mati, tapi ada satu hal yang harus kau ketahui Jalal, kau hanya anak-anak

ketika aku dan Bairam menyelamatkanmu. Bairam bahkan tidak peduli kalau orang-orang yang
memburumu dapat saja membunuhnya terlebih dahulu. Tapi apa yang kau berikan sebagai
balasan? kau mengusirnya dan memintanya pergi ke Mekkah dan dia mati dalam perjalanannya,
dia bahkan tidak mendapatkan air ketika sedang sekarat. Kau bisa memanggilnya kembali kalau
kau mau, tapi tidak kau lakukan. Tidak Jalal, tidak! Aku tidak akan terima perlakuan seperti itu,
terutama untuk ratu Rajvansi yang kau cintai itu. Sejak kapan kau menjadi begitu emosional?
Kau menganggapku sebagai ibumu, bukan? Kau katakan kau sangat mencintai aku, dan kau
menghormati aku lebih dari kau menghormati ibumu sendiri. Jika begitu, mengapa sikapmu
berubah padaku sejak kedatangan ratu Jodha? Kenapa kau menjauh dariku, jalal? Hanya kau
yang bisa menjawab pertanyaan itu. Katakan sesuatu, kenapa hal seperti ini terjadi setelah
seorang pria menikah, dia menjauhkan diri dari ibunya? Kenapa seorang anak tidak bisa melihat
cinta ibunya di hadapan istrinya? Seorang ibu memberikan banyak pengorbanan, jalal. Tapi anak
tidak." tangis Maham semakin menjadi-jadi. Jalal pun menangis dan menatap Maham dengan
tatapan sangat terluka. Maham melanjutkan, "Aku tak mau kau membalas bantuanku,
pengorbananku dengan memintaku pergi ke mekkah sharif Aku tak mau mengalami nasib yang
sama seperti bairam khan. Aku tidak bisa menerima itu! Karena itulah aku melakukan konspirasi
ini! Dan aku bersumpah pada tuhan, bahwa aku tidak menyesal melakukan apa yang aku telah
lakukan. Bairam khan dan aku mengajarimu bahwa kata-kata kaisar adalah hukum. Jika setelah
apa yang aku katakan hari ini, kau memutuskan untuk memenggalku, aku akan berdiri di sini
dengan kepala tegak. Ayo pengallah kepalaku! Kau bisa melupakan semua kesetiaanku,
pengorbanan dan bantuanku. Tapi aku akan tetap teguh pada perkataanku. Aku tidak menyesal
melakukan apa yang aku lakukan!" Jalal sambil menahan tangis berkata, "aku tidak akan
mengambil posisimu atau menghukum mati dirimu. Tapi aku ingin memberitahumu bahwa hari
ini, kau kehilangan sesuatu yang pernah dekat dengan hatimu. Hari ini kau telah kehilangan
anakmu!" Maham terpaku tak percaya...bahkan setelah apa yang dia lakukan, dia katakan dan
diakuinya, dia tak bisa percaya kalau jalal akan menghukumnya dengan tidak lagi
menganggapnya sebagai ibu........" Bersambung".
Sinopsis Jodha Akbar episode 228
Dengan wajah sedih tiada tara dan air mata yang bercucuran di pipinya, Raja kita, Jalaluddin
Muhammad memutuskan hubungan dengan Maham Anga. Di sela-sela kepedihan hatinya, jalal
masih bisa berpikir jernih. Dengan suara yang serak karena menahan tangis, Jalal berkata, "aku
takkan mengambil jabatanmu, aku juga takkan menghukum mati dirimu. Tapi aku mau
mengatakan padamu, bahwa hari ini, kau telah kehilangan sesuatu yang dekat dengan hatimu.
Mulai sekarang, aku takkan mengaggapmu ibu lagi. Dulu aku menganggapmu serupa tuhan. Tapi
itu bukan salahmu, akulah yang tak beruntung. Pertama aku kehilangan ayahku, lalu aku
kehilangan ayah angkatku, dan sekarang aku kehilangan ibu angkatku juga." Dengan wajah
basah oleh air mata, Jalal menatap Maham yang tertegun melihat jalal menderita karena ulahnya.
Jalal mengatakan, "aku pikir kau menyelamatkan aku karena kau sayang padaku seperti putramu.
Tapi sekarang aku tahu, kau menyelamatkan aku karena kau menginginkan jabatan dalam
kekaisaran ini. Aku mengira kau melindungiku seperti perisai karena menyayangi aku, tapi
sebenarnya kau menjaga posisimu dengan alasan melindungiku. Aku selalu menganggapmu
ibuku. Aku pikir kau senang melihatku menjadi kaisar, tapi sebenarnya kau mau menggunakan

kekuasaan dengan berada dekat dengan kaisar, ingin menjadi orang terkuat, menteri yang
berpengaruh. Kau ingin posisi, ingin menguasai diriku dan ingin menjadi mariam makani. Kau
merawatku seperti anakmu sendiri tapi sebenarnya kau tak pernah menjadi ibuku. Seorang ibu
mencintai anaknya tanpa syarat. Tidak ada ibu yang cemburu pada anaknya. Seorang ibu
berkorban untuk membantu anaknya berkembang dan tidak pernah menggunakan anaknya untuk
mencapai tujuannya. Hari ini kau sudah membuktikan kalau kau bukan ibuku. Kau hanyalah
inang penyusu." Maham tercekat mendengar kata-kata Jalal. Jalal berkata, "aku tak percaya
seseorang yang sangat aku hormati mengkhianatiku. Aku tak tahu apakah kau menyesali fakta
kalau aku tak lagi menganggapmu sebagai ibu. Aku tak kan mengambil apapun darimu. Posisi
dan kekuasaanmu akan tetap utuh. Kau hanya kehilangan satu hal, hak untuk memanggilku
putramu. Terima kasih. Terima kasih karena sudah mengambil sumber kebahagiaan terbesar
dalam hidupku. Terimakasih." Setelah mengucapkan terima kasih, Jalal pergi meninggakan
Maham dengan bercucuran air mata. Maham seperti baru tersadar kalau dia telah kehilangan
anaknya. Dengan tercekat, maham memanggil Jalal, "putraku...!" Dia teringat bagaimana dia
menyelamatkan dan membesarkan Jalal. Maham dengan sedih berguman, "jalal... aku sudah
kehilangan hak memanggil Jalal putraku... dimana dia!" Untuk sesaat Maham terlihat seperti
seseorang yang telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Dan memang dia
telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga, yaitu Jalal, yang selalu di panggilnya sebagai
anak.
Gosip tentang konspirasi yang di lakukan Maham anga telah menyebar di Harem. Para ratu
sedang membicarakannya. Semua orang tahu kalau Raja telah memanggil maham ke ruang
sidang. Dan bahwa mahan tahu kalau Dilawar khan adalah Sujamal yang menyamar. Salima dan
Gulbadan menemui Hamida. Mereka membicarakan tentang Maham anga. Hamida tidak habis
mengerti kenapa Maham melakukan hal serendah itu. Salima berkata, "sejauh yang aku dengar,
mereka bilang Maham anga, berusaha memisahkan Ratu Jodha dari Yang Mulia." Hamida dan
Gulbadan tertegun tak percaya, Hamdia berkata, 'Ya Allah. ~Hamida terhenyak di sofa~
Meskipun tahu kalau Jalal jatuh cinta pada Jodha, kenapa Maham masih berusaha memisahkan
mereka? Setelah bairam Khan, Maham anga yang dianggap sebagai penasehat terpercaya Jalal.
Tapi kenapa dia mengkhianati kepercayaan Jalal?" Gulbadan juga tidak habis mengerti, kenapa
maham melakukan itu. memikirkan keadaan Jalal yang pasti sangat terluka, Hamida berdiri
menghampiri Salima, dia berkata, "Ratu salima, aku punya permintaan padamu." ratu salima
berkata kalau Hamida tidak perlu meminta, dia bisa memerintah dia. Hamida berkata kalau
hubungan Maham dan Jalal lebih kuat dari ikatan ibu dan anak, "setelah kejadian ini, Jalal pasti
sudah kehilangan kepercayaan pada setiap hubungan. Aku yakin, Jalal pasti merasa hancur. Kau
yang paling bijaksana diantara para ratu. Bahkan Jalal sangat menghormatimu. Aku mau kau
menemui Jalal. Bicaralah padanya, minta dia untuk tidak berkecil hati. Dia memerlukanmu di
sisinya sekarang." Salima menyahut, "sesuai perintahmu, ibu. Aku mohon diri. Selamat tinggal."
Setelah berpamitan, Salima segera pergi menemui Jalal.

Jalal sedang berdiri di depan timbangan besar sambil menangis sedih. Ruq menghampiri Jalal
dan menyentuh pundaknya. Dengan ragu-ragu Ruq berkata, "Jalal, aku dengar kau...." Jalal
memotong ucapan Ruqaiya, "itu benar, ratu Ruqaiya. Aku sudah memutus semua hubungan
dengan Maham anga. Mulai sekarang, aku tak lagi menganggapnya sebagai ibuku." Ruq seperti
tak percaya mendengarnya. Kata jalal lagi, "sejak aku masih kecil, aku berbagi setiap
kebahagiaan, kesedihan, pikiran dan ide dengannya. Dia bisa mengerti apa yang aku inginkan,
rasakan, bahkan sebelum aku mengatakannya. Aku tau dia bukan ibu kandungku. Tapi dia ibu
angkatku, dia yang membesarkan aku. Hubunganku dengannya lebih kuat dari ibuku sendiri.
Tapi meskipun begitu, kenapa dia merusak ikatan ini? Kenapa dia mengambil kebahagiaanku
dariku? Kenapa dia memisahkan aku dari ratu Jodha? Apa yang di lakukan ratu Jodha sehingga
dia pantas mendapat perlakuan seperti itu? Maham anga sudah menemaniku sejak kecil. Tapi
ratu Jodha datang dalam hidupku hanya beberapa bulan lalu. Kenapa dia merasa terancam oleh
ratu Jodha? Ratu Jodha punya tempat dalam hidupku dan begitu juga dengan maham anga. Lalu
kenapa dia melakukan ini padaku? Aku hanya mau menutup mataku, lalu saat aku membuka
mataku aku berharap semua ini pergi seperti mimpi buruk. Aku merasa hancur, ratu Ruqaiya.
Aku pikir aku tak sanggup menahan rasa sakit ini lagi." Ruqaiya yang sedari tadi terlihat gelisah
dan menahan air mata, tak lagi mampu menahan tangisnya. Dia memegang tangan Jalal dan
menyandarkan kepala di bahunya. Dengan takut dan ragu-ragu, Ruq berkata, "maafkan aku
Jalal." Jalal bertanya kenapa Ruq meminta maaf padanya? Ruq mengatakan, "karena sebenarnya
aku tahu bahwa Dilawar Khan adalah pria rajput." Mendengar itu Jalal segera menyentakkan
tubuh Ruq darinya. Ruq dengan terbata-bata berkata, "Jalal percayalah padaku. Aku berkata yang
sebenarnya. Aku tak tahu Dilawar Khan adalah Sujamal. Maham anga berkata kalau dia akan
menangkap basa Rajvanshi itu. Itu sebabnya aku mendukungnya." Jalal dengan geram meraih
pundak Ruq dan berkata, "kau juga Ratu Ruqaiya, kau juga! Tidak!" Jalal mendorong tubuh Ruq
dengan kasar, hingga dia terhempas menabrak salah satu papan timbangan. Ruq segera
menghampiri jalal dan duduk di kakinya sambil berkata, "tolong maafkan aku Jalal. Aku
mengaku aku cemburu pada Ratu Jodha, tapi hanya itu. Itu hanya jenis kecemburuan yang di
rasakan satu wanita terhadap wanita lain. Tapi aku tak pernah ingin membuatmu merasa tidak
bahagia. Aku bersumpah demi Tuhan, Jalal. Aku tidak tahu Maham anga merencanakan
konspirasi sebesar itu." Jalal menyentakan kakinya dari hadapan Ruq dan berbalik
memunggunginya dengan marah. Ruq memanggil Jalal, memintanya agar mau mendengarkan
apa katanya. Jalal berbalik dan menuding Ruq dengan telunjuknya. Ruq langsung terdiam.
Salima datang dari belakang Ruq. Jalal melihatnya dan menyapa dengan getir, "selamat datang
ratu Salima. Kesinilah!" Salima kemudian melangkah mendekat dan berdiri di samping Ruqaiya.
Jalal berkata, "orang-orang yang aku cintai menghancurkan hatiku berkeping-keping. Aku tak
pernah mengira orang-orangku sendiri akan menyakitiku seperti ini. Aku tak perlu musuh karena
orang-orang yang aku cintai adalah orang yang menikamku dari belakang. ~Ruq tertunduk
sambil menahan tangis~ Aku bertempur dalam banyak pertempuran. Aku sudah sering terluka
tapi...tapi aku tak sanggup menahan rasa sakit dari luka yang di torehkan di hatiku oleh orangorang yang aku cintai. Apa yang harus aku lakukan, Ratu salima? Katakan padaku. Kau selalu
memberikan nasehat bijak ketika aku membutuhkannya. Aku sangat menghormatimu. Katakan

apa yang harus aku lakukan? Tolong hibur aku. Tolong katakan sesuatu yang akan membawa
ketenangan untuk hatiku yang terluka."
Salima dengan tenang berkata, "Yang Mulia, aku mengerti apa yang kau alami. Tapi kau tak
boleh mengekspresikan kemarahanmu seperti ini. Kau adalah kaisar." Jalal berteriak histeris,
"Bukankah kaisar juga merasakan sakit? Bukankah Kaisar juga punya perasaan? Hari ini, hari ini
aku merasa aku sendirian di dunia ini." Salima dengan nada diplomatis bertanya siapa nama
Jalal? Jalal tak menjawab, dia menatap Salima dengan tatapan tak mengerti. Salima bertanya lagi
pada Jalal, "aku bertanya siapa namamu?" jalal menjawab, "Jalaluddin Muhammad." Salima
memnggeleng dan meralat nama yang disebutkan Jalal, "bukan. Namamu adalah Kaisar
Jalaluddin Muhammad. Dalam kekaisaran kita, kaisar dianggap sebagai seseorang yang serupa
dengan tuhan. Bawahanmu menganggapmu sebagai tuan mereka, kau harus membuat keputusan
yang tepat. Dan karena itu kau harus mengendalikan emosimu. Bagaimana kau bisa kehilangan
Harapan? Aku tahu ini tak adil bagimu. Tapi menjadi kaisar bukan tugas mudah. Aku bilang
padamu apa yang akan di katakan Ratu Jodha jika dia ada di sini." Jalal dengan memelas berkata,
"itulah yang aku tidak suka, dia tak ada di sini. Kenapa dia tak ada di sini?" Salima menyahut,
"Yang Mulia, sejauh yang aku tahu, Ratu Jodha akan membutuhkan waktu agar kemarahannya
mereda. Tapi aku yakin, dia akan kembali suatu hari nanti. Aku yakin, dia akan segera kembali
bersama kita. Dia akan di sini untuk menghiburmu ketika kau tak bahagia. Tapi sementara dia
pergi, kau harus melakukan apa yang dia harapkan darimu. Kau harus menegakkan keadilan dan
memenuhi Tugasmu. Kau harus kuat yang mulia." Mendengar kata-kata Salima, jalal menjadi
sedikit tenang, "kau benar ratu salima. Teima kasih. Kata-katamu sudah menghiburku. Besok
ketika aku mengumumkan keputusanku mengenai Maham Anga, aku tak akan
mengumumkannya seperti yang akan di lakukan Jalaluddin. Aku akan mengumumkan
keputusanku seperti yang akan di lakukan kaisar Jalaluddin Muhammad." Setelah berkata begitu,
tanpa pamitan, Jalal segera meninggalkan ruang timbangan.
Ruq dengan gelisah namun sedikit lega karena terbebas dari kemarahan Jalal bertanya pada
Salima kira-kira hukuman apa yang akan di berikan jalal pada Maham anga? Salima dengan
kening bekerut menyahut, "kita akan tahu besok pagi, ratu Ruqaiya. Tapi yang aku tahu, malam
ini akan menjadi malam tersulit dalam kehidupan yang mulia. Aku mohon diri. Selamat malam."
Setelah mengucap salam, Salima pergi meninggalkan Ruq yang masih berdiri menatap
timbangan besar dengan wajah penuh sesal dan kecewa.
Resham duduk didepan pintu kamar Maham sambil menangis. Adham datang dan menanyakan
Maham. Resham tak menjawab, dia sedang malamun. Adham membentaknya, "aku bertanya
padamu di mana ibu?" Resham seperti tersadar segera berdiri, memberi salam dan menunjuk
kedalam kamar. Adham bergegas masuk kedalam kamar Maham sambil berteriak memanggilnya.
Adham terkejut melihat Maham terduduk menyandar di lantai dengan kondisi yang
memprihatinkan. Adham segera mendekatinya dan memanggil-manggilnya. Tapi Maham tidak
memberikan respno. Pikirannya entah kemana. Adham mengoyang tubuh Mahan dan berkata,

"ibu, apa yang sudah terjadi? Ibu!" Maham tersentak dan menoleh kearah adham. Lalu seperti
terbangun dari mimpi, maham berdiri dan berkata dengan penuh percaya diri, "semuanya akan
baik-baik saja. Aku belum kehilangan apapun. ~Maham menunjuk adhan~ Apa kau mengerti?
aku belum kehilangan apapun. Semuanya utuh. Posisiku, kekuasaanku, segalanya. Semuanya,
seperti biasa." Adham meraih pundak ibunya dan memegangnya agar tenang, "ibu. Apa yang kau
katakan? Duduklah." Adham mendudukan maham di sofa, maham menurut. Lalu adham duduk
didepannya dan dengan prihatin menatap Maham, "ada apa denganmu, ibu? Aku belum pernah
melihatmu seperti ini. Katakan apa yang terjadi?" Lalu dengan menangis Maham memberitahu
adham apa yang dikatakan Jalal pada dirinya, "dia bilang..dia tak lagi menganggapku sebagai
ibunya. ~Adham membuang muka~ Dia bilang aku sudah kehilangan hak memanggilnya sebagai
putraku. Bagaimana dia bisa katakan sesuatu seperti itu padaku? Bagaimana Jalal bisa
memutuskan ikatan denganku?" Adham dengan wajah yang seprtinya tidak terpengaruh dengan
berita itu berkata, "ibu, aku sudah ingatkan tentang ini sebelumnya. Ini akan terjadi. ~kemarahan
mulai terlihat di mata adham~ Jalal tak menganggapmu sebagai ibunya. Dia hanya
menganggapmu sebagai inang penyusu. Dia berpikir kau hanya pengasuhnya ketika dia masih
bayi." Maham sambil menangis berkata kalau dirinya sangat mencintai Jalal, "aku sudah
membesarkan dia adham, dia sudah seperti anakku. Aku tak melawan Jalal. Dia berhak
memperlakukan aku seperti ini. Satu-satunya orang yang aku benci adalah Shamshudin Atgah
Khan. Jika dia tak tahu kebenarannya dan tidak mengatakannya pada Jalal, maka Jalal takkan
tahu tentang hal ini. Semua ini...semua ini terjadi karena atgah khan, Adham."
Adham menatap Maham dengan tajam, "aku sudah bilang padamu, ibu. Kita harus menghabisi
Atgah Khan. Tapi kau tak mendengarkan aku. Tapi aku takkan membiarkan dia hidup lebih lama
lagi. Dia alasan kenapa kau disebut sebagai penjahat. Aku akan memenggalnya." Maham dengan
cepat menyela Adham, "Tidak, tidak Adham. Aku melarangmu melakukan hal itu. Kau tak tahu
betapa Jalal mempercayai Atgah Khan." Dengan emosi yang meluap-luap, Adham mengatakan,
"Kalau begitu aku akan menemui Jalal dan memintanya agar tidak menghinamu." Maham juga
melarang Adham melakukan itu. Maham mengatakan kalau dia tak mau Adham melakukan
apapun, "aku akan memperbaikinya. Aku akan menangani masalah ini sekarang." Melihat
kepercayaan diri Maham yang bagitu besar, Adham tertawa terbaha-bahak, "ibu, apa kau masih
mengira kalau dirimu masih berkuasa? Tidak ada yang berada di bawah kendalimu sekarang.
Kau tak bisa memperbaiki ini." Mendengar kata-kata Adham, maham tak terima dia berteriak,
"aku belum kehilangan apapun Adham. Aku belum kehilangan apapun. Atgah Khan tak punya
kekuasaan untuk menggoyang tekadku. Aku pasti mendapatkan apapun yang aku mau. Aku
masih perdana menteri!" Adham balik berteriak, "tidak, ibu! Kau bukan lagi perdana menteri. Itu
yang mau kukatakan padamu. Kau bukan lagi perdana menteri. Dulu kau perdana menteri hanya
karena Jalal menghormatimu. Tapi sekarang kau sudah jatuh dari kemuliaan. Kau harus
menerima kenyataan ini sebelum terlambat." Setelah mengatakan itu, Adham bergegas pergi
meninggalkan Maham, vlcsnap-2014-11-19-19h20m40s194Maham bertanya-tanya sendiri
mengapa adham mengatakan hal itu, "kenapa aku harus menerimanya? Adham, aku menganggap

Jalal sebagai putraku. Anakku Jalal. Jalal takkan pernah memanggilku ibu lagi. Jalal kau sudah
memberiku hukuman yang sangat keras." Maham kembali menangisi nasibnya.
Di Amer, Jodha mengunjungi kuil dewi Kali di perbatasan Amer. Jodha berdiri di depan patung
dewi kali dan melakukan arti. Shaguni Bai berdiri tak jauh darinya. Sambil menatap patung dewi
kali, Jodha teringat saat Jalal datang kesini beberapa waktu lalu. Ada kerinduan membayang di
mata Jodha saat mengenangnya. Shaguni menghampiri Jodha yang sedang melamun dan berdiri
di belakangnya. Shaguni berkata, "aku takkan pernah melupakanmu Jodha Bai." Jodha segera
menoleh membalikan badan menghadap Shaguni. Shaguni menatap Jodha dan melanjutkan
kalimatnya, "kau harus kembali." Jodha menatap Shaguni dan bertanya, "apa yang kau katakan,
Shaguni bai? Aku tak mengerti." Shaguni mengatakan kalau dia hanya mengatakan apa yang
tertulis dalam takdir Jodha, "aku tahu apa yang kau inginkan dalam hatimu. Tapi kebanggaanmu
tak membiarkanmu mengikuti kata hatimu." Jodha berkata kalau tak ada yang dapat di
sembunyikan dari Shaguni bai, "katakan sesuatu. Apakah aku melakukan hal yang benar dengan
meningalkan Agra? Itu karena yang mulia telah memepermalukan aku dan menuduhku tidak
setia padanya. Aku seharusnya bangga membela diriku sendiri. Tapi entah kenapa aku merasa tak
tenang. Aku merasa seolah-olah apa yang kulakukan salah." Shaguni bai tertawa dan menyebut
Jodha gadis konyol. Sambil menatap mata Jodha, Shaguni bai berkata, "hati tidak mengerti apa
yang benar dan apa yang salah. Dan takdir juga tak mengerti itu, keinginan hati seperti air di
sungai, tak ada yang bisa menghentikan atau mengendalikannya, Jodha bai. kau harus mengikuti
keinginan hatimu. Kau takkan bisa tinggal lama di Amer. Kau harus kembali. Tidak ada yang
bisa menghapus garis di tanganmu. Kau dan suamimu terikat dengan ikatan yang tidak bisa di
putuskan. Takdir kalian terikat bersama. Kau harus kembali ke suamimu. Kau akan bersatu
kembali dengan kaisar. Tapi hanya dewi yang tahu kapan kau akan kembali padanya. Kau mau
kembali. Jika kau tak ingin kembali, kenapa kau merayakan ganghaur? Kenapa kau ingat saat
kau bersama Yang Mulia di kuil ini?" Jodha menatap Shaguni bai dengan takjub, "seseroang
memang tak bisa menyembunyikan apapun darimu Shagunibai." Shaguni bai tertawa, "aku hanya
bintik di alam semesta yang luas ini. Waktu dan takdir sangat kuat. Kau bisa melakukan apapun
yang ingin kau lakukan. Tapi takdir akan menuntunmu pada tujuanmu suatu hari." Jodha berdiri
termangu. Di Agra Jalal juga sedang termangu memikirkan Jodha dengan hati sedih dan
terluka....Bersambung
Sinopsis Jodha Akbar episode 229
Jalal berdiri di teras kamarnya dengan gelisah. Jalal teringat dengan percakapanya dengan
maham ketika Jalal menduga kalau Jodha bertemu dengan kakaknya Sujamal dan mahan
mengatakan kalau itu tidak mungkin, "jika pria itu adalah Sujamal, kenapa Ratu Jodha
berbohong padamu?" Mengingat hal itu, hati Jalal terasa sakit. Dia merasa telah di khianati oleh
orang yang paling dia percayai, "ibu angkatku bermain dengan perasaanku. Dia menyesatkan
aku. Dan aku telah meragukanmu, ratu Jodha. Bagaimana aku bisa membuat kesalahan sebesar
itu? Aku percaya orang lain, aku percaya lukisan palsu yang di lukis orang lain. Tapi kenapa...

kenapa aku tak menunggumu mengatakan yang sebenarnya? Kenapa aku tak percaya padamu
yang aku tahu takkan pernah melakukan hal jahat."
Di Amer, di kuil dewi kali, Jodha sedang melakukan arti dan menyanyikan bhajan "Jai Kali"
dengan bersemangat hingga menitikkan air mata. Shaguni bai menatap Jodha dan dewi kali
secara bergantian, seakan mencoba memahami komunikasi inverbal yang terjadi diantara
keduanya.
Maham datang hendak menemui Jalal, tapi prajurit menghentikannya, "maaf perdana menteri,
Yang mulia memerintahkan tak ada yang boleh mengganggunya." Dengan lembut maham
meminta prajurit memberitahu kaisar kalau ibu angkatnya... ~maham langsung terdiam saat
dirinya keceplosan menyembut dirinya ibu angkat , maham meralatnya dengan menyebut dirinya
perdana menteri~ ...perdana menteri maham anga ingin bertemu dengannya. Prajurit mencoba
untuk membantah. Sifat asli Maham keluar, dengan menaham geram Maham berkata dengan
suara lirih namun bernada mengancam, "ikuti perintahku! Pergilah!" Prajurit segera melangkah
menghampiri Jalal dan memberitahunya kalau Maham ingin bertemu. Jalal menyahut, "bukankah
sudah aku perintahkan untuk tidak menggangguku? Pergi dan katakan padanya kalau aku tak
mau menemuinya." Maham mendengar kata-kata Jalal pada prajurit, dari jauh dia berteriak,
"Jalal, anakku, aku kemari untuk menemuimu. AKu ingin bicara denganmu Jalal! Jalal tolonglah
lihat aku sekali saja. Jalal aku kemari untuk bicara denganmu. Tolong bicaralah denganku, aku..."
Maham tak melanjutkan kata-katanya melihat Jalal hanya berdiri diam, jangankan menjawab,
berbalik menatapnya saja tak mau. Prajurit memberitahu Maham kalau Jalal sedang tidak ingin
di ganggu dan dengan hormat meminta maham pergi dari sini. Kalau tidak prajurit akan
menghukumnya. Mendengar itu Maham menelan ludah dan masih berusaha memanggil Jalal.
Tapi Jalal hanya diam mematung. Dengan menahan malu, akhirnya Maham meninggalkan
tempat itu. Jalal bahkan tidak berusaha untuk menengok kepergiannya. Maham melangkah
dengan gontai, dengan rasa sedih dan penyesalan dia berguman, "segalanya sudah berakhir.
Segalanya... baktiku, kesetiaanku dan pengorbananku, semua sia-sia. Aku mencintainya lebih
dari putraku sendiri. Aku memberinya lebih banyak perhatian dari putraku. Tapi dia bahkan tak
mau menemuiku hari ini. Segalanya sudah berakhir. Segalanya.. segalanya..."
Salima menemui Hamida yang sedang berdiri di depan jendela dengan gelisah. Melihat
kedatangan Salima, Hamida segera menghampirinya dan menanyakan keadaan Jalal. Salima
menjawab, "dia patah hati, ibu. Pengkhianatan maham anga membuatnya trauma. Ketika kau di
khianati orang yang kau cintai, itu sangat sakit." Hamida mengatakan kalau Jalal tak percaya
pada banyak orang, "tapi ketika dia mempercayai seseorang dia mempercayai orang itu begitu
saja. Dan ketika orang itu mengkhianati kepercayaannya, itu sangat menyakitkan." Hamida
teringat ketika dia membuntuti maham ke hutan. Hamida memberitahu apa yang di pikirnya pada
salima, "Salima, hari itu ketika aku pulang dari kuil dan melihat Mahan anga pergi ke hutan, aku
bicara dengannya. Dia bilang dia pergi kesana untuk berdoa. Aku percaya padanya hari itu. Tapi
setelah kejadian hari ini, aku merasa, dia punya rahasia di balik ini juga." Salima menatap

kesekeliling ruangan kamar Hamida dan berkata, "aku juga penasaran, entah berapa banyak
rahasia yang ada di istana ini..." Salima meminta Hamida untuk menemui jalal. Tapi Hamida
menolak. Dia yakin kalau Salima pasti sudah menyemangati Jalal. Kalau Hamida pergi
menemuinya, Jalal akan teringat maham dan akan semakin menambah kepedihan hatinya.
Ruqaiya memberi perintah pada para pelayan agar menghias kamarnya. Menyiapkan permainan
dan minuman serta memanggil pemusik untuk bersiap-siap menghibur Jalal. Ruq juga wanitiwanti agar persiapan sudah selesai sebelum tengah malam. Ruq berkata, "suasana hati yang
mulia sedang buruk hari ini. Dan setiap kali dia binggung, dia akan datang padaku." Para pelayan
kemudian memberi salam dan segera melaksanakan perintah Ruq. Sepeninggal para pelayan, ruq
terlihat berpikir sebentar lalu tersenyum senang.
Hamida sedang duduk termenung dengan wajah sedih ketika Jalal datang menemuinya. Jalal
berdiri di depan pintu dan dengan lirih memanggil Hamida, "ibu.." Mendengar panggilan Jalal,
Hamida segera menoleh dan berdiri menanti. Jalal dengan setengah memohon bertanya,
"bolehkan aku masuk?" Hamida mengangguk. Jalal segera masuk dan menghampiri Hamida. Dia
berdiri di depan hamida dengan tatapan penuh rasa bersalah. Hamida balas menatapnya dengan
kesedihan yang serupa. Jalal berkata, "aku tahu kau sangat marah padaku, ibu. Karena aku tak
bisa membawa putrimu kembali ke Agra. Kemarahanmu bisa di benarkan karena aku gagal.
Karena aku tak bisa menjadi suami dan putra yang baik. Tidak bisa menjadi raja yang ideal dan
manusia yang baik." Hamida menyela, "cukup, jalal! Kau mungkin sudah gagal dalam memenuhi
tugasmu sebagai anak, kau mungkin sudah gagal sebagai suami, tapi jangan berkata kalau kau
tidak mampu menjadi raja yang baik. Rakyatmu percaya padamu. Jadi, percayalah pada dirimu
sendiri. Kau adalah keturunan dari almarhum Kaisar Humayun dan almarhum kaisar Babur, kau
tak boleh menyerah. Jangan pernah melecehkan warisanmu. Aku percaya akan satu hal, kau tak
pernah gagal sebagai kaisar sejauh ini. Dan kau tak kan gagal di masa depan. Tidak perduli apa
keputusanmu besok, aku yakin, itu bukan keputusan putra atau suami yang gagal, tapi itu
keputusan kaisar yang hebat. Kau pasti akan memberikan keadilan. Jangan berpikir sebagai anak,
rakyat percaya padamu. Tapi jangan lupa, Maham telah banyak berkorban untukmu. Kau adalah
kaisar. kau akan membuat keputusan. Dan tak ada yang berani menentangnya. Apapun yang kau
putuskan nanti, kau tak boleh menyesalinya."
Maham duduk terdiam di kursi. Resham duduk di lantai di depan maham sambil menangis
tersedu-sedu. Maham menyuruh Resham berhenti menangis, "kenapa kau menangis?" Resham
dengan sedih berkata, "nyonya, kau akan di hukum besok. Aku sudah melayanimu selama
bertahun-tahun. Bagaimana aku tidak sedih? Yang mulia sangat marah padamu." Dengan tenang
maham menjawab, "aku tau, Resham. Jalal bahkan tak mau menatapku. Kau tahu resham, jika
kau jatuh dari kemuliaan, kau takkan pernah bisa menenangkan dirimu. Aku tahu Jalal takkan
pernah menghormatiku lagi. Jalal takkan pernah memeprcayaiku lagi. Jalal takkan pernah...
~mata Maham mulaiberkca-kaca~ ...memanggilku ibu lagi." Dengan polos Resham bertanya,
apakah maham tidak merasa menyesal atas semua itu?" Maham memutar matanya dan menatap

Resham, "tidak. Karena aku tak melakukan hal yang salah. Aku tidak salah." Maham tersenyum
sedih, mendesah dan melanjutkan kata-katanya, "aku terkejut pada takdirku. Aku menyusuinya.
Aku mengajarinya cara berjalan. Dan mengajarinya politik juga. Tapi besok aku akan di hadirkan
di depannya sebagai penjahat. Aku mengajarinya cara memberikan keadilan. Besok dia akan
menghukumku."
Di kamarnya, hamida mengatakan pada Jalal kalau keadilan diatas segalanya, "aku setuju
Maham Anga sudah berbuat banyak untukmu. Kau juga mengikuti perintahnya tanpa bertanya.
Tapi itu bukan salahmu. Kau kurang dewasa saat itu. Tapi kau seorang kaisar yang bertanggung
jawab sekarang. Jangan pernah lupa, kaisar tak boleh mempercayai seseorang begitu saja.
Bahkan orang yang paling dia sayangi sekalipun. Kau harus mempertimbangkan kedua pihak
sebelum memberikan keadilan. Di satu pihak kejahatan Maham dan di lain pihak adalah
bantuannya. Dia melindungimu bahkan dengan resiko dia terluka. Dia mencintaimu lebih dari
putranya sendiri. Dia menyusuimu. Kau harus membalas kebaikannya karena itu. Kau berhutang
padanya karena perlindungan keibuannya. Kau harus selalu mempertimbangkan itu." Jalal setuju
dengan semua yang di katakan Hamida, "kau benar ibu. Tapi mengatakan orang yang tak
bersalah sebagai orang bersalah dan membuktikan orang yang setia sebagai pengkhianat adalah
kejahatan berat. Tak ada jasa yang cukup kuat untuk menutupi kejahatan itu. Aku takkan lupa
kebaikannya sampai hari aku mati. Tapi aku takkan lupa bahwa dia berusaha memisahkan aku
dari orang yang aku sayangi. Dia menggunakan aku dengan membuat tuduhan palsu terhadap
orang yang aku sayangi. Ketika aku sadar aku mencintai seseorang dia mematahkan hatiku. Aku
merasa kejahatan ini cukup berat untuk membayangi kebaikannya, ibu."
Pada Resham maham berkata, "aku tak perduli Resham, jika Jalal lebih mementingkan
kejahatanku atau kebaikanku. Aku siap menanggung akibatnya. Karena aku tak menyesali
perbuatanku." Aku tak melakukan hal yang salah." Mendengar kata-kata Maham, Resham
ketakutan, Maham melihat itu, "tidak Resham, jangan takut. Aku tak harus melalui penderitaan
besok. Itu sidang untuk Jalal. Mari kita lihat, apakah Jalal menghormati kesetiaanku padanya
selama bertahun-tahun, atau apakah dia menghukumku karena mengkhianatinya sekali saja."
Ruqaiya gelisah di kamarnya menunggu Jalal. Dia hilir mudik tak sabar sambil berkata, "dimana
Jalal? Kenapa dia belum datang menemuiku?" Ruq kemudian memanggil pelayan.
Sementara itu Jalal mengunjungi kamar Jodha. Dia melepas sepatunya di pintu dan menatap
kesekeliling ruangan. Dia melihat mandir, dan membayangkan Jodha sedang duduk melakukan
puja disana. Dia melihat harpa, dan mebayangkan Jodha sedang memainkannya. Jalal melangkah
mendekati mandir, jongkok di depannya, sepenuh hati, dia menyentuh tempat itu lalu melakukan
sembah dengan segenap rasa hormat. Moti datang ke kamar Jodha dan melihat jalal. Moti
menyapa Jalal, "yang mulia, anda di sini?" Jalal berkata kalau dia ingin menginap di kamar
Jodha malam ini. Moti mengangguk dan mengatakan kalau dia akan mengatur segalanya untuk
Jalal. Setelah berkata begitu, Moti beranjak pergi. Jalal duduk di sofa menanti. Tak lama seorang
pelayan datang membawa sebuah papan yang tertutup kain. Pelayan mengatakan kalau Ratu

Hamida mengirim sesuatu untuk dirinya. Jalal menyuruh pelayan menunjukan padanya. Pelayan
membuka penutup papan itu, Jalal tertegun melihat lukisan Jodha di depannya. Dia ingat
bagaimana Hamida merampas lukisan itu darinya baberapa waktu lalu sambil berkata, "kau
sudah berbuat salah pada Jodha. Pergi dan minta maaf padanya dulu. Aku akan memaafkanmu
hanya jika kau bisa membawa Jodha kembali padaku." Jalal menyuruh pelayan itu meninggakan
lukisan itu di depannya. Pelayan menurut, setelah menyandarkan lukisan Jodha di sofa, dia
segera pergi. Jalal tanpa berkedip menatap lukisan itu, seolah-olah dia menatap Jodha.
Ruq memanggil pelayan dan bertanya, "yang mulia kemana?" Pelayan dengan takut-takut
menjawab kalau jalal ada di kamar Jodha. Ruq terpana tak percaya, "apa? Yang mulia ada di
kamar Ratu Jodha? Apa yang dia lakukan disana? dia..." Ruq kemudian menyuruh para pelayan
pergi. Ruq berkata kalau Jalal seharusnya datang padanya. Tapi apa....dia malah pergi ke kamar
Jodha. Ruq meluapkan amarah dan geramnya dengan membanting semua yang ternampak oleh
matanya. Dengan kesal dia berteriak, "Jalal, kenapa kau lakukan ini? Aku sudah membuat
persiapan untukmu. Aku menyiapkan Chausar dan minuman. Tapi kau malah pergi ke kamar ratu
Jodha, bahkan ketika dia tak ada di sana. AKu pikir Ratu Jodha sudah keluar dari hidupmu. Tapi
aku salah. Kau masih memikirkan Ratu Jodha. Kenapa Jalal, kenapa kau lakukan itu?" Ruq
menangis dan terhenyak di lantai. Sama sekali tak menyangka kalau Jalal akan bersikap seperti
itu.
Di kamar Jodha, Moti memanggil beberapa pelayan untuk mempersiapkan segalanya untuk Jalal
menginap di kamar Jodha. Moti membuatkan Jalal minuman dan mengulurkan gelas itu pada
Jalal. Jalal menerimanya sambil bertanya, "kau tahu kalau Sujamal yang berpakaian sebagai
Dilawar Khan?" Moti tak bisa menjawab pertanyaan itu. Jalal kemudian menyuruh Moti pergi.
Dengan gugup moti berkata, "yang mulia aku..." Jalal menghentikan ucapan Moti dengan
mmengangkat tangannya. Lalu dengan arif dia berkata kalau dirinya mengerti Moti hanya
menjalankan tugas, "ratu Jodha pasti melarangmu memberitahuku." Tiba-tiba Moti bersimpuh di
depan Jalal, melipat tangan didepan dada dengan penuh sesal sambil berkata, "maafkan aku yang
Mulia, aku tak punya pilihan." Jalal membantu Moti berdiri dan berkata, "jika kau
memberitahuku, Ratu Jodha pasti masih bersamaku." Moti meminta maaf lagi, "tapi rajvanshi
selalu mengikuti satu adat. Kami tak boleh melanggar janji kami, bahkan jika harus kehilangan
nyawa. Jadi aku tak bisa memberitahumu tentang ratu Jodha." Jalal menyahut, "dan wanita
Rajvashi tidak meninggalkan suaminya, kan? AKu hanya berharap Ratu Jodha segera kembali."
Moti dengan pasti mengatakan, "dia pasti akan kembali, yang Mulia. Karena dia..." Jalal
tersenyum dan tertunduk melihat Moti tak melanjutkan kalimatnya, "aku berharap, aku berharap
kau melengkapi kalimat itu. Karena itu akan menghiburku.." Jalal kemudian berdiri dan
menghampiri ranjang Jodha. Moti dan Hoshiyar berpamitan. Dengan penuh kerinduan, Jalal
duduk di sisi tempat tidur Jodha dengan tubuh menyandar di divan. Dan dengan penuh harap
Jalal berguman, "demi tuhan, kembalilah padaku, Ratu Jodha. Aku merasa tak lengkap tanpa
dirimu."

Di Amer, Jodha gelisah dalam tidurnya, di seperti merasakan sesuatu. Tiba-tiba dia terbangun
seraca serta merta dan terduduk dengan nafas terengah-engah. Kakisa datang menghampirinya
dengan tergopoh-gopoh, "jodha, ada apa?" Kakisa lalau duduk di samping Jodha yang masih
terengah-engah dan bertanya apakah semua baik-baik saja? Jodha berkata kalau ada yang tidak
benar, "aku merasa seperti Jalal mengatakan kalau dia tidak lengkap tanpa aku." Kakisa berkata,
"sekarang kau tahu apa yang harus kau lakukan. Kau harus bertanya pada dirimu apakah
tindakanmu sekarang ini benar atau salah. Kau harus segera memutuskan, apa yang akan kau
lakukan...
Sinopsis Jodha Akbar episode 230
Sharifudin mengunjungi abu mali. Pengawal memberitahu Sharif kalau kondisi abu mali sangat
memprihatinkan. Sharif segera masuk ke gubuk abu mali dengan penasaran. Di dalam, mali
sedang di tangani tabib. Dia berteriak-teriak karena kesakitan. Sharif dengan sabar menunggu
untuk melihat bagaimana kondisi abu mali. Setelah tabib meninggalkannya, barulah sharif tahu,
apa yang dialami mali. Matanya buta sebelah akibat serangan Jalal. Mali mengadu, "Jalal
memberikan aku luka ini agar aku ingat kekalahanku. Tapi aku akan membalasnya. Aku akan
membunuhnya!" Sharif berkata, "kau seharusnya berhati-hati. Jalal ksatria yang tangguh, kau
tidak boleh meremehkannya." dengan marah Mali membentak Sharifudin, "jangan taburkan
garam ke lukaku, Sharifudin!" Sharifudin agak mengkeret di bentak Mali. Tiba-tiba Mali bangkit
dan menghampiri Sharif, "atau mungkin kau yang harus menanggung hukuman untuk kesalahan
Jalal." Sharif dengan sedikit gugup berkata kalau Mali salah paham, "aku sangat-sangat kesal
melihatmu dalam kondisi seperti ini! Jangan kuatir, kami akan membalas dendam untuk Jalal
karena telah melakukan ini." Mali menyahut, "tidak bisa. Kita tidak bisa membalas dendam atau
mengalahkannya. Mustahil untuk mengalahkan jalal. Aku adalah sepupunya! Tapi dia tidak
mengampuni aku. Dia tidak akan mengampunimu juga. Jalal telah menghancurkan satu mataku,
jika aku mencoba menyerang dia lagi, dia akan membunuhku." Sharifudin meminta Mali agar
tidak putus asa. Karena kalau sampai dia menyerah, sharif tidak tahu apa yang di lakukannya.
Karena sharif sangat percaya dengan kemampuan dan kekuatan Mali. Mendengar kata-kata
Sharif, semangat Mali timbul lagi. Dia berjanji akan menghancurkan mata Jalal sebagai balas
dendam dan menguasai agra. Sharif mengamini sumpah Mali. Sebelum pergi, Sharif meminta
Mali beristirahat dan menyembuhkan diri dulu, nanti dia akan menemuinya lagi. Mali kembali
mengerang menahan sakit.
Diluar pondok, Adham sedang menyandera pengawal yang menjadi anak buah Sharifudin
dengan sebilah belati. Sharif terkejut dan bertanya, "apa yang kau lakukan di sini?" Adham balik
bertanya, "kau terkejut? Tapi aku tidak. Aku tahu kau tidak akan menerima kekalahan semudah
itu. ~Adham mendorong tubuh pengawal~ Aku tau kau akan melahirkan konspirasi baru. Lihat,
aku di isni untuk mencari tahu apa yang kau lakukan. ~Adham menyerigai ramah~ Jangan
khawatir, aku tidak datang kemari untuk menyakitimu. Aku hanya ingin mencari tau, siapakah
kawanmu untuk melawan Jalal. Masyaallah, adik ipar Jalal berkonspirasi untuk melawannya.

Kau ingin membunuh Jalal..." Adham mengatakan kalau Sharif bodoh. Sebab jika membunuh
jalal semudah itu, Jalal pasti sudah mati di tangannya sejak dulu. Sharif menyangkal semua
perkataan Adham. Adham mengejeknya sjarif karena mengira adham tidak tahu apa yang di
rencanakannya. Sharif kemudian mengakuinya dan berkata, "dengar Adham, aku punya harapan
yang sama denganmu. Dan ini adalah kesempatan yang tepat untuk memenuhi keinginan kita.
Daripada mengikuti Jalal, kau malah sibuk mengikuti aku." Adham menyahut kalau dia akan
segera mendapatkan tahta. Sharif megejek, "bagaimana kalau kau membuat kesalahan lagi dan
Jalal membunuhmu?" Adham dengan percaya diri mengatakan kalau dia punya perisai yang akan
menyelamatkan dirinya, yaitu Maham anga. Adham memberitahu Sharif kalau dia datang untuk
membuat kesepakatan dengannya. Mereka berdua akan bekerja sama dan sama-sama
mendapatkan tahta. Adham suka Delhi, dan Sharif akan mendapat agra. Dan mereka juga akan
memberikan apapun yang di inginkan oleh Abu Mali untuk bertahan. Sharif menatap adham
dengan tatapan tak percaya dan bingung. Adham tertawa terbahak-bahak lalu pergi
meninggalkan Sharif yang masih terlihat bingung.
Di istana, hamida sedang melakukan sholat pagi. Selesai sholat, Hamida berdoa, "ya allah,
putraku sedang melalui masa tersulit dalam hidupnya. Dia merasa sangat sakit. Hingga aku
bahkan tak bisa menghilangkan rasa sakitnya. Hanya kau yang bisa memandunya ke jalan yang
tepat, tuhan." Hamida memohonkan kekuatan untuk Jalal agar bisa memutuskan hukuman untuk
Maham dengan se adil-adilnya. Dan agar di berikan cahaya yang akan menerangi kegelapan
yang sedang melanda hidupnya.
Di Amer, Jodha sedang duduk di depan meja rias dan di tata rambutnya oleh pelayan. Melihat itu
Menawati memanggil pelayan lain, agar memberi pijat kepala pada Jodha. Jodha menolaknya.
Menawati memaksa, "tapi aku pikir kau layak dapat pijat kepala, Jodha. ~Menawati menyuruh
Jodha duduk dan memanggi Chaya, pelayannya~ Chaya, berikan minyak sebanyak yang
diperlukan. Juga pinjatan yang nyaman untuk Jodha." Chaya kemudian melakukan apa yang di
perintahkan Menawati. Jodha sepertinya menikmati pijatan itu. Melihat itu, Shehnaz berkata
kalau dia juga ingin memberikan Jodha pijatan kepala. Menawati mengizinkannya. Shehnaz
dengan gembira memberikan pijatan kepala pada Jodha. Dia mengambil minyak dan
mengusapkan ke rambut dan kulit kepala Jodha. Karena terlalu bersemangat, Shehnaz terlalu
keras menarik rambut jodha. Jodha meringis kesakitan dan menegur Shehnaz, "Shehnaz, jangan
tarik rambutku, pelan-pelan saja." Shehnaz menyangkal, "aku tidak menarik rambutmu. Kau
yang terlalu rapuh. Rambut tidak di tarik, tapi merasa sakit." Mendengar kata-kata Shehnaz,
Jodha tersenyum. Jodha teringat ketika dia memberi pijatan kepala pada jalal.
Saat itu, di kamarnya, jalal meminta Jodha memijat kepalanya. Entah pura-pura atau apa, tibatiba Jalal berteriak kesakitan dan menyuruh Jodha memijat kepalanya pelan-pelan. Jalal berkata,
"aku tau kau tidak suka padaku, tapi bukan berarti kau harus menarik rambutku." Jodha
menjawab dengan kalem, "rambutmu memang harus di tarik saat di pijat. Kau pria macam apa?
Tidak bisa menahan sakit seperti itu?" Jalal protes, "bagaimana hal itu bisa menyambung ke

seorang pria, Ratu Jodha? Tentu saja aku keberatan jika kau menyakiti aku. Kau akan tahu
rasanya jika aku melakukan hal yang sama padamu seperti yang kau lakukan pada rambutku."
Jodha menyahut, "aku Rajvanshi, aku bisa menahan rasa sakit." Jalal tersenyum licik, "benarkah?
kau akan sadar itu. Kau akan merasakan rasa sakitku saat aku berikan pijat kepala dengan cara
yang sama." Tanpa menunggu sahutan Jodha, jalal segera berdiri dan menyuruh Jodha duduk di
lantai. Jodha menolak, dia tidak mau kepalanya di pijat. Jalal memaksa, "ayo duduk." Jodha
beranjak dari tepi ranjang dan berdiri mematung. jalal duduk di tepi ranjang di tempat yang sama
yang diduduki Jodha. Melihat Jodha berdiri mematung, Jalal menyuruh Jodha duduk di
depannya. Dengan berat hati Jodha menurut. Jalal terseyum. Dengan lembut, Jalal membuka
dupatta yang menutupi kepala Jodha, lalu membuka ikatan rambutnya. Merasakan jalal mengelus
rambutnya, Jodha berkata, "biarkan saja, yang Mulia. kau tidak tahu bagaimana memberikan
pijat kepala." Jalal sambil tersenyum menjawab, 'kalau aku tidak mencoba, bagaimana aku
bisa?"~
Jodha masih larut dalam lamunannya, ketika Shehnaz bertanya, "bolehkan aku coba lagi? Aku
tidak tahu cara memijat kepala, tapi kalau aku tidak mencoba, bagaimana aku akan belajar? kau
akan membiarkan aku mencoba lagi, kan?" Jodha yang masih terbawa lamunanya menjawab,
"kalau kau tidak mencobanya lagi, aku akan sangat senang, Yang mulia." Menawati dan Shehnaz
merasa heran mendengar jawaban Jodha.
Di Agra, Jalal sedang bersiap-siap untuk menghadiri persidangan dengan di bantu oleh para
pelayan. Dengan wajah murung jalal berpikir, "saat aku salah jalan, kau memanduku ke jalan
yang benar, Badi Ami. Saat aku menjadi lemah, kau memberikan aku kekuatan. Tapi hari ini, kau
akan di hadirkan kepadaku sebagai seorang kriminal, dan aku harus menegakkan hukum
kepadamu. Aku merasa seperti seorang bocah yang kehilangan ibunya dikeramaian. Aku tidak
tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak bisa bertanya pada ibuku. Apa yang harus aku
lakukan? ~ Jalal berdiri di depan kitab suci~ Apakah aku harus mengampunimi karena hubungan
kita? ~ jalal menyentuh, mencium tanganya dan menyentuhkan tangan itu ke dadanya~ Ada
suatu waktu di mana aku menghormatimu lebih dari ibuku snediri." Dengan penuh harap, Jalal
berdoa, "bantulah aku, Tuhan." Dengan wajah tidak bahagia, jalal berangkat ke ruang sidang.
Maham duduk membatu di kamarnya. Raut wajahnya menyiratkan kedukaan dan rasa kehilangan
yang amat dalam. Tatapan matanya kosong dan hampa. Resham datang menemuinya, memberi
salam dan memanggil, "Perdana menteri." Maham tak bereaksi, Resham memanggil lagi,
"Nyonya.." Maham tersentak sadar. Resham berkata, "ini waktunya untuk hadir di Diwaan e
khaas." Maham terlihat bingung dan enggan. Resham bersimpuh di depannya, menyentuh
tanganya dan berkata sekali lagi, "nyonya, sekarang waktunya untuk pergi." Maham
mengangguk. Dia mengusap matanya, lalu berusaha untuk berdiri dengan susah payah. Resham
membantunya. Dengan di gandeng Resham Maham berangkat ke ruang sidang. Resham
mencoba menenangkan maham dengan berkata, "jangan khawatir, nyonya. Yang mulia sangat
menghormatimu. Dia tidak akan kasar padamu." Meham menyahut, "aku sudah di hukum,

resham. Yang mulia sudah tidak menganggapku sebagai ibunya lagi. Hari ini, aku akan tampil di
depannya sebagai kriminal. Tidak ada hukuman yang lebih keras dari ini." Maham menarik nafas
dengan berat.
Di kamarnya, Ruq juga belum bersiap. Dia sedang duduk dilantai dengan kepala di letakkan di
meja beralaskan tangan. Ruq teringat peristiwa semalam ketika pelayan memberitahu dia kalau
Jalal tidur di kamar Jodha. Pelayan menghampiri Ruq dan bertanya, "Salam, yang mulia. Apakah
aku harus membersihkan kamarmu?" Mendengar suara pelayan itu, Ruq marah dan mengusirnya.
Pelayan bergegas pergi. Hoshiyar muncul. Mendengar langkah kakinya, Ruq kembali berteriak
dengan marah. Dia berteriak mengusirnya tanpa tahu kalau dia adalah Hoshiyar. Hoshiyar
memberitahu kalau itu dirinya. Ruq langsung tegang. Dia menoleh menatap Hoshiyar dan
membentak, "kenapa kau datang kesini? kau tidak bekerja untukku lagi, pergi!" Hoshiyar
bersimpuh di belakang Ruq, "tolong bunuh aku sebelum kau mengatakan itu. Aku selalu setia
kepadamu sejak lahir. Tolong jangan katakan itu." Ruq meminta Hoshiyar agar tidak berpurapura, "kau tahu kenapa aku berkata seperti ini. Tadi malam, jalal bermalam di ruangan ratu
Jodha. Kau tahu soal itu?" Hoshiyar menjawab, "ya, yang mulia. Aku tidak bisa menghentikan
Kaisar untuk melakukan hal itu. Tolong bersiaplah dan pergilah kepengadilan istana." Ruq
menolak, dia tak mau menghadiri persidangan, "Jalal harus tahu kalau aku sedang marah
padanya." Hoshiyar berkata kalau Jalal tidak akan menyadari kemarahan Ruq, karena dia sendiri
sedang terluka dan marah pada dirinya sendiri atas perbuatan Maham, "kehadiranmu akan
memberikan dia kekuatan dan membuat dia merasa dekat denganmu. Lagipula, kau satu-satunya
yang tersisa..." Ruq menyela dengan marah, "apa? Apa yang kau bilang? Katakan lagi. Apa
maksudmu dengan mengatakan aku satu-satunya yang tersisa? Aku selalu menjadi satu-satunya.
Lalu dia melupakan aku dan mulai mengejar ratu Jodha. Sejak dia kembali, yang mulia tidak
pernah perduli padaku. Ratu Jodha bertanggungjawab atas semua ini. Tidakkah kau lihat,
Hoshiyar? jalal berubah, dia berubah total. Ratu Jodha tidak ada di sini, tapi dia menghabiskan
waktu di kamarnya. Dia akan menghukum Maham Anga. Ratu Jodha yang bertanggungjawab
atas ini, hanya dia!" Hoshiyar berkata, "aku tidak tahu jika ini adalah tentang Ratu Jodha atau
maham anga. Sekarang ini, yang mulia sedang kesal. Kau harus bersamanya sekarang. Aku
bertanya-tanya hukuman apa yang akan di berikannya pada Maham anga. Dia mungkin di usir
dari agra, di kirim ke Mekkah atau dipenjarakan." Ruq terhenyak di lantai, "aku juga tidak tahu
tentang itu, Hoshiyar. Aku tidak tahu apa yang di pikirkan jalal." Dalam ketidakberdayaannya
Ruqaiya menangis tersedu-sedu.
Di ruang sidang, semua menanti kehadiran Jalal dengan harap-harap cemas. Para ulama saling
berbisik, begitu pula yang mereka yang hadir. Suasana sangat tegang. Adham terlihat gelisah.
Lalu terdengar pemberitahuan kalau Jalal datang. Semua berdiri menyambutnya dan memberi
salam. Adham menatap jalal dengan geram. Jalal duduk di tahtanya dan meminta agar tertuduh
Maham Anga di hadirkan di persidangan. Jalal terlihat murung, sedih dan sedikit bingung.
Hamida terlihat khawatir dengan suasana hati Jalal. Lalu dia mendengar Jala berkata, "seperti
yang dikatakan, saat menegakkan keadilan seorang kaisar harus mengesampingkan emosinya.

Aku akan mencoba sebaik mungkin agar emosiku tidak mempengarui keputusanku." Jalal
menyuruh Atgah memulai prosedurnya.
Atgah berdiri. Melihat Atgah, Adham menjadi sangat marah. Dia menyentuh pedangnya dan siap
untuk mencabutnya, tapi Shabbudin yang duduk di sampingnya berbisik, "Adham Khan kontrol
emosimu. Jangan lupa kau berada di pengadilan kerajaan sekarang." Adham menyarungkan lagi
pedangnya. Maham memasuki ruang sidang dan berdiri di tengah sebagai terdakwa. Maham
memberi salam pada Jalal. Jalal mengangkat wajahnya menatap Maham. Maham menatap orangorang yang hadir, dia melihat adham, lalu menunduk. Jalal berkata, "Maham anga, kau telah
melakukan penyalahgunaan kekuasaaan dan posisimu. Kau telah menipu kaisar dan
mengkhianatinya. Atgah Shahab, tolong presentasikan kasusnya secara terperinci."
Sinopsis Jodha Akbar episode 230. Atgah kemudian membacakan semua dakwaan terhadap
maham angga, diantaranya adalah kalau Maham telah terbukti bersalah atas penyalahgunaan
kekuasaannya dan statusnya. Dia bertanggungjawab merekrut kasim untuk Harem. Saat
menjalankan tugasnya, dia tahu bahwa ada pria yang menyamar di antara para kasim, dia adalah
pangeran Rajvanshi Sujamal yang menyamar sebagai Dilawar Khan. Tapi maham anga tidak
menghentikannya dan membiarkan dia memasuki istana. Dengan melakukan itu, Maham bukan
hanya mengkhianati tugasnya tapi juga melanggar hukum Mughal. Dia bahkan membahayakan
Yang Mulia dan Harem. Saat dilawar Khan asli datang untuk protes, Maham mengusirnya.
Mendengar dakwaan Atgah terhadap ibunya, Adham sangat murka, dalam hati dia berkata,
"atgah khan, kau telah menghina ibuku. Aku bersumpah demi nyawa ibuku, aku akan
menghukummu karena ini."
Jalal menatap Maham yang berdiri didepannya dengan sedih dan kecewa. Dalam hati dia
berkata, "kenapa kau lakukan ini Badi Ami? Aku tidak pernah merasa sesakit ini. Aku tidak
pernah mengira akan mengalami ini." Atgah melanjutkan dakwaanya, "karena kepentingan
pribadinya, Maham anga membiarkan Sujamal masuk ke istana berpakaian sebagai kasim.
Bukan itu saja, ketika yang kaisar mencurigai DIlawar Khan, Maham menyesatkan yang Mulia
dengan berita palsu. Dengan mengatakan kalau Sujamal terlihat di Bhadawar." Jalal dengan tak
sabar menyela, "bukan itu saja, dia telah mengkhianati rajanya. Dia memfitnah istriku yang tidak
bersalah dan memintaku untuk menceraikannya. ~Jalal menatap Maham dengan tatapan terluka,
marah dan kecewa~ Tuduhan itu telah terbuktikan kepadamu berdasarkan hukum mughal. Aku
berikan kau kesempatan untuk membela dirimu, apa yang ingin kau katakan?" Maham tidak
langsung membela diri, dia menatap adham, mengamati sekeliling, dan mencoba untuk
menenangkan diri. Lalu dengan keberanian yang telah di kumpulkannya dia berkata, "tidak. Aku
menerima semua dakwaan atgah khan kepadaku, yang mulia." Jalal memejamkan matanya
dengan sedih, Adham mengangkat dagunya dengan marah. Maham menitikan airmata. Jalal
berkata, "yang tertuduh mengakui kesalahannya. Jadi dengan ini Maham dinyatakan sebagai
pengkhianat. Kau mengkhianati tugasmu sebagai perdana menteri dan mengkhianati kerajaan
Mughal. Apakah kau siap untuk hukumannya?" Maham mengangguk dan berkata, "ya." Suasana

menjadi sangat tegang. Para ratu menanti dengan cemas. Adham terlihat was-was dan marah.
Maham tertunduk. Jalal menatapnya dengan tatapan yang susah untuk di gambarkan.
Sinopsis Jodha Akbar episode 233
Jalal telah memanggil Todar Mal untuk mengabdi di kerajaan Mughal. Todar Mal menerima
pesan itu dan memenuhi panggilan Jalal. Narator berkata: "seiring dengan berjalannya waktu,
Todar Mal dan rombonganya berangkat ke Agra. Lalu seorang utusan di kirim ke AMer dengan
membawa sebuah pesan yang menyatakan bahwa Kaisar telah memaafkan putri Shivani dan
Tejwant. Kaisara juga mempekerjakan Tejwan dan telah memberikan tempat tinggal yang layak
untuk mereka."
Di hadapan Raja Bhramal, Dadisaa, ratu Mainawati, Jodha dan para pangeran, pembawa pesan
memberitahu kalau putri Shivani dan Tejwant telah di maafkan, "kaisar juga telah mengatur
merekan untuk tinggal didalam istana. Tejwant telah diangkat menjadi kepala arsitek." Para
wanita terlihat senang menedengar kabar itu. Mainawati, Jodha, Dadisa dan kakisa tersenyum
bahagia. Hanya bharmal yang sepertinya menahan diri untuk tidak menunjukan rasa leganya.
Pada pelayan, bharmal meminta mereka menyiapkan tempat bermalam untuk si pengantar pesan.
Dadisa berkata, "bukankah ini merupakan berita yang sangat bagus?" Mainawati berdiri dikuti
Jodha dan kakisa, sambil tersenyum senang, Mainawati berkata, "iya bu, aku benar-benar
senang." Mainawati melihat Bharmal terdiam, dia bertanya, "ada apa? Tidakkah kau merasa
senang? Kaisar telah memaafkan Shivani dan Tejwant." Denga wajah murung, Bharmal
menjawab, "kaisar memang telah memaafkan mereka, Mainawati. tapi aku tidak akan pernah
bisa memaafkan mereka." Jodha mendekati Bharmal, menyentuh pundaknya dan berkata, "ayah,
anak-anak memang membuat kesalahan. Shivani adalah putrimu, kau harus memaafkannya."
Bharmal berdiri dan berkata dengan marah, "putri? Seorang putri seharusnya mempertahankan
kehormatan keluarganya. Shivani telah memerikan rasa malu dan menurunkan reputasiku! Aku
telah memutuskan hubungan keluarga dengan Shivani di hari dia telah melakukan perbuatannya.
Dia bukan putriku lagi." Bharmal menangis sedih. Jodha tak tahu harus berkata apa. Dia menoleh
meminta dukungan dari ibunya. Mainawati mendekati Bharmal dan berkata, "waktu akan
mengobati setiap luka. kau akan memaafkan Shivani. Tidakkah kau berpikir bahwa dia merasa
bersalah atas tindakannya? Apakah kau berpikir dia tidak menyesali perbuatannya?" Bharmal
menyela, "Mainawati, bagaimana dengan perbuatan yang memalukan yang dia buat pada dinasti
Rajput? Tidak cukup air mata saja yang bisa menghapuskan itu. Dia telah mempermalukanku di
depan semua orang." Jodha menatap ayahnya dan berkata, "ayah, jika kaisar telah
memaafkannya, kau juga harus memaafkannya. Kami semua memohon agar kau mau
memaafkan dia. Dia membutuhkan kasih sayang dan dukungan kita saat ini dalam hidupnya."
Bharmal menyahut, "Jodha, luka yang telah dia berikan padaku terlalu dalam untuk di
sembuhkan. Sulit bagiku menghilangkan trauma ini. Sebagai ayahnya, hal yang bisa aku lakukan
adalah berdoa untuk kebahagiaannya dan keselamatannya di manapun dia berada." Tak sanggup

menahan airmata dan kesedihannya lagi, Bharmal segera pergi meninggalkan ruang pertemuan di
iringi tatapan keluarganya.
Jodha berdiri di depan jendela kamarnya. Tatapannya menerawan jauh, ada kilat kemarahan dan
kesedihan terpancar disana. Shehnaz datang menghampiri Jodha dan bertanya, "Jodha, apakah
kau sedang menangis?" Jodha terperanjat mendengar pertanyaan Shehnaz. Dia segera
membalikan badan menatap shehnaz sambi tersenyum, "apakah menurutmu hal yang bisa aku
lakukan di kamarku hanya menangis?" Jodha hendak melangkah pergi, Shehnaz menahannya
dengan berkata, "hanya karena tidak menangis, bukan berarti kau tidak merasa sedih." Jodha dan
shehnaz berpandangan. Jodha tersenyum, "baiklah, kau mungkin tahu alasan kenapa aku
bersedih?" Shehnaz berpikir sebentar, "hanya ada satu alasannya. Orang yang kau cintai datang
ke Amer untukmu, tapi kau telah menolak dirinya." Jodha dengan cepat menjawab, "aku tidak
menolaknya. Aku hanya..." Shehnaz berkata, "tidak menerima seseorang sama dengan menolak
orang tersebut. Kaisar adalah orang yang luar biasa. Aku dengar dia telah memaafkan adikmu
dan kekasihnya. Tapi dia tidak bisa membujukmu untuk memaafkan dirinya." Jodha dengan nada
merajuk berkata, "aku tidak tahu sejak kapan dia mulai begitu memperhatikan diriku. Biasanya
dia bahkan tidak mengerti apa itu arti cinta." Shehnaz membela Jalal, "itu tidak benar. Indahnya
cinta bahkan bisa ditunjukan oleh para hewan. Dan dia adalah seorang manusia, setelah apa yang
di laluinya, tidakkah dia tahu apa itu cinta?" Jodha menatap Shehnaz dengan rasa ingin tahu,
"bagaimana kau bisa tahu begitu banyak tentang cinta?" Shehnaz tersenyum ceria dan menjawab,
"karena..." Tiba-tiba wajah ceria shehnaz perlahan hilang, berganti dengan kemurungan,
"...karena aku juga memiliki seseorang yang aku cintai dalam hidupku, tapi aku telah kehilangan
dirinya. ~Shehnaz menatap Jodha~ Jodha, kaisar sangat mencintai dirimu. Aku bisa melihat itu
di matanya. Dia bisa merasakan penderitaan yang telah kau alami. Aku bisa merasakan itu."
Jodha menatap zhehnaz dengan heran, 'kau tahu banyak tentang diriku." Shehnaz menyahut
dengan anda mengoda, "aku tahu semuanya tentang dirimu. Semuanya..!" Jodha menatap tak
percaya, Shehnaz bertanya, "bisakan aku mengatakan satu hal lagi padamu?" Jodha
mengangguk. Kata Shehnaz sambil mengamati wajah Joidha, "kau juga bahkan sangat
mencintainya. Tapi kau tidak menolak mengakuinya."
Sinopsis Jodha Akbar episode 233. Todar Mal tiba di Agra. jalal menyambut Todar Mal dengan
wajah gembira. Sharifudin terheran-heran malihatnya. Atgah membawa Todar Mal menghadap
jalal. Atgah memberi salam dan berkata, "Yang mulia, Todar Mal telah berada di sini sesuai
dengan permintaanmu." jalal tersenyum dan memberi salam pada Todar Mal. Todar Mal
membalasnya. Jalal kemudian berdiri dari tahtanya. Semua orang ikut berdiri. Dengan wajah
bahagia, dia mendekati Todar mal dan berkata, "aku senang bertemu denganmu, Todar Mal
Shahab. Selamat datang di kerajaan Mughal." Jalal dengan ramah memeluk Todar Mal. Hamida
dan Ruqaiya tersenyum melihat sambutan Jalal pada Todar Mal. Adham terlihat marah dan tidak
terima, begitu juga Sharifudin. Jalal mengatakan kalau dia membutuhkan bantuan Todar. Todar
bertanya apa yang bisa dia bantu. Jalal langsung menjelaskan duduk permasalahnya, "ini adalah
masalah yang sangat serius. Aku akan langsung pada intinya. Aku telah memperhatikan

pembukuan dan menemukan perbedaan yang sangat besar dalan catatan keuangan kerajaan.
Ketika aku mendiskusikan masalah ini dengan Atgah Khan, dia menyarankan aku untuk mencari
seseorang yang bisa mengatur masalah keuangan dengan sangat baik. Aku tidak bisa memikirkan
orang lain yang lebih baik darimu." Adham dengan wajah marah berguman pada Shahabuddin
yang ada di sampingnya, "menteri hindu di dalam pengadilan Muhal!" Shahabuddin menyahut,
"aku pikir bahwa dia tidak memiliki kepercayaan yang cukup pada orang Mughal."
Pada Todar Mal Jalal bertanya, "maukan kau menerima posisi sebagai menteri keuangan?" Todar
mal menyahut, "ya aku menerima posisi itu. Tapi aku ada sedikit persyaratan." Jalal dan Adham
menatap Todar tapi dengan pikiran berbeda. Jalal bertanya, "apa persyaratannya?" Todar Mal
memberitahu Jalal, "Yang Mulia, aku akan berkerja dengan caraku sendiri tanpa campur tangan
orang lain. Syarat kedua, aku hanya akan menerima perintah darimu, tidak ada yang bisa
memerintahku selain dirimu. Anggaplah itu sebagai sebuah permintaan dariku." Jalal tanpa pikir
panjang menerima persyaratan Todar mal. Tidak ada orang lain selain aku yang ikut campur pada
pekerjaanmu." Todar Mal mengatakan kalau dia akan mulai bekerja hari ini juga. Jalal tertawa
lebar, "subhanallah..." Hamida , Ruq dan salima tersenyum senang. Tapi para ulama terlihat tidak
senang. mereka saling berbisik. Begitu pula Sharifudin dan Adham.
Selesai pertemuan di ruang sidang, para ulama dan para menteri berkumpul di tempat Adham
untuk membahas keputusan Jalal mengangkat Todar Mal sebagai menteri keuangan. Seorang
ulama berkata, "pertama-tama kaisar menikahi wanita hindu dari rajput. Kita telah menerima itu.
Aku sama sekali tidak punya keberatan tentang hal itu. Tapi hari ini, seorang hindu telah di
berikan posisi yang penting dikerajaan Mughal. Orang orang Mughal telah di abaikan, dan Yang
Mulia lebih suka pada orang-orang Hindu Rajputs. Man Singh juga telah di bawa kesini untuk di
latih berperang. Dan kemudian, dia telah memberikan sebuah posisi administrasi penting pada
Raja Bharmal, Bhagwan Das, tejwant dan sekarang Todar Mal. Orang-orang ini tidak
mempelajari agama kita. Dan masih belum mengikuti aturan kita." Adham menimpali, "kau
benar. Mereka telah di berikan posisis penting untuk mengurus aset-aset kerajaan Mughal.
Bagaimana dengan mereka yang telah berdedikasi pada kerajaan ini? Mereka telah diabaikan.
Sebagai contoh, sebuah ketidak adilan telah di lakukan pada ibuku." Sharifudin menyahut, "jika
kita tahu bahwa kaisar tidak adil, lalau kenapa kita tidak menghentikan dia?" Ulama menjawab,
"terakhir kali aku melakukan protes, kaisar telah membekukan kekuasaanku. Sekarang, aku
hanya bisa berbicara mengenai agama dan adat. Aku tidak di izinkan memberikan nasehat
mengenai administrasi." Adham dengan emoasi berdiri, "atgah khan sedang mengendalikan
keputusan Kaisar. Jika atgah melanjutkan campur tangannya, dia akan membawa malapetaka
pada kerajaa Mughal. Kita harus memberikan Atgah Khan sebuah pelajaran. Dan kita harus
segera melakukan itu." Rekan-rekan adham yang terdiri dari Munim Khan, Shahabudin,
Sharifudin dan beberapa ulama mengangguk setuju.
Jalal berdiri di teras depan kamarnya. Di tangannya terdapat gelas minuman, sambil meneguk
minuman itu, dia melihat kelangit. Rembulan sedang menggantung indah. Jalal menatap

rembulan dengan tatapan penuh kerinduan, lalu dia tersenyum sedih dan bicara sendiri, "Ratu
Jodha, apakah kau merindukanku seperti aku merindukanmu? Apakah kau memikirkan tentang
aku ketika kau melihat bulan itu? Sungguh aneh. Menurut semua orang, seorang kaisar bisa
mendapatkan apapun yang dia inginkan. Tapi ada satu hal yang sangat aku inginkan dan aku
tidak bisa mendapatkannya, aku hanya ingin bertemu denganmu, ratu Jodha." Jalal meneguk
minumannya lagi. Salima datang mengunjungi Jalal, dia memberi salam, "adaab yang mulia."
Jalal membalikan badan menatap Salima dan tersenyum senang. Salima turut tersenyum. Jalal
membalas salam Salima dan mempersilahkan dia datang. Salima bertanya, "apakah aku
mengganggumu? Apakah kau sedang ingin sendirian?" Jalal mendekati salima sambil menjawab,
"tidak, ratu Salima. Sebenarnya kau tahu itu. Aku tidak bisa sendirian. Aku senang kalau kau
mau menemaniku. Apakah kau ingin minum bersamaku?" Salima menolak dengan halus, "terima
kasih atas tawaranmu. Seperti yang kau tahu, aku tidak bisa minum-minum." Jalal mengangguk
mengerti dan mempersilahkan Salima duduk. Salima duduk di sofa, dan Jalal duduk di
hadapannya. Ada meja diantara mereka berdua. Jalal menatap Salima lalu tertawa renyah,
"apalah kau ke sini untuk bertanya alasan kenapa aku mengangkat Todar Mal menjadi menteri
keuangan walaupun dia orang hindu dan telah setia pada Sher Shah Suri?" Salima menjawab,
"tentu saja tidak, Yang Mulia. Jika kau telah mengambil langkah, pasti ada alasan yang tepat
untuk itu. Boleh aku tahu, bagaimana kau bisa mengenal Todar mal Ji?" Jalal menyahut, "Ratu
salima, tidak perduli seberapa banyak kita mencoba, kita tidak bisa bertemu orang yang ingin
kita temui. Tapi kadang-kadang kita bertemu dengan orang secara tidak sengaja." Ratu salima
dengan rasa ingin tahu bertanya, "sebuah kebetulan?" Jalal menjawab, "ya. Itu adalah sebuah
kebetulan. Apa kau ingat ketika Ratu Jodha dan aku pergi untuk ziarah ke salim baba dengan
berpakaian seperti orang biasa?"
Terbayang kembali, saat jalal dan Jodha melakukan perjalananke Sikri untuk mengunjungi Salim
Chisti. Ketika itu mereka berdandan seperti orang biasa. Jalal berjalan kaki, dan Jodha duduk
diatas tandu. Meski begitu, keduanya selalu saling memandang dan tak pernah memperhatikan
yang lain lagi.
Di Amer, Jodha tidur di pangkuan dadisa. Dadisa membelai kepala Jodha penuh kasih sambil
mendengarkan cerita Jodha tentang perjalanannya ke Sikri bersama jalal. Jodha berkata, "nenek,
aku merasa heran dan khawatir pada saat yang bersamaan. Kami telah di minta untuk pergi
berziarah berdua saja. Tapi kaisar tidak merasa khawatir. Nenek, apakah kau tahu? Kami bahkan
di penjara karena tidak membayar pajak ziarah. ~Jodha tertawa geli~ Bukankah itu aneh? Kaisar
Mughal telah di penjara oleh pasukannya sendiri, di wilayahnya sendiri." Dadisa dengan terkejut
bertanya, "apa? Pasukannya telah memenjarakan dia?" Jodha menjawab, "ya. Tidak ada yang
mengenali dia saat dia berpakaian seperti pria biasa." Dadisa bertanya, apa yang terjadi setelah
itu?
Di Agra, jalal tertawa dan berkata, "ratu salima, keberadaan Jodha bersamaku telah membuat
perjalanan itu menjadi hal yang sangat berkesan. Bersamanya hal sesulit apapun menjai mudah.

Dia tersenyum saat menghadapi masalah yang sulit. Aku telah mempelajari banyak hal dari ratu
Jodha. Aku..." Ratu Salima tersenyum. Jalal jadi tersipu sendiri karena telah membicarakan
Jodha tanpa sadar. Jalal lalu mengalihkan pembicaraan, "aku akan mengatakan padamu
bagaimana aku bertemu dengan Todar Mal." Salima tersenyum penuh pengertian dan
mengangguk. Jalal melanjutkan, "kami telah menghabiskan satu malam di padang gurun dan
Todar Mal shahab memberikan kami tumpangan untuk bermalam dan mengangap kami adalah
para penziarah."
Di Amer, Jodha masih bercerita pada Dadisa. Kata Jodha, "dan kemudian.. ~Jodha bangkit dari
berbaringnya dan menatap dadisa~ nenek, malam itu rumah Todar mal telah diserang oleh para
perampok. Tapi kaisar melawan balik mereka. Dia melawan setiap perampok dan mengalahkan
mereka. Dia sangat kuat untuk berperang sendirian. Bahkan Todar Mal merasa keheranan
mengetahui betapa pemberaninya kaisar."
Terbayang kembali pertarungan Jalal melawan perampok di rumah Todar Mal. Bagaimana Jalal
mengalahkan perampok itu satu persatu seorang diri, hingga sedikit yang tersisa dari mereka
melarikan diri.
Di Agra, jalal masih bercerita pada Salima. kata Jalal, "Todar Mal adalah orang yang baik hati.
Dia memberi kami perlindungan ketika kami melakukan ziarah. Ketika mencari Ratu Jodha di
Mathura, aku terluka. Dia telah menyelamatkan hidupku dan membantuku untuk mencari ratu
Jodha. Untuk kedua kalinya, dia mengenali aku bahkan ketika aku sedang menyamar. Dan dia
tidak mengharapkan balasan atas bantuannya padaku. Aku tahu kalau dia sangat ahli dalam
mengurus masalah keuangan. Dia berpengalaman dan sangat setia." Salima menyela, "itulah
sebabnya kau telah mengundangnya untuk menerima posisi itu." Jalal menyahut, "kau benar. Dia
adalah orang yang berdedikasi tinggi dan sangat akurat akan pekerjaanya. Ratu Salima, aku tidak
ingin seorang petugas yang berpikir bahwa dia bisa bekerja hanya untuk menyanjungku. Aku
ingin mencari orang yang tidak takut untuk mengatakan yang sebenarnya walaupun itu hal yang
tidak menyenangkan. Aku ingin orang seperti itu di kerajaanku, yang tahu akan tugas dan bisa di
percaya." Salima memuji, "itu adalah pemikiran yang luar biasa, Yang Mulia. Seseorang harus
mempercayai orang lain hanya berdasarkan tindakan mereka, dan tidak berdasarkan
hubungannya dengan kita" Jalal setuju, "itu benar, Ratu salima. ~Jalal teringat pengkhianat
Maham, dan terlihat sedih~ Aku telah di khianati begitu banyak oleh orang-orang yang memiliki
hubungan denganku." Salima menyela, "selama kita bisa belajar dari kesalahan kita, kita bisa
mmembuat kemajuan dalam hidup kita." Jalal menimpali, "tapi sebuah kesalahan bisa
mengacaukan seluruh hidup kita. Aku seharusnya mempercayai ratu Jodha. Bukannya
mencurigai dia."
DI Amer, melihat Jodha bercerita tentang kaisar begitu rupa, dadisa bertanya, "kau merindukan
Yang Mulia, bukan? Kenapa kau masih marah padanya?" Senyum di wajah Jodha perlahan
memudar. Kesedihan kembali membayangi wajah cantiknya. Dadisa mengenggam tangan Jodha.

Jodha menarik bafas berat, "aku disini bukan karena aku marah padanya ataupun karena harga
diriku. Aku disini karena aku terluka. Aku telah menerimanya dan setia padanya. Dan tela
melakukan hal yang buruk untuk menyelamatkannya dan menjaga kehormatannya. Lalu kenapa
dia tidak bisa menghargai aku? Kenapa dia mencurigai aku?"
Di Agra, Salima berkata, "Yang Mulia, aku sangat terkesan dengan apa yang telah kau katakan.
Kau tidak bisa menentang Todar Mal karen agamanya." Jalal setuju, "betul, ratu salima. Itu
sangat menyedihkan bahwa agama dan tradisi membuat orang terpecah belah dan berperang.
Aku telah belajar dari ratu Jodha bahwa agama seharusnya tidak menjadi pembatas. Itu adalah
kasih sayang dan rasa menghargai yang kita pegang untuk hidup kita. Tidak perduli darimana
asalmu, satu-satunya masalah adalah bagaimana kau memperlakukan orang lain." Salima
mengangguki, "ya. Kau benar sekali." Jalal tersenyum dan kembali memandang rembulan.
Sinopsis Jodha Akbar episode 233. Maham memasuki rumahnya dan memanggil para pelayan.
Tapi tak ada satupun yang menemuinya. Maham dengan gusar berkata, "di mana pelayanpelayan itu? Apakah ada orang disini?" Tidak ada sahutan. Maham berteriak, "apakah ada orang
disini?" Tetap tidak ada sahutan. Maham berteriak lagi dengan lantang, "pelayan!" Javeda
dengan wajah cerianya muncul dan menyahut, "ibu, apakah kau memanggilku?" Maham dengan
jengkel memutar bola matanya dan menjawab, 'tidak Javeda. Aku tidak memanggilmu. Aku
sedang memanggil pelayan." Javeda berkata, "oh...aku mengerti. Tapi ibu, semua pelayanmu
telah pergi. Tapi kalau kau membutuhkan sesuatu, kau bisa mengatakannya padaku." Maham
terlihat Shock. Dia terduduk di sofa dan berkata, "tidak ada yang bisa kau lakukan untukku. Kau
boleh pergi." Javeda dengan polos berkata, "ibu, jika kau tidak keberatan bisakah aku
mengatakan sesuatu?" Maham memalingkan muka dengan kesal. tapi Javeda tetap meneruskan
kalimatnya sambil mendekati maham, "aku benar-benar menyesal dengan apa yang telah terjadi
padamu. Tapi aku pikir bahwa kau juga bersalah. Jika kau mengatakan semuanya padaku, aku
akan memberikanmu saran yang benar. Aku mengakui bahwa aku tidak sepintar dirimu. Tapi aku
bisa mengerti apa yang kau rasakan. Aku mungkin akan menunjukan padamu jalan yang benar
dan memberitahumu apa yang bisa mempengaruhi Yang Mulia. Tak perduli apa yang orang lain
katakan, aku menghormatimu dan aku selalu menghargaimu. Kau adalah ibu mertuaku. Aku
tidak tahu apa kesalah pahaman yanga ada antara kaisar dan dirimu. Tapi saat dia mengatakan
kalau kau bukan ibunya lagi, aku benar-benar merasa kecewa, ibu. Aku mungkin bodoh, tapi aku
adalah menantumu. Apakah kau tahu sesuatu? Aku bahkan menangis di hari itu. Aku tidak mau
percaya apa yang orang katakan tentang dirimu. Yang aku tahu adalah bahwa kau adalah mertua
terbaik yang bisa orang miliki. Dan hari ini aku akan berjanji padamu, dalam situasi apapun,
entah itu baik atau buruk. Aku akan ada di sana untukmu." Mendengar kata-kata Javeda, mata
mahan anga berkaca-kaca. Untuk pertama kalinya dia menggenggam tangan Javeda. Maham
sambil menagis berkata, "aku selalu salah memperlakukan dirimu." Maham memeluk Javeda
dengan berlinangan airmata. ~Semula sangat sukar untuk mempercayai kalau Maham anga,
sunguh-sunguh mengharagai Javeda seperti yang kini di perlihatkannya. Memeluknya sambil
menangis. Tapi orang bisa berubah kan?~

Jala, Atgah dan Todar sedang melakukan pertemuan. Suasana terlihat sangat tegang. Todar mal
menujukan catatan keuangan yang telah dipelajarinya dan melaporkan penemuannya pada Jalal.
Jalal bertanya, "apa maksudmu?" Todar Mal menjelaskan, "ada kesalahan pada catatan keuangan
kerajan. Perhitungan dari pemungutan pajak ada kesalahan. Pengumpulan pajak dikrediktkan
pada perhiasan kerajaan. Tapi selalu ada kesempatan untuk memanipulasi data." Atgah menyela,
"Yang Mulia, Todar mal telah menemukan itu dalam catatan buku keuangan bahwa pengumpulan
pajak di kreditkan pada perhiasan kerajaan. Sebuah nilai negatif di peroleh ketika semua
khasanah dijumlahkan." todar Mal dengan hati-hati memberitahu Jalal kalau pemungutan pajak
di bebankan pada orang biasa dan mereka tidak senang dengannya. Jalal dengan terkejut
bertanya, "...kau baru datang kesini dan mengatakan kalau rakyat tidak senang padaku? Aku
telah mengeluarkan banyak uang untuk memenui kebutuhan mereka. Aku pikir kau harus tahu
kalau aku mencoba setiap cara untuk mensejahterakan rakyatku."Todar berkata, "betul, Yang
Mulia. Tapi jumlah itu tidak dimanfaatkan dengan cara yang benar." Jalal menatap Todar dan
bertanya, "bagaimana bisa kau mengatakan itu?" Todar balas bertanya, "Yang Mulia, bagaimana
kau bisa mengatakan itu telah di manfaatkan dengan benar?" Jalal berkata. "aku tidak mengerti
maksudmu." Todar menjelaskan, "Yang Mulia, biar aku menanyakan sedikit pertanyaan padamu.
Maka kau akan mengerti maksudku. Katakan padaku, seberapa baiknya kau mengenal pada
menteri dan petugasmu?" Jalal balas bertanya, "Todar Mal, pertanyaan macam apa itu? Aku
sangat mengenal mereka dengan baik. AKu bertemu dengan mereka setiap hari dan aku
mempercayai mereka." Todar mengatakan, "itulah di mana kau telah membuat sebuah kesalahan.
kau bertemu dengan petugasmu setiap hari tapi kau tidak bertemu denga rakyatmu. Melainkan
rakyatmu datang padamu dengan keluhan-keluhan mereka. Bukan kau yang pergi menemui
mereka untuk mengetahui kesulitan mereka. Kautidak memiliki komunikasi dengan rakyatmu.
tapi kau tahu tentang mereka melalui para menteri. Jika ada pelanggaran dari menterimu, itu
akan mempengaruuhi administrasi negara. Kau adalh pemnguasa negeri ini, juga seorang yang
dermawan pada rakyatmu. Untuk memahami apa yang dialami rakyatmu, kau harus langsung
berkomunikasi dengan mereka. Dari situ kau akan mengerti kesulitan yang mereka hadapi." Jalal
terdiam, berpikir sebentar lalau berkata, "sekarang aku mengerti apa maksudmu." Todar
mengatakan, "Yang Mulia, saat kau pergi diantara para rakyatmu dengan menyamar, itu adalah
sebuah tindakan yang bagus. Tapi kau harus sering bertemu dengan mereka untuk memahami
permasalah yang mereka hadapi. Itu bukan saja membantumu mengetahu permasalah mereka
tetapi juga untuk memberi rasa takut pada para menteri sehingga tindakan korupsi daoat ditekan.
Dan kau juga bisa tahu siapa yang salah dan menghukumnya.."

Anda mungkin juga menyukai